ILUSTRASI KASUS
I.
STATUS PENDERITA
: 422197
I. ANAMNESIS
a. Identitas Pasien
Nama
: Ny. SA
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 40 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Lampung
Alamat
: Pringsewu
Pekerjaan
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama :
Nyeri pada bagian payudara kiri
KeluhanTambahan :
Sesak sejak 2 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan nyeri pada bagian payudara kiri ,
sebelumnya terdapat benjolan berwarna merah pada bagian payudara kiri yang
muncul sejak 3 bulan SMRS, lalu benjolan tersebut pecah dan mengeluarkan
nanah yang berwarna pekat yang terus menetes dan menimbulkan rasa nyeri. 2
hari SMRS pasien merasa sesak, lalu pasien berobat ke mantri tetapi tidak
membaik, lalu pasien pergi ke RS Abdul Moeloek.
Riwayat Keluarga :
Pasien menyangkal dalam keluarga terdapat keluhan serupa dan tidak pernah ada
riwayat kanker di keluarga, riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes melitus (-).
Riwayat Masa Lampau :
-
Penyakit terdahulu
Trauma Terdahulu
Operasi
Sistem saraf
Sistem Kardiovaskular
Sistem Gastrointestinal
Sistem urinarius
Sistem Genitalis
Sistem Muskuloskeletal
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: tidak ada
: tidak ada
: (-)
: (-)
: (-)
B. Status Present
a. Status Umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36,5 oC
Frekuensi nadi
: 88x/menit
Frekuensi nafas
: 22x/ menit
: 70 kg
: 60 kg
Kulit
Status gizi
: Kesan baik
Tinggi : 165 cm Berat badan : 60 kg
IMT : 22,05 (Kesan: Normal)
o
o
o
o
o
: Normochepal
: Hitam, tidak mudah
dicabut
Mata
:
- Konjungtiva
: Anemis +/+
- Sklera
: Ikterik -/- Reflek Cahaya
: Langsung +/+, Tidak Langsung +/+
- Pupil
: Isokor +/+
- Palpebra
: edem (-)
Telinga
: Bentuk normal, liang lapang, membrane
timpani intake, Otorhea (-), pus (-)
Hidung
: Rinore (-), pus (-), sekret (-), mukosa
merah muda, deformitas (-), edema (-),
napas cuping hidung (-)
Tenggorokan
: Tonsil T1-T1, mukosa merah muda
Mulut
: Laserasi (-), sianosis (-), tumor (-), bibir
kering (-), lidah kotor (-),Tonsil T1-T1,
mukosa merah muda
Gigi
: Karies (-)
Leher
o KGB
o Kelenjar Gondok
o JVP
Dada (Thorax)
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Perut (Abdomen)
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Ekstremitas
o Superior
o Inferior
Neuromuskular
Sensibilitas
Reflek fisiologis
Reflek patologis
o
o
o
Tulang Belakang
o skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), deformitas (-), lordosis (-)
Laboratorium
o Darah Rutin
Hb = 9,6 ( N : 12 16)
Ht = 27 ( N: 37 47 %)
LED = 42 (N: 0 -15 mm/jam)
Leukosit = 13. 400 ( N: 4800- 10.800)
Trombosit = 691.000 (N: 150.000-450.000)
Eritrosit = 3,1 (N: 4,2-5,4)
CT/BT = 9/3
Hitung jenis
Basofil 0
Eosinofil 0
Batang 0
Segme 78
Limfosit 11
Monosit 11
o
o
o
o
o
o
o
o
Kimia Darah
SGOT= 67 (<31)
SGPT= 17 (<31)
GDS = 81 (<140)
Ureum = 30 (13-43)
Creatinine = 0,60 (0,55-1,02)
Natrium = 137 (135-145)
Kalium = 4,2 (3,5-5)
Resume
Pasien datang ke RSAM dengan keluhan nyeri pada bagian payudara kiri ,
sebelumnya terdapat benjolan berwarna merah pada bagian payudara kiri
yang muncul sejak 3 bulan SMRS, lalu benjolan tersebut pecah dan
mengeluarkan nanah yang berwarna pekat yang terus menetes dan
menimbulkan rasa nyeri. 2 hari SMRS pasien merasa sesak, lalu pasien
berobat ke mantri tetapi tidak membaik, lalu pasien pergi ke RS Abdul
Moeloek.
Sesampainya di RSAM dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah : 120/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, suhu : 36.5oC, pernafasan 22
x/menit. Pasien tampak sakit sedang dan konjungtiva anemis +/+. Pada
inspeksi bagian dada tampak keluar nanah pada bagian payudara kiri.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan penunjang yakni Darah Rutin dengan
hasil Hb = 9,6 ( N : 12 16) Ht = 27 ( N: 37 47 %) LED = 42 (N: 0 -15
mm/jam) Leukosit = 13. 400 ( N: 4800- 10.800) Trombosit = 691.000 (N:
150.000-450.000) Eritrosit = 3,1 (N: 4,2-5,4) CT/BT = 9/3 Hitung jenis:
Basofil 0 Eosinofil 0 Batang 0 Segmen 78 Limfosit 11 Monosit 11, Kimia
Darah: SGOT= 67 (<31) SGPT= 17 (<31) GDS = 81 (<140) Ureum = 30
(13-43) Creatinine = 0,60 (0,55-1,02) Natrium = 137 (135-145) Kalium =
4,2 (3,5-5) Kalsium = 9,3 (8,6-10) Chlorida = 111 (96-106).
Diagnosis banding
o FAM ( Fibroadenoma Mammae)
Diagnosis kerja
o Susp. Ca Mamae
Penatalaksanaan dan Pengobatan :
1. Non Medikamentosa
: Pemasangan threeway kateter, diet lunak,
tirah baring
2. Medikamentosa
:
- IVFD RL gtt xx/menit
- Ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Ranitidin amp/ 12 jam
- Ketorolac 3mg/ 8 jam
III.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Radiologi : Foto Thorax AP
Kesan:
IV.
sinistra
Suspek efusi pleura sinistra
Besar cor tidak valid dinilai
Prognosis
Quo ad Vitam
Quo ad Fungtionam
Quo ad Sanationam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
: Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Payudara
1. Anatomi
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan
kelenjar dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan
terdapat
mioepitel
kontraktil.
Pada
duktus
intralobularis
3. Fisiologi
Secara fisiologi, unit fungsional terkecil jaringan payudara adalah asinus.
Sel epitel asinus memproduksi air susu dengan komposisi dari unsur
protein yang disekresi apparatus golgi bersama faktor imun IgA dan IgG,
unsur lipid dalam bentuk droplet yang diliputi sitoplasma sel. Dalam
perkembangannya, kelenjar payudara dipengaruhi oleh banyak hormon
yang berasal dari berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior,
adrenal,
dan
ovarium.
Kelenjar
hipofisis
anterior
menghasilkan
10
11
d. Diet
Sampai sekarang tidak terbukti bahwa diet lemak berlebihan dapat
memperbesar atau memperkecil resiko kanker payudara (De Jong dan
Sjamsuhidajat, 2005).
e. Virus
Pada air susu ibu ditemukan partikel virus yang sama dengan yang
terdapat pada air susu tikus yang menderita kanker payudara. Akan tetapi
peranannya sebagai faktor penyebab pada manusia tidak dapat dipastikan
(De Jong dan Sjamsuhidajat, 2005).
f. Radiasi Pengion
Radiasi pengion ke dada meningkatkan resiko kanker payudara. Besar
resiko tergantung dari besar dosis radiasi, waktu sejak pajanan dan usia.
Hanya pada wanita yang diradiasi sebelum usia 30 tahun, saat
perkembangan payudara yang tampak terkena. Dosis radiasi yang rendah
pada penapisan mammografi hampir tidak berefek pada insidensi kanker
payudara (Kumar dkk, 2007).
g. Faktor lain
Banyak faktor lain yang belum dapat dipastikan dalam peranan terhadap
terbentuknya kanker, misalnya kegemukan dan mengkonsumsi alkohol
(Kumar dkk, 2007).
3. Gejala Klinis Kanker Payudara
Wanita dengan kanker payudara, mengalami gejala-gejala berikut. Kadang
meskipun di tubuhnya telah tumbuh kanker dia tidak merasakan gejala
apapun. Atau ditubuhnya menunjukkan gejala tersebut tetapi bukan karena
kanker payudara, tetapi akibat kondisi medis lain. Adapun tanda-tanda atau
gejalanya antara lain:
12
13
Tumor primer
TX
Tis
T0
T1
T2
T3
T4
Nodule
NX
N0
N1
N2
N3
14
Metastase jauh
MX
M0
M1
15
16
tidak mutlak karena tanpa ada riwayat keluarga juga bisa terkena) juga
menjadi faktor resiko. Mereka yang punya riwayat tumor juga mempunyai
resiko tinggi menderita kanker payudara.
Faktor resiko lain adalah seperti haid terlalu muda atau menopause diatas
umur 50 tahun, tidak menikah atau tidak menyusui dan melahirkan anak
pertama diatas usia 35 tahun. Mereka yang sering terkena radiasi (bisa dari
sering melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan alat x-ray)
juga mempunyai kemungkinan menderita kanker payudara. Selain itu, pola
makan dengan konsumsi lemak berlebihan, kegemukan dan konsumsi alkohol
berlebihan juga merupakan faktor resiko.
17
18
Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika penderita berbaring
kadang lebih mudah ditemukan. Perabaan axilla pun lebih mudah
dilakukan dalam posisi duduk. Dengan memijat halus puting susu dapat
diketahui adanya pengeluaran cairan, darah, atau nanah. Cairan yang
keluar dari kedua puting susu selalu harus dibandingkan (De Jong dan
Sjamsuhidajat, 2005).
bermanfaat untuk
20
21
mengandung
darah
mengindikasikan
sampel
tersebut
mikroskopis.
Seorang
wanita
sebaiknya
tidak
22
payudara
sehingga
hanya
dapat
menghasilkan
diagnosis
23
D. TERAPI
Sebelum merencanakan terapi karsinoma mammae, diagnostik klinis dan
histopatologik serta tingkat penyebaran harus dipastikan dahulu.
Diagnostik klinis harus sama dengan diagnostik histopatologis. Bila
keduanya berbeda, harus dibedakan mana yang keliru. Atas dasar itu
disusunlah rencana terapi dengan mempertimbangan manfaat dan mudarat
setiap tindakan yang akan diambil. Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal
yang berkonsekuensi mutilasi harus dikerjakan demi kesembuhan. Apabila
tindakan paliatif, alasan nonkuratif menentukan terapi yang dipilih (De
Jong dan Sjamsuhidajat, 2005).
1. Pembedahan
24
25
terapi
paliatif.
Radioterapi
kuratif
sebagai
terapi
tunggal
26
secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya lama dan efek
sampingnya kurang, tetapi tidak semua karsinoma mammae peka terhadap
terapi hormonal. Hanya kurang dari 60 % yang bereaksi baik dan
penderita mana yang ada harapan memberi respons dapat diketahui dari
uji reseptor estrogen pada jaringan tumor (De Jong dan Sjamsuhidajat,
2005).
E. PROGNOSIS
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi
metastasis yang terlihat pada tabel 1. Ketahanan hidup seseorang sangat
bergantung pada tingkat penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran
histopatologi dan uji reseptor estrogen yang bila positif lebih baik.
Stadium tumor dipandang secara luas sebagai faktor prognosis yang
paling kuat.
Tabel 1. Prognosis Pasien Kanker Payudara
Stadium
I
II
III
IV
(De Jong dan Sjamsuhidajat, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Tufts U. 19 Februari 2011 http://www.absolute-truth-incancer.com/breast-cancer.html
Anonim. 2009 Tufts U. 19 Februari 2011 http://www.breastexams.net/besttechniques/
Alsoph, Y.H., Tjindarbumi, D. 2002. Nullipara Sebagai Salah Satu Faktor Resiko
pada Kanker Payudara. Ropanasuri. Indonesia. 75-78 hlm.
Azamris, 2006. Analisis Faktor Resiko pada Pasien Kanker Payudara di Rumah
Sakit Dr. M. Djamil Padang. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran No. 152. In;
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/17152/AnalisaPasienKanker.pdf/Anali
saPasienKanker . Diakses 18 Februari 2011.
27
28
29