Anda di halaman 1dari 8

Anatomi1

Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung. Anatominya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus
maksila kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini
dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara
di rongga hidung melalui ostium masing-masing.
Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior
rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus
maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior.
Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap
berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto rontgen anak-anak belum
ada sinus frontalis karena belum terbentuk.
Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media
terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.
Fungsi sinus paranasal adalah :
Membentuk pertumbuhan wajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga
bisa untuk perluasan. Jika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.
Sebagai pengatur udara (air conditioning).
Peringan cranium.
Resonansi suara.
Membantu produksi mukus.
A. Sinus Maksilaris

Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I.
Bentuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apexnya pada pars
zygomaticus maxillae.
Merupakan sinus terbesar dengan volume kurang lebih 15 cc pada orang dewasa.
Berhubungan dengan :
a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga jika
dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.
b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P2 Mo1ar.
c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.
B. Sinus Ethmoidalis
Terbentuk pada usia fetus bulan IV.
Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 7-15 cellulae,
dindingnya tipis.
Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung dan mata
Berhubungan dengan :
a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. Jika
terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis,
encefalitis dsb).
b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan operasi pada
sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga
terjadi Brill Hematoma.
c. Nervus Optikus.

d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.


C. Sinus Frontalis
Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.
Tidak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.
Volume pada orang dewasa 7cc.
Bermuara ke infundibulum (meatus nasi media).
Berhubungan dengan :
a. Fossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta.
b. Orbita, dibatasi oleh tulang compacta.
c. Dibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.
D. Sinus Sfenoidalis
Terbentuk pada fetus usia bulan III
Terletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.
Volume pada orang dewasa 7 cc.
Berhubungan dengan :
a. Sinus cavernosus pada dasar cavum cranii.
b. Glandula pituitari, chiasma n.opticum.
c. Tranctus olfactorius.
d. Arteri basillaris brain stem (batang otak).

Etiologi2-4
a. Infeksi
Infeksi yang tersering pada rongga hidung adalah infeksi virus. Partikel
virus sangat mudah menempel pada mukosa hidung yang menggangu system mukosiliar
rongga hidung dan virus melakukan penetrasi ke palut lendir dan masuk ke sel tubuh dan
menginfeksi secara cepat. Dengan menggunakan cahaya mikroskop dan transmisi mikroskop
elektron dapat dideteksi abnormalitas silia yang disebabkan oleh infeksi virus. Bentuk
dismorphic dari silia tampak lebih sering pada tahap awal dari sakit dan terjadi pada lokal.
Epitel yang normal kembali setelah infeksi mereda 2-10 minggu. Pada populasi normal yang
terinfeksi dengan rhinovirus type 44 dan rata-rata waktu transportasi mukosiliar dengan
menggunakan label radioaktif sebagai cara pemeriksaan nya mendapatkan transport mukos
yang menurun pada 2 hari terinfeksi. Dan secara signifikan rata-rata waktu transportasi
mukosiliar yang tampak meningkat pada hari ke 9-11 setelah terinfeksi. Di samping itu virus
juga meningkatkan kekentalan mukus, kematian silia, dan edema pada
b.

Alergi :

reaksi alergi terjadi di jalan nafas dan cavitas sinus yang menghasilkan edema dan inflamasi
di membrana mukosa. Edema dan inflamasi ini menyebabkan blokade dalam pembukaan
cavitas sinus dan membuat daerah yang ideal untuk perkembangan jamur, bakteri, atau virus.
Alergi dapat juga merupakan salah satu faktor predisposisi infeksi disebabkan edema
mukosa dan hipersekresi. Mukosa sinus yang udem yang dapat menyumbat muara sinus dan
mengganggu drenase sehingga menyebabkan timbulnya infeksi, selanjutnya menghancurkan
epitel permukaan dan siklus seterusnya berulang yang mengarah pada sinusitis kronis.
Pada keadaan kronis terdapat polip nasi dan polip antrokoanal yang timbul
pada rinitis alergi, memenuhi rongga hidung dan menyumbat ostium sinus. Selain faktor
alergi, faktor predisposisi lain dapat juga berupa lingkungan . Faktor cuaca seperti udara
dingin menyebabkan aktivitas silia mukosa hidung dan sinus berkurang, sedangkan udara
yang kering dapat menyebabkan terjadinya perubahan mukosa, sehingga timbul sinusitis.
Faktor lainnya adalah obstruksi hidung yang dapat disebabkan kelainan anatomis, misalnya
deviasi septum, hipertropi konka, bula etmoid dan infeksi serta tumor. Biasanya tumor ganas
hidung dan nasofaring sering disertai dengan penyumbatan muara sinus.

Etiologi infeksi sinus paranasal pada umumnya sama seperti etiologi rinitis, yaitu virus
dan bakteri. Virus penyebab sinusitis antara lain rinovirus, para influenza tipe 1 dan 2 serta
respiratory syncitial virus. Kebanyakan infeksi sinus disebabkan oleh virus, tetapi kemudian
akan diikuti oleh infeksi bakteri sekunder. Karena pada infeksi virus dapat terjadi edema dan
hilangnya fungsi silia yang normal, maka akan terjadi suatu lingkungan ideal untuk
perkembangan infeksi bakteri. Infeksi ini sering kali melibatkan lebih dari satu bakteri.
Organisme penyebab sinusitis akut mungkin sama dengan penyebab otitis media. Yang sering
ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun ialah Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus Influenzae, bakteri anaerob, Branhamella kataralis, Streptococcus alfa,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Selama suatu fase akut, sinusitis kronis
disebabkan oleh bakteri yang sama yang menyebabkan sinusitis akut. Namun, karena
sinusitis kronis biasanya berkaitan dengan drenase yang tidak adekuat maupun fungsi
mukosiliar yang terganggu, maka agen infeksi yang terlibat cenderung oportunistik, dimana
proporsi terbesar bakteri anaerob. Akibatnya, biakan rutin tidak memadai dan diperlukan
pengambilan sampel secara hati-hati untuk bakteri anaerob. Bakteri aerob yang sering
ditemukan dalam frekuensi yang makin menurun, antara lain Staphylococcus aureus,
Streptococcus viridans, Haemophilis influenza, Neisseria flavus, Staphylococcus epidermis,
Streptcoccus

pneumoniae

dan

Escherichia

coli,

Bakteri

anaerob

termasuk

Peptostreptococcus, Corynebacterium, Bakteriodaes dan Vellonella. Infeksi campuran antara


organisme aerob dan anaerob sering kali terjadi.
c. Struktur dan anatomi hidung
Kelainan anatomi hidung dan sinus juga dapat mengganggu fungsi mukosiliar secara lokal.
Jika permukaan mukosa yang saling berhadapan menjadi lebih mendekat atau bertemu satu
sama lain, maka aktivitas silia akan terhenti. Deviasi septum, polip, konka bulosa atau
kelainan struktur lain di daerah kompleks osteomeatal dan ostium sinus dapat menghalangi
transportasi mukosiliar.
d. Iklim
Udara lembab, perubahan suhu, angin. Iklim ini secara tidak langsung berpengaruh
terhadap penyebaran debu rumah dan tepung sari bunga, disamping memberi suasana
yang baik untuk tumbuhnya berbagai macam jamur.

e. Penggunaan nasal dekongestan yang berlebihan


Obat dekongestan topikal juga terlihat dapat menghambat fungsi silia.
Penggunaan obat tersebut paling kurang menyebabkan gangguan fungsi mukosiliar sementara.
Pemberian obat-obat seperti phenylephrine 0,5 % dan oxymetazoline Hcl 0,05 % dapat
menghambat gerakan silia secara sementara pada binatang percobaan tapi hal ini belum dapat
dibuktikan pada manusia.
Epidemiologi5
Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat dengan
polusi udara tinggi. Iklim yang lembab, dingin, dengan konsentrasi pollen yang tinggi terkait
dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan
insiden yang terbesar. Data dari DEPKES RI tahun 2003 menyebutkan bahwa penyakit hidung
dan sinus berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 102.817
penderita rawat jalan di rumah sakit. Di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta orang menderita
sinusitis. Virus adalah penyebab sinusitis akut yang paling umum ditemukan. Namun, sinusitis
bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan pemberian antibiotik. Lima
milyar dolar dihabiskan setiap tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya
dihabiskan untuk pengobatan operatif sinusitis di Amerika Serikat.

Patofisiologi6
Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret sinus
berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus
negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. Lingkungan ini cocok untuk pertumbuhan
organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang
berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis.
Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksi drainase sinus
(sinus ostia), kerusakan pada silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa. Sebagian besar episode
sinusitis disebabkan oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar menginfeksi saluran
pernapasan atas seperti rhinovirus, influenza A dan B, parainfluenza, respiratory syncytial virus,
adenovirus dan enterovirus. Sekitar 90 % pasien yang mengalami ISPA akan memberikan bukti
gambaran radiologis yang melibatkan sinus paranasal. Infeksi virus akan menyebabkan
terjadinya oedem pada dinding hidung dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan
atau obstruksi pada ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain
itu inflamasi, polyps, tumor, trauma, scar, anatomic varian, dan nasal instrumentation juga
menyebabkan menurunya patensi sinus ostia.
Virus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim dan neuraminidase yang
mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini
menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental,

yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen. Silia yang
kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi cairan pada sinus.
Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kehilangan
lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang cepat, virus, bakteri, environmental
ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan mukosa, parut, primary cilliary
dyskinesia (Kartagener syndrome).
Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya
reinfeksi atau reinokulasi dari virus. Konsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan
hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk
berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi
pergerakan silia dan aktivitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan
mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya
beberapa bakteri patogen.
PEMERIKSAAN PENUNJANG7
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemeriksaan transluminasi.
Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau gelap. Hal ini lebih
mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi wajah, karena akan nampak perbedaan antara
sinus yang sehat dengan sinus yang sakit.
2. Pencitraan
Dengan foto kepala posisi Waters, PA, dan lateral, akan terlihat perselubungan atau penebalan
mukosa atau air-fluid level pada sinus yang sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan
terbaik dalam kasus sinusitis.
3. Kultur
Karena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme penyebab, maka kultur
dianjurkan. Bahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior, atau aspirasi sinus.
4.

Rontgen gigi

Dilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum.

Dapus

1. Pletcher SD, Golderg AN. 2003. The Diagnosis and Treatment of Sinusitis. In advanced
Studies in Medicine. Vol 3 no.9. PP. 495-505
2. Blumenthal MN. Alergic Conditions in Otolaryngology Patients. Adam GL, Boies LR Jr.
Hilger P. (Eds). Boies Fundametal of Otolaryngology, 6th ed. Philadelphia 1989, 195 205.
3. Hilger PD. Disease of Parasanal Sinuses. Adam GL Boies LRJK Hilger
Fundametal of Oyolaryngology,6th ed. Philadelphia ; Sounders Company,1990: p.49 270
4. Waguespack R, 1995, Mucociliary Clearance Patterns Following Endoscopic Sinus Surgery,
Laryngoscope(Supplement):p 1-40
5. Anonim. 2001. Sinusitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, ed. 3. Media Ausculapius FK UI.
Jakarta : 102-106.
6. dari buku ui yang ijo
7. Rubin MA, Gonzales R, Sande MA. Infections of the Upper Respiratory Tract. In: Kasper DL,
Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, editors.Harrisons Principle of
Internal Medicine. 16th ed.New York,NY: McGraw Hill; 2005. p. 185-93

Anda mungkin juga menyukai

  • PLN
    PLN
    Dokumen20 halaman
    PLN
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Makan Pagi
    Makan Pagi
    Dokumen1 halaman
    Makan Pagi
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Makan Nasi Goreng
    Makan Nasi Goreng
    Dokumen5 halaman
    Makan Nasi Goreng
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi BPH
    Patofisiologi BPH
    Dokumen14 halaman
    Patofisiologi BPH
    Ari Pebru Nurlaily
    100% (3)
  • Biologi
    Biologi
    Dokumen9 halaman
    Biologi
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Sera Ngan
    Sera Ngan
    Dokumen1 halaman
    Sera Ngan
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Injgub
    Injgub
    Dokumen1 halaman
    Injgub
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Badan Pusat Statistik
    Badan Pusat Statistik
    Dokumen1 halaman
    Badan Pusat Statistik
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Badan Pusat Statistik
    Badan Pusat Statistik
    Dokumen1 halaman
    Badan Pusat Statistik
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Sera Ngan
    Sera Ngan
    Dokumen1 halaman
    Sera Ngan
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Dua Orang Penggali Sumur
    Dua Orang Penggali Sumur
    Dokumen1 halaman
    Dua Orang Penggali Sumur
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Makan
    Makan
    Dokumen1 halaman
    Makan
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Setelah Memeriksa Satelit
    Setelah Memeriksa Satelit
    Dokumen1 halaman
    Setelah Memeriksa Satelit
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Menu Rut Nya
    Menu Rut Nya
    Dokumen1 halaman
    Menu Rut Nya
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Pabrik
    Pabrik
    Dokumen2 halaman
    Pabrik
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Pen Curi
    Pen Curi
    Dokumen1 halaman
    Pen Curi
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • ANGKOT
    ANGKOT
    Dokumen1 halaman
    ANGKOT
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Pendiri Baru
    Pendiri Baru
    Dokumen1 halaman
    Pendiri Baru
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Obat Kulit
    Obat Kulit
    Dokumen1 halaman
    Obat Kulit
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Bolaaa
    Bolaaa
    Dokumen1 halaman
    Bolaaa
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Obat Kulit
    Obat Kulit
    Dokumen1 halaman
    Obat Kulit
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Makan
    Makan
    Dokumen1 halaman
    Makan
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Kompas
    Kompas
    Dokumen1 halaman
    Kompas
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Yabes
    Yabes
    Dokumen1 halaman
    Yabes
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Holland
    Holland
    Dokumen1 halaman
    Holland
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Running Money
    Running Money
    Dokumen1 halaman
    Running Money
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Gaji Rumah
    Gaji Rumah
    Dokumen1 halaman
    Gaji Rumah
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • London
    London
    Dokumen1 halaman
    London
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat
  • Fossa Dextra
    Fossa Dextra
    Dokumen1 halaman
    Fossa Dextra
    sodamrinno2
    Belum ada peringkat