Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Berkembangnya profesi akuntan publik telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.
Kebutuhan dunia usaha, pemerintah dan masyarakat luas akan jasa akuntan inilah yang
menjadi pemicu perkembangan tersebut, namun demikian masyarakat belum sepenuhnya
menaruh kepercayaan terhadap profesi akuntan publik. Krisis atau menurunnya kepercayaan
dari masyarakat terhadap mutu jasa yang diberikan oleh akuntan publik di Indonesia semakin
terlihat jelas seiring dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta fenomena
kebangkrutan perusahaan, seperti kasus Bank Mega skandal Enron dan Worldcom di USA,
yang melibatkan salah satu big four, yaitu Arthur Andersen CPA.
Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara profesional sesuai
dengan etika profesionalisme audit. Hal tersebut dikarenakan profesi akuntan mempunyai
tanggung jawab terhadap apa yang diperbuat baik terhadap pekerjaannya, organisasinya,
masyarakat dan dirinya sendiri. Dengan bertindak sesuai etika maka kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntan akan meningkat. Terlebih saat ini profesi akuntan diperlukan oleh
perusahaan, khususnya perusahaan yang akan masuk ke dalam pasar modal. Hal ini
disebabkan setiap perusahaan yang hendak ikut serta dalam bursa efek wajib diaudit oleh
akuntan publik.
Seperti halnya cabang-cabang dalam bidang akuntansi profesi akuntan memiliki
beberapa macam jika dilihat dari pekerjaan yang dilakukan yaitu akuntan publik, akuntan
pemerintah, akuntan manajemen serta akuntan pendidik. Kesemua profesi akuntan tersebut
memiliki peran dan tanggung jawab yang pastinya akan berbeda satu sama lain, akuntan
publik adalah akuntan yang berperan dalam memberikan jasa kepada masyarakat melalui
Kantor Akuntan Publik dengan memberikan jasa pelayanan dalam bidang akuntansi.

BAB II
ISI
A. KONSEP DASAR
1. Asersi Laporan Keuangan
Asersi merupakan pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Laporan keuangan
adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada,
yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan
atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu, atau perubahan atas aktiva dan atau
kewajiban selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Asersi-asersi laporan keuangan di bagi menjadi lima yaitu:
a. Asersi Keberadaan atau Keterjadian
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva
atau utang satuan usaha ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang
dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
b. Asersi Kelengkapan
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi atau
semua rekening yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah
dicantumkan di dalamnya.
c. Asersi Hak dan Kewajiban
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan
hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu.
d. Asersi Penilaian dan Pengalokasian
Asersi tentang penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan apakah
komponen-komponen

aktiva,

kewajiban,

pendapatan

dan

biaya

sudah

dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.


e. Asersi Penyajian dan Pengungkapan
Asersi tentang penilaian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah
komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan semestinya.

2. Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin besar keinginan auditor untuk menyatakan
2

pendapat yang benar, semakin rendah risiko audit yang akan bisa diterima. Risiko
audit memiliki tiga komponen, yaitu:
a. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
b. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh struktur pengendalian intern satuan usaha. Risiko ini merupakan fungsi
efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas
yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas.
c. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Berbeda dengan risiko bawaan dan
risiko pengendalian, tingkat risiko deteksi sesungguhnya bisa diubah oleh auditor
dengan memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan
untuk setiap asersi.
d. Audit risk
Pada saat melakukan audit report
3. Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai
besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang
dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang
dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi menjadi berubah atau
dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut.
Materialitas menurut FASB : kualitatif dan kuantitatif
Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialitas
(kuantitas) pada dua tingkatan, yaitu:
a. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Materialitas laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji minimum
dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan
keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus mempertimbangkan tingkat laporan

keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran mencakup laporan


keuangan sebagai keseluruhan.
b. Materialitas pada Tingkat Saldo Rekening
Materialitas saldo rekening adalah minimum salah saji yang bisa ada pada suatu
saldo rekening yang dipandang sebagai salah saji material. Auditor harus
mempertimbangkan tingkat saldo rekening karena auditor melakukan verifikasi
atas saldo-saldo rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh
mengenai kewajaran laporan keuangan.
4. Kesalahan Dan Fraud
Kecurangan (fraud) berbeda dengan kesalahan (error). Kesalahan dapat terjadi pada
setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya transaksi, dokumentasi,
pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit, pengikhtisaran proses dan
hasil laporan keuangan dimana dilakukan secara tidak sengaja. Apabila kesalahan
dilakukan dengan sengaja, maka kesalahan tersebut merupakan kecurangan (fraud).
Kecurangan adalah salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan
keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti
yang disajikan berikut ini:
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan
b. Representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan
c. Salah penerapan secara sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.
5. Tindakan Melawan Hukum
Tindakan pelanggaran hukum berarti pelanggaran terhadap hukum atau
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Unsur tindakan melanggar
hukum oleh klien adalah unsur tindakan pelanggaran yang dapat dihubungkan
dengan entitas yang laporan keuangannya diaudit, atau tindakan manajemen atau
karyawan yang bertindak atas nama entitas. Pengertian unsur tindakan pelanggaran
hukum oleh klien tidak termasuk pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh
manajemen dan karyawan entitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan bisnis
entitas.
4

Tindakan melanggar hukum yang dikaitan dengan laporan keuangan sangat


bervariasi. Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang
dipahaminya sebagai hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam
penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Tanggung jawab
auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat adanya unsur
tindakan pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material terhadap
penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan adalah sama
dengan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi adanya salah saji yang disebabkan
oleh kekeliruan atau kecurangan.
Jika auditor mengetahui akan adanya kemungkinan unsur tindakan pelanggaran
hukum, maka ia harus berusaha memperoleh informasi tentang sifat pelanggaran,
kondisi terjadinya pelanggaran, dan informasi lain yang cukup mengevaluasi
dampak unsur pelanggaran terhadap laporan keuangan. Jika dimungkinkan, auditor
harus memperoleh keterangan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi daripada
tingkat manajemen pelaku unsur tindakan pelanggaran hukum. Jika manajemen
tidak berhasil memberikan informasi dan keterangan yang memuaskan tentang
terjadi atau tidaknya unsur tindakan pelanggaran hukum, maka auditor harus:
a. Melakukan konsultasi dengan penasihat hukum klien atau ahli lain tentang
penerapan hukum dan peraturan relevan dengan kondisi yang dihadapi sekaligus
mengantisipasi dampaknya terhadap laporan keuangan. Pertemuan konsultasi
dengan penasihat hukum klien harus dengan sepengetahuan dan persetujuan
klien.
b. Menerapkan

prosedur tambahan, jika diperlakukan,

untuk memperoleh

pemahaman lebih baik tentang sifat pelanggaran.


c. Jika auditor berhasil menyimpulkan, yang didasarkan atas informasi yang
diperolehnya dan dari konsultasi dengan penasihat hukum, bahwa unsur tindakan
pelanggaran

hukum

mungkin

telah

terjadi,

maka

auditor

harus

mempertimbangkan dampak pelanggaran tersebut terhadap laporan keuangan


demikian juga implikasinya terhadap aspek-aspek audit yang lain.

B. TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK


1. Atestasi
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang
independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua
hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa atestasi merupakan
salah satu kategori jasa assurance yang diberikan oleh akuntan public. Adalah jenis
jasa di mana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang
disiapkan oleh pihak lain. Penugasan atestasi adalah penugasan yang di dalamnya
akuntan publik dikontrak untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan
kesimpulan mengenai keandalan asersi-asersi dalam sutau organisasi atau
perusahaan.
Standar

atestasi

membagi

tiga

tipe

perikatan

atestasi:

pemeriksaan

(examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).


Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang
disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Audit
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah
untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi
auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk
menyatakan tidak memberikan pendapat.
a. Tanggungjawab Utama Auditor Berdasarkan Jenis Auditor
Pihak yang melakukan audit disebut sebagai auditor. Auditor dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1) Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas
keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia, audit ini
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK merupakan badan
yang tidak tunduk kepada pemerintah sehingga diharapkan dapat melakukan
audit secara independen, namun demikian badan ini bukanlah badan yang
berdiri di atas pemerintah. Hasil audit BPK disampaikan depada Dewan
Perwakilah Rakyat sebagai alat kontrol atas pelaksanaan keuangan negara.
2) Auditor Intern
6

Auditor intern adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit
yang dilakukannya terutama membantu manajemen perusahaan tempat dimana
ia bekerja.
3) Auditor Independen atau Akuntan Publik
Tanggungjawab utama auditor independen atau lebih umum disebut akuntan
publik adalah melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang
diterbitkan perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaanperusahaan terbuka.
b. Tanggungjawab Auditor Independen
Terdapat 3 (tiga) tanggung jawab akuntan publik dalam melaksanakan
pekerjaannya yaitu :
1) Tanggung jawab moral (moral responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab moral untuk :
a) Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan yang
diaudit kepada pihak yng berwenang atas informasi tersebut, walaupun
tidak ada sanksi terhadap tindakannya.
b) Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif dengan kemahiran
profesional (due professional care).
2) Tanggung jawab profesional (professional responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional terhadap asosiasi
profesi yang mewadahinya (rule professional conduct).
3) Tanggung jawab hukum (legal responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar profesinya
yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku. Pada Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP), dalam Standar Auditing Seksi 110,
dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik
kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan
mutlak. Bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan
bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.
7

c. Perbedaan Tanggung Jawab Auditor Independen Dengan Manajemen


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, serta
menyatakan

pendapat

atas

laporan

keuangan.

Sedangkan

manajemen

bertanggungjawab atas laporan keuangan, yaitu dalam menerapkan kebijakan


akuntansi yang sehat, membangun dan memelihara pengendalian intern, serta
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi (termasuk peristiwa
dan kondisi) yang konsisten dengan asersi manajemen yang tercantum dalam
laporan keuangan.
3. Kompilasi dan Review
a. Review Laporan Keuangan
Review atas laporan keuangan historis, manajemen menegaskan bahwa laporan
tersebut telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum, sama seperti audit. Akuntan publik hanya memberikan
tingkat kepastian yang moderat atau sedang terhadap review atas laporan
keuangan jika dibandingkan dengan tingkat kepastian yang tinggi untuk audit,
sehingga lebih sedikit bukti yang diperlukan. Sebuah review seringkali telah
dianggap memadai untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan.
Banyak perusahaan nonpublic menggunakan opsi atestasi ini untuk memberikan
kepastian yang moderat atas laporan keuangannya tanpa harus menanggung biaya
audit. Tujuan dari penugasan review atas laporan keuangan perusahaan nonpublik
adalah melaksanakan tanya-jawab dan prosedur analitis, yang memberikan
akuntan dasar yang memadai guna menyatakan keyakinan terbatas bahwa tidak
ada modifikasi material yang harus dibuat pada laporan agar sesuai dengan
GAAP (atau OCBOA, jika dapat diterapkan). Akuntan harus mempunyai
pengetahuan tentang prinsip dan praktik akuntansi yang digunakan oleh industri
serta pengetahuan tentang perusahaan itu, organisasi dan karakteristik
operasinya,serta sifat aktiva,kewajiban, pendapatan, dan beban yang mendukung
penggunaan pengajuan pertanyaan serta prosedur analitis secara efektif.
AR 100.30 menyatakan bahwa review tidak dimaksudkan untuk mendapatkan
pemahaman tentang pengendalian internal atau menilai risiko pengendalian,
menguji catatan akuntansi dan menanggapi pertanyaan dengan mendapatkan

bukti-bukti yang mendukung, serta prosedur lain yang biasanya dilaksanakan


selama audit.
b. Kompilasi Laporan Keuangan
Tujuan dari penugasan kompilasi adalah menyajikan dalam bentuk informasi
laporan keuangan yang merupakan representasi manajemen, tanpa harus
menyatakan suatu keyakinan atas laporan itu.Penugasan kompilasi diarahkan
guna membantu manajemen dalam penyiapan informasi keuangan dan bukan
memberikan keyakinan tentang apakah informasi itu telah bebas dari salah saji
yang material. Akibatnya, penting bagi auditor untuk mendapatkan pemahaman
dengan klien mengenai tujuan dari penugasan itu dan fakta bahwa kompilasi tidak
dapat diandalkan untuk menemukan kesalahan atau kecurangan.
Ketika melaksanakan kompilasi, AR 100.12 menyatakan bahwa akuntan tidak
diwajibkan untuk mengajukan pertanyaan atau melaksanakan prosedur lain guna
memperivikasi, mendukung, atau mereview informasi yang diberikan oleh entitas
itu.
4. Laporan Keuangan Prospektif
a. Pelaporan tentang Informasi Keuangan Prospektif
Informasi keuangan prospektif pada umumnya akan diberikan dalam penawaran
obligasi dan sekuritas lainnya kepada publik.Bank serta lembaga pemberi
pinjaman lainnya seringkali meminta proyeksi laba masa depan dalam
memberikan kredit kepada para pribadi dan perusahaan, serta lembaga
pemerintah yang terkadang meminta prakiraan atas pemohonan hibah dan kontrak
pemerintah.Untuk mempertinggi realibilitas informasi keuangan prospektif,
akuntan publik dapat diminta untuk terlibat dengan data itu.
b. Jenis Informasi Keuangan Prospektif
AT 200.06 mengakui dua jenis informasi keuangan prospektif, yaitu:
1) Prakiraan Keuangan. Laporan prospektif yang menyajikan yang terbaik dari
pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab, posisi keuangan,
hasil operasi, dan arus kas yang diharapkan dari suatu entitas.
2) Proyeksi Keuangan, Laporan keuangan prospektif yang menyajikan, yang
terbaik dari pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab,
dengan satu atau lebih asumsi hipotesis, posisi keuangan, hasil operasi, dan
arus kas yang diharapkan dari suatu entitas.
c. Laporan Standar atas Laporan Keuangan Prospektif
9

Menurut AT 200.31 menetapkan bahwa laporan standar akuntan publik atas


pemeriksaan laporan keuangan prospektif harus mencakup :
1) Suatu identifikasi dari laporan keuangan prospektif yang disajikan.
2) Suatu pernyataan bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif telah
dilakukan sesuai dengan standar AICPA dan uraian singkat tentang sifat
pemeriksaan tersebut.
3) Pendapat akuntan bahwa laporan keuangan prospektif telah disajikan sesuai
dengan pedoman penyajian AICPA dan asumsi yang mendasarinya telah
memberikan dasar yang memadai untuk membuat prakiraan atau dasar yang
layak untuk menetapkan proyeksi menurut asumsi-asumsi hipotesis.
4) Suatu peringatan bahwa hasil-hasil prospektif mungkin tidak dapat tercapai.
5) Suatu pernyataan bahwa akuntan tidak memikul tanggung jawab untuk
memutakhirkan laporan tentang peristiwa dan situasi yang terjadi sesudah
tanggal laporan.
5. Pengendalian Mutu
a. Elemen Pengendalian Mutu
Untuk menjaga mutu pekerjaan kantor akuntan publik (KAP), organisasi profesi
mewajibkan setiap KAP untuk memiliki suatu sistem pengendalian mutu. Sebagai
pedoman, organisasi profesi menetapkan sembilan elemen pengendalian mutu
yang harus dipertimbangkan oleh KAP dalam menetapkan kebijakan dan
prosedur untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang kesesuaian dengan
standar profesional dalam menjalankan pengauditan dan jasa akuntansi serta
review.
Elemen-elemen pengendalian mutu :
Elemen
Independensi

Semua

Tujuan
profesional

Kebijakan dan Prosedur


harus Mengkomunikasikan semua

independen terhadap klien aturan independensi kepada

Penetapan

manakala melaksanakan jasa staf profesional.


Memonitor kesesuaian
atestasi.
dengan aturan independensi.
Personil harus memperoleh Menunjuk orang yang tepat

Personil

pada pelatihan teknis dan keahlian yang akan diberi penugasan.


Menetapkan bahwa dalam
Suatu
yang
dibutuhkan
sesuai
setiap penugasan harus ada
Penugasan
dengan penugasan.
partner tertentu yang
bertanggungjawab atas
10

penugasan yang
Konsultasi

Supervisi

bersangkutan.
Personil harus memperoleh Menunjuk orang sebagai ahli.
Menetapkan bidang-bidang
bantuan (jika diperlukan) dari
dan situasi tertentu yang
orang
yang
memiliki
membutuhkan konsultasi.
keahlian, pertimbangan dan
kewenangan yang memadai.
Pekerjaan
pada
setiap Menetapkan prosedur untuk
tingkatan harus di supervisi mereview kertas kerja dan
untuk

menjaga

agar laporan.
Melaksanakan supervisi
pekerjaaan benar-benar telah
pekerjaan terus-menerus.
memenuhi standar mutu
Pengangkatan

KAP.
Pegawai baru harus memiliki Membuat program

Pegawai

kualifikasi

tertentu

untuk pengangkatan pegawai baru

dapat melakukan tugasnya pada tingkat pemula.


Menetapkan kualifikasi
secara kompeten.
untuk menilai calon pegawai
potensial pada setiap tingkat
Pengembangan

Personil

Profesional

pengetahuan yang diperlukan mengembangkan keahlian


agar

harus

profesional.
memiliki Membuat program untuk

dapat

memenuhi pada bidang-bidang khusus.


Menyediakan informasi bagi
tanggung
jawab
yang
para personil tentang hal-hal
dibebankan kepadanya.
baru di bidang profesi.
Pengembangan

Personil

Karyawan

kualifikasi

harus

memiliki Menetapkan kualifikasi yang


yang diperlukan untuk setiap

memungkinkan ia memenuhi tingkat tanggungjawab dalam


tanggungjawab yang akan KAP.
Melakukan evaluasi
dibeerikan kepadanya di
personalia secara periodik.
waktu mendatang.
Penerimaan dan KAP harus mengusahakan Menetapkan kriteria untuk
Keberlanjutan
Klien

agar tidak berhubungan kerja mengevaluasi klien baru.


Menetapkan prosedur review
dengan klien yang integritas
11

manajemennya diragukan.
Inspeksi

KAP

harus

untuk klien lama yang akan

memberi penugasan lanjutan.


menentukan Merumuskan lingkup dan isi

bahwa

prosedur-prosedur program inspeksi.


Memberikan laporan hasil
yang berhubungan dengan
inspeksi kepada tingkat
elemen-elemen lain telah
manajemen yang sesuai
diterapkan secara efektif.
dalam KAP.
b. Hubungan Standar Auditing Dengan Standar Pengendalian Mutu
1) Dalam penugasan audit, auditor independen bertanggung jawab untuk
mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Seksi
202 Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan anggota
Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai auditor independen
mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan audit atas laporan keuangan.
2) Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, kantor
akuntan publik harus membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian penugasan audit
dengan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Sifat dan
luasnya kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang ditetapkan oleh
kantor akuntan publik tergantung atas faktor-faktor tertentu, seperti ukuran
kantor akuntan publik, tingkat otonomi yang diberikan kepada karyawan dan
kantor-kantor

cabangnya,

sifat

praktik,

organisasi

kantornya,

serta

pertimbangan biaya-manfaat.
3) Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia berkaitan dengan
pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu
berkaitan dengan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara
keseluruhan. Oleh karena itu, standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia dan standar pengendalian mutu berhubungan satu sama lain, dan
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor
akuntan publik berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara
individual dan pelaksanaan praktik audit kantor akuntan publik secara
keseluruhan.

12

6. Peraturan Menteri Keuangan, UU Pasar Modal dan Peraturan Bapepam,


Peraturan Bank Indonesia
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan PMK No. 17 Tahun 2008 pasal 44
ayat (1) menyatakan akuntan publik dan/atau KAP bertanggung jawab atas seluruh
jasa yang diberikan dan ayat (2) menyatakan Akuntan Publik bertanggung jawab
atas Laporan Auditor Independen dan Kertas Kerja dari Akuntan Publik yang
bersangkutan selama 10 (sepuluh) tahun.
Tanggung Jawab Akuntan Publik dalam Pasal 80 UU No.8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal menyatakan Akuntan Publik sebagai jasa professional ikut bertanggung
jawab bila Pernyataan Pendaftaran Emiten yang dijaminnya tidak memuat informasi
mengenai Fakta Material sesuai Undang-Undang sehingga informasi tersebut
menyesatkan. Namun tanggung jawab auditor terbatas pada pendapat yang
diberikannya.
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-86/BL/2011 tentang
independensi akuntan yang memberikan jasa di pasar modal, pada pasal 7
menyatakan

dalam

penerimaan

penugasan

profesional,

Akuntan

wajib

mempertimbangkan secara profesional dan memiliki independensi yang dapat


dipertanggungjawabkan sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP).
Tanggung jawab Akuntan Publik berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:
3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, pada pasal 19
menyatakan Akuntan Publik yang melakukan audit terhadap Laporan Keuangan
Tahunan Bank wajib :
a. Melakukan audit sesuai dengan standar professional akuntan publik serta
perjanjian kerja dan lingkup audit yang disepakati Bank dan Kantor Akuntan
Publik
b. Memberitahukan pelanggaran perundang-undangan dan keadaan lain yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha bank selambat-lambatnya 7 ari setelah
ditemukan.
c. Menyampaikan hasil audit dan Management Letter kepada Bank Indonesia.
d. Memenuhi ketentuan rahasia Bank sebagaimana diatur Undang-Undang Nomor
10 tahun 1998.

13

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Auditor memiliki tanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah
terbebas dari kesalahan penyajian material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh
kecurangan. Profesi akuntan publik terkait erat dengan tipe pemeriksaan akuntan. Profesi
akuntan publik auditor independen memiliki tangggung jawab yang sangat besar dalam
mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh masyarakat publik.

14

KASUS AUDIT
Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono yang diduga menyuap pajak
September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung
malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar
US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG
yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc.
yang tercatat di bursa New York.
Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula
US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya waswas dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar,
Baker melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.
Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya
dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika
di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun terselamatan.
Sumber : http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaranetika.html
Analisa : Pada kasus ini KPMG telah melanggar prinsip integritas karena tidak memenuhi
tanggungjawab profesionalnya sebagai Kantor Akuntan Publik sehingga memungkinkan
KPMGkehilangan kepercayaan publik. KPMG juga telah melanggar prinsip objektivitas
karena telah memihak kepada kliennya dan melakukan kecurangan dengan menyogok aparat
pajak di Indonesia.

15

Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat


Selasa, 18 Mei 2010 | 21:37 WIB
KOMPAS/ LUCKY PRANSISKA
JAMBI, KOMPAS.com Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan
perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI
Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet.
Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut
pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut.
Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu,
Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya
dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan
publik dalam kasus ini.
Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap
ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan
pinjaman ke BRI.
Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh
akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan
korupsinya.
Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan
keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan
dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut, tegas Fitri.
Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus
tersebut di Kejati Jambi.
Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap,
namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan
Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan
publik.
Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi
dapat menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa
saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap
kasus korupsinya.
Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum mau memberikan
komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi Syam dengan
saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut.

16

Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah
kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor.
Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan tersangka Effedi
Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit.
Sumber : http://www.ruqayahimwanah.com/berita-119-etika-profesi-akuntan-publik.html
Analisa : Ada delapan prinsip etika profesi akutansi, yaitu tanggung jawab profesi,
kepentingan publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional,
kerahasiaan, perilaku profesional dan standar teknis. Apabila dugaan keterlibatan akuntan
publik terhadap kasus korupsi dalam mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari
bank BRI cabang Jambi tahun 2009 oleh perusahaan raden motor sehingga menyebabkan
kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa pelanggaran etika profesi akutansi yang dilanggar oleh
akuntan publik, yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
Akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung jawab secara profesional dikarenakan
akuntan publik tersebut tidak menjalankan tugas profesinya dengan baik dalam hal
pembuatan laporan keungan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal
senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, sehingga menyebabkan
kepercayaan masyarakat (raden motor) terhadap akuntan publik hilang.
2. Kepentingan Publik
Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik (raden motor) dikarenakan
melakukan kesalahan dalam laporan keuangan Perusahaan Raden Motor untuk mengajukan
pinjaman ke Bank BRI dengan tidak membuat laporan mengenai empat kegiatan.
3. Objektivitas
Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan cara melakukan tindak
ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan kecurangan dalam pembuatan laporan
keuangan perusahaan Raden Motor.
4. Perilaku Profesional
Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan melakukan pembuatan laporan keuangan palsu
sehingga menyebabkan reputasi profesinya buruk dan dapat mendiskreditkan profesinya.
5. Integritas
Akuntan Publik tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga terjadi benturan
kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan publik dan
kepentingan pribadi dari akuntan publik itu.
6. Standar Teknis
17

Akuntan Publik tidak menjalankan etika/tugasnya sesuai pada etika profesi yang telah
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komparatemen Akutan Publik (IAI-KAP)
diantaranya etika tersebut antara lain :
a. Independensi, integritas, dan obyektivitas
b. Standar umum dan prinsip akuntansi
c. Tanggung jawab kepada klien
d. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
e. Tanggung jawab dan praktik lain

18

DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Boynton, Johnson, dan Kell. 2003. Modern Auditing Jilid 1 Edisi Ketujuh (Alih Bahasa
Rajoe, P.A., Gania, G., Budi, I. S.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

19

Anda mungkin juga menyukai