Anda di halaman 1dari 6

Resensi Jurnal Kaligarang Semarang

Dalam jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 September 2008: 129-138


yang berjudul Reaktivitas Sesar Kaligarang Semarang yang ditulis oleh S.
Poedjoprajitno, J. Wahyudiono, dan A. Cita secara garis besar memaparkan
tentang sesar yang terdapat di sungai Kaligarang Semarang pada masa kini, masa
tersier dan masa kuarter.
Pada kali ini saya akan meresensi bagian yang berhubungan dengan mata
kuliah Rekayasa Geologi, yaitu lebih tentang sesar itu sendiri.
A. Geomorfologi dan Geologi Semarang
Secara garis besar keadaan geomorfologi dan geologi Semarang dan
sekitarnya dapat dibedakan menjadi dua sub unit yaitu, daerah perbukitan
di bagian selatan dan dataran aluvial pantai disebelah selatan dan dataran
pantai di bagian utara
a.) Dataran Aluvial Pantai
Dataran aluvial pantai merupakan daerah yang mempunyai struktur
horizontal, dan terjadi karena hasil pengendapan material di pantai laut.
Daerah ini mempunyai ketinggian rata-rata kurang dari 200 dpal. Dalam
perkembangannya ditandai dengan adanya bentuk :
1. Dataran Delta Kali Garang
Endapan aluvial pantai di sebelah utara bukit candi meliputi
tiga delta, yaitu delta kali Bodri (bagian barat); delata Kali Garang
(bagian tengah); delta kali pengkol (bagian timur).
Delta kali garang terbentuk dari aluvial fans yang mengalami
penenggelaman, yang terdiri dari sisipan-sisipan pasir lempung.
Hal ini berdasarkan analisis terhadap profil pengeboran sumursumur artesis yang tersebar di Semarang.
Aluvium sepanjang sungai ketebalannya antara 1-3 m, yang
terdiri dari kerikil dangan bongkah-bongkah terkumpul pada
dasarnya, kemudain di tutupi oleh pasir dan lanau. Bongkahbongkah kebanyakan berupa batuan volkanik terutama andesit.
Pembentukan delta kali garang melalui tiga fase, yang mana
setiap fase pembentukan bukit/gumuk pantai (beach ridge) dan
tanggul alam sungai (natural levee), sehingga arah aliran sungai
akan berubah dan arah pertumbuhan delta juga berubah.
Terbentuknya delta kali garang disebabkan karena banyaknya
material yang mengangkut 15 gr debu kering per liter. Dari tahun
1956-1968 (selama 12 tahun) endapan yang disalurkan kali garang

dekat asrama polisi Kalisari tebalnya 1,5 m. ini berarti rata-rata


12,5 cm tiap tahunnya.
Dengan terbentuknya delta ke dua kali garnag dan tanggul
alam kali candi, maka terbentuklah laguna di darat yang dinamakan
Rwa delta (sekarang kira-kira terletak di sekitar lapangan
Pancasila/Simpang Lima, Atmodirono, dan lapangan/stadion
Diponegoro).
Pembentukan delta ke dua di samping terhalang oleh bukit
pantai ke dua.hal ini menyebabkan arah aliran kali garang
membentuk ke arah barat laut (kira-kira sekarang belokan ini di
kampung kuningan), dan selanjutnya fase pembentukan delta ke
tiga mulai terjadi.
2. Dataran Sungai (Fluvial Plain)
Dataran sungai adalah dataran yang terdapat di kanan-kiri
sungai, terjadi karena hasil pengendapan material yang di angkut
sungai. Material pembentukan dataran sungai Kali Garang
(Semarang Barat) dan Kali Pengkol (Semarang Timur) berasal dari
Plato Breksi Notopuro dan Bukit Candi. Dataran sungai pada
bagian bawah lembah Kali Garang (pertemuan Kali Garang dan
kali kripik di Sukorejo sampai pada Simongan), lebarnya mencapai
beberapa puluh sampai beberapa ratus meter.
1. Daerah yang Dipengaruhi oleh Pasang
Daerah yang mempengaruhi oleh pasang terdapat di bagian
utara dataran aluvial dan langsung berbatsan dengan laut.
Bentuk-bentuk dataran delta Kali Garang, tanggul alam, bukit
pantai, dataran sungai, rawa delta, laguna, dan daerah pasang yang
menandai perkembangan dataran aluvial pantai Semarang
penyebarannya.
Oleh karena daratan aluvial pantai Semarang sampai tahun
1940 lebarnya mencapai 4 km, maka dapat diperkirakan 5 abad
yang silam pantai laut Semarang pada tepi bukit Candi.
Kemungkinan pada 5 abad yang lau muara Kali garang merupakan
pelabuhan alam untuk daerah Semarang. Muara Kali Garang pada
waktu itu berada di belakang pulau kecil Bergota (sekarang
mencakup daerah Bergota dan daerah Mugas).
B. Susunan Stratigrafi
Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar
Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya
adalah sebagai berikut :

a. Aluvium
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai
litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran
diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan
danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m.
Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir.
b. Batuan Gunung Api Gajah Mungkur
c. Batuan Gunung Api Kaligesik
d. Formasi Jongkong
Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut
batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat
kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar
tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan
keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat
memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).
e. Formasi Damar
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi
volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus
- kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa
dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat
berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari
andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar tanggung
hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin
diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen
terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut membundar tanggung, agak keras
f. Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf
halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu
lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar
berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt,
batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat
keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam
kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas
rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam
keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang,
porositas sedang, agak keras.

g. Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal
berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari
mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap
air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam
keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan
organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus - kasar, porositas
sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal,
berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
h. Formasi Kerek
Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat,
breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua,
gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir,
mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni. Lapisan tipis
konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik dan di dalam
batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin dan pasiran,
mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.
C. Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya
berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik.
Sesar normal relatif berarah barat - timur sebagian agak cembung ke arah
utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara,
sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut
umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan
Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif
sering terlihat pada batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas
pada Formasi Kalibiuk di daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar
ini merupakan salah satu penyebab daerah tersebut mempunyai jalur
lemah, sehingga daerahnya mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah.
D. Sesar Gunung Ungaran
Menurut informasi yang saya dapat, terbentuknya sungai
Kaligarang juga dikarenakan oleh erupsi Gunung Ungaran, oleh sebab itu,
saya akan memaparkan sesar yang terdapat di Gunung Ungaran :
Data penarikan jalur sesar didasarkan pada analisa selama survey
di lapangan, penafsiran citra land-sat, serta data peneliti terdahulu.
Kendala utama didalam mendapatkan data-data sesar adalah sebagian
besar lahan tertutupi bangunan serta endapan aluvial.
Pada daerah telitian yang dikontrol oleh beragam batuan terdapat
cukup banyak sesar, yang semuanya memotong satuan batuan berumur
Tersier maupun Kuarter. Dari pengamatan, teridentifikasi adanya tujuh

buah sesar turun, satu sesar naik dan tiga sesar mendatar. Sesar-sesar
tersebut yaitu Sesar Naik Banyumanik, Sesar Mendatar Kali Garang, Sesar
Turun Kreo, Sesar-sesar Turun Ungaran Tua dan Sesar-sesar Turun
Ungaran Muda.
Sesar Mendatar Kali Garang
Sesar ini memiliki arah relatif utara-selatan (N 05E-N 185E),
yaitu melintas sepanjang Kali Garang. Sesar ini melintas dari utara mulai
dari daerah Gajahmungkur sampai Gunung Swakul di bagian selatan.
Kenampakan morfologi pada peta berupa kelurusan gawir sesar maupun
data-data di lapangan seperti zona hancur, shear fractures dan gash
fractures, pembalikan kedudukan perlapisan batuan dan drag
fold menunjukkan pergeseran litologi, dapat ditarik kelurusan bahwa
struktur yang berkembang adalah sesar mendatar. Beberapa peneliti
terdahulu menyebut Sesar Kali Garang sebagai Sesar Semarang, yang
menerus hingga ke lepas pantai Laut Jawa.
Sesar Turun Kreo
Merupakan satu-satunya sesar turun yang mempunyai tren seperti
sesar mendatar, yang hamper memotong struktur utama sumbu
lipatan. Pada bagian selatan berarah timurlaut-baratdaya, ke arah utara
menjadi utara-selatan. Data yang menunjukkan adanya Sesar Kreo adalah
berupa gawir sesar, bidang sesar yang disertai kekar-kekar. Kedudukan
bidang sesar : N 234 E/77, arah umum shear : N 250E/52, arahumum
gash : N 044E/31, dengan hasil analisa : Rake : 68, Plunge : 67,
Bearing : N 238 E
E. Sesar Kaligarang
Zona sesar Kaligarang sudah terbentuk pada tektonik sebelum PlioPlistosen dengan pergerakan sesar geser mengiri. Hal ini berdasarkan
analisis sesar di Bangkong, Pucung, dan Pakintelan. Arah tegasan yang
membentuk sesar tersebut adalah SSE-NNW.
Pada Tersier sumbu lipatan di tiga lokasi tersebut dapat diketahui
arah tegasan utama adalah relatif SE-NW. Sebelum terbentuk zona lipatan,
terdapat rekahan sebelumnya (pre-existing fracture). Rekahan sebelumnya
ini terbentuk pada awal Tersier, yang membentuk sesar geser mengiri.
Kemudian pada Plio-Plistosen, zona sesar Kaligarang mengalami
reaktifasi menjadi sesar geser menganan dan juga mengalami pergerakan
ke arah dip berupa sesar naik. Hal ini berdasarkan analisis sesar di
Selorejo, Patemon, dan Sumurrejo. Sesar naik terdapat di Pakintelan dan
Tinjomoyo pada batuan Formasi Kerek dan Kalibeng yang dikelilingi batuan
lebih muda. Hal ini menunjukan adanya daerah restraining.

Model strain elipsoid menurut Moody dan Hill, 1956 dalam Sapii, B.
dan Harsolumakso, A.H. (2008) dan kombinasi sesar geser model T. Dooley,
tidak dipublikasikan dalam Davison, I. (1994) fase tektonik bergerak secara
clockwise dengan arah stress N158E pada Tersier berubah menjadi N185E
pada Plio-Plistosen. Hal ini menyebabkan reaktifasi sesar Kaligarang.
Kaligarang yang bermata air di gunung Ungaran alur sungainya
memanjang kea rah utara hingga mencapai pengandan, bertemu dengan
aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kaligarang sebagai sungai utama yang
mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang
berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras.

Keunggulan :
Jurnal ini bisa dan mampu memberikan suatu informasi mengenai sesar
yang terdapat di Sungai Kaligarang, dan juga memberikan suatu informasi baru
mengenai hal tersebut yang didukung oleh gambar-gambar real, sehingga
pembaca dapat memahami dengan mudah dan informasi tersebut dapat dipercaya.
Pembahasannya pun ringkas serta bahasa yang digunakan penulis mudah
dimengerti sehingga tidak membuat pembaca bosan.
Kekurangan :
Jurnal ini memang sudah memberikan informasi yang baik tentang
reaktivitas sesar yang terdapat di Sungai Kaligarang Semarang, tetapi jurnal ini
belum menjelaskan secara detail tentang istilah-istilah yang terdapat di jurnal
tersebut seperti alluvium, formasi damar, formasi kerek, formasi kalibeng, dan
terlebih tentang pemabahasan yang mendalam mengenai sesar kaligarang tersebut,
sehingga pembaca menjadi bingung dan harus mencari tahu sendiri tentang hal
tersebut.
Saran :
Jurnal ini akan lebih menarik jika dijelaskan secara detail tentang semua
formasi-formasi dan istilah yng terdapat pada pembahasan jurnal tersebut. Serta
jika ada penjelasan tentang asal usul sesar di daerah tersebut dan sudah berapa kali
terjadi sesar yang ada di sungai Kaigarang

DAFTAR PUSTAKA RESENSI


http://samuelmodeon.blogspot.com/2011/04/geologi-regional-kota-semarang.html
http://learningeography.blogspot.com/2010/05/geomorfologi-dan-geologisemarang.html
https://helmymurwanto.wordpress.com/2008/12/31/kajian-geologi-untukidentifikasi-bencana-di-wilayah-kota-semarang/

Anda mungkin juga menyukai