PENDAHULUAN
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum masehi. Pada 200 tahun
sebelum masehi, Aretaeus menyebutnya sebagai penyakit aneh dan menamai
penyaki tersebut dengan diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau
tabung untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ketempat lain. Dia
menggambarkan penyakit itu sebagai melelehnya daging dan tungkai kedalam
urine. Tahun 1674 Willis melukiskan urin tadi seperti digelimangi madu dan gula.
Oleh karena itu, sejak itu nama penyakit tersebut ditambah dengan kata mellitus
yang berarti madu atau manis. Kemudian pada tahun 1921 ditemukan insulin oleh
seorang ahli bedah muda Frederick Grant Banting dan Charles Herbert Best yang
mulai mengubah dunia dalam penanganan penyakit diabetes mellitus.1
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecendrungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi Diabetes Melitus Tipe-2 (DM tipe-2)
diberbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya kenaikan jumlah diabetisi
(penderita diabetes) yang cukup besar ditahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia,
WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan hasil penelitian diberbagai daerah di
Indonesia yang dilakukan pada dekade 1980 menunjukkan sebaran DM tipe-2
antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang didapatkan di Manado. Hasil
penelitian pada era 2000 menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam.
Sebagai contoh penelitian di Jakarta dari prevalensi DM 1,7% pada tahun 1982
menjadi 5,7% pada tahun 1993, dan kemudian menjadi 12,8% pada tahun 2001 di
daerah suburban di Jakarta.2
Pasien diabetes mellitus (DM) memiliki kecendrungan tinggi untuk
mengalami ulkus di kaki yang sulit sembuh dan berisiko amputasi. Keadaan ini
memberi beban sosioekonomi baik bagi pasien dan masyarakat. Data
menunjukkan 15-25% dari pasien DM akan mengalami ulkus di kaki didalam
hidup mereka, sebanyak 14-24% memerlukan amputasi, pada pasien yang sudah
sembuh dari ulkus, angka kumulatif dalam 5 tahun dalam hal kekambuhan
mencapai 66% dan amputasi sebanyak 12%. Masalah tersebut sepenuhnya dapat
dicegah melalui perawatan yang baik dan edukasi. Hanya dengan deteksi dini,
pengawasan kaki yang ketat, pengobatan agresif, pendekatan multidisiplin,
edukasi tentang perawatan kaki dan penggunaan sepatu serta kontrol gula darah,
maka hal yang mengancam jiwa dan kaki itu bisa diatasi.3
Pengetahuan tentang perawatan kaki pada pasien diabetes disadari sangat
tidak memadai. Di Negara yang telah majupun hanya sedikit pasien yang
mendapatkan pengetahuan yang memadai dari dokter tentang kaki diabetes
(1,3%). Pengetahuan bahwa pada penderita kaki diabetes yang seharusnya
memakai sepatu khusus hanya 7%. Hanya sebanyak 30% yang melakukan
perawatan kaki secara teratur.4
Di Rumah Sakit Sanglah selama periode 1 bulan (Februari 2011), didapatkan
prevalensi penderita ulkus pada penderita diabetes sebanyak 3,4% dari seluruh
penderita (625 orang) yang dirawat maupun kontrol dipoliklinik diabetes. Gradasi
luka menurut Wagner, grade 2 sebanyak 2 orang (10%), grade 3 sebanyak 9 orang
(43%), dan grade 4 sebanyak 10 orang (47%), dengan hasil biakan kuman yang
didapatkan hampir semuanya resisten dengan obat yang sering dipakai karena
ditanggung
oleh
pemerintah
(Cefotaxim
dan
Ciprofloxacin),
sehingga
terjadinya ulkus dengan perawatan kaki secara teratur mencakup terapi sepatu
yang sesuai dengan edukasi secara menyeluruh disamping kontrol penyakit
indukknya (diabetes) dengan baik.4,5
Pengetahuan dan pemahaman mengenai penyakit Diabetes sangat penting
dalam mengurangi angka morbiditas dan mortilitas akibat penyakit ini. Untuk itu
pemberian penyuluhan sebagai salah satu metode promosi kesehatan perlu untuk
dilakukan terutama kepada masyarakat yang telah memiliki faktor resiko memiliki
penyakit Diabetes, maupun diberikan kepada semua golongan masyarakat
sehingga akan terciptanya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat utamanya
masyarakat yang terangkum dalam wilayah kerja Puskesmas Tejakula 1 Singaraja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut (DM tipt-1) maupun relatif. Diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis yang diderita seumur hidup. Penyakit ini
merupakan penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dimana terjadi
defek pada sel beta pankreas sebagai penghasil insulin atau defek pada
ambilan glukosa di jaringan perifer atau keduanya (DM tipe-2). Diabetes
adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan
insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah (hiperglikemia).1,2,6,7
Diabetes Mellitus Diabetic Foot (DMDF) atau ulkus kaki diabetik
adalah kaki pada pasien dengan diabetes mellitus yang mengalami perubahan
patologis akibat inveksi, ulserasi atau destruksi jaringan yang dalam yang
berhubungan dengan abnormalitas neurologis, penyakit vaskular perifer
dengan derajat bervariasi, dan atau komplikasi metabolik dari diabetes pada
ekstrimitas bawah.7
2.2 Epidemologi
Kekerapan DM tipe-1 dinegara barat kurang lebih 10% dari DM tipe-2. Di
Negara tropis jauh lebih sedikit lagi. Gambaran klinisnya biasanya timbul
pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Sedangkan DM
tipe-2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan yakni lebih dari 90%.
Timbul makin sering setelah umur 40 tahun. Berbagai faktor genetik,
lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes. Ada
kecendrungan penyakit ini timbul dalam keluarga. Diabetes yang terdiagnosis
paling umum terjadi di populasi umur setengah baya dan tua, dengan tingkat
tertinggi terjadi pada orang berusia 65 tahun dan usia lebih tua. Pada DM tipe1 umumnya terjadi pada usia dibawah 40 tahun sedangkan DM tipe-2
umumnya terjadi pada usia diatas 40 tahun.1,9
4
2.3 Patofisiologi
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energi
supaya sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin bersumber
pada bahan bakar yaitu bensin. Pada manusia, bahan bakar tersebut berasal
dari bahan makanan yang kita makan setiap hari, yang terdiri dari karbohidrat
(gula dan tepung-tepungan), protein (asam amino) dan lemak (asam lemak).1
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah
menjadi bahan dasar dari makanan tersebut. Karbohidrat menjadi glukosa,
protein menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga sat
makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk kedalam pembuluh
darah dan di edarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di
dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat berfungsi sebagai bahan
bakar, zat makanan tersebut harus dapat masuk dulu kedalam sel supaya dapat
diolah didalam proses metabolisme sel. Dalam proses tersebut insulin
memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa
kedalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
ini adalah suatu zat atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas.1
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung.
Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta,
karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar
glukosa dalam darah. Tiap pancreas mengandung kurang lebih 100.000 pulau
langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Disamping sel beta, ada juga sel
alfa yang memproduksi glucagon yang bekerja sebaliknya dari insulin yaitu
meningkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mengeluarkan
somatostatin.1
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai
anak kunci yang dapat membuka pintu masukknya glukosa kedalam sel, untuk
kemudian didalam sel glukosa tersebut dimetabolisme menjadi tenaga. Bila
insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
gula darah meningkat. Dalam keadaan ini badan akan menjadi lemah karena
5
tidak ada sumber energi didalam sel. Hal ini terjadi pada diabetes tipe -1 (DM
tipe-1).1
Pada DM tipe-1, insulin tidak ada karena pada jenis ini timbul reaksi
autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini
menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet
Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody (ICA) yang
ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta. Insulinitis bisa disebabkan
oleh
bermacam-macam
diantaranya
virus,
seperti
virus
Cocksakie,
Rubella,CMV, Herpesi dan lain-lain. Yang diserang pada insulinitis hanya sel
beta, biasanya sel alfa dan sel delta tetap utuh.1
Pada diabetes tipe-2 (DM Tipe-2), jumlah insulin normal, malah
mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor yang terdapat pada permukaan
sel yang kurang. Reseptor yang kurang ini menyebabkan glukosa yang masuk
kedalam sel juga kurang atau sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan
bakar (glukosa) dan glukosa dalam pembuluh darah meningkat. Dengan
demikian keadaan ini sama dengan pada DM tipe-1. Perbedaanya adalah DM
tipe-2 disamping kadar glukosa yang tinggi, juga kadar insulin tinggi atau
normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.1
Penyebab resistensi insulin pada DM tipe-2 sebenarnya tidak begitu
jelas, tetapi faktor-faktor seperti obesitas terutama obesitas yang bersifat
sentral (bentuk apel), diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang gerak
badan serta faktor keturunan (herediter).1
Pada diabetes mellitus dapat berlanjut menjadi ulkus terutama pada
ekstremitas bawah yang dalam hal ini adalah kaki. Ada beberapa komponen
penyebab sebagai pencetus timbulnya ulkus diabetikum pada pasien diabetes,
dapat dibagi 2 faktor besar yaitu:
1. Faktor kausatif
a. Neuropati perifer (sensorik, motorik, autonom)
Merupakan faktor kausatif utama dan terpenting. Hiperglikemia
menyebabkan peningkatan kerja enzim aldose reductase dan sorbitol
dehydrogenase. Hasil kerja enzim tersebut mengkonversi glukosa
intraseluler menjadi sorbitol dan fruktosa. Akumulasi produk ini
menurunkan sintesis sel saraf myoinositol, yang diperlukan untuk
konduksi pada saraf normal. Selai itu, konversi kimia glukosa
menyebabkan penurunan cadangan nicotinamide adenine dinucleotide
6
motorik
mempengaruhi
semua
otot-otot
di
kaki,
dari
lipoprotein
glikasi
yang
nonenzimatik.
Lesi
metabolisme
lipoprotein.
Kenaikan
glukosa
darah
dan
mikrotrombus.
Peranan
sindroma
metabolik
yang
10
Keluhan lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita. Diagnosis DM
ditegakkan melalui 3 cara. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka
pemeriksaan glukosa darah sewaktu lebih dari atau sama dengan 200 mg/dL
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan tes toleransi
glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 gram glukosa lebih
sensitive dan spesifik disbanding dengan pemeriksaan gula darah puasa,
namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit dilakukan berulang-ulang
dan dalam praktik sangat jarang dilakukan. Ketiga, dengan pemeriksaan gula
darah puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta
murah sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM.2
Tabel 1. Kriteria diagnosis DM.2
1
Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
(Glukosa sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terahir)
Atau
Gejala klasik DM
+
Kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
(puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam)
Atau
Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
(TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke air)
Pada pasien DM dengan komplikasi ulkus pada kaki atau yang akan mengarah
terjadinya ulkus pada kaki akan mengeluh terjadi luka yang tidak kunjung
sembuh dengan pengobatan luka biasa. Luka yang awalnya kecil akan
bengkak dan meluas lama-kelamaan. Kaki yang akan mengalami ulkus akan
kehilangan kemampuan untuk merasakan sensasi baik sensasi nyeri ataupun
posisi. Luka tersebut akan berbau busuk dan membuat tidak nyaman penderita
dan orang lain disekitarnya. Arsitektur normal kaki berubah, deformitas yang
khas seperti hammer toe dan hallux rigidus. Kulit yang kering, tidak
berkeringat dan peningkatan capillary filling sekunder akibat shunting
11
arteriovenous kutan, hal ini mencetuskan timbulnya fisura, kerak kulit, kulit
mudah mengelupas dan mengalami infeksi. 3,9,10
Gambar 2. This 60-year-old female with diabetes and a history of plantar callus presented with
(A) ulceration sub 4th metatarsal head and (B) 4th left toe, and poor diabetic control. A severe
foot infection was apparent and (C) radiographs showed erosive disorganization of the 4th
MTP joint. The patient developed a foot infection secondary to the plantar callus that
progressed to osteomyelitis of the 4th toe and 4th metatarsal. (D) She was treated with
parenteral antibiotics and ray resection.9
Gambar 3. (A) This 65-year-old male presented with a severe limb-threatening infection with
deep necrosis of the forefoot. (B) He underwent incision and drainage with wound
debridement including tendons on the dorsum of the foot and hallux amputation. (C) This was
later converted to a transmetatarsal amputation with continuing dorsal wound care. (D) Good
granular response allowed for later placement of a split-thickness skin graft.9
12
13
14
b. Pemeriksaan Fisisk
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan jantung
15
A1C
Kreatinin serum
Albuminuria
Elektrokardiogram
d. Tindakan Rujukan
16
Jasmani lengkap
Albuminuria mikro
Kreatinin
EKG
Funduskopi
Perjalanan penyakit DM
17
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau
urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia)
18
1. Karbohidrat
Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Pembatrasan
karbohidrat total kurang dari 130 g/hari tidak dianjurkan. Makanan harus
mengandung lebih banyak karbohidrat terutama yang berserat tinggi.
Sukrosa tidak boleh lebih dari 10% total asupan energi. Sedikit gula dapat
dikonsumsi sebagai bagian dari perencanaan makan yang sehat dan
pemanis non nutrisi dapat digunakan sebagai pengganti jumlah besar gula
misalnya pada minuman ringan dan permen. Makan tiga kali sehari untuk
mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari.
2. Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Lemak jenuh kurang
dari 7% kebutuhan kalori. Bahn makan yang perlu dibatasi adalah yang
banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain daging
berlemak dan susu penuh. Anjuran konsumsi kolesterol kurang dari 300
mg/hari.
3. Protein
Dibutuhkan sebesar 15-20% total asupan energi. Sumber protein yang baik
adalah iakn, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
4. Garam
Asupan natrium tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 1 sendok teh
garam dapur.
5. Serat
Penyandang diabetes dianjurkan mengkonsumsi cukup serat dari kacangkacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.
6. Pemanis.
19
20
bermalas-malasan.
Kurangi
aktivitas
misalnya
menonton
televise,
Persering aktivitas
hipoglikemia
berkepanjangan
tidak
dianjurkan
21
Ketoasidosis diabetic
22
Efek samping terapi insulin antara lain hipoglikemi, reaksi imun terhadap
insulin yang dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
Tabel 3. Insulin yang Beredar di Indonesia.6
Macam insulin
Buatan
Efek Puncak
Lama Kerja
(jam)
(jam)
1-2
4-6
2-4
6-8
2-8
18-24
2-8
14-15
Cepat:
Humalog
Apidra
Aventis (U-100)
Aspart
Pendek:
Actrapid
Humulin-R
Menengah:
Insulatard Human
Monotard Human
Humulin_N
Novo (U-100)
Novo (U-40 danU-100)
Eli Lily (U-40 danU-100)
Novo (U-40 danU-100)
Novo (U-40 danU-100)
Eli Lily (U-100)
Campuran:
Mixtard 30/70
Humulin 30/70
23
Humalog Mix 25
Panjang:
Lantus
Tanpa puncak
24
Peakless insulin
3. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan diet rendah untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa
darah. Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila
diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO
sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat
dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran
kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga
OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin.
Pada pasien yang disertai dengan alas an klinik dimana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai, dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO.2
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan
adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang)
yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan
terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang
baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja
menengah/panjang adalah 10 unit yang diberikan sekitar pukul 22.00,
kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa
darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara tersebut kadar glukosa
darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral
dihentikan dan diberi insulin saja.2
Setelah infeksi ulkus dinilai, selanjutnya adalah debridement
sebagai langkah yang vital dan esensial sebagai usaha wound bed
preparation. Ada 3 tujuan debridemen yaitu drainase pus dan
menghilangkan jaringan nekrotik, memperbaiki lingkungan luka untuk
merangsang penyembuhan luka, dan untuk menilai beratnya infeksi,
disamping dapat mengambil contoh jaringan dalam untuk kultur.
Debridement harus dikombinasi dengan atibiotika. Amputasi biasanya
24
dilakukan jika inveksi jaringan lunak yang luas atau kombinasi bersama
osteomielitis. Pasca operasi perlu dilakukan perawatan berupa perawatan
ulkus, balutTabel
diganti
sehari, perawatan
antibiotikakaki
sesuai
kultur, control edema
4. 2-3kali
Tabel produk
diabetes.
dan pemberian nutrisi adekuat. Pembalut oklusif atau semi oklusif telah
dikembangkan untuk merangsang reepiteliasi, mengurangi nyeri dan masa
penyembuhan, menyerap darah dan cairan tubuh serta tidak nyeri saat
25
26
Untuk mengindari komplikasi lebih lanjut, perlu dilakukan perawatan pada kaki
pasien DM baik tanpa atau dengan ulkus. Berikut adalah panduan perawatan kaki
pasien diabetes.11
1. Perhatikan kaki setiap hari. Lihat apakah ada luka, bula, kemerahan,
bengkak atau masalah pada kuku. Gunakan kaca untuk melihat bagian
bawah kaki.segera kedokter bila menemukan masalah pada kaki.
2.
Cuci kaki pada air hangat kuku (bukan panas). Jaga kebersihan kaki
dengan cara mencucinya setiap hari. Tetpi hanya air hangat kuku yang
bisa digunakan.
3. Hati hati saat memandikan kaki. Cuci kaki menggunakan lap lembut
atau spons lembut. Segera keringkan agar tidak menjadi lembap.
4. Oleskan pelembap (jangan diantara jari kaki). Gunakan pelembap
untuk menjaga agar kaki tidak kering dan berkerak. Tetapi jangan
memberikan pelembap diantara jari kaki karena dapat menyebabkan
tumbuhnya jamur.
5. Hati-hati dalam memotong kuku kaki (arahkan potongan lurus).
Potong kuku jangan terlalu pendek sampai ke tepi, karena bagian tepi
kuku akakn tumbuh menusuk jari kaki bila dipotong terlalu pendek.
Potong kuku dengan arah lurus.
6. Jangan memotong kalus sendiri. Pemotongan atau pengikisan kalus
dilakukan oleh dokter atau ditempat perawatan kaki diabetes.
7. Gunakan kaos kaki yang bersih dan kering dengan cara menggantinya
setiap hari
8. Hindari kaos kaki yang tidak sesuai. Jangan menggunakan kaos kaki
dengan pengetat berhan karet, karena dapat mengurangi sirkulasi
darah.
9.
10. Bersihkan bagian dalam sepatu sebelum digunakan, karena kaki tidak
dapat merasakan ada benda didalam sepatu yang dapat melukai kaki.
11. Jaga kaki agar tetap hangat dan kering
12. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
13. Control gula darah agar tetap dalam kondisi terkontrol
27
b. Kontraindikasi
1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau
nyeri dada.
2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas.
4.4. Hal yang Harus Dikaji Sebelum Tindakan
a. Lihat Keadaan umum dan keadaran pasien
b. Cek tanda-tanda Vital sebelum melakukan tindakan
c. Cek Status Respiratori (adakan Dispnea atau nyeri dada)
d. Perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan
senam kaki tersebut
e. Kaji status emosi pasien (suasanan hati/mood, motivasi)
4.5. Diagnosa Keperawatan yang Berkaitan dengan Tindakan
a. Resiko intoleran aktivitas b.d tirah baring, kelemahan
b. Resiko kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi darah,
hambatan mobilitas fisik
4.6. Implementasi
a. Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan
dilakukan dalam posisi duduk), hanskun.
b. Persiapan Klien : Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan
dilaksanakan senam kaki
c. Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi
pasien, Jaga privacy pasien
29
d. Prosedur Pelaksanaan :
1) Perawat cuci tangan
2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk
tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai
30
31
32
12) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti
bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekali saja
-
33
34
BAB III
METODE
3.1 SASARAN
Jumlah peserta penyuluhan sejumlah 23 orang yang terdiri dari para pasien
dengan diabetes melitus serta lansia yang memiliki riwayat penyakit obesitas
dan hipertensi.
3.2 STRATEGI
Pengajuan topik dilakukan dengan berdiskusi bersama dokter pembimbing
yaitu dr. Kadek Awi Darma Putra. Pembagian topik dilakukan kepada masingmasing dokter internship dengan mempertimbangkan jenis penyakit yang
paling banyak terdaftar pada remaja di Puskesmas Tejakula 1, salah satunya
adalah penyakit diabetes melitus. Setelah dilakukan pembagian topik, maka
dipersiapkanlah materi untuk penyuluhan/KIE pada pasien penderita diabetes
serta lansia yang memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit diabetes
mellitus. Media penyuluhan berupa slide dan video yang berisi tentang
informasi umum mengenai diabetes melitus, faktor risiko, komplikasi serta
ditekankan tentang penatalaksanaan serta pencegahan khususnya mengenai
senam kaki diabetes agar lebih membuka wawasan mereka. Penyuluhan
dilakukan bertempat di ruang pertemuan Puskesmas Tejakula 1, dimana
dokter internsip memberikan penyuluhan menggunakan slide power point
serta video mengenai senam kaki diabetes. Penyuluhan diawali dengan senam
lansia bersama, dilanjutkan ceramah mengenai diabetes mellitus. Setelah
ceramah usai, peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
dan diskusi dimulai. Mengakhiri diskusi peserta, fasilitator dan dokter
internsip melakukan senam kaki diabetes bersama-sama. Acara diakhiri
dengan pembagian buah dan minuman kepada seluruh peserta serta dilakukan
pemeriksaan kesehatan gratis meliputi, wawancara kesehatan untuk
mengetahui keluhan dan konseling, pemeriksaan tanda vital serta pengecekan
gula darah, serta pemeriksaan fisik dan pemberian obat-obatan sesuai
indikasi.
3.3 METODE
35
36
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
- Peserta penyuluhan sangat antusias ketika dipaparkan tentang penyakit
diabetes melitus dan aktif bertanya yang menandakan rasa sangat ingin
tahu mereka terhadap penyakit ini maupun cara mengatasi dan
mencegahnya.
- Beberapa dari peserta yang menderita diabetes sudah mengerti mengenai
penanganan penyakit ini dan sudah menjalani pengobatan rutin dengan
baik
- Sebagian besar peserta antusias mengikuti senam kaki diabetes dan
berkomitmen untuk melakukannya rutin di rumah masing-masing.
4.2 Saran
- Diperlukan peran aktif keluarga, masyarakat, dan lembaga kesehatan
lainnya untuk turut serta dalam mencegah perburukan kondisi maupun
komplikasi diabetes mellitus, sehingga semua pasien maupun masyarakat
yang memiliki faktor resiko menderita penyakit ini dapat meningkatkan
kualitas kesehatan diri masing-masing menuju masyarakat Indonesia yang
sejahtera.
37
LAPORAN PENYULUHAN
Nama Peserta
Tanda Tangan
Nama
Tanda Tangan
Pendamping
Nama Wahana
Tema Penyuluhan
Tujuan
Buleleng
Diabetes Melitus tipe 2
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Kecamatan
Penyuluhan
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
09.00-12.00 WITA
Ruang Pertemuan Puskesmas Tejakula 1, Kecamatan
Jumlah Peserta
38