PENDAHULUAN
Berkembangnya profesi akuntan publik telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.
Kebutuhan dunia usaha, pemerintah dan masyarakat luas akan jasa akuntan inilah yang
menjadi pemicu perkembangan tersebut, namun demikian masyarakat belum sepenuhnya
menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntan publik. Krisis atau menurunnya kepercayaan
dari masyarakat terhadap mutu jasa yang diberikan oleh akuntan publik di Indonesia semakin
terlihat jelas seiring dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta fenomena
kebangkrutan perusahaan, seperti kasus Bank Mega skandal Enron dan Worldcom di USA,
yang melibatkan salah satu big four, yaitu Arthur Andersen CPA.
Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara profesional sesuai
dengan etika profesionalisme audit. Hal tersebut dikarenakan profesi akuntan mempunyai
tanggung jawab terhadap apa yang diperbuat baik terhadap pekerjaannya, organisasinya,
masyarakat dan dirinya sendiri. Dengan bertindak sesuai etika maka kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntan akan meningkat. Terlebih saat ini profesi akuntan diperlukan oleh
perusahaan, khususnya perusahaan yang akan masuk ke dalam pasar modal. Hal ini
disebabkan setiap perusahaan yang hendak ikut serta dalam bursa efek wajib diaudit oleh
akuntan publik.
Seperti halnya cabang-cabang dalam bidang akuntansi profesi akuntan memiliki
beberapa macam jika dilihat dari pekerjaan yang dilakukan yaitu akuntan publik, akuntan
pemerintah, akuntan manajemen serta akuntan pendidik. Kesemua profesi akuntan tersebut
memiliki peran dan tanggung jawab yang pastinya akan berbeda satu sama lain, akuntan
publik adalah akuntan yang berperan dalam memberikan jasa kepada masyarakat melalui
Kantor Akuntan Publik dengan memberikan jasa pelayanan dalam bidang akuntansi.
BAB II
ISI
A. KONSEP DASAR
1. Asersi Laporan Keuangan
Asersi merupakan pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Laporan keuangan
adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada,
yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan
atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu, atau perubahan atas aktiva dan atau
kewajiban selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Asersi-asersi laporan keuangan di bagi menjadi lima yaitu:
a. Asersi Keberadaan atau Keterjadian
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva
atau utang satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang
dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
b. Asersi Kelengkapan
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi atau
semua rekening yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah
dicantumkan di dalamnya.
c. Asersi Hak dan Kewajiban
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan
hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.
d. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
Asersi tentang penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan apakah
komponen-komponen
aktiva,
kewajiban,
pendapatan
dan
biaya
sudah
2. Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin besar keinginan auditor untuk menyatakan
2
pendapat yang benar, semakin rendah risiko audit yang akan bisa diterima. Risiko
audit memiliki tiga komponen, yaitu:
a. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
b. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh struktur pengendalian intern satuan usaha. Risiko ini merupakan fungsi
efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas
yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas.
c. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Berbeda dengan risiko bawaan dan
risiko pengendalian, tingkat risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah oleh auditor
dengan memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan
untuk setiap asersi.
d. Audit risk
Pada saat melakukan audit report
3. Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai
besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang
dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang
dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau
dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut.
Materialitas menurut FASB : kualitatif dan kuantitatif
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialitas
(kuantitas) pada dua tingkatan, yaitu:
a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Materialitas laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji minimum
dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan
keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus mempertimbangkan tingkat laporan
untuk memperoleh
hukum
mungkin
telah
terjadi,
maka
auditor
harus
atestasi
membagi
tiga
tipe
perikatan
atestasi:
pemeriksaan
Auditor intern adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit
yang dilakukannya terutama membantu manajemen perusahaan tempat dimana
ia bekerja.
3) Auditor Independen atau Akuntan Publik
Tanggungjawab utama auditor independen atau lebih umum disebut akuntan
publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang
diterbitkan perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaanperusahaan terbuka.
b. Tanggungjawab Auditor Independen
Terdapat 3 (tiga) tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan
pekerjaannya yaitu :
1) Tanggung jawab moral (moral responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab moral untuk :
a) Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan yang
diaudit kepada pihak yng berwenang atas informasi tersebut, walaupun
tidak ada sanksi terhadap tindakannya.
b) Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif dengan kemahiran
profesional (due professional care).
2) Tanggung jawab profesional (professional responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional terhadap asosiasi
profesi yang mewadahinya (rule professional conduct).
3) Tanggung jawab hukum (legal responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar profesinya
yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku. Pada Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP), dalam Standar Auditing Seksi 110,
dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan
mutlak. Bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan
bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
7
pendapat
atas
laporan
keuangan.
Sedangkan
manajemen
Semua
Tujuan
profesional
Penetapan
Personil
penugasan yang
Konsultasi
Supervisi
bersangkutan.
Personil harus memperoleh Menunjuk orang sebagai ahli.
Menetapkan bidang-bidang
bantuan (jika diperlukan) dari
dan situasi tertentu yang
orang
yang
memiliki
membutuhkan konsultasi.
keahlian, pertimbangan dan
kewenangan yang memadai.
Pekerjaan
pada
setiap Menetapkan prosedur untuk
tingkatan harus di supervisi mereview kertas kerja dan
untuk
menjaga
agar laporan.
Melaksanakan supervisi
pekerjaaan benar-benar telah
pekerjaan terus-menerus.
memenuhi standar mutu
Pengangkatan
KAP.
Pegawai baru harus memiliki Membuat program
Pegawai
kualifikasi
tertentu
Personil
Profesional
harus
profesional.
memiliki Membuat program untuk
dapat
Personil
Karyawan
kualifikasi
harus
manajemennya diragukan.
Inspeksi
KAP
harus
bahwa
cabangnya,
sifat
praktik,
organisasi
kantornya,
serta
pertimbangan biaya-manfaat.
3) Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan
pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu
berkaitan dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara
keseluruhan. Oleh karena itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia dan standar pengendalian mutu berhubungan satu sama lain, dan
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor
akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara
individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara
keseluruhan.
12
dalam
penerimaan
penugasan
profesional,
Akuntan
wajib
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
terbebas dari kesalahan penyajian material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh
kecurangan. Profesi akuntan publik terkait erat dengan tipe pemeriksaan akuntan. Profesi
akuntan publik auditor independen memiliki tangggung jawab yang sangat besar dalam
mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat publik.
14
KASUS AUDIT
Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung
malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar
US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc.
yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula
US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya waswas dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar,
Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya
dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika
di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun terselamatan.
Sumber : http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaranetika.html
Analisa : Pada kasus ini KPMG telah melanggar prinsip integritas karena tidak memenuhi
tanggungjawab profesionalnya sebagai Kantor Akuntan Publik sehingga memungkinkan
KPMGkehilangan kepercayaan publik. KPMG juga telah melanggar prinsip objektivitas
karena telah memihak kepada kliennya dan melakukan kecurangan dengan menyogok aparat
pajak di Indonesia.
15
16
Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah
kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor.
Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan tersangka Effedi
Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit.
Sumber : http://www.ruqayahimwanah.com/berita-119-etika-profesi-akuntan-publik.html
Analisa : Ada delapan prinsip etika profesi akutansi, yaitu tanggung jawab profesi,
kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional dan standar teknis. Apabila dugaan keterlibatan akuntan
publik terhadap kasus korupsi dalam mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari
bank BRI cabang Jambi tahun 2009 oleh perusahaan raden motor sehingga menyebabkan
kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa pelanggaran etika profesi akutansi yang dilanggar oleh
akuntan publik, yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
Akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung jawab secara profesional dikarenakan
akuntan publik tersebut tidak menjalankan tugas profesinya dengan baik dalam hal
pembuatan laporan keungan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal
senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, sehingga menyebabkan
kepercayaan masyarakat (raden motor) terhadap akuntan publik hilang.
2. Kepentingan Publik
Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik (raden motor) dikarenakan
melakukan kesalahan dalam laporan keuangan Perusahaan Raden Motor untuk mengajukan
pinjaman ke Bank BRI dengan tidak membuat laporan mengenai empat kegiatan.
3. Objektivitas
Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan cara melakukan tindak
ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan kecurangan dalam pembuatan laporan
keuangan perusahaan Raden Motor.
4. Perilaku Profesional
Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan melakukan pembuatan laporan keuangan palsu
sehingga menyebabkan reputasi profesinya buruk dan dapat mendiskreditkan profesinya.
5. Integritas
Akuntan Publik tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga terjadi benturan
kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan publik dan
kepentingan pribadi dari akuntan publik itu.
6. Standar Teknis
17
Akuntan Publik tidak menjalankan etika/tugasnya sesuai pada etika profesi yang telah
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komparatemen Akutan Publik (IAI-KAP)
diantaranya etika tersebut antara lain :
a. Independensi, integritas, dan obyektivitas
b. Standar umum dan prinsip akuntansi
c. Tanggung jawab kepada klien
d. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
e. Tanggung jawab dan praktik lain
18
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Boynton, Johnson, dan Kell. 2003. Modern Auditing Jilid 1 Edisi Ketujuh (Alih Bahasa
Rajoe, P.A., Gania, G., Budi, I. S.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
19