PENDAHULUAN
Psoriasis adalah penyakit kulit kronis yang ditandai dengan inflamasi
infiltrasi sel, hiperproliferasi sel epidermal dan dilatasi kapiler. Prevalensi
psoriasis bervariasi pada sekitar 0,1-3% dari populasi. 1-3 Faktor Baik genetik dan
lingkungan terlibat dalam patomekanismenya.4-6
Sindrom metabolik adalah kombinasi dari obesitas sentral, dislipidemia,
intoleransi glukosa dan tekanan darah tinggi. Patofisiologi sindrom metabolik dikaitkan dengan resistensi insulin yang dimediasi oleh adipocytokines, seperti
tumor necrosis factor (TNF)-a leptin, dan adiponectin.7-13 Sindrom ini terkait
dengan penyakit jantung dan diabetes mellitus tipe 2 (DM).14 faktor risiko
dominan yang mendasari adalah Adiposit Viseral.15-17
Survei epidemiologi di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang mengungkapkan
hubungan antara psoriasis dengan metabolisme syndrome.18-20 Selanjutnya,
beberapa laporan menunjukkan bahwa pasien psoriasis merupakan faktor risiko
independen dari kejadian kardiovaskular.21-23 Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian kardiovaskular, seperti merokok, obesitas, ketidakmampuan fisik
dan stress psikologis, yang banyak terjadi pada pasien psoriasis.24
Dalam kajian ini, kami menilai hubungan antara psoriasis dan sindrom
metabolik dan membahas prevalensi dan risiko pasien psoriasis terkait
penyakit penyerta dalam hal sindrom metabolik.
SINDROM METABOLIK
Pada tahun 1988, Reaven mengusulkan istilah Sindrom X untuk kombinasi
intoleransi glukosa, hipertensi, hiperinsulinemia, rendah high-density lipoprotein
(HDL) kolesterol dan triglycemia tinggi.25
Namun, Reaven tidak melibatkan obesitas abdominal. Pada tahun 1989,
Kapranmengusulkan the deadly Quartet", yang merupakan konstelasi obesitas
tubuh bagian atas, intoleransi glukosa, triglycemia tinggi dan hipertensi.26 Tahun
1991, De Fronzo menamai pengelompokan gangguan metabolisme, termasuk DM
non-insulin-dependent, obesitas, hipertensi, kelainan lipid dan penyakit
aterosklerotik kardiovaskular sebagai ''sindrom resistensi insulin''.27 Nakamura dan
untuk penyakit
wanita memiliki kelebihan berat badan di Jepang. Namun, hanya 3% dari orang
dewasa di Jepang mengalami obesitas. Sebaliknya, 66% dan 32% dari populasi
orang dewasa di Amerika Serikat memiliki kelebihan berat badan dan obesitas.
Pada populasi Eropa, 30-80% dan 30% didiagnosis sebagai kelebihan berat badan
dan obesitas.
Bukti kuat menunjukkan bahwa psoriasis dikaitkan erat dengan peningkatan
risiko obesitas. Namun, belum diketahui apakah obesitas adalah hasil atau
penyebab psoriasis. Herron et al. secara retrospektif diperiksa berat badan
sebelum timbulnya psoriasis dan menyimpulkan bahwa obesitas mengikuti
psoriasis. Mallbris et al. juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
dalam BMI antara pasien psoriasis dalam waktu satu tahun dan kontrol
menunjukkan bahwa obesitas mengikuti psoriasis. Sebaliknya, perbandingan
pasien psoriasis dalam waktu 2 tahun dan pasien penyakit dermatologis lainnya
mengungkapkan bahwa risiko psoriasis terkait dengan BMI menyarankan bahwa
obesitas bisa menjadi salah satu faktor penyebab untuk psoriasis.
Hensler dan Christophers melaporkan korelasi positif antara psoriasis dan
obesitas di Kaukasia, yang dikonfirmasi oleh berbagai penelitian. Dalam
penelitian baru-baru ini di Jepang, pasien psoriasis yang obesitas / kelebihan berat
badan meningkat secara signifikan dibandingkan dengan kontrol yang sehat dan
tingkat keparahan (Psoriasis Area and Severity Index [PASI] score) berkorelasi
positif dengan BMI.
RESISTENSI INSULIN / DM
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara psoriasis dan
resistensi insulin / DM. Penelitian di Jerman mengungkapkan bahwa psoriatis
menunjukkan peningkatan prevalensi DM, terutama pada wanita. Selain itu,
prevalensi DM pada pasien psoriasis dua kali lipat dari melanoma (OR = 2,5,
95% CI = 1,7-3,6). Qureshi et al.57 menunjukkan bahwa psoriasis secara
independen terkait dengan DM (relative risiko [RR] = 1,63). Brauchli et al.
menunjukkan RR DM pada pasien psoriasis menjadi 1,36 dibandingkan dengan
pasien non-psoriasis. OR DM adalah 2.56 dan risiko yang berhubungan dengan
3.10 untuk psoriasis yang ringan dan berat. Sedangkan, HR untuk psoriasis yang
ringan dan berat pada pasien yang berusia 60 tahun atau lebih tua adalah 1.08 dan
1.36. Brauchli et al melaporkan bahwa insiden infark miokard, stroke, dan
transient ischemik attack tidak meningkat signifikan pada pasien psoriasis
dibandingkan dengan kontrol. Dilihat dari OR, infark miokard berkembang pada
pasien dengan psoriasis yang berusia kurang lebih 60 tahun yaitu 1.66 (95% Cl =
1.03-2.66) dibandingkan dengan pasien nonpsoriasis. Sedangkan, pada pasien
psoriasis yang infark miokard dengan usia lebih dari 60 tahun tidak mengalami
peningkatan secara signifikan. Di Jepang, pada pasien psoriasis yang berumur 1992 tahun, OR gangguan miokard iskemik meningkat secara signifikan (OR =5.51;
95% Cl = 1.86-16.5). Namun, OR gangguan cerebrovaskular tidak berbeda secara
signifikan pada populasi ini (OR= 1,75; 95% Cl = 0.67-4.5).
SINDROM METABOLIK DAN ADIPOCYTOKINES
KESIMPULAN
Psoriasis adalah penyakit peradangan kronis sistemik yang terkait dengan
sindrom metabolik dan penyakit penyerta lainnya termasuk CVD. Sitokin proinflamasi dan adipocytokines berkontribusi terhadap komorbiditas. Jadi, psoriasis
tidak boleh dianggap sebagai penyakit kulit sederhana melainkan sebagai penyakit
inflamasi sistemik. Dalam hal ini, pengobatan anti-TNF untuk psoriasis akan
berguna tidak hanya untuk lesi kulit tetapi juga untuk pencegahan CVD.