Anda di halaman 1dari 26

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruang Terbuka Hijau


Ruang Terbuka Hijau dikenal dengan istilah RTH, merupakan istilah yang
telah lama diperkenalkan. Pedoman Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah Perkotaan (Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988), menegaskan bahwa untuk
meningkatkan kualitas hidup di wilayah perkotaan yang mencakup bumi, air, ruang
angkasa dan kekayaan yang terkandung didalamnya, maka diperlukan upaya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kawasan-kawasan hijau. Pengembangan
Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan dititikberatkan pada hijau sebagai unsur
kota, baik produktif maupun non produktif, dapat berupa kawasan jalur hijau
pertamanan kota, kawasan hijau pertanian, kawasan jalur hijau pesisir pantai,
kawasan jalur hijau sungai dan bentuk ruang terbuka hijau lainnya.
Sesuai Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988 tersebut, maka pengertian Ruang
Terbuka Hijau adalah ruang-ruang terbuka dalam kota atau wilayah yang lebih luas,
baik dalam bentuk areal kawasan maupun dalam bentuk areal memanjang atau jalur
dimana di dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa
bangunan. Dalam Ruang Terbuka Hijau pemanfaatannya lebih bersifat pengisian
hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman
seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.

11
Universitas Sumatera Utara

12

M enurut Zoeraini (2003), Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan


merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau
pertamanan,

hutan

kota,

rekreasi,

olah

raga

pemakaman,

pertanian,

pekarangan/halaman, green belt dan lainnya.


Peraturan M enteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, menyebutkan bahwa
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana tata ruang wilayah propinsi
dan kabupaten/kota. RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi,
sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Luas ideal RTHKP minimal 20 % dari luas
kawasan perkotaan.
M enurut Dinas Pertamanan Kota Medan (2003), beberapa kebijakan umum
dalam mewujudkan Ruang Terbuka Hijau adalah sebagai berikut :
a.

Pengadaan RTH diutamakan pada kawasan yang secara alami kritis/peka dan
dapat menimbulkan dampak yang luas, seperti daerah pantai, resapan air,
penanaman listrik tegangan tinggi dan sebagainya.

b.

Mengusahakan secara maksimal alternatif tata guna lahan untuk mencapai tujuan
diadakannya RTH dalam menunjang kelestarian lingkungan.

c.

Mengusahakan agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan standard


perencanaan untuk memperoleh RTH serba guna, perpetakan ruang-ruang parkir,
ruang-ruang antar bangunan dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

13

2.2. Penghijauan Perkotaan


Penghijauan diartikan sebagai satu kegiatan penting yang harus dilaksanakan
secara konseptual dalam menangani krisis lingkungan. Fakta menunjukkan bahwa
banyak bangunan dibangun pada lahan pertanian dan ruang terbuka hijau. Padahal
tumbuhan (yang berhijau daun) dalam ekosistem, berperan sebagai produsen pertama
yang mengubah energi surya menjadi energi potensial untuk makhluk lainnya, dan
mengubah CO2 menjadi O 2 dalam proses fotosintesis (Odum, 1996).
M enurut Zoeraini (2003), penghijauan dalam arti luas adalah segala daya
untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat
berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau
pelindung lingkungan. Penghijauan kota adalah suatu usaha untuk menghijaukan kota
dengan melaksanakan pengelolaan taman-taman kota, taman-taman lingkungan, jalur
hijau, hutan kota dan sebagainya. Dalam hal ini penghijauan perkotaan merupakan
kegiatan pengisian ruang terbuka diperkotaan. Bentuk penghijauan yang dilakukan
sangat tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Berbeda tempat berbeda pula
karakteristiknya. Akibatnya cara penghijauan menjadi bervariasi walaupun tujuan
utamanya ialah penanaman pohon atau tanaman.
Karakteristik yang dapat membedakan bentuk penghijauan di suatu tempat
antara lain sumber air, luas lahan tersedia, intensitas sinar matahari, dan kondisi
lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar dapat dapat berarti tempat hunian atau
tempat umum dengan kondisi padat, sedang, atau bahkan jarang (Nazaruddin, 1996).

Universitas Sumatera Utara

14

M enurut Nazaruddin (1996), bentuk-bentuk penghijauan kota antara lain :


A. Hutan Kota
Definisi hutan kota menurut Fakuara (1987) dalam Departemen Kehutanan
(2005) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang
memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan
proteksi, estetika dan kegunaan-kegunaan khusus lainnya. M enurut Nazaruddin
(1994), hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh
pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami di sini
bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan tidak
terlalu diatur seperti taman.
Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran. Hal tersebut dimungkinkan
karena kebutuhan lokasi permukiman atau perkantoran daerah tersebut tidak terlalu
besar. Lokasi yang cukup luas untuk dijadikan hutan kota relatif mudah diperoleh.
M enurut Grey dan Deneke (1978) dalam Zoeraini (2005), hutan kota
merupakan kawasan vegetasi berkayu yang luas serta jarak tanamnya terbuka bagi
bagi umum, mudah dijangkau oleh penduduk kota. Jarak lokasi hutan kota dapat
dicapai dengan berjalan kaki dari pusat permukiman penduduk padat, jarak sama
yang ditempuh dari titik akhir jaringan transportasi umum atau setara waktu yang
diperlukan pejalan kaki apabila ia bersepeda dan harus dibuka untuk umum.

Universitas Sumatera Utara

15

Hutan kota merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau


(Departemen Kehutanan, 2005). Ruang Terbuka Hijau dinyatakan sebagai ruangruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membulat maupun
dalam bentuk memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka
yang pada dasarnya tanpa bangunan. Pelaksanaan program pengembangan Ruang
Terbuka Hijau dilakukan dengan pengisian hijau tumbuhan secara alamiah ataupun
tanaman budidaya seperti pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.
B. Taman Umum
Taman umum menurut Nazaruddin (1996), merupakan taman yang
diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau untuk umum. Masyarakat dapat
memanfaatkan taman umum untuk aneka keperluan, diantaranya sebagai tempat
bersantai, berjalan-jalan, membaca, dan sebagainya. Lokasi taman umum biasanya
dibuat di lokasi yang banyak dilalui orang. Lokasi ini bisa di pusat kota, dekat
perkantoran, bahkan di tengah permukiman penduduk.
Hasni (2008) menyatakan, taman umum atau disebut juga taman kota (urban
park) adalah taman yang khusus dirancang untuk menampung kegiatan rekreatif
penduduk kota dan berguna untuk kegiatan fisik yang menyehatkan, bermanfaat bagi
pendidikan anak-anak maupun generasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai
lingkungan hijau.
Taman menurut Departemen Kehutanan (2005), dapat diartikan sebagai
tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya

Universitas Sumatera Utara

16

hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Di


taman umum biasanya dijumpai beberapa pohon besar yang rindang, semak atau
perdu dan tanaman hias yang ditata rapi, bangku taman untuk tepat orang duduk
melepas lelah, jalan setapak, kolam, air mancur, serta tempat bermain anak-anak.
C. Penghijauan Halaman Rumah Penduduk.
Halaman atau pekarangan rumah penduduk merupakan ruang terbuka hijau
yang cocok untuk mendukung gerakan penghijauan kota. Apabila setiap penduduk
memiliki kesadaran untuk menanami halaman rumahnya dengan tanaman, maka
penghijauan kota dapat dikatakan berhasil. Dengan semakin bertambahnya populasi
rumah hunian di suatu kota, jumlah populasi pepohonan pun akan bertambah bila di
setiap rumah penduduk ditanami dengan pohon-pohon penghijauan (Nazaruddin,
1996).
M enurut Departemen Kehutanan (2005), halaman rumah dapat memberikan
prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk
mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu yang empunya rumah maupun
orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya ditanam
dengan tanaman yang dapat menghasilkan buah, namun dilengkapi juga dengan
tanaman bebungaan yang indah.
Akan tetapi, pertambahan penduduk yang pasti terjadi di sebuah kota yang
dinamis membuat lahan pekarangan di kota ikut menyempit. Pekarangan luas dan
lebar kini hanya dimiliki oleh beberapa penduduk yang mampu. Penduduk kota

Universitas Sumatera Utara

17

kebanyakan hanya memiliki halaman rumah seadanya. Bahkan fenomena ruko


(rumah toko) makin marak di perkotaan yang sama sekali tidak memiliki lahan
pekarangan yang bisa ditanami. Bila memiliki halaman, hanya berukuran kecil yang
disemen atau diperkeras dengan material lainnya untuk dijadikan tempat parkir
kendaraan.
D. Jalur Hijau di Jalan Umum
Penghijauan di jalan umum biasanya berbentuk penanaman pohon di bagian
jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di median atau tengah jalan
untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan dan kiri jalan. Sering pula
dijumpai jalan yang di kanan kirinya sudah dibuatkan jalur khusus untuk pejalan kaki
(pedestrian) masih dapat pula ditanami pohon (Nazaruddin, 1996).
Hasni (2008), menyatakan yang dimaksud dengan jalur hijau atau green belts
adalah daerah penyangga yang diproyeksikan di sekeliling batas (administratif) kota.
Sabuk hijau penyangga umumnya berbentuk memanjang, bahkan bisa mencapai
puluhan kilometer, namun jarak lebar jalur hijau ini relatif pendek, di mana ukuran
pendek tidaknya tergantung pada kebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi alam
serta jenis kegiatan penduduk yang akan dilakukan di dalamnya.
Pada jalan-jalan protokol yang pada umumnya lebar dan terang tidak ditanami
dengan vegetasi secara penuh. Bila ditanami tanaman, jenis tanamannya biasanya
berupa rumput, bunga-bungaan, atau tanaman hias yang kecil. Namun, ini tergantung
situasi jalan protokol tesebut. Jalan protokol yang melewati permukiman atau

Universitas Sumatera Utara

18

perkantoran tidak bisa ditanami pohon yang rapat atau terlalu menutupi pandangan.
Akan tetapi, jalan protokol menuju luar kota atau permukiman yang tidak terlalu
padat bisa ditanami tanaman yang agak rimbun.
E. Penghijauan Daerah Aliran Sungai
Tepian sungai yang tidak ditanami dapat menjadi daerah yang berbahaya.
Gerusan air yang berlangsung terus menerus, serangan banjir, atau hujan deras yang
datang tiba-tiba membuat lereng sungai menjadi daerah yang mudah sekali longsor.
Apalagi bila sungai belum dibuatkan tebing permanen dari beton atau dinding dari
susunan batu besar maka bahaya longsor akan selalu menjadi ancaman.
Penghijauan daerah aliran sungai tidak hanya bermanfaat untuk penguat
tebing sungai. Sungai yang ditanami pepohonan akan terlihat lebih rapi dan indah
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Pepohonan di sepanjang tepi
sungai juga memberikan pemandangan asri bagi para pengemudi kendaraan bermotor
yang melalui jalan di tepian sungai tersebut (Nazaruddin, 1996).

2.3. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Pembentukan Ruang Terbuka Hijau


M enurut Departemen Kehutanan (2005), Ruang Terbuka Hijau kota
merupakan areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga
kehidupan; sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, kes erasian dan
kehidupan lingkungan; sebagai sarana rekreasi; sebagai pengaman lingkungan hidup
perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik di darat, perairan maupun

Universitas Sumatera Utara

19

udara; sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat
untuk membentuk kesadaran lingkungan; sebagai tempat perlindungan plasma nutfah;
sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro; sebagai pengatur
tata air.
Pembentukan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan bertujuan untuk
meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih
dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan dan menciptakan keserasian
lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan mas yarakat
(Zainuddin, 1998).
M anfaat yang dapat diperoleh dari ruang terbuka hijau kota antara lain:
memberikan kesegaran, kenyam anan dan keindahan lingkungan; m emberikan
lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk kota; memberikan hasil produksi
berupa kayu, daun, bunga dan buah.
M enurut Departemen Kehutanan (2005), adapun manfaat dan fungsi Ruang
Terbuka Hijau adalah s ebagai berikut :
a. Sebagai paru-paru kota.
Tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam
(O2 ) yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernapasan dan
mengambil CO2 dalam proses Fotosintesis.

Universitas Sumatera Utara

20

Menurut Dinas Pertamanan Kota M edan (2003), RTH mensuplai oksigen


sebesar 0,6 ton/hektar/hari yang cukup untuk 1500 jiwa penduduk. Sedangkan
menurut Grey dan Deneke (1971) dalam Zoeraini (2005), menyebutkan bahwa
setiap tahun vegetasi di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton
CO 2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton O 2 ke
atmosfer, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha
daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO 2 yang
diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama
sebagai hasil pernapasannya.
a. Sebagai pengatur lingkungan (mikro)
Vegetasi menurukan suhu kota dan meningkatkan kelembaban sehingga
menimbulkan hawa lingkungan setempat sejuk, nyaman dan segar.
Menurut Zoeraini (1994), hutan kota dapat menurunkan suhu kota sekitarnya
sebesar 3,46% di siang hari pada permulaan musim hujan, dan hutan kota juga
menaikkan kelembaban sebesar 0,81% di siang hari pada permulaan musim hujan.
b. Sebagai peredam kebisingan sekitar 25%-80%.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bianpoen, dkk. Di J akarta pada tahun
1990, menemukan bahwa vegetasi mempunyai kemampuan untuk mengurangi
kebisingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya serap vegetasi terhadap
suara adalah 6 - 8 dB(A)/100 feet.
c. Pencipta lingkungan hidup (ekologis) dan sumber plasma nutfah.

Universitas Sumatera Utara

21

Penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup di alam.


Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa
depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.
Penguasaannya merupakan keuntungan komporatif yang besar bagi Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati (Buku I
Repelita V hal.429). Ruang terbuka hijau dapat dijadikan sebagai tempat koleksi
keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita.
a. Penyeimbang alam (adaphis) merupakan pembentukan tempat-tempat hidup alam
bagi satwa yang hidup di sekitarnya.
b. Perlindungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (angin kencang,
terik matahari, gas atau debu-debu).
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh
kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel
padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh
tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini
jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang
melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada
permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan
yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada
juga pertikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. M anfaat dari

Universitas Sumatera Utara

22

adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan
sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan
kota.
Hasil penelitian Zoeraini (1994) menunjukkan bahwa hutan kota dapat
menurunkan kadar debu sebesar 46,13% di siang hari pada permulaan musim
hujan.
a. Keindahan (estetika). Dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang
direncanakan secara baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota.
Vegetasi dapat memberikan keindahan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur
yang ada maupun aroma. Unsur-unsur penghijauan yang direncanakan secara baik
dan menyeluruh akan menambah keindahan kota. Vegetasi tidak hanya
memberikan kesan lembut terhadap lingkungan keras, akan tetapi dengan
ketidakteraturannya akan membuat lingkungan yang harmonis.
b. Memberikan hasil produksi berupa kayu, daun, bunga dan buah.
c. Kesehatan (hygiene), misalnya untuk terapi mata.
d. Rekreasi dan pendidikan (edukatif). J alur hijau dengan aneka vegetasi
mengandung nilai-nilai ilmiah.

2.4. Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida


Vegetasi mempunyai peranan yang besar dalam ekosistem, tetapi dalam
pembangunan perkotaan khususnya di Indonesia, sering kali tidak memperhitungkan
kehadiran lahan untuk vegetasi. Vegetasi sangat berguna dalam memproduksi

Universitas Sumatera Utara

23

oksigen yang diperlukan manusia untuk proses respirasi (pernafasan), serta


untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida yang semakin banyak di udara
akibat kendaraan bermotor dan industri (Zoeraini, 1994).
Satu komponen yang penting dalam konsep tata ruang adalah menetapkan
vegetasi dan mengaktifkan jalur hijau dan hutan kota, baik yang akan direncanakan
maupun yang sudah ada namun kurang berfungsi. Selain itu jenis pohon yang
ditanam perlu menjadi pertimbangan, karena setiap jenis tanaman mempunyai
kemampuan menyerap yang berbeda-beda (Tinambunan, 1994).
Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000 pohon
berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per
tahun. Penanaman pohon menghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan
penyimpanan karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut
busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada hutan yang dikelola dan ditanam
akan menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir, kemudian sebagian
kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam kondisi masak tebang atau
mengalami pembusukan (Tinambunan, 1994).
Untuk mengetahui seberapa besar emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari
aktivitas kota, maka dilakukan pendekatan penghitungan emisi karbon dioksida.
Faktor emisi adalah nilai yang digunakan untuk mendapatkan berat karbon dioksida
berdasarkan besaran-besaran yang dinilai, misalnya premium dan solar. Faktor emisi
untuk perhitungan karbon dioksida dalam penelitian ini diperoleh melalui studi
literatur. Faktor emisi disajikan pada Tabel 1 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

24
Tabel 1. Faktor Emisi untuk Bahan Bakar

Bahan Bakar Cair


Bensin
Solar

gram CO2/gallon
8,9
10,1

gram CO2/liter
2,3
2,7

Sumber : World Recources Institute (WRI) and World business council for Sustainable Development
(WBCSD, 2001)

2.5. Penghijauan Kota sebagai Program Kerja Pemerintah Kota/Pengelola Kota


Penghijauan kota seharusnya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan
kota sehingga pemerintah daerah mesti memiliki program tersendiri. Pelaksanaan
program tesebut dilakukan oleh suatu badan pemerintah yang ditunjuk khusus, dan
bertanggung jawab sepenuhnya dalam perencanaan , pelaksanaan, dan perawatan baik
berupa pembuatan taman kota, penanaman pohon pelindung di jalur hijau,
penanaman

tanaman

pot

di

tengah

kota,

serta

aneka

kegiatan lainnya

(Nazaruddin,1996).
Pemerintah daerah umumnya memiliki dinas pertamanan untuk mengatur
kegiatan penghijauan kota. Tugas pokok yang harus dilakukannya di antaranya ialah
membangun, menata, serta memelihara dan mengamankan taman-taman, jalur hijau,
dan tata hias kota. Selain itu, dinas pertamanan wajib melakukan bimbingan kepada
masyarakat dalam bidang pertamanan dan keindahan kota agar terwujud kota yang
indah, teduh, sehat dan terencana baik.
Selain dinas pertamanan, bisa saja pemerintah daerah melimpahkan tanggung
jawab pelaksanaan penghijauan kota kepada bagian pemeliharaan keindahan dan
kebersihan kota, dinas pekerjaan umum, dinas pertanian, dinas kehutanan, ataupun
instansi lain yang ditunjuk. Hal ini ditentukan berdasarkan situasi dan kondisi daerah
tersebut. Bahkan jika memungkinkan, pelaksanaan penghijauan dilakukan oleh
beberapa instansi terkait sekaligus.
Universitas Sumatera Utara

25

Tanggung jawab dinas pertamanan atau instansi yang ditunjuk sebagai


pelaksana penghijauan kota di antaranya :
a. melaksanakan penghijauan kota dan membangun taman beserta kelengkapan,
b. membuat

perencanaan,

malaksanakan,

mengawasi,

dan

mengendalikan

pembangunan fisik pertamanan dan keindahan kota,


c. meneliti dan mengembangkan pola umum pertamanan dan keindahan,
d. memelihara dan mengamankan jalur hijau, taman-taman, serta kelengkapan
lainnya dari usaha pengrusakan,
e. menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan ketertiban taman dan jalur
hijau,
f. mengusahakan pembibitan dan pengadaan tanaman untuk penghijauan kota, dan
g. membimbing, membina, serta mengadakan penyuluhan bidang pertanaman
kepada masyarakat.

2.6. Metodologi Sistem Dinamis


M odel merupakan representasi dari sistem nyata, suatu model dikatakan baik
bila perilaku model tersebut dapat menyerupai sistem sebenarnya dengan syarat tidak
melanggar prinsip-prinsip berfikir sistem. Dalam membangun suatu model sangat
dipengaruhi oleh subjektivitas seseorang atau organisasi, maka perlu adanya
penyempurnaan yang dilakukan secara terus-menerus dengan menggali informasi dan
potensi yang relevan (Muhammadi et al. 2001).

Universitas Sumatera Utara

26

M enurut Nasution (2001), model sistem dinamis dapat dibangun dengan


bantuan diagram-diagram yang tersedia untuk membantu pengertian atas struktur
permasalahan yang terjadi. Diagram-diagram ini digunakan untuk merepresentasikan
aliran struktur dan struktur umpan balik sebab akibat dari sistem. Salah satu
pendekatan pemodelan yang telah mempertimbangkan system thinking dan prinsip
pembuatan model dinamik adalah metodologi sistem dinamis. Metode ini telah dan
sedang berkembang sejak diperkenalkan pertama kali oleh Jaw W. Forrester pada
tahun 1958.
M enurut Sushil (1993), metodologi sistem dinamis dibangun atas tiga latar
belakang disiplin, yaitu manajemen tradisional, teori umpan balik atau cybernetics,
dan simulasi komputer. Prinsip dan Konsep dari ketiga disiplin ini dipadukan dalam
sebuah metodologi untuk memecahkan permasalahan manajerial secara holistik,
menghilangkan kelemahan dari masing-masing disiplin, dan menggunakan kekuatana
setiap disiplin untuk membentuk sinergi. Akar dari metodologi sistem dinamis dan
input yang diberikan terhadap model sistem dinamis dapat dilihat dalam gambar 2
berikut :
Pe mikira n Ma nusia

Manajemen
Tradisional atas
Sistem Sosial

- Informasi
- Pengalaman
- Penilaian

Kom puter

Cybernetics

Prinsip
Pemilihan

Prinsip
Struktur

M odel

Simula si
Komputer

Komputasi

Perilaku Dinamis
dan Kebijakan
Perbaikan

Gambar 2. Dasar Metodologi Sistem Dinamis (Sushil, 1993)


Universitas Sumatera Utara

27

Manajemen Tradisional
M anajemen tradisional adalah dunia nyata dari praktisi manajerial yang
mengandalkan pengalaman dan penilaian dari para manajer. Dasar utama dari
manajemen tradisional adalah basis data mental dan model mental dengan kekuatan
utama pada kekayaan atas informasi kualitatif yang didapat dari pengamatan
langsung dan pengalaman (Sushil, 1993).
Cybernetics
Cybernetics adalah ilmu mengenai komunikasi dan kontrol yang didasari oleh
umpan balik. Kekayaan informasi yang terkandung dalam basis data mental tidak
dapat digunakan secara efektif tanpa adanya prinsip tentang pemilihan informasi yang
relevan dan prinsip tentang strukturisasi informasi. Dengan adanya cybernetics maka
informasi yang ada dapat difiltrasi dan dihubungkan satu sama lain untuk membentuk
struktur kausal dan umpan balik dalam sistem (Sushil, 1993).
Simulasi Komputer
Simulasi

komputer digunakan untuk mempelajari

konsekuensi

yang

dihasilkan oleh perilaku dinamis dari suatu sistem. Perkembangan yang amat pesat
dalam dunia simulasi komputer membuat simulasi dari konsekuensi yang dihasilkan
oleh perilaku dinamis ini dapat dilakukan dengan biaya yang rendah. Simulasi
komputer memberikan sumbangan besar dalam perancangan kebijakan-kebijakan
yang akan diterapkan dalam suatu sistem dengan kemampuan untuk memberikan
konsekuensi yang akan ditimbulkan atas setiap kebijakan tersebut (Sushil, 1993).

Universitas Sumatera Utara

28

2.7. Sistem dan Berpikir Sistem


M enurut Muhammadi et al. (2001), sistem adalah keseluruhan inter-aksi antar
unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai
tujuan. Sedangkan menurut Forrester (1961), sistem adalah sekelompok komponen
yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Keadaan sistem, selain dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam sistem
juga dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di luar sistem. Lingkungan sistem
digunakan sebagai istilah untuk menggambarkan suatu lingkungan di luar sistem,
yang merupakan tempat bagi

terjadinya

perubahan-perubahan

yang dapat

mempengaruhi sistem. Syarat awal untuk memulai berpikir sistemik adalah adanya
kesadaran untuk mengapresiasi dan memikirkan suatu kejadian sebagai sebuah sistem
(systemic approach). Kejadian apapun baik fisik maupun non-fisik, dipikirkan
sebagai unjuk kerja atau dapat berkaitan dengan unjuk kerja dari keseluruhan
interaksi antar unsur sistem dalam batas lingkungan tertentu (Susanty, 2002).
M enurut Muhammadi et al. (2001), ada lima langkah yang dapat ditempuh
untuk menghasilkan bangunan pemikiran (model) yang bersifat sistemik, yaitu :
i)

Identifikasi proses

menghasilkan kejadian nyata yaitu mengungkapkan

pemikiran tentang prose nyata (actual transformation) yang menimbulkan


kejadian nyata (actual state).
ii)

Identifikasi kejadian yang diinginkan yaitu memikirkan kejadian yang


seharusnya, yang diinginkan, yang dituju, yang ditargetkan ataupun yang
direncanakan (desired state).

Universitas Sumatera Utara

29

i)

Identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan keinginan yaitu memikirkan


tingkat kes enjangan antara kejadian aktual dengan seharusnya. Kesenjangan
tersebut adalah masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan.

ii)

Identifikasi dinamika menutup kesenjangan antara kejadian nyata dengan


kejadian yang diinginkan. Dinamika tersebut adalah aliran informasi tentang
keputusan-keputusan yang telah bekerja dalam sistem.

iii) Analisis kebijakan yaitu menyusun alternatif tindakan atau keputusan (policy)
yang akan diambil untuk mempengaruhi proses nyata (actual transformation)
sebuah sistem dalam menciptakan kejadian nyata (actual stateI). Keputusan
tersebut dimaksudkan untuk mencapai kejadian yang diinginkan (desired state).
M enurut Nasution (2001), suatu sistem dipelajari karena adanya kebutuhan
untuk mengkaji hubungan antar berbagai komponen atau memprediksi performansi
sistem terseut pada berbagai kondisi yang berbeda. Cara mempelajari suatu sistem
dapat dilihat pada gambar 3.

Sistem

Eksperimen dengan
Menggunakan
Sistem Nyata

Eksperimen dengan
Menggunakan
Mod el Sistem

Model Fisik

Mo del Matematis

Solusi Analitis

Simulasi

Gambar 3. Cara Mempelajari Suatu Sistem

Universitas Sumatera Utara

30

2.8. Modeling (Pemodelan)


Modeling (pemodelan) diartikan sebagai suatu gugus pembuatan model
(Eriyatno, 2003). Pramudya (1989) mendefinisikan model adalah suatu abstraksi dari
keadaan sesungguhnya atau merupakan pernyataan sistem nyata untuk memudahkan
pengkajian suatu sistem. Sejalan dengan pernyataan tersebut Muahammadi, dkk.
(2001) menyatakan bahwa model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan
suatu gejala atau proses. Dalam pelaksanaan pendekatan sistem, pengembangan
model merupakan hal yang sangat penting yang akan menentukan keberhasilan dalam
mempelajari sistem secara keseluruhan.
Disamping itu, pengembangan model diperlukan guna menemukan peubahpeubah penting dan tepat serta hubungan antar peubah dalam sistem yang dikaji.
Menurut Winardi (1989), model adalah suatu gambaran abstrak dari sistem dunia
nyata dalam hal-hal tertentu. Model tersebut memperlihatkan hubungan langsung
maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Suatu
model yang baik akan menggambarkan dengan baik segi tertentu yang penting dari
perilaku dunia nyata. Dalam membangun suatu model harus dimulai dari konsep yang
paling sederhana dengan cara mendefinisikan permasalahan secara hati-hati serta
menggunakan analisis sensitivitas untuk membantu menentukan rincian model.
Selanjutnya untuk penyempurnaan dilakukan dengan menambahkan variabel secara
gradual sehingga diperoleh model yang logis dan dapat merepresentasikan keadaan
yang sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

31

M odel yang dibangun haruslah merupakan gambaran yang sahih dari sistem
yang nyata, realistik dan informatif. Model yang tidak sahih akan memberikan hasil
simulasi yang sangat menyimpang dari kenyataan yang ada, sehingga akan
memberikan informasi yang tidak tepat. Model yang dianggap baik apabila model
dapat menggambarkan semua hal yang penting dari dunia nyata dalam sistem tersebut
(Winardi, 1989).
Lebih lanjut Pramudya (1989) menyatakan bahwa ada empat keuntungan
penggunaan model dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu:
(1)

memungkinkan melakukan penelitian yang bersifat lintas sektoral dengan ruang


lingkup yang luas,

(2)

dapat

melakukan

eksperimentasi

terhadap

sistem

tanpa

mengganggu

(memberikan perlakuan) tertentu terhadap sistem,


(3)

mampu menentukan tujuan aktivitas pengelolaan dan perbaikan terhadap sistem


yang diteliti, dan

(4)

dapat dipakai untuk menduga (meramal) perilaku dan keadaan sistem pada
masa yang akan datang.
Penggunaan model sistem dinamis merupakan salah satu cara untuk

menyelesaikan masalah yang kompleks dalam pendekatan sistem (Winardi, 1989;


Muhammadi et al. 2001). Langkah pertama dalam menyusun model sistem dinamis
adalah menentukan struktur model yang akan memberikan bentuk dan sekaligus
memberi ciri yang mempengaruhi perilaku sistem. Perilaku sistem tersebut dibentuk
oleh kombinasi perilaku simpal causal-loop (sebab-akibat) yang menyusun struktur

Universitas Sumatera Utara

32

model. Semua perilaku model dapat disederhanakan menjadi struktur dasar


yaitu mekanisme dari masukan, proses, keluaran, dan umpan balik. Mekanisme
tersebut akan berkerja menurut perubahan waktu atau bersifat dinamis yang dapat
diamati perilakunya dalam bentuk unjuk kerja (level) dari suatu model sistem
dinamis.
M enurut

Muhammadi

et

al.

(2001) dan

Eriyatno

(2003),

model

dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:


(1)

model ikonik (model fisik) yaitu model yang mempunyai bentuk fisik sama
dengan barang yang ditirukan, meskipun skalanya dapat diperbesar atau
diperkecil,

(2)

model analog (model diagramatik) yaitu model suatu proses atau sifat, model
ini sifatnya lebih sederhana dan sering dipakai pada situasi khusus, seperti pada
proses pengendalian mutu industri, dan

(3)

model simbolik (model matematik) yaitu model yang menggunakan simbolsimbol matematika.
Untuk memahami struktur dan perilaku sistem, yang membantu dalam

pembentukan model dinamik kuantitatif digunakan causal-loop diagram (diagram


lingkar sebab-akibat) dan flow chart diagram (diagram alir). Pada sistem dinamis,
diagram sebab akibat ini digunakan sebagai dasar untuk membuat diagram alir yang
akan disimulasikan dengan menggunakan program

powersim. Program

ini

memberikan gambaran tentang perilaku sistem, sehingga dengan simulasi dapat


ditentukan alternatif terbaik dari sistem yang dibangun.

Universitas Sumatera Utara

33

Kinerja pada model dinamis ditentukan oleh kekhususan dan struktur dari
model yang dibangun. Melalui simulasi akan didapatkan perilaku dari suatu gejala
atau proses yang terjadi dalam sistem yang dikaji, sehingga dapat dilakukan analisis
dan peramalan perilaku dari gejala atau proses tersebut di masa depan. Empat tahapan
dalam melakukan simulasi model (Muhammadi et al. 2001), yaitu:
(a) Penyusunan konsep, pada tahap ini dilakukan identifikasi unsur-unsur yang
berperan dalam menimbulkan gejala atau proses. Dari unsur-unsur dan
keterkaitannya dapat disusun gagasan atau konsep mengenai gejala (proses) yang
akan disimulasikan,
(b) Pembuatan model, gagasan atau konsep yang dihasilkan pada tahap pertama
selanjutnya dirumuskan sebagai model yang berbentuk uraian, gambar atau
rumus,
(c) Simulasi model; pada model kuantitatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan
data ke dalam model, sedangkan pada model kualitatif, simulasi dilakukan
dengan menelusuri dan melakukan analisis hubungan sebab akibat antar variabel
dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk memahami
perilaku gejala atau proses model,
(d) Validasi hasil simulasi; validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara
hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Model dapat dinyatakan
baik jika kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses
yang terjadi di dunia nyata relatif kecil.

Universitas Sumatera Utara

34

Dalam studi ekologi, model adalah formulasi yang memberikan gambaran


mengenai keadaan sebenarnya (real world situation). Populasi berubah-ubah
sepanjang waktu, maka dengan adanya model dimungkinkan untuk mengadakan
ramalan-ramalan mengenai keadaan populasi yang bersangkutan untuk waktu-waktu
tertentu (Tarumingkeng, 1994).

2.9. Variabel dalam Model Sistem Dinamis


Dalam pemodelan dengan menggunakan metode sistem dinamis terdapat tiga
jenis variabel yang digunakan, yaitu level, rate dan auxiliary, ketiga jenis variabel ini
dan aliran yang terjadi antar variabel dapat dilihat dalam gambar 4.

Variabel

Level

Rate

Auxiliary

Aliran Fisik
:
Aliran Informasi :

Gambar 4. Jenis Variabel dalam Model Sistem Dinamis (Sushil, 1993)

Universitas Sumatera Utara

35

Variabel Level
Variabel level merepresentasikan akumulasi atau integrasi suatu aliran dari
waktu ke waktu. Dalam sistem nyata pada dasarnya terdapat dua jenis level
bergantung pada jenis subsistem yang terlibat, subsistem fisik atau subsistem
informasi.
Subsistem fisik berkaitan dengan aliran sumber-sumber fisik. Jika aliranaliran ini diakumulasikan maka akan merepresentasikan level fisik. Level fisik ini
dipengaruhi oleh aliran masuk rate dan atau aliran keluar rate. Subsistem informasi
berkaitan dengan aliran informasi dalam sistem yang menghubungkan entitas-entitas
fisik. Jika suatu rate fisik dirata-ratakan menurut waktu maka ini akan
merepresentasikan level informasi.
Variabel Rate
Variabel rate dalam sistem pada dasarnya adalah variabel keputusan yang
diatur oleh satu atau lebih struktur kebijakan. Rate akan menentukan aliran
masuk/keluar baik dari/menuju suatu level. Keputusan yang diambil adalah
menentukan besar pengaruh rate dalam suatu waktu terhadap level dan informasi
tentang sistem. Rate tidak dapat diukur secara langsung pada suatu titik waktu
melainkan diukur oleh kebijakan yang diterjemahkan dalam bentuk aliran-aliran
informasi yang mempengaruhi variabel rate tersebut. Selanjutnya variabel rate pada
dasarnya diatur secara endogen oleh variabel level atau secara eksogen sebagai
konstanta atau fungsi.

Universitas Sumatera Utara

36

Variabel Auxiliary
Variabel auxiliary hanya merupakan variabel pelengkap secara teoritis, yang
merepresentasikan suatu struktur kebijakan secara lebih baik dan jelas. Jika variabel
auxiliary dihilangkan maka rincian dari struktur kebijakan tidak dapat tergambar
dalam model.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai