Anda di halaman 1dari 5

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1

Analisa Univariat

6.1.1 Pemasangan Kateter


Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden,
pemasangan kateter yang baik sebanyak 23 (76,3%) responden. Sedangkan
pemasangan kateter yang kurang baik sebanyak 7 (23,7%) responden.
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Asmawati, dkk (2014). Pada penelitian ini yang berjudul faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian infeksi saluran kemih di ruang rawat
inap Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makasar tahun 2014 yang
ditemukan bahwa sebanyak 27 (90%) responden melakukan pemasangan
kateter pada kategori baik dan 3 (10%) responden dikategorikan cukup.
Seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Samad dan
Marlina (2012), didapatkan bahwa 28 (80%) responden pemasangan
kateter baik dan 7 (20%) responden pemasangan kateter kurang baik.
Seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriyadi, dkk
(2012), didapatkan bahwa 14 (46,7%) responden yang melakukan
pemasangan kateter sesuai dan 16 (53,3%) responden yang melakukan
pemasangan kateter tidak sesuai.
Karena pemasangan kateter merupakan tindakan invasif, yang
dapat menimbulkan nyeri dan komplikasi permanen, pemasangannya
harus melalui standar operasional prosedur (SOP) (Marrelli, 2007).

37

38

Berdasarkan analisa peneliti pemasangan kateter yang baik


dikarenakan mengikuti prosedur pemasangan kateter dengan standar
operasional prosedur. Sedangkan pemasangan kateter kurang baik
dikarenakan tidak mengikuti standar operasional prosedur pemasangan
kateter.
6.1.2 Infeksi Saluran Kemih
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 30 responden, kejadian
infeksi saluran kemih terdapat 4 (13,3%) responden yang mengalami
infeksi saluran kemih. Sedangkan 26 (86,7%) responden tidak mengalami
infeksi saluran kemih.
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Samad dan Marlina (2012). Pada penelitian ini yang
berjudul hubungan pemasangan kateter dengan kejadian infeksi saluran
kemih pada pasien di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Banda Aceh
tahun 2012 yaitu sebanyak 31 (88,6%) tidak mengalami infeksi saluran
kemih dan 4 (11,4%) responden yang mengalami infeksi saluran kemih.
Seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriyadi, dkk
(2012), didapatkan bahwa ada 12 (40%) responden yang mengalami
infeksi saluran kemih dan 18 (80%) responden tidak mengalami infeksi
saluran kemih.
Seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmawati, dkk
(2014), didapatkan bahwa ada 8 (26,7%) responden yang mengalami
infeksi saluran kemih dan 22 (73,3%) responden yang tidak mengalami
infeksi saluran kemih.

39

Infeksi saluran kemih cenderung terjadi pada perempuan


dibandingkan laki-laki karena pada perempuan panjang saluran uretranya
lebih pendek dibandingkan laki-laki. Pada wanita panjang uretranya 1,5
inci dan laki-laki 8 inci sehingga bakteri lebih mudah masuk (Dipiro,
2005).
Selama periode usia, infeksi saluran kemih cenderung ditemukan
pada orang lanjut usia dibandingkan usia yang lebih muda ini disebabkan
oleh penurunan sistem imun, hal ini akan memudahkan timbulnya infeksi
saluran kemih (Sudoyo, 2009). Tubuh juga akan kehilangan kemampuan
untuk meningkatkan responnya terhadap sel asing, terutama bila
menghadapi infeksi ( Stanly & Beare, 2006). Pada orang lanjut usia sering
ditemukan nutrisi yang kurang sehingga lebih menurunkan respon selular
seperti proliferasi limfosit, sintesis sitokin dan juga respon antibodi
(Baratawidjaya & Rengganis, 2009).
Berdasarkan analisa peneliti infeksi saluran kemih dikarenakan
pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan standar operasional
prosedur, tidak melakukan penis/vulva hygiene, dan kurang memakai alat
yang steril serta tidak melakukan tindakan cuci tangan dan antiseptik.
Infeksi saluran kemih juga dapat disebabkan oleh jenis kelamin dan
bertambahnya usia seseorang.

40

6.2

Analisa Bivariat

6.2.1 Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi Saluran


Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat inap RSUD Pariaman tahun
2015.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 23 responden
(76,7%) yang terpasang kateter baik, 1 (25%) responden dinyatakan
mengalami infeksi saluran kemih dan 23 responden (84,6%) dikategorikan
tidak mengalami infeksi saluran kemih. Dari 7 (23,3%) responden yang
terpasang kateter kurang baik,

3 (75%) responden dikategorikan

mengalami infeksi saluran kemih dan 4 (15,4%) responden dinyatakan


tidak mengalami infeksi saluran kemih.
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Samad & Marlina tahun 2012. Pada penelitian ini
yang berjudul hubungan antara pemasangan kateter tetap dengan kejadian
infeksi saluran kemih pada pasien rawat inap di RSUD Lapatarai
Kabupaten Baru yaitu diantara 30 orang responden, terdapat 14 orang
(46.7%) yang pemasangan kateter sesuai, dengan rincian 2 responden
(6.7%) menderita infeksi saluran kemih sedangkan 12 orang responden
(40.7%) tidak mengalami infeksi saluran kemih. Sedangkan 16 orang
responden (53.3%) yang pemasangan kateter tidak sesuai, sebanyak 10
orang responden (33.3%) diantaranya mengalami infeksi saluran kemih
dan 6 orang responden ( 20% ) lainnya tidak mengalami infeksi saluran
kemih.

Uji statistik

terhadap

hubungan pemasangan kateter dengan

41

kejadian infeksi saluran kemih didapat nilai p-value = 0,047 < 0,05.
Dimana terdapat hubungan pemasangan kateter dengan kejadian infeksi
saluran kemih di ruang rawat inap interne RSUD Pariaman.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan pemasangan kateter dengan
kejadian infeksi saluran kemih, hal ini disebabkan karena pemasangan
kateter yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur sehingga
memudahkan mikroorganisme untuk masuk kedalam sistem perkemihan
yang menyebabkan terjainya infeksi. Hal ini dapat dicegah dengan teknik
pemasangan kateter yang sesuai dengan standar operasional prosedur.

Anda mungkin juga menyukai