301cc 5. VENTY Jadi
301cc 5. VENTY Jadi
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta
Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jl. Cisitu Bandung
ABTRAK
Telah dilakukan penelitian aktivitas antijamur ekstrak rimpang temu glenyeh ( Curcuma soloensis val.)
terhadap Candida albicans, Aspergillus niger dan Trichophyton sp. Ekstrak diperoleh dengan metode ekstraksi
perkolasi menggunakan pelarut metanol dilanjutkan dengan ekstraksi menggunakan pelarut organik dengan tingkat
kepolaran yang semakin meningkat yaitu n-heksana, metilen klorida, etil asetat dan butanol. Fraksi diperoleh
dengan kromatografi kolom, dimana elusi digunakan pelarut dengan kepolaran yang meningkat dengan memvariasi
nisbah n-heksana dan etil asetat. Analisis komponen kimia fraksi aktif antijamur dilakukan dengan penapisan
fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT).
Ekstrak n-heksana, metilen klorida, dan etil asetat rimpang temu glenyeh memiliki aktivitas antijamur
terhadap C. albicans, namun tidak terhadap A. niger dan Trichophyton sp. Ketiga ekstrak tersebut mengandung
golongan senyawa terpenoid. Aktivitas antijamur tertinggi terhadap C. albicans dimiliki oleh ekstrak etil asetat.
Fraksinasi terhadap ekstrak etil asetat menghasilkan fraksi aktif, yaitu fraksi F-9, fraksi F-10, fraksi A (gabungan
fraksi F-7 dan F-8) dan fraksi B (gabungan fraksi F-11 dan F-12), dimana fraksi F-9 memiliki aktivitas antijamur
tertinggi. Hasil KLT terhadap fraksi F-9 dengan eluen n-heksana:etil asetat = 4:6 menunjukkan adanya dua noda
dengan Rf 0,10 dan 0,31. Konsentrasi hambat minimum (KHM) fraksi F-9 terhadap C. albicans adalah 6000 ppm,
sedangkan KHM fraksi A adalah 2000 ppm. Uji banding menunjukkan aktivitas antijamur fraksi F-9 dan fraksi A
jauh lebih kecil dibandingkan standar mikonazol dengan nilai masing-masing sebesar 1,41% dan 0,91%.
Kata kunci : temu glenyeh, Curcuma soloensis val., antijamur, Candida albicans, Aspergillus niger,
Trichophyton sp.
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki
&
v.zijp),
temu
temu
putih
(Curcuma
aeruginosa.Roxb)
Aspergillus niger.
dan
hitam
(Curcuma
famili
Korespondensi :
Venty Suryanti
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret,
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta
Zingiberaceae
adalah
temu
glenyeh
31
albicans.
Tiap-tiap
ekstrak
kental
selanjutnya
Niger.
Cole-parmer 9815
a.
Ekstraksi
b.
selama
32
menit
pada
suhu
kamar.
Selesai
c.
agar
tercampur
secara
homogen
kemudian
tersebut
dibuat
lubang-lubang
menggunakan
Pengujian
konsentrasi 1% (b/v).
lubang
menentukan
sebagai
besarnya
parameter
aktivitas
untuk
antijamur
dari
aktivitas
antijamur
terhadap
fraksi
tingkat
konsentrasi
sampel
(variasi
Fraksinasi ekstrak
sebanyak
difraksinasi
dengan
ditetapkan
dengan
membuat
kurva
standar
33
Penapisan Fitokimia
diameter hambatan y
Penapisan
Ekstraksi
tersebut
saponin,
flavonoid,
fenol,
perendaman
alkaloid,
menggunakan
pelarut
golongan-golongan
dipilih
dengan
senyawa
antijamur
senyawa
kimia
pertimbangan
bahwa
umumnya
golongan
senyawa
terpenoid,
steroid,
lebih
dan
perubahan
kimia
terhadap
fenol,
pada
saponin,
terdapat
triterpenoid
flavonoid,
dan
alkaloid
aktivitas antijamur.
Temu Glenyeh
aktivitas
antijamur
ekstrak
Ekstrak
perkolasi
Pengujian
simplisia
Berat (g)
Prosentase
( % b/b )*
42,2
n-Heksana
21,5
dan ekstrak metilen klorida (8,8 mm) terhadap jamur
Metilen
41,6
Tabel 2.21,2
Hasil penapisan
fitokimia terhadap ekstrak rimpang temu glenyeh
klorida
Etil asetat
0,8
1,5
Ekstrak
Alkaloid
Saponin
Triterpenoid
Butanol
1,1
2,1 Flavonoid Fenol Terpenoid Steroid
n-Heksana
+++
Air (residu)
9,3
18,2
Metilen klorida
+
+++
Keterangan: * dibandingkan terhadap berat ekstrak
Etil asetat
+++
+
+
metanol
yang diekstraksi. Butanol
+
+
++
++
Air
Keterangan : (+) = terdeteksi
(-) = tidak terdeteksi
+,++,+++ = menunjukkan intensitas
34
++
I
12,0
12,0
8,4
20,0
-
C. albicans
II
x Sd
12,0
12,0 0,00
11,4
11,7 0,30
9,2
8,8 0,40
19,0
19,5 0,50
-
A. niger
II
x Sd
-
I
-
dengan
antijamur. Ekstrak metanol (12,0 mm), ekstrak nheksana (11,7 mm), dan ekstrak metilen klorida (8,8
mm) masing-masing memiliki diameter hambat
lebih besar daripada diameter lubang sehingga dapat
dikatakan aktif sebagai antijamur. Ekstrak etil asetat
selanjutnya dilakukan fraksinasi untuk mendapatkan
fraksi aktif antijamur.
Fraksinasi Ekstrak Etil Asetat
Ekstrak etil asetat (4 g) difraksinasi dengan
kromatografi
kolom
dipercepat.
Fraksi
yang
diameter
hambat
12,2
mm.
Analisis
Diameter hambat
(mm)
II
x Sd
F-5
8,1
9,1
8,6 0,70
F-6
10,5
11,8
11,1 0,91
F-7
11,3
9,9
10,6 0,99
F-8
10,2
9,6
9,9 0,42
F-9
12,9
11,6
12,2 0,91
F-10
9,4
9,0
9,2 0,20
F-11
9,7
8,3
9,0 0,70
F-12
10,0
9,2
9,6 0,40
F-13
8,9
8,0
8,4 0,63
F-14
9,5
9,0
9,3 0,35
F-15
F-16
F-17
7,0
7,5
7,3 0,35
F-18
F-19
F-20
F-21
F-22
F-23
F-24
F-25
Keterangan : diameter lubang = 6 mm
(-) = tidak memiliki diameter hambat
I, II = diameter hambat pada cawan petri ke 1
dan 2
x
= nilai rata-rata; Sd = standar deviasi
35
Penetapan KHM
memiliki
menunjukkan nilai Rf
aktivitas
antijamur
(walaupun
tidak
ppm
menunjukkan
diameter
hambat
terhadap
Eluen
Jumlah
noda
1
1
2
n-Heksana : aseton = 4: 6
n-Heksana : Etil asetat = 1: 1
n-Heksana : Etil asetat = 4 : 6
Nilai Rf
0,64
0,24
0,1
0.31
Nilai Rf
Fraksi F-8
0,64
0,50
Fraksi F-7
0,64
0,50
Fraksi F-10
0,05
0,16
Nilai Rf
Fraksi F-11
0,22
0,29
Fraksi F-12
0,22
0,29
36
dihitung
dengan
menggunakan
standar
hambat
mikonazol
terhadap
diameter
hambat
Konsentrasi
standar
mikonazol pada
diameter
y =5.2287x +0.9618
19.8
R2 =0.9843
18.8
17.8
16.8
mikonazol.
15.8
14.8
13.8
12.8
IV. KESIMPULAN
11.8
2
2.5
3.5
1.
memiliki
aktivitas
antijamur
terhadap
C.
Trichopyton
sp.
mengandung
golongan
Konsentrasi
standar mikonazol
pada diameter
2.
Fraksinasi
Ketiga
terhadap
ekstrak
senyawa
ekstrak
tersebut
terpenoid.
etil
asetat
37
38