Anda di halaman 1dari 12

pembangunan nasional disegala bidang merupakan upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Perkembangan dan dinamika pembangunan nasional


memberikan hasil yang positif juga membawa konsekuensi adanya perubahan yang
bersifat negatif.

Kapasitas lahan parkir di kota Makassar yang ada saat ini tidak seimbang dengan
bertambahnya jumlah kendaraan yang hendak memarkir karena luas lahan yang
terbatas. Salah satu alternatif pemecahannya adalah membangun gedung parkir.
Pakar Tata Ruang dari Universitas Muslim Indonesia, Dr Nadiah ST, MT pada Koran
Tribun Timur (9/10/2013) mengatakan masalah parkir di Makassar dapat diatasi
dengan menyediakan satu gedung di setiap kawasan sebagai tempat parkir. Jika
mengadopsi sistem menangani parkir di negara-negara maju, di setiap blok atau
kawasan menyediakan satu gedung parkir, sehingga mereka menyimpan
kendaraannya tersebut disana dan ke gedung tempat mereka bekerja dengan
berjalan kaki.
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang
membutuhkan parkir dan juga besaran tarif parkir yang berlaku saat ini. Hasilnya
diprediksikan untuk beberapa tahun ke depan sehingga dapat ditentukan kapasitas
dan perkiraan biaya konstruksi gedung parkir.
Sistem parkir secara vertikal dalam sebuah gedung merupakan upaya
penghematan lahan, sebab jika parkir secara horizontal membutuhkan lahan yang
besar. Seperti di daerah perkotaan, lahan untuk parkir semakin sedikit. Sehingga
solusinya yakni parkir dengan sistem vertikal dalam sebuah gedung.
Dengan melihat kondisi kebutuhan masyarakat Kota Makassar, maka perlu adanya
perencanaan gedung parkir dengan sarana dan fasilitas yang lengkap sebagai
penunjang dalam sebuah bangunan.

Kapasitas lahan parkir di kota Makassar yang ada saat ini tidak seimbang dengan
bertambahnya jumlah kendaraan yang hendak memarkir karena luas lahan yang
terbatas. Salah satu alternatif pemecahannya adalah membangun gedung parkir.
Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang
membutuhkan parkir saat ini. Hasilnya diprediksikan untuk beberapa tahun ke
depan sehingga dapat ditentukan kapasitas dan perkiraan biaya konstruksi gedung
parkir. Selain itu dibuat kuisioner untuk mengetahui alternatif penyediaan fasilitas
parkir dan sistem tarif yang paling banyak dipilih oleh masyarakat.

Rumusan Masalah
Umum

Mewujudkan perencanaan suatu bangunan yang dapat menampung kendaraan


kendaraan yang hendak parkir dengan sistem parkir vertikal secara legal sesuai
aturan dan standar yang berlaku. Serta tetap memperhatikan tarif yang terjangkau
bagi masyarakat.

Khusus
Merancang suatu gedung parkir yang dimana menyesuaikan terhadap kondisi iklim,
menerapkan arsitektur setempat dan penggunaan teknologi efisiensi energi
sehingga bangunan yang dihasilkan nyaman bagi pengguna, ramah lingkungan dan
hemat energi.

Tujuan dan Sasaran


Tujuan
Menganalisa dan merumuskan konsep perencanaan dan perancangan gedung
parkir yang mampu menjadi sarana umum yang berguna bagi masyarkat pengguna
kendaraan pribadi.

Sarana
Menciptakan sarana parkir yang legal dan memenuhi standar dan aturan yang ada
agar pengguna merasa aman dan nyaman.

Data menunjukkan, jumlah kendaraan beroperasi di Makassar mencapai 2,4 juta.


Dari jumlah itu, 1,2 juta di antaranya adalah sepeda motor. Pertumbuhan kendaraan
bermotor setiap tahun mencapai antara 10-15 persen. Kendaraan umum petepete
mencapai 5.140, padahal idealnya hanya sekitar 2.600 unit.
Panjang jalan dalam Kota Makassar mencapai 1.593 km, sekitar 107 km
mengalami rusak parah atau 6,7 persen sesuai dengan sajian data 2013.

sebanyak 25 motor/menit terjual ..wah jumlah yang cukup


fantastis.,..dong,kenapa seperti ini ??

Data kendaraan yang beroperasi di Kota Makassar berdasarkan data dari


Polwiltabes Kota Makassar tahun 2008 adalah sepeda motor sebanyak 360.122 unit
( 75,80%), mobil penumpang (angkutan umum) sebanyak 77.319 unit (16,27%),
mobil barang sebanyak 26.797 unit (5,64%), kendaraan khusus sebanyak 71 unit
(0,01%). Berdasarkan data tersebut, kendaraan roda dua atau sepeda motor

memiliki jumlah yang cukup dominan yaitu 360.122 unit (75,80%). Sedangkan
panjang jalan berdasarkan data dari dinas pekerjaan umum Kota Makassar adalah
1593,46 Km. Panjang jalan itu, terdiri dari jalan nasional sepanjang 45,29 Km dan
jalan kota sepanjang 1548,17 Km dengan kondisi jalan rata-rata baik. Sementara
itu, pertumbuhan panjang jalan sebesar 1-35 per tahun.

Dari data PD Parkir saat ini jumlah jukir resmi di Makassar mencapai 1.200 orang.
Mereka beroperasi di 940 titik parkir Kota Makassar, di luar jumlah tersebut maka
liar. (*)

Aktualita
1. Semakin meningkatnya jumlah masyarakat untuk menggunakan kendaraan
pribadi disbanding mereka harus menggunakan transportasi umum
2. Kurangnya lahan parkir resmi yang tersedia
3. Kurang mengcukupinya fasilitas parkir yang disediakan pada setiap bangunan
umum
4. Semakin banyaknya parkir liar yang muncul di pinggiran jalan

Urgensi
Perlunya keberadaan suatu bangunan yang dapat menampung kendaraan
kendaraan yang hendak parkir dengan sistem parkir secara vertical
Menciptakan fasilitas parkir yang legal demi mematikan parkir liar yang memakan
badan jalan penyebab kemacetan

Makassar merupakan suatu kota yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangan


pembangunan yang semakin maju. Dengan semakin majunya semua aspek pembangunan juga
ikut menimbulkan berbagai implikasi, salah satuhnya yang menyangkut mobilitas manusia yang
terus meningkat mengakibatkan timbulnya permasalahan kemacetan suatu kota. Penyebab
kemacetan ini dimulai dari peningkatan angka kendaraan hingga banyaknya parkir liar yang
beroperasi di badan jalan dikarenakan kurang tersedianya lahan parkir yang legal.
Kapasitas lahan parkir di kota Makassar yang ada saat ini tidak seimbang dengan bertambahnya
jumlah kendaraan yang hendak memarkir. Salah satu alternatif tepat untuk memecahkan
permasalahan ini adalah membangun gedung parkir. Pakar Tata Ruang dari Universitas Muslim
Indonesia, Dr Naidah Naing ST, MT pada Koran Tribun Timur (9/10/2013) mengatakan

masalah parkir di Makassar dapat diatasi dengan menyediakan satu gedung di setiap kawasan
sebagai tempat parkir. Jika mengadopsi sistem menangani parkir di negara-negara maju, di setiap
blok atau kawasan menyediakan satu gedung parkir, sehingga mereka menyimpan kendaraannya
tersebut disana dan ke gedung tempat mereka bekerja dengan berjalan kaki.
Dengan dilakukannya survei lapangan demi mengetahui jumlah kendaraan yang membutuhkan
parkir dan juga besaran tarif parkir yang berlaku saat ini, hasilnya tersebut akan diprediksikan
untuk dipakai dalam beberapa tahun ke depan guna diketahuinya kapasitas dan perkiraan biaya
konstruksi gedung parkir. Data yang ada menunjukkan jumlah kendaraan beroperasi di Makassar
mencapai 2,4 juta. Dari jumlah itu, 1,2 juta di antaranya adalah sepeda motor. Pertumbuhan
kendaraan bermotor setiap tahun mencapai antara 10-15 persen. Panjang jalan dalam Kota
Makassar mencapai 1.593 km sesuai dengan sajian data Makassar Dalam Angka 2014.
Dengan terwujudnya sistem parkir secara vertikal dalam sebuah gedung telah menjawab upaya
penghematan lahan, seperti di daerah perkotaan yang dimana lahan untuk parkir semakin sedikit.
Sehingga solusi tepat yakni parkir dengan sistem vertikal dalam sebuah gedung. Apabila parkir
secara horizontal terus dipertahankan maka membutuhkan lahan yang sangat besar.
Menyimak dari hasil uraian latar belakang maka perlu adanya perencanaan gedung parkir di
Kota Makassar dengan sarana dan fasilitas yang lengkap sebagai penunjang dalam sebuah
bangunan, yang lebih lengkapnya tertera pada Keputusan Direktorat Perhubungan Darat, KD
Nomor 272/HK.105/DJPD/96 mengenai Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
dalam sajian data Perhubungan Darat Dalam Angka 2014.
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dirumuskan adalah :
1. Bagaimanakah karakterstik gedung parkir yang akan direncanakan di Kota Makassar?
2. Bagaimana mewujudkan perencanaan gedung parkir dengan tetap memperhatikan tarif yang
terjangkau bagi masyarkat?
3. Bagaimana merencanakan gedung parkir yang disesuaikan terhadap kondisi iklim,
menerapkan arsitektur setempat dan penggunaan teknologi efisiensi energi serta ramah
lingkungan?

Penetapan tarif parkir adalah salah satu cara pengendalian lalu- lintas, Perhitungan tarif parkir
tidak didasarkan atas perhitungan pengembalian biaya investasi dan operasional;. juga tidak
semata -mata untuk memperoleh keuntungan material dan/atau finansial.
Pertimbangan yang perlu diambil oleh pemerintah daerah dari retribusi parkir adalah bagaimana
menetapkan tarif parkir yang paling tepat, tidak terlalu murah ataupun terlalu mahal. Dengan
menggunakan pendekatan ekonomi dapat diterapkan tarif parkir yang paling optimal, sehingga
retribusi parkir dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan pendapatan asli daerah tetapi
juga sebagai alat untuk mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi.
Penerapan tarif retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan dengan peraturan perundangan
yang berlaku dan memperhatikan pedoman yang yang ditetapkan, dalam hal ini Keputusan
Menteri Perhubungan No. 66 Tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir untuk umum.

BAB III
1. Kondisi Fisik
Kota Makassar merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sulawesi Selatan, terletak di antara
119241738 Bujur Timur dan 58619 Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara
Kabupaten Pangkajene Kepulauan, sebelah timur dengan Kabupaten Maros, sebelah selatan
dengan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar
tercatat 175,77 km persegi yang meliputi 14 Kecamatan dan 142 Kelurahan dengan 885 RW dan
4446 RT, (Makassar Dalam Angka, 2014).
(Lampirkan tabel luas wilayah menurut kecamatan)
Secara geografis, letak kota Makassar berada di tengah diantara pulau pulau besar lain dari
wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan kota dengan sebutan angin mammiri ini
menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian Timur maupun dari Utara ke
Selatan Indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan Kota Makassar memiliki daya tarik kuat bagi
para imigran, baik dari Sulawesi Selatan itu sendiri maupun dari provinsi lain terutama dari
kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari tempat tinggal dan lapangan pekerjaan.

(Lampiran Gambar peta Makassar)


Berdasarkan pencatatan Stasiun Metereologi Maritim Paotere, secara rata rata kelembapan
udara sekitar 23,5 - 33,2 C dan rata rata kecepatan angin 4,6 knot, sebagaimana umumnya
iklim di daerah khatulistiwa yang beriklim tropis. Dikarenakan kota pesisir sehingga Kota
Makassar memiliki topografi wilayah yang relatif datar dan ketinggian tanah berkisar antara 1
25 m, dengan kemiringan rata rata 5 derajat kearah timur.
Sarana transportasi yang memadai sangat penting untuk menunjang mobilitas penduduk dan
kelancaran distribusi barang dari dan ke daerah. Panjang jalan di Kota Makassar pada tahun 2013
sepanjang 1.593,46 kilometer, dibandingkan pada tahun 2012 panjang jalan tidak mengalami
perubahan. Tahun 2013, untuk kondisi jalan baik mengalami peningkatan disbanding tahun 2012.
Rusak berat juga mengalami pengurangan dari tahun 2012. Secara keseluruhan panjang jalan
dapat dilihat pada tabel 3.1. (
Adapun jumlah kendaraan bermotor wajib uji di Kota Makassar pada tahun 2013 adalah
sebanyak 49.373 kendaraan dengan rincian mobil bus sebanyak 7.865 kendaraan, mobil
penumpang sebanyak 5.462 kendaraan dan kendaraan lainnya sebanyak 36.046 kendaraan,
dibandingkan tahun 2012 jumlah kendaraan bermotor wajib uji mengalami penurunan sebesar
21,45 % di tahun 2013 (tabel 3.2)

2. Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar


Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar No.6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Makassar 2005 2015, pada Pasal 8 Wilyah Pengembangan. Sesuai dengan
karakteristik fisik dan perkembangannya, Makassar dibagi atas 13 (tiga belas) Kawasan
Terpadu dan 7 (tujuh) Kawasan Khusus sebagaimana dengan kebijakan pembangunan unutk
masing masing wilayah pengembangan sebagai berikut :
1. Wilayah Pengembangan (WP) I dibagian atas Sungai Tallo, tepatnya di bagian Utara dan
Timur Kota, dengan dasar kebijakan utamanya diarahkan pada peningkatan peran dan
fungsi fungsi kawasan yang berbasiskan pada pengembangan infrastruktur dasar
ekonomi

perkotaan

melalui

pengembangan

kegiatan

secara

terpadu

seperti

pengembangan fungsi dari sektor industri dan pergudangan, pusat kegiatan perguruan
tinggi, pusat penelitian, bandar udara yang berskala internasional, kawasan maritim dan
pusat kegiatan penelitian sebagai sentra primer baru bagian Utara Kota;
2. Wilayah Pengembangan (WP) II dibagian bawah Sungai Tallo, tepatnya dibagian Timur
dari Jalan Andi Pengeran Pettarani sampai dengan batas bagian bawah dari Sungai Tallo,
dengan dasar kebijakan utamanya mengarah pada pengembangan kawasan pemukiman
perkotaan secara terpadu dalam bingkai pengembangan sentra primer baru bagian Timur
Kota;
3. Wilayah Pengembangan (WP) III Pusat Kota, tepatnya berada pada sebelah Barat dari
Jalan Andi Pengeran Pettarani sampai dengan Pantai Losari dan batas bagian atas dari
Sungai Balang Beru (Danau Tanjung Bunga), dengan dasar kebijakan utamanya
mengarah pada kegiatan revitalisasi Kota, pengembangan pusat jasa dan perdagangan,
pusat bisnis dan pemerintahan serta pengembangan kawasan pemukiman secara terbatas
dan terkontrol guna mengantisipasi semakin terbatasnya lahan Kota yang tersedia dengan
tanpa mengubah dan mengganggu kawasan dan atau bangunan cagar budaya;
4. Wilayah Pengembangan (WP) IV dibagian bawah Sungai Balang Beru (Danau Tanjung
Bunga), tepatnya batas bagian bawah dari Sungai Balang Beru sampai dengan batas
administrasi Kabupaten Gowa, dengan dasar kebijakan utamanya mengarah pada
pengembangan kawasan secara terpadu untuk pusat kegiatan kebudayaan, pusat bisnis
global terpadu yang berstandar internasional, pusat bisnis dan pariwisata terpadu dan
pusat olahraga terpadu yang sekaligus menjadi sentra primer baru bagian Selatan Kota;
5. Wilayah Pengembangan (WP) V Kepulauan Spermonde Makassar, dengan dasar
kebijakan utamanya yang diarahkan pada peningkatan kegiatan pariwisata, kualitas
kehidupan masyarakat nelayan melalui peningkatan budidaya laut dan pemanfaatan
sumber daya perikanan dengan konservasi ekosistem terumbu karang;

Berikutnya Pemerintah Kota Makassar memperbaruhi aturan tersebut yang tercantum pada
Rancangan Peraturan Daerah Kota tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar

2010 2030, Pasal 15 (Kawasan Pengembangan Terpadu Kota) dan Pasal 16 (Kawasan
Pengembangan Strategis Kota), uraiannya antara lain :
Kawasan Pengembangan Terpadu Kota, terdiri atas:
a. Kawasan pusat Kota, yang berada pada bagian tengah barat dan selatan Kota mencakup
wilayah Kecamatan Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso, Makassar, Ujung Tanah
dan Tamalate;
b. Kawasan permukiman terpadu, yang berada pada bagian tengah pusat dan timur Kota,
mencakup wilayah Kecamatan Manggala, Panakukang, Rappocini dan Tamalate;
c. Kawasan pelabuhan terpadu, yang berada pada bagian tengah barat dan utara Kota,
mencakup wilayah Kecamatan Ujung Tanah dan Wajo;
d. Kawasan bandara terpadu, yang berada pada bagian tengah timur Kota, mencakup
wilayah Kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea;
e. Kawasan maritim terpadu, yang berada pada bagian utara Kota, mencakup wilayah
Kecamatan Tamalanrea;
f. Kawasan industri terpadu, yang berada pada bagian tengah timur Kota, mencakup
wilayah Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya;
g. Kawasan pergudangan terpadu, yang berada pada bagian utara Kota, mencakup wilayah
Kecamatan Tamalanrea, Biringkanaya dan Tallo;
h. Kawasan riset dan pendidikan terpadu, yang berada pada bagian tengah timur Kota,
mencakup wilayah Kecamatan Panakukang, Tamalanrea dan Tallo;
i. Kawasan budaya terpadu, yang berada pada bagian selatan Kota, mencakup wilayah
Kecamatan Tamalate;
j. Kawasan olahraga terpadu, yang berada pada bagian selatan Kota, mencakup wilayah
Kecamatan Tamalate;
k. Kawasan bisnis dan pariwisata terpadu, yang berada pada bagian tengah barat Kota,
mencakup wilayah Kecamatan Tamalate;

l. Kawasan bisnis global terpadu, yang berada pada bagian tengah barat Kota, mencakup
wilayah Kecamatan Mariso.
Kawasan Pengembangan Strategis Kota, terdiri atas:
a. Kawasan Strategis Wisata Pulau Terpadu berada di pesisir sebelah barat Kota, yang
termasuk dalam Kepulauan Spermonde, mencakup wilayah Kecamatan Ujung Pandang
dan Ujung Tanah;
b. Kawasan Strategis koridor pesisir berada di Kecamatan Tamalanrea ;
c. Kawasan Stategis pelabuhan terpadu berada pada bagian tengah barat dan utara Kota,
mencakup wilayah Kecamatan Ujung Tanah dan Wajo;
d. Kawasan Strategis Sungai Jeneberang Terpadu yang bermuara di sebelah selatan Kota,
yang melintasi Kota dan Kabupaten Gowa;
e. Kawasan Strategis Sungai Tallo yang berada di sebelah utara Kota, mencakup wilayah
Kecamatan Tallo;
f. Kawasan Strategis lindung Lakkang berada di Kecamatan Tallo, yang diapit oleh Sungai
Tallo dan Sungai Pampang;
g. Kawasan Strategis pusat energi berada di sebelah utara Kota yang mencakup wilayah
Kecamatan Tamalanrea, tepatnya di muara Sungai Tallo yang berdekatan dengan
Kawasan Strategis maritim terpadu;
h. Kawasan Bandara Terpadu berada pada bagian tengah timur Kota, mencakup wilayah
Kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea, serta berbatasan langsung dengan Kabupaten
Maros;
i. Kawasan Strategis maritim terpadu berada di pesisir utara Kota tepatnya berada di
Kelurahan Untia;
j. Kawasan Strategis bisnis karebosi berada di lapangan Karebosi yang merupakan jantung
Kota, alun-alun Kota kebanggaan masyarakat yang telah ada sejak zaman dahulu dan
merupakan titik nol Kota;
k. Kawasan Strategis bisnis losari yang terletak di kawasan pusat Kota lama;

l. Kawasan Strategis bisnis global terpadu berada di kawasan pusat Kota lama yakni di
sekitar Tanjung Beringin.

Persoalan lalu lintas merupakan masalah publik yang harus ditangani dan diselesaikan oleh
pemerintah setempat, utamnya kemacetan dengan berbagai upaya kebijakan yang harus
dilakukan. Sebagaimana yang terlihat bebeberapa upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah
Kota Makassar dalam menanggulangi masalah kemacetan lalu lintas tersebut. Namun yang
terlihat adalah penanganan secara teknis dibawah kendali Dinas Perhubungan Kota Makassar
sebagai leading sektor yang menangani persoalan tersebut ternyata belum efektif.

Berbagai

kebijakan

telah

dibuat

oleh Walikota

Makassar untuk sekedar

mengatasi

kemacetan lalu lintas jalan khususnya di jalan-jalan protokol seperti Peraturan Walikota
Makassar Nomor 94 Tahun 2013 tentang tentang larangan truk beroperasi dalam kota pada
siang hari (jam tertentu), dan Peraturan Walikota Makassar Nomor 64 Tahun 2011 tentang
larangan parkir pada lima ruas jalan (badan jalan) pada jalan-jalan protokol. Namun kebijakan
walikota tersebut belum terlaksana secara efektif yang dapat dilihat pada tingkat kemacetan
pada ruas-ruas jalan yang dimaksud ternyata juga tidak berkurang.

Rendahnya penegakan peraturan, sekalipun sudah terdapat peraturan, namun sebagaimana


terlihat masih banyak pelanggaran terhadap peraturan tersebut yang berlangsung setiap saat.
Tidak hanya itu faktor pemicu terjadinya pelanggaran terutama penggunaan bahu badan
jalan sebagai tempat parkir kendaraan yang sebenarnya dilarang sebagaimana diatur dalam
Peraturan Walikota Makassar, perilaku warga (pengusaha) yang melakukan alih fungsi lahan
dan bangunan untuk keperluan usaha misalnya bangunan peruntukan perumahan dialihkan
jadi peruntukan bisnis seperti diubah jadi hotel, wisma, restoran, rumah makan dan caf,
dan ruko. Permasalahan yang ditimbulkan adalah mereka tidak menyediakan lahan parkir.
Selain daripada itu beberapa pengelola restoran menggunakan rolling jalan didepan tokonya
sebagai tempat memasak, dan bahkan pengelola usaha lainnya mempersewakan rolling jalan
depan tokonya sebagai tempat jualan pedagang kaki lima, penjual makanan dan berbagai
accessories.
Rendahnya penegakan peraturan lainnya dapat juga dilihat pada pemanfaatan bahu jalan
sebagai tempat parkir yang seolaholah legal karena pada area tersebut terpasang rambu untuk

memarkirkan kendaraan. Keadaan seperti ini sebenarnya melanggar peraturan yang lebih
tinggi yakni UndangUndang tentang Jalan. Selain itu pelanggaran-pelanggaran lain yang
dilakukan oleh warga masyarakat adalah pelanggaran terhadap berbagai rambu lalu lintas
misalnya larangan parkir atau pada rambu larangan berhenti. Kesadaran warga yang rendah
dalam mentaati aturan, sebenarnya dapat diatasi jika ada ketegasan petugas dalam
menegakkan aturan seperti memberi sanksi sesuai dengan ketentuan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai