Anda di halaman 1dari 8

ANTIDEPRESI

Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan gejala utama berupa
rasa hati yang murung (afek depresif), kehilangan minat dan kegembiraan, serta
berkurangnya energi yang menyebabkan penderita mudah lelah dan menurun
aktivitasnya. Gejala lain yang menyertai dapat berupa penurunan konsentrasi dan
perhatian, pengurangan rasa harga diri dan percaya diri, gagasan tentang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri / bunuh diri, gangguan tidur, atau berkurangnya nafsu
makan. Sindrom depresi di atas mengakibatkan penderita terganggu dalam
menjalankan fungsinya, tampak dalam penurunan kemampuan bekerja, hubungan
sosial, dan dalam aktivitas rutin sehari-hari.
INDIKASI
Penggunaan obat antidepresi diindikasikan untuk mengatasi sindrom depresi yang
dapat ditemukan pada penderita Gangguan Afektif Bipolar dan Unipolar ( Major
Depression), Gangguan Distimik, Gangguan Siklotimik, Hypotiroid Induced
Depression, Brain Injury Depression, gangguan penyesuaian dan gangguan-gangguan
psikiatri lainnya dengan depresi sebagai penyerta ( Gangguan Obsesif Kompulsif,
Gangguan Panik, Dementia). Selain itu, beberapa gangguan medis umum juga dapat
disertai dengan gejala depresi, diantaranya : stroke, kanker, dll.
MEKANISME KERJA
Sindrom depresi diyakini timbul akibat adanya defisiensi relatif salah satu atau
beberapa neurotransmiter aminergik (noradrenalin, serotonin, dopamine) pada sinaps
neuron di SSP, terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu, semua obat antidepresi
bekerja untuk meningkatkan jumlah neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di
SSP, baik dengan menghambat reuptake oleh neuron prasinaptik maupun dengan
menghambat penghancurannya oleh enzim monoamine oxydase.
KLASIFIKASI
Obat-obat antidepresi dikelompokkan dalam 5 golongan, yaitu :
Obat antidepresi Trisiklik
Obat antidepresi Tetrasiklik
Obat antidepresi RIMA ( Reversible Inhibitor Of Monoamine Oxydase-A)
Obat antidepresi Atypical
Obat antidepresi SSRI ( Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Ad. 1. Obat Antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik
Mis. Imipramine, Desipramine, Trimipramine, Amitriptyline, Nortriptyline,
Protriptyline, Amoxapine, Doxepine, Maprotiline, Clomipramine
Kedua jenis obat antidepresi ini kadang dimasukkan dalam kelompok obat
heterosiklik. Penamaannya sesuai dengan jumlah cincin sebagai inti struktur
molekularnya.
Farmakokinetik :

Absorpsi per oral tidak lengkap


Waktu paruh panjang (10-70 jam) pemberian obat bisa 1x/hari
Metabolisme obat terjadi di hati oleh enzim sitokrom P450IID6. Pemakaian bersama
obat-obat yang bersifat menghambat P450IID6 ( quinidine, cimetidine, SSRI,
phenothiazine, carbamazepine, antiaritmik propafenone dan flecainide) akan
menyebabkan intoksikasi obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik dosis harus
diturunkan.
Farmakodinamik :
Menghambat reuptake neurotransmiter norepinefrin dan serotonin ke terminal saraf
prasinaptik konsentrasi monoamin dalam celah sinaptik efek antidepresan
Menghambat reseptor asetilkolin histamin dan muskarinik, -adrenergik
menimbulkan efek samping
Efek pada Organ dan Sistem Spesifik :
Target organ : SSP
Sistem kardiovaskuler : antiaritmik tipe 1A (dalam dosis terapetik), kardiotoksik
( bila overdosis)
Indikasi Terapetik :
Gangguan Depresif Berat
Gangguan Mood Karena Kondisi Medis Umum dengan Ciri Depresif
Gangguan Panik dengan Agorafobia
Gangguan Kecemasan Umum
Gangguan Obsesif-Kompulsif (Clomipramine dan SSRI)
Gangguan Makan
Gangguan Nyeri, dll.
Efek Samping Merugikan :
Efek Psikiatrik, yaitu dapat menginduksi episode manik pada pasien gangguan
bipolar I. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi dosis atau menggantinya dengan
Fluoxetine atau Bupropion.
Efek Antikolinergik (esp. amytriptiline, imipramine, trimipramine dan doxepine)
berupa mulut kering ( atasi dengan permen karet tanpa gula, kembang gula atau isap
mulut fluoride), konstipasi, pandangan kabur dan retensi urin. Selain itu, juga dapat
memperberat kondisi pasien dengan glaukoma sudut sempit ( atasi dengan pemberian
tetes mata pilocarpine secara bersamaan).Bethanecol dapat membantu mengatasi efek
antikolinergik lainnya.
Sedasi (esp. amytriptiline, trimipramine dan doxepine)
Efek Otonomik berupa hipotensi ortostatik (inhibisi 1-adrenergik), keringat
berlebihan, palpitasi, penngkatan tekanan darah
Efek pada Jantung berupa takikardi, gangguan EKG dan aritmogenik (overdosis)
Efek Neurologis : kedutan mioklonik dan tremor lidah ( desipramine dan
protriptyline) ; parkinsonisme, akathisia, diskinesia (amoxapine)
Efek Alergi dan Hematologi, jarang terjadi

Efek lainnya : penambahan berat badan (inhibisi reseptor histamine H2), impotensi
(inhibisi reseptor dopamine dalam traktus uberoinfundibular) dan disfungsi seksual
(gangguan ejakulasi, anorgasme, galaktorea, hiperprolaktinemia) karena penggunaan
amoxapine
Tabel Sifat Efek Samping Obat Trisiklik dan Tetrasiklik
Obat

Antikolinergik Sedasi

Hipotensi
Kejang
Abn.
ort.
konduksi
Amitriptyline + + + +
++++ +++
+++
++++
Doxepine
+++
++++ ++
+++
++
Imipramine
+++
+++
++++
+++
++++
Trimipramine + + + +
++++ +++
+++
++++
Desipramine + +
++
+++
++
+++
Nortriptyline + + +
+++
+
++
+++
Protriptyline + + +
+
++
++
++++
Amoxapine
+++
++
+
+++
++
Maprotiline
+++
+++
++
++++
+++
Ket. + + + + = tinggi, + + + = sedang, + + = rendah, + = sangat rendah
Interaksi Obat :
Obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik + antihipertensi : inhibisi efek obat
antihipertensi, bahkan pemberian bersama dengan methyldopa menyebabkan agitasi
perilaku
Obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik + antipsikotik : peningkatan kadar plasma
masing-masing obat dan efek samping antikolinergik dan sedasi dari obat antidepresi
Obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik + CNS depressant (opiate, opioid, ansiolitik,
hipnotik dan obat flu) : potensiasi depresi SSP
Obat antidepresi Trisiklik + Simpatomimetik : efek merugikan pada system
kardiovaskuler yang berat
Obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik + Kontrasepsi oral, asam askorbat, NH4Cl,
barbiturate, merokok, lithium : penurunan kadar plasma obat antidepresi Trisiklik dan
Tetrasiklik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat antidepresi Trisiklik dan
Tetrasiklik :
Hindari penggunaannya selama kehamilan dan pada ibu menyusui ( bisa
diekskresikan lewat ASI)
Monitor dengan ketat penggunaannya pada pasien hepatitis dan penyakit ginjal
Tidak boleh diberikan selama terapi ECT (efek pada jantung)
Pemeriksaan hitung darah lengkap, differential count leukosit, elektrolit serum, tes
fungsi hati, EKG perlu dilakukan terutama pada pasien lanjut usia dan anak-anak.
Efek obat antidepresi Trisiklik dan Tetrasiklik yang bermakna baru terlihat setelah
empat minggu

Penghentian terapi harus dilakukan dengan penurunan dosis secara bertahap untuk
menghindari timbulnya rebound kolinergik (mual, gangguan lambung, berkeringat,
nyeri kepala, nyeri leher dan muntah)
Ad. 2. Obat Antidepresi RIMA ( Reversible Inhibitor Of Monoamine Oxydase-A)
Mis. Moclobemide, Brofaromine
Farmakokinetik :
Mudah diabsorpsi per oral
Mengalami asetilasi
Efek antidepresi tampak setelah 2-4 minggu pengobatan
Farmakodinamik :
Monoamin oksidase (MAO) adalah suatu enzim mitokondria yang
terdistribusi luas di seluruh tubuh. Konsentrasi MAO tertinggi ditemukan di hati,
saluran gastrointestinal, SSP dan system saraf simpatis. Dalam neuron, MAO
berperan dalam me-nonaktifkan neurotransmitter (norepinefrin, serotonin, dopamine)
yang berlebih dan bocor keluar vesikel sinaptik ketika neuron istirahat. Inhibitor
MAO dapat me-nonaktifkan enzim ini secara irreversible (Isokarboksazid,
Phenelzine, Tranylcypromine, Selegiline) atau reversible (Moclobemide,
Brofaromine), sehingga molekul neurotransmitter tidak mengalami degradasi,
menumpuk dalam neuron presinaptik dan masuk ke ruang sinaptik. Hal ini
menyebabkan aktivasi reseptor norepinefrin dan serotonin. Akibatnya, timbullah efek
antidepresi obat.
Monoamin oksidase tipe A(MAO-A) dalam saluran gastrointestinal
bertanggung jawab terhadap metabolisme tiramin yang terkandung dalam makanan
yang dikonsumsi. Inhibitor MAO akan mengakibatkan tiramin masuk ke dalam
sirkulasi tanpa mengalami metabolisme terlebih dahulu. Selanjutnya, tiramin akan
menyebabkan lepasnya katekolamin dalam jumlah besar, yang tersimpan di ujung
terminal saraf, menginduksi timbulnya sakit kepala, takikardi, mual, hipertensi,
aritmia jantung dan stroke. Pasien yang menggunakan MAOI reversible ( RIMA)
sebagai antidepresi hanya memerlukan waktu 2-5 hari setelah dosis obat terakhir
untuk mensintesis ulang MAO dalam jumlah yang cukup untuk menggantikan MAO
yang telah diinhibisi dan dihancurkan oleh MAO Inhibitor. Hal ini berarti pasien
dapat mengkonsumsi kembali makanan yang mengandung tiramin sesudahnya.
Sedangkan, pasien pengguna MAOI irreversible membutuhkan waktu yang lebih
lama, yaitu sekurang-kurangnya dua minggu setelah dosis obat terakhir.
Brofaromine, selain bekerja sebagai inhibitor MAO reversible, ternyata juga
aktif sebagai inhibitor reuptake serotonin.
Tabel makanan kaya tiramin yang harus dihindari saat menggunakan MAOI
Kandungan tiramin sangat tinggi

Kandungan tiramin cukup tinggi

Alkohol
Fava (kacang besar)
Keju tua
Hati sapi atau ayam
Jus jeruk
Ikan asin atau asap, unggas, daging
Sop (kalengan)
Suplemen vitamin ragi
Ekstrak daging
Saus kering

Kecap
Krim asam
Pisang
Alpukat
Terong
Plum
Kismis
Bayam
Tomat
Yogurt

Efek pada Organ dan Sistem Spesifik :


Target organ : SSP (antidepresi, gangguan tidur)
Sistem kardiovaskuler : hipotensi
Hepar : hepatotoksik (Isokarboksazid, Phenelzine)
Indikasi Terapetik :
Gangguan Depresif Berat
Gangguan Mood Karena Kondisi Medis Umum dengan Ciri Depresif
Gangguan Panik dengan Agorafobia
Gangguan Stres Pascatraumatik
Gangguan Obsesif-Kompulsif
Gangguan Makan
Fobia Sosial
Gangguan Nyeri, dll.
Efek Samping Merugikan :
Hipotensi ortostatik (Isokarboksazid, Phenelzine), dapat diatasi dengan
fludrocortisone 0,1-0,2 mg/hari, kaus kaki elastik (support stocking), hidrasi dan
peningkatan asupan garam
Penambahan berat badan
Edema
Disfungsi seksual
Insomnia
Parathesia (defisiensi pyridoxine akibat MAOI), atasi dengan suplemen pyridoxine
50-150 mg/hari
Efek psikiatrik : menyebabkan pasien depresi gangguan bipolar I berubah menjadi
episode manik dan menyebabkan pasien skizofrenia menjadi memiliki dekompensasi
psikotik
Krisis hipertensi akibat mengkonsumsi MAOI bersama dengan makan yang
mengandung tiramin, juga bisa terjadi bila mendapat gigitan lebah saat
mengkonsumsi MAOI. Hal ini dapat diatasi dengan 100 mg kapsul nifedipine, -

adrenergik ( phentolamine) atau chlorpromazine. Risiko krisis hipertensi akibat


tiramin menurun pada pasien yang menggunakan RIMA.
Interaksi Obat :
MAOI + CNS depresan : potensiasi efek depresi SSP
MAOI + Obat serotonergik (SSRI, clomipramine) : Sindrom Serotonin Maligna
dengan gejala awal berupa hipertonisitas, mioklonus, dan gangguan otonom,
selanjutnya timbul halusinasi, hipertermi, bahkan kematian.
Tabel Obat yang Harus Dihindari Saat Terapi MAOI
Sama sekali tidak boleh digunakan
Anestetik spinal atau lokal yang
mengandung epinefrin (lidocaine atau
procaine aman)
Medikasi antiasma
Antihipertensi(methyldopa,
guanethidine, reserpine, pargyline)
L-Dopa, L-tryptophan
Narkotik terutama meperidine
Medikasi flu, demam, sinus yabg
dijual bebas, terutama yang
mengandung dextromethorphan
(aspirin, acetaminophen,dan menthol
lozenges aman)
Simpatomimetik (amfetamin, kokain,
methylphenidate, dopamine,
metaraminol, epinefrin, norepinefrin,
isoproterenol)
SSSI, clomipramine

Penggunaannya harus lebih berhatihati


Antihistamin
Hydralazine
Propanolol
Terpin hydratedengan kodein
Obat Trisiklik dan Tetrasiklik

Gangguan laboratorium :
Penurunan kadar glukosa darah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat antidepresi MAOI :
Monitor ketat penggunaan MAOI pada pasien dengan penyakit ginjal, gangguan
kejang, penyakit kardiovaskular atau hipertiroid
MAOI dapat mengubah kadar obat oral hipoglikemik
MAOI dikontraidikasikan penggunaannya pada ibu hamil dan menyusui
Ad. 3. Obat Antidepresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)
Mis. Fluoxetine, Fluvoxamine, Paroxetine, Sertraline)

Farmakokinetik :
Waktu paruh Fluoxetine terpanjang (2-3 hari)
Absorpsi per oral baik
Metabolisme terjadi di hati oleh P450IID6 (Paroxetine)
Pemberian SSRI dengan makanan sering menurunkan insidensi gejala efek samping
SSRI yakni mual dan diare
Farmakodinamik :
Menghambat reuptake serotonin secara spesifik ke terminal saraf prasinaptik
Tidak terdapat aktivitas pada reseptor antikolinergik, antihistamin, dan antiadrenergik-1 sehingga efek samping yang timbul sangat rendah
Efek pada Organ dan Sistem Spesifik :
Target organ : SSP
Saluran gastrointestinal : mual, anoreksia, diare
Indikasi Terapetik :
Gangguan depresi berat
Episode depresi dari gangguan bipolar I
Gangguan makan
Gangguan panik
Gangguan obsesif-kompulsif
Gangguan distimik
Gangguan kepribadian ambang
Efek Samping Merugikan :
Efek SSP : nyeri kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk, dan kecemasan
Efek sistem gastrointestinal : mual, diare, mulut kering, anoreksia, dan dyspepsia
Gangguan fungsi seksual (jarang terjadi) : anorgasme, ejakulasi terlambat, impotensi,
dapat diterapi dengan Yohimbine atau Cyproheptadine
Gangguan pada kulit berupa ruam (jarang terjadi)
Interaksi Obat :
SSRI + L-tryptophan/MAOI : Sindrom Serotonin Maligna
Pemberian SSRI sebelum maupun sesudah pemberian MAOI memerlukan periode
pencucian selama 6 minggu sebelum digunakan.
Paroxetine + cimetidine : peningkatan konsentrasi Paroxetine
Paroxetine + Phenobarbital/Phenytoin : penurunan konsentrasi Paroxetine
Paroxetine memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami interaksi obat karena jalur
metaboliknya melalui enzim hati P450IID6
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat antidepresi SSRI :
Pemberian Fluoxetine disertai dengan penurunan konsentrasi glukosa, dengan
demikian dosis obat hipoglikemik perlu diturunkan
SSRI merupakan obat yang paling aman meski digunakan secara overdosis

Monitor penggunaan SSRI pada pasien dengan penyakit hati


SSRI dikontraidikasikan penggunaannya pada ibu hamil ( drug of choice bila
diharuskan memberikan antidepresi pada ibu hamil) dan menyusui

Anda mungkin juga menyukai