Anda di halaman 1dari 16

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan Masyarakat
dan Penguatan Masyarakat

Oleh :
D IV Keperawatan Tingkat II
KELOMPOK 2

1) Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni

(PO71202140 19)

2) Ayu Indah Agustini

(PO71202140 27)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Pemberdayaan Masyarakat dan Penguatan Masyarakat


2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat lapisan masyarakat untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan
dan keterbelakangan. Intinya bahwa pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
melahirkan masyarakat yang mandiri dengan menciptakan kondisi yang
memungkinkan potensi masyarakat dapat berkembang. Setiap daerah memiliki
potensi yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan membantu meningkatkan
kualitas hidup mereka dan melepaskan diri dari keterbelakangan dan
ketergantungan.

Masyarakat

memiliki

peranan

penting

dalam

upaya

pemberdayaan masyarakat tersebut, karena masyarakat merupakan subyek dari


pemberdayaan. Jadi pemberdayaan masyarakat tidak sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pemerintah. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah
upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pemberdayaan

sebagai

proses

mengembangkan,

memandirikan,

menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah


terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.
Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara
pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan posisi
berdiri masyarakat. Posisi masyarakat

bukanlah obyek penerima manfaat

(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti


pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang
bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti
lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan,
pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu
merupakan tugas (kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri
sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan
potensi-kreasi,

mengontrol

lingkungan

dan

sumberdayanya

sendiri,

menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di


ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).
Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu
ekonomi, sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosialbudaya), dan bidang lingkungan. Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan
dalam wacana pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri,
partisipasi, jaringankerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan
pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi Rukminto Adi (2008)
menyatakan pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan
pembangunan bangsa secara keseluruhan.
Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering
dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan
desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan
masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat
lokal (locality development).
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud
nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini
ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti
Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA
(taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain (Nurbeti, M. 2009).
2.2 Tujuan dan Strategi Cara Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan
masyarakat terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/ kesenjangan/
ketidakberdayaan.
Kemiskinan dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang
belum

mencukupi/layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian,

papan, kesehatan,

pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan,

misalnya produktivitas yang

rendah, sumberdaya manusia yang lemah,

terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sektor pertanian


masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasar

lokal/tradisional karena

dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional. Dengan


perkataan lain masalah keterbelakangan menyangkut struktural (kebijakan) dan
kultural (Sunyoto Usman, 2004).
Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan
kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat.
1. Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu;
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa
setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat
dikembangkan.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah
peningkatan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam
sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,
lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini
menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti
irigasi, jalan, listrik, maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan
kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling
bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan
pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang
keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi
masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang
berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota
masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
budaya

modern,

seperti

kerja

keras,

hemat,

keterbukaan,

dan

kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan

ini.

Demikian

pula

pembaharuan

institusi-institusi

sosial

dan

pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan


masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan
partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat
erat

kaitannya

dengan

pemantapan,

pembudayaan,

pengamalan

demokrasi.
c. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi.
Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi
bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi
yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang
lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat.
Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena
hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang
lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat
atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat
menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).
Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas
usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain).
Dengan demikian tujuan akhirnya adalah masyarakat, memampukan, dan
membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang
lebih baik secara berkesinambungan.

2.

Program Pembangunan Pedesaan


Pemerintah di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah
mencanangkan berbagai macam program pedesaan ( Sunyoto Usman, 2004),
yaitu :
a. Pembangunan pertanian

Program

pembangunan

pertanian,

merupakan

program

untuk

meningkatkan output dan pendapatan para petani. Juga untuk menjawab


keterbatasan pangan di pedesaan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar industri kecil dan kerumahtanggaan, serta untuk memenuhi
kebutuhan ekspor produk pertanian bagi negara maju.
b. Industrialisasi pedesaan
Program industrialisasi pedesaan, tujuan utamanya
mengembangkan

industri

kecil

dan

kerajinan.

untuk

Pengembangan

industrialisasi pedesaan merupakan alternative menjawab persoalan


semakin sempitnya rata-rata pemilikan dan penguasaan lahan dan
lapangan kerja dipedesaan.
c. Pembangunan masyarakat desa terpadu
Program pembangunan masyarakat terpadu, tujuan utamanya untuk
meningkatkan produktivitas, memperbaiki kualitas hidup penduduk dan
memperkuat

kemandirian. Ada enam unsur dalam pembangunan

masyarakat terpadu, yaitu:


1) Pembangunan pertanian dengan padat karya
2) Memperluas kesempatan kerja
3) Intensifikasi tenaga kerja dengan industri kecil
4) Mandiri dan meningkatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan
5) Mengembangkan perkotaan yang dapat mendukung pembangunan
pedesaan
6) Membangun kelembagaan yang dapat melakukan koordinasi proyek
multisektor.
d. Strategi pusat pertumbuhan.
Program strategi pusat pertumbuhan, merupakan alternatif untuk
menentukan jarak ideal antara pedesaan dengan kota, sehingga kota
benar-benar berfungsi sebagai pasar

atau saluran distribusi hasil

produksi. Cara yang ditempuh adalah membangun pasar di dekat desa.


Pasar ini difungsikan sebagai pusat penampungan hasil produksi desa,
dan pusat informasi tentang hal-hal berkaitan dengan kehendak
konsumen dan kemampuan produsen. Pusat pertumbuhan diupayakan

agar secara social tetap dekat dengan desa, tetapi secara eknomi
mempunyai fungsi dan sifat-sifat seperti kota.
Senada dengan program pembangunan pedesaan, J. Nasikun (dalam Jefta Leibo,
1995), mengajukan strategi yang meliputi :
a. Strategi pembangunan gotong royong
Dalam strategi gotong royong, melihat masyarakat sebagai sistem
sosial. Artinya masyarakat terdiri dari atas bagian-bagian yang saling
kerjasama untuk mewujudkan tujuan bersama. Gotong royong dipercaya
bahwa

perubahan-perubahan

masyarakat,

dapat

diwujudkan

melalui

partisipasi luas dari segenap komponen dalam masyarakat. Prosedur dalam


gotong royong bersifat demokratis, dilakukan diatas kekuatan sendiri dan
kesukarelaan.
b. Strategi pembangunan Teknikal Profesional
Strategi pembangunan Teknikal Profesional, dalam memecahkan
berbagai

masalah kelompok masyarakat dengan cara mengembangkan

norma, peranan, prosedur baru untuk menghadapi situasi baru yang selalu
berubah. Dalam strategi ini peranan agen - agen pembaharuan sangat penting.
Peran yang dilakukan agen pembaharuan terutama dalam menentukan
program pembangunan, menyediakan pelayanan yang diperlukan, dan
menentukan tindakan yang diperlukan dalam merealisasikan program
pembangunan tersebut. Agen pembaharuan merupakan kelompok kerja yang
terdiri atas beberapa warga masyarakat yang terpilih dan dipercaya untuk
menemukan cara cara yang lebih kreatif sehingga hambatan hambatan
dalam pelaksanaan program pembangunan dapat diminimalisir.
c. Strategi Konflik
Strategi Konflik, melihat dalam kehidupan masyarakat dikuasasi oleh
segelintir orang atau sejumlah kecil kelompok kepentingan tertentu. Oleh
karena itu, strategi ini

menganjurkan perlunya mengorganisir lapisan

penduduk miskin untuk menyalurkan permintaan mereka atas sumber daya


dan atas perlakuan yang lebih adil dan lebih demokratis. Strategi konflik
menaruh tekanan perhatian pada perubahan oraganisasi dan peraturan

(struktur) melalui distribusi kekuasaan, sumber daya dan keputusan


masyarakat.
d. Strategi pembelotan kultural.
Strategi pembelotan kultural, menekankan pada perubahan tingkat subyektif
individual, mulai dari perubahan nilai-nilai pribadi menuju gaya hidup baru
yang manusiawi. Yaitu gaya hidup cinta kasih terhadap sesame dan
partisipasi penuh komunitas orang lain. Dalam bahasa Pancasila adalah
humanis-relegius. Strategi ini merupakan reaksi (pembelotan)

terhadap

kehidupan masyarakat modern industrial yang berkembang berlawanan


dengan pengembangan potensi kemanusiaan.
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, dalam konsiderannya menyatakan bahwa

dalam rangka

penumbuhkembangan, penggerakan prakarsa dan partisipasi masyarakat serta


swadaya

gotong royong dalam pembangunan di desa dan kalurahan perlu

dibentuk Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa. Lebih lanjut dinyatakan bahwa


Kader Pemberdayaan Masyarakat merupakan mitra Pemerintahan Desa dan
Kelurahan yang diperlukan keberadaan dan peranannya dalam pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan partisipatif di Desa dan Kelurahan. Adapun peran
Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) intinya adalah mempercepat perubahan
(enabler), perantara (mediator), pendidik (educator), perencana (planer),
advokasi (advocation), aktivis (activist) dan pelaksana teknis (technisi roles)
(lihat Pasal 10 Permendagri RI No.7 Tahan 2007).
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Permendagri tersebut,
tampaknya dalam strategi pemberdayaan masyarakat dapat dinyatakan sejalan
dengan Strategi pembangunan Teknikal Profesional.
2.3 Tugas Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah,
perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga
donor, aktor-aktor masyarakat sipil, atau oleh organisasi masyarakat lokal

sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja sangat strategis karena mempunyai


banyak keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya:
mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka
legal, kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain.
Proses pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan
berkelanjutan bila berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan
yang didasarkan pada prinsip saling percaya dan menghormati (Sutoro Eko,
2002).
Dalam hal pada setiap desa telah terbentuk KPM, maka kemitraan KPM
dan pemerintahan desa perlu didorong untuk bersama-sama melakukan
pemberdayaan masyarakat. Ketika kemitraan mampu mendorong percepatan
kemapanan ekonomi masyarakat, berfungsi secara efektif pemerintahan desa
(sistem politik lokal), keteladanan pemimpim (elit lokal), dan partisipasi aktif
masyarakat (lihat Kutut Suwondo, 2005), maka kemampuan dan kemandirian
masyarakat dalam pembangunan akan dapat terwujud.

2.4 Penguatan Kapasitas Masyarakat


Penguatan kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan individu,
kelompok, organisasi dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan
melaksanakan

pembangunan

dalam

arti

luas

secara

berkelanjutan.

Dalam pengertian tersebut, terkandung pemahaman bahwa:


1. Yang dimaksud dengan kapasitas adalah kemampuan (individu, kelompok,
organisasi, dan kelembagaan yang lain) untuk menunjukkan/memerankan
fungsinya secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.
2. Kapasitas bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan proses yang berkelanjutan.
3. Pengembangan kapasitas sumberdaya manusia merupakan pusat
pengembangan kapasitas.
4. Yang dimaksud dengan kelembagaan, tidak terbatas dalam arti sempit
(kelompok, perkumpulan atau organisasi), tetapi juga dalam arti luas,
menyangkut perilaku, nilai-nilai, dll.

Penguatan kapasitas untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat tersebut,


mencakup penguatan kapasitas setiap individu (warga masyarakat), kapasitas
kelembagaan (organi-sasi dan nilai-nilai perilaku), dan kapasitas jejaring (networking) dengan lembaga lain dan interaksi dengan sistem yang lebih luas.
Sejalan dengan pemahaman tentang pentingnya pemberdayaan masyarakat,
strategi pembangunan harus memberikan per-hatian lebih banyak (dengan
mempersiapkan) lapisan masya-rakat yang masih tertinggal dan hidup di luar
atau di pinggiran jalur kehidupan modern. Strategi ini perlu lebih dikembang-kan
yang intinya adalah bagaimana rakyat lapisan bawah (grassroots) harus dibantu
agar lebih berdaya, sehingga tidak hanya dapat meningkatkan kapasitas produksi
dan kemam-puan masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki, tetapi
juga sekaligus meningkatkan kemampuan ekonomi nasional.
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu mengikut-sertakan semua potensi
yang ada pada masyarakat. Dalam hubungan ini, pemerintah daerah harus
mengambil peranan lebih besar karena mereka yang paling mengetahui
mengenai kondisi, potensi, dan kebutuhan masyarakatnya.
Terkait dengan upaya penguatan kapasitas masyarakat yang dilakukan,
keberhasilan proses dalam pemberdayaan masyarakat bukan merupakan
keberhasilan pengelola atau fasilitator program, melainkan harus diakui oleh
masyarakat sebagai keberhasilan usaha mereka sendiri. Kekuatan atau daya yang
dimiliki setiap individu dan masyarakat bukan dalam arti pasif, tetapi bersifat
aktif, yaitu terus-menerus dikembangkan/dikuatkan untuk memproduksi atau
menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat.
Penguatan masyarakat di sini memiliki makna ganda yang bersifat timbal
balik. Di satu pihak, penguatan diarahkan untuk mendayagunakan individu agar
lebih mampu berperan di dalam kelompok dan masyarakat global, ditengahtengah ancaman yang dihadapi, baik dalam kehidupan pribadi, kelompok dan
masyarakat global. Di sisi lain penguatan masyarakat diarahkan untuk melihat
peluang yang berkembang di lingkungan kelompok dan masyarakat global agar

dapat dimanfaatkan bagi perbaikan kehidupan pribadi, kelompok, dan


masyarakat global.
Jenis Pemberdayaan dan Penguatan Masyarakat di Bidang Kesehatan
1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
4. Dana Sehat
5. Lembaga Swadaya Masyarakat
6. Upaya Kesehatan Tradisional
7. Pos Gizi (Pos Timbangan)
8. Pos KB Desa (RW)
9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
10. Saka Bhakti Husada (SBH)
11. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
12. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
13. Karang Taruna Husada
14. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
2.5

Teknik Penguatan Kapasitas Masyarakat


Penguatan kapasitas masyarakat memiliki

aktifitas

tersendiri

yang

memungkinkan terjadinya pengembangan kapasitas pada sebuah sistem,


organisasi, atau individu, dimana ada aktifitas tersebut terdiri atas beberapa fase
umum. Adapun fase tersebut menurut Gandara (2008 : 18) adalah:
1. Fase Persiapan. Pada fase ini terdapat 5 langkah kerja yaitu :
a.

Identifikasi kebutuhan untuk pengembangan kapasitas, langkah kerja ini


memiliki kegiatan utama yaitu mengenali alasan-alasan dan kebutuhan
nyata untuk mengembangkan kapasitas.

b. Menentukan tujuan-tujuan. Langkah kerja ini memiliki kegiatan utama


yaitu

melakukan

konsultasi

dengan

stakeholder

utama

untukmengidentifikasi isu utama pengembangan kapasitas.


c. Memberikan tanggung jawab. Langkah kerja ini memiliki kegiatanutama
yaitu menetapkan penanggungjawab kegiatan pengembangan kapasitas,
misal membentuk tim teknis atau satuan kerja.
d. Merancang proses pengembangan kapasitas. Langkah kerja ini memiliki
kegiatan

utama

yaitu

menentukan

metodologi

pemetaan

sesuai

permasalahan yang muncul dan membuat penjadwalan kegiatan tentang


proses pemetaan dan tahapan perumusan berikutnya tentang rencana
tindak pengembangan kapasitas.
e. Pengalokasian sumber daya. Kegiatan utamanya adalah mengidentifikasi
pendanaan kegiatanproses pengembangan kapasitas dan mengalokasikan
sumber daya dengan membuat formulasi kebutuhan sumber daya sesuai
anggaran yang dibutuhkan dan dapat disetujui oleh pihak berwenang
2. Fase Analisis. Pada fase ini terdapat 5 langkah kerja yaitu :
a. Mengidentifikasi permasalahan dalam hal ini kegiatan utamanya berupa
melakukan pemeriksaan terhadap masalah untukpenyelidikan lebih lanjut.
b. Analisis terhadap proses dalam hal ini kegiatan utamanya berupa
menghubungkan permasalahan untuk pemetaan kapasitas dengan proses
kinerja system, organisasi dan individu.
c. Analisis organisasi dalam hal ini kegiatan utamanyaberupa memilih
organisasi untuk diselidiki legih dalam (pemetaan organisasional).

d. Memetakan gap dalam kapasitas dalam hal ini kegiatan utamanya adalah
berupa memetakan jurang pemisah antara kapasitas ideal dengan
kenyataannya.
e. Menyimpulkan kebutuhan-kebutuhan pengembangan kapasitas yang
mendesak dalam hal ini kegiatan utamanya adalah berupa menyimpulkan
temuan-temuan dan mengumpulkan usulan-usulan untuk rencana tindak
pengembangan kapasitas.
3. Fase Perencanaan. Pada fase ini terdapat 3 langkah kerja yaitu :
a. Perencanaan tahunan, kegiatan utamanya adalah merumuskan draf
rencana tindak pengembangan kapasitas.
b. Membuatrencana

jangka

menengah,

kegiatan

utamanya

berupa

pertemuan-pertemuan konsultatif.
c. Menyusun skala prioritas, kegiatan utamanya berupa menetapkan skala
prioritas pengembangan kapasitas dan tahapan-tahapan implementasinya.
4. Fase Implementasi. Pada fase ini terdapat 5 langkahkerja yaitu :
a. Pemrograman, kegitan utamanya berupa mengalokasikansumber daya
yang dimiliki saat ini.
b. Perencanaan proyek pengembangan kapasitas, kegiatan utamanya berupa
merumuskan kebijakan implementasi pengembangan kapasitas.
c. Penyeleksian penyedia jasa layanan pengembangan kapasitas, kegiatan
utamanya berupa mengidentifikasi layanan dan produk luar terkait
kebutuhan
dikerjanakan.

implementasi

pengembangan

kapasitas

yang

akan

d. Implementasi proyek, kegiatan utamanya berupa implementasi program


tahunan pengembangan kapasitas sesuai sumber daya yang ada dan jadwal
yang tersedia.
e. Monitoring proses, kegiatan utamanya berupa melakukan monitoring
terhadap aktifitas-aktifitas pengembangan kapasitas.
5. Fase Evaluasi. Pada fase ini terdapat 2 langkah kerja yaitu :
a. Evaluasi dampak, kegiatan utamanya berupa mengevaluasi pencapaian
pengembangan kapasitas, seperti peningkatan kinerja.
b. Merencanakan ulang rencana tindak pengembangan kapasitas, kegiatan
utamanya adalah melakukan analisa terhadap temuan monitoring proses
dan evaluasi dampak dalam konteks kebutuhan perencanaan ulang
pengembangan kapasitas.
Untuk melaksanakan evaluasi apakah proyek yang telah dilaksanakan
selama jangka waktu tertentu telah sungguh mendatangkan perbaikan yang sesuai den
gan harapan warga masyarakat, perlu dilakukan suatu penelitian. Dua metoda
penelitian evaluatif yang bersifat bottom-up adalah rapid rural appraisal (RRA), dan
participatory rural appraisal (PRA).
1. Metoda Rapid Rural Appraisal (RRA)
Pada dasarnya, metoda RRA merupakan proses belajar yang intensif
untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk
itu diperlukan carakerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat
multidisiplin, menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang
khusus, untuk meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi
perdesaan. Cara kerja tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingka
komunitas lokal yang digabungkan dengan pengetahuan ilmiah.

2. Metoda Participatory Rural Appraisal (PRA)


Konsepsi dasar pandangan PRA adalah pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan
masyarakat dalam keseluruhan kegiatan. Metoda PRA bertujuan menjadikan
warga masyarakat sebagai peneliti, perencana, dan pelaksana program
pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mia. 2014. Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala Satu Usaha
Menumbuhkan Peran Aktif Masyarakat Dalam Pembangunan Di
Kabupaten
Enrekang.
https://www.academia.edu/9973953/_Pemberdayaan_Masyarakat_Sebagai_
Sala_Satu_Usaha_Menumbuhkan_Peran_Aktif_Masyarakat_Dalam_Pemba
ngunan_Di_Kabupaten_Enrekang_. Diakses pada Sabtu, 10 Oktober 2015
pukul 10.00 WITA.

Alliance.

2015. Pemberdayaan sebagai Proses Penguatan Kapasitas.


http://jembatantiga.com/2015/02/pemberdayaan-sebagai-proses-penguatankapasitas/. Diakses pada Sabtu, 10 Oktober 2015 pukul 10.00 WITA.

Abadi,

Ellynia. 2014. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.


http://ellyaniabadi.blogspot.co.id/2014/10/pemberdayaan-masyarakat-dibidang.html. Diakses pada Sabtu, 10 Oktober 2015 pukul 10.00 WITA.

Cholisin.

2011
Pemberdayaan
Masyarakat.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PEMBERDAYAAN
%20MASYARAKAT.pdf. Diakses pada Sabtu, 10 Oktober 2015 pukul
10.00 WITA.

Irawan,

Dediarta

Wendi.2011.Metode

Pemberdayaan

masyarakat.,Available:https://id.scribd.com/doc/76408558/MetodePemberdayaan-Masyarakat. DiaksespadaSelasa, 13 Oktober 2015 pukul


18.00 WITA
Mutiara, 2013. Pengembangan Kelembagaan Pengembangan Kapasitas Organisasi.
http://mutiara-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-75610-Pengembangan
%20Kelembagaan-Pengembangan%20Kapasitas%20Organisasi
%20%28Capacity%20Building%29.html. Diakses pada Senin, 5 Oktober
2015 pukul 16.00 WITA.
Wahyuningtyas, Eka. 2013. Paper Strategi Pendekatan dalam Promosi Kesehatan.
https://www.academia.edu/9993004/Paper_Strategi_Pendekatan_Dalam_Pr
omosi_Kesehatan. Diakses pada Sabtu, 10 Oktober 2015 pukul 10.00
WITA.

Anda mungkin juga menyukai