umatnya. Akan tetapi, kaumnya tidak mau mendengarkan, apalagi mengikuti ajakan Nabi
Ibrahim a.s., bahkan mereka mencemooh dan memaki Nabi Ibrahim.
Menyadari bahwa ajakannya untuk menyembah hanya kepada Allah Swt. tidak
mendapatkan respon yang baik dari umatnya, Nabi Ibrahim as. lalu mengatur cara bagaimana
melakukan dakwah secara cerdas dan lebih efektif. Maka, saat seluruh penduduk negeri termasuk
Raja Namrud pergi untuk berburu, Nabi Ibrahim a.s. lalu masuk ke dalam kuil penyembahan
berhala kemudian menghancurkan semua berhala yang ada dengan sebuah kapak besar yang
telah disiapkannya. Semua berhala hancur kecuali berhala yang paling besar yang sengaja ia
sisakan. Pada berhala besar itu, Nabi Ibrahim a.s. menggantungkan kapak di leher berhala
terbesar tersebut.
Sekembalinya dari perburuan, Raja Namrud dan semua penduduk negeri terkejut luar
biasa. Mereka dengan sangat marah mencari tahu siapa yang telah berani melakukan perbuatan
tersebut. Mengetahui bahwa Ibrahimlah satu-satunya lelaki yang tidak ikut serta dalam
perburuan, Raja Namrud memerintahkan tentaranya untuk memanggil dan menangkap Ibrahim
untuk dihadapkan kepadanya. Di hadapan Raja Namrud, Ibrahim berdiri dengan tegak dan penuh
percaya diri.
Hai Ibrahim, apakah engkau yang menghancurkan berhala-berhala itu? tanya Raja
Namrud. Tidak, saya tidak melakukannya, jawab Ibrahim as. Jangan mengelak, wahai
Ibrahim, bukankah kamu satu-satunya orang yang berada di negeri saat yang lainnya pergi
berburu? sergah Raja Namrud. Sekali lagi tidak! Bukan aku yang melakukannya, melainkan
berhala besar itu yang melakukannya, jawab Ibrahim as. dengan tenang. Mendengar pernyataan
Nabi Ibrahim as, Raja Namrud marah seraya berkata, Mana mungkin berhala yang tidak dapat
bergerak engkau tuduh menghancurkan berhala lainnya?
Mendengar pertanyaan Raja Namrud, Ibrahim as. tersenyum kemudian berkata, Sekarang
anda tahu dan anda yang mengatakannya sendiri bahwa berhala itu tidak dapat bergerak dan
memberikan melakukan apa-apa. Lalu, mengapa ia engkau sembah?
Mendengar jawaban Ibrahim as. yang tidak disangka-sangka, Namrud terhenyak dan
Namrud sebetulnya menyadari hal tersebut. Namun, karena kebodohan dan kesombongannya,
Namrud tetap saja tidak memedulikan jawaban dari Ibrahim as. Ia kemudian memerintahkan
kepada tentaranya untuk membakar Ibrahim hidup-hidup sebagai hukuman atas perlakuannya
kepada berhala-berhala yang mereka sembah.
Setelah semua persiapan untuk membakar Ibrahim as. telah lengkap, dilemparkanlah Nabi
Ibrahim ke dalam api yang berkobar dan panas. Apa yang terjadi selanjutnya? Allah Swt.
menunjukkan kemahakuasaan-Nya dengan meminta api agar menjadi dingin untuk
menyelamatkan Ibrahim as. Maka, api pun dingin sehingga Ibrahim as. tidak terluka sedikit
pun karenanya. Itulah mujizat terbesar yang diterima oleh Nabi Ibrahim, yaitu tidak terluka saat
dibakar dengan api membara yang sangat panas.
Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/09/kisah-nabi-ibrahimas-mencari-kebenaran.html
Aku sangat membencinya kerana perbuatannya yang mengambil kesempatan untuk mengumpul
harta dengan duit sedekah kaumnya. tidak lama kemudian dia meninggal. Orang-orang Nasrani
berkumpul hendak menguburkannya.
Aku berkata kepada mereka, 'Pendeta kalian ini orang jahat. Dianjurkannya kalian bersedekah
dan digembirakannya kalian dengan pahala yang akan kalian peroleh. Tapi bila kalian berikan
sedekah kepadanya disimpannya saja untuk dirinya, tidak satupun yang diberikannya kepada
fakir miskin."
Tanya mereka, "Bagaimana kamu tahu demikian?"
Jawabku, "Akan kutunjukkan kepada kalian simpanannya."
Kata mereka, "Ya, tunjukkanlah kepada kami!"
Maka kuperlihatkan kepada mereka simpanannya yang terdiri dan tujuh peti, penuh berisi emas
dan perak. Setelah mereka saksikan semuanya, mereka berkata, "Demi Allah! Jangan dikuburkan
dia!"
Lalu mereka salib jenazah uskup itu, kemudian mereka lempari dengan batu. Sesudah itu mereka
angkat pendeta lain sebagai penggantinya. Akupun mengabdikan diri kepadanya. Belum pernah
kulihat orang yang lebih zuhud daripadanya. Dia sangat membenci dunia tetapi sangat cinta
kepada akhirat. Dia rajin beribadat siang malam. Kerana itu aku sangat menyukainya, dan lama
tinggal bersamanya.
Ketika ajalnya sudah dekat, aku bertanya kepadanya, "Wahai guru! Kepada siapa guru
mempercayakanku seandainya guru meninggal. Dan dengan siapa aku harus berguru
sepeninggalan guru?"
Jawabnya, "Hai, anakku! Tidak seorang pun yang aku tahu, melainkan seorang pendeta di Mosul,
yang belum merubah dan menukar-nukar ajaran-ajaran agama yang murni. Hubungi dia di sana!"
Maka tatkala guruku itu sudah meninggal, aku pergi mencari pendeta yang tinggal di Mosul.
Kepadanya kuceritakan pengalamanku dan pesan guruku yang sudah meninggal itu.
Kata pendeta Mosul, "Tinggallah bersama saya."
Aku tinggal bersamanya. Ternyata dia pendeta yang baik. Ketika dia hampir meninggal, aku
berkata kepada nya, "Sebagaimana guru ketahui, mungkin ajal guru sudah dekat. Kepada siapa
guru mempercayai seandainya guru sudah tiada?"
Jawabnya, "Hai, anakku! Demi Allah! Aku tak tahu orang yang seperti kami, kecuali seorang
pendeta di Nasibin. Hubungilah dia!"
Ketika pendeta Mosul itu sudah meninggal, aku pergi menemui pendeta di Nasibin. Kepadanya
kuceritakan pengalamanku serta pesan pendeta Mosul.
Kata pendeta Nasibin, "Tinggallah bersama kami!"
Setelah aku tinggal di sana, ternyata pendeta Nasibin itu memang baik. Aku mengabdi dan
belajar dengannya sehinggalah beliau wafat. Setelah ajalnya sudah dekat, aku berkata kepadanya,
"Guru sudah tahu perihalku maka kepada siapa harusku berguru seandainya guru meninggal?"
Jawabnya, "Hai, anakku! Aku tidak tahu lagi pendeta yang masih memegang teguh agamanya,
kecuali seorang pendeta yang tinggal di Amuria. Hubungilah dia!"
Aku pergi menghubungi pendeta di Amuria itu. Maka kuceritakan kepadanya pengalamanku.
Katanya, "Tinggallah bersama kami!
Dengan petunjuknya, aku tinggal di sana sambil mengembala kambing dan sapi. Setelah guruku
sudah dekat pula ajalnya, aku berkata kepadanya, "Guru sudah tahu urusanku. Maka kepada
siapakah lagi aku akan anda percayai seandainya guru meninggal dan apakah yang harus
kuperbuat?"
Katanya, "Hai, anakku! Setahuku tidak ada lagi di muka bumi ini orang yang berpegang teguh
dengan agama yang murni seperti kami. Tetapi sudah hampir tiba masanya, di tanah Arab akan
muncul seorang Nabi yang diutus Allah membawa agama Nabi Ibrahim.
Kemudian dia akan berpindah ke negeri yang banyak pohon kurma di sana, terletak antara dua
bukit berbatu hitam. Nabi itu mempunyai ciri-ciri yang jelas. Dia mahu menerima dan memakan
hadiah, tetapi tidak mahu menerima dan memakan sedekah. Di antara kedua bahunya terdapat
tanda kenabian. Jika engkau sanggup pergilah ke negeri itu dan temuilah dia!"
Setelah pendeta Amuria itu wafat, aku masih tinggal di Amuria, sehingga pada suatu waktu
segerombolan saudagar Arab dan kabilah "Kalb" lewat di sana. Aku berkata kepada mereka,
"Jika kalian mahu membawaku ke negeri Arab, aku berikan kepada kalian semua sapi dan
kambing-kambingku."
Jawab mereka, "Baiklah! Kami bawa engkau ke sana."
Maka kuberikan kepada mereka sapi dan kambing peliharaanku semuanya. Aku dibawanya
bersama-sama mereka. Sesampainya kami di Wadil Qura aku ditipu oleh mereka. Aku dijual
kepada seorang Yahudi. Maka dengan terpaksa aku pergi dengan Yahudi itu dan berkhidmat
kepadanya sebagai hamba. Pada suatu hari anak saudara majikanku datang mengunjunginya,
iaitu Yahudi Bani Quraizhah, lalu aku dibelinya daripada majikanku.
Aku berpindah ke Yastrib dengan majikanku yang baru ini. Di sana aku melihat banyak pohon
kurma seperti yang diceritakan guruku, Pendeta Amuria. Aku yakin itulah kota yang dimaksud
guruku itu. Aku tinggal di kota itu bersama majikanku yang baru.
Ketika itu Nabi yang baru diutus sudah muncul. Tetapi baginda masih berada di Makkah
menyeru kaumnya. Namun begitu aku belum mendengar apa-apa tentang kehadiran serta da'wah
yang baginda sebarkan kerana aku terlalu sibuk dengan tugasku sebagai hamba.
Tidak berapa lama kemudian, Rasulullah saw. berpindah ke Yastrib. Demi Allah! Ketika itu aku
sedang berada di puncak pohon kurma melaksanakan tugas yang diperintahkan majikanku. Dan
majikanku itu duduk di bawah pohon. Tiba-tiba datang anak saudaranya mengatakan, "Biar
mampus Bani Qaiah!( kabilah Aus dan Khazraj) Demi Allah! Sekarang mereka berkumpul di
Quba' menyambut kedatangan lelaki dari Makkah yang mendakwa dirinya Nabi."
Mendengar ucapannya itu badanku terasa panas dingin seperti demam, sehingga aku menggigil
kerananya. Aku kuatir akan jatuh dan tubuhku akan menimpa majikanku. Aku segera turun dari
puncak ponon, lalu bertanya kepada tamu itu, "Apa kabar anda? Cubalah khabarkan kembali
kepadaku!"
Majikanku marah dan memukulku seraya berkata, "Ini bukan urusanmu! Kerjakan tugasmu
kembali!"
Keesokannya aku mengambil buah kurma seberapa banyak yang mampu kukumpulkan. Lalu
kubawa ke hadapan Rasulullah saw..
Kataku "Aku tahu tuan orang soleh. Tuan datang bersama-sama sahabat tuan sebagai perantau.
Inilah sedikit kurma dariku untuk sedekahkan kepada tuan. Aku lihat tuanlah yang lebih berhak
menerimanya daripada yang lain-lain." Lalu aku hulurkan kurma itu ke hadapannya.
Baginda berkata kepada para sahabatnya, "silakan kalian makan,...!" Tetapi baginda tidak
menyentuh sedikit pun makanan itu apalagi untuk memakannya.
Aku berkata dalam hati, "Inilah satu di antara ciri cirinya!"
Kemudian aku pergi meninggalkannya dan kukumpulkan pula sedikit demi sedikit kurma yang
terdaya kukumpulkan. Ketika Rasulullah saw. pindah dari Quba' ke Madinah, kubawa kurma itu
kepada baginda.
Kataku, "Aku lihat tuan tidak mahu memakan sedekah. Sekarang kubawakan sedikit kurma,
sebagai hadiah untuk tuan."
Rasulullah saw. memakan buah kurma yang kuhadiahkan kepadanya. Dan baginda
mempersilakan pula para sahabatnya makan bersama-sama dengannya. Kataku dalam hati, "ini
ciri kedua!"
Kemudian kudatangi baginda di Baqi', ketika baginda menghantar jenazah sahabat baginda untuk
dimakamkan di sana. Aku melihat baginda memakai dua helai kain. Setelah aku memberi salam
kepada baginda, aku berjalan mengekorinya sambil melihat ke belakang baginda untuk melihat
tanda kenabian yang dikatakan guruku.
Agaknya baginda mengetahui maksudku. Maka dijatuhkannya kain yang menyelimuti
belakangnya, sehingga aku melihat dengan jelas tanda kenabiannya.
Barulah aku yakin, dia adalah Nabi yang baru diutus itu. Aku terus memeluk bagindanya, lalu
kuciumi dia sambil menangis.
Tanya Rasulullah, "Bagaimana khabar Anda?"
Maka kuceritakan kepada beliau seluruh kisah pengalamanku. Beliau kagum dan menganjurkan
supaya aku menceritakan pula pengalamanku itu kepada para sahabat baginda. Lalu kuceritakan
pula kepada mereka. Mereka sangat kagum dan gembira mendengar kisah pengalamanku.
Berbahagilah Salman Al-Farisy yang telah berjuang mencari agama yang hak di setiap tempat.
Berbahagialah Salman yang telah menemukan agama yang hak, lalu dia iman dengan agama itu
dan memegang teguh agama yang diimaninya itu. Berbahagialah Salman pada hari kematiannya,
dan pada hari dia dibangkitkan kembali kelak.
Salman sibuk bekerja sebagai hamba. Dan kerana inilah yang menyebabkan Salman terhalang
mengikuti perang Badar dan Uhud. "Rasulullah saw. suatu hari bersabda kepadaku, "Mintalah
kepada majikanmu untuk bebas, wahai Salman!" Maka majikanku membebaskan aku dengan
tebusan 300 pohon kurma yang harus aku tanam untuknya dan 40 uqiyah.
Kemudian Rasulullah saw. mengumpulkan para sahabat dan bersabda, "Berilah bantuan kepada
saudara kalian ini." Mereka pun membantuku dengan memberi pohon (tunas) kurma. Seorang
sahabat ada yang memberiku 30 pohon, atau 20 pohon, ada yang 15 pohon, dan ada yang 10
pohon, setiap orang sahabat memberiku pohon kurma sesuai dengan kadar kemampuan mereka,
sehingga terkumpul benar-benar 300 pohon.
Setelah terkumpul Rasulullah saw. bersabda kepadaku, "Berangkatlah wahai Salman dan
tanamlah pohon kurma itu untuk majikanmu, jika telah selesai datanglah kemari aku akan
meletakkannya di tanganku."
Aku pun menanamnya dengan dibantu para sahabat. Setelah selesai aku menghadap Rasulullah
saw. dan memberitahukan perihalku, Kemudian Rasulullah saw. keluar bersamaku menuju kebun
yang aku tanami itu. Kami dekatkan pohon (tunas) kurma itu kepada baginda dan
Rasulullah saw. pun meletakkannya di tangan baginda. Maka, demi jiwa Salman yang berada di
tanganNya, tidak ada sebatang pohon pun yang mati.
Untuk tebusan pohon kurma sudah dipenuhi, aku masih mempunyai tanggungan wang sebesar
40 uqiyah. Kemudian Rasulullah saw. membawa emas sebesar telur ayam hasil dari rampasan
perang. Lantas baginda bersabda, "Apa yang telah dilakukan Salman al-Farisi?"
Kemudian aku dipanggil baginda, lalu baginda bersabda, "Ambillah emas ini, gunakan untuk
melengkapi tebusanmu wahai Salman!"
"Wahai Rasulullah saw., bagaimana status emas ini bagiku? Soalku inginkan kepastian daripada
baginda.
Rasulullah menjawab, "Ambil saja! Insya Allah, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberi
kebaikan kepadanya." Kemudian aku menimbang emas itu. Demi jiwa Salman yang berada di
tanganNya, berat ukuran emas itu 40 uqiyah. Kemudian aku penuhi tebusan yang harus aku
serahkan kepada majikanku, dan aku dimerdekakan.
Setelah itu aku turut serta bersama Rasulullah saw. dalam perang Khandaq, dan sejak itu tidak
ada satu peperangan yang tidak aku ikuti.'
(HR. Ahmad, 5/441; ath-Thabrani dalam al-Kabir(6/222); lbnu Sa'ad dalamath-Thabagat, 4/75;
al-Balhaqi dalam al-kubra, 10/323.)
Umar bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap.
Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan
perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk
perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek
moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya
terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang
dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.
Sampailah kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera
menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah anNahham al-Adawi seraya bertanya:
Hendak kemana engkau ya Umar ?,
Aku hendak membunuh Muhammad, jawabnya.
Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh
Muhammad ?,
Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?. Tanya
Umar.
Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar,
sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah
meninggalkan agamamu, kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di
dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran
kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika
Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah.
Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia
bertanya :
Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?,
Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja, jawab mereka
Pasti kalian telah murtad, kata Umar dengan geram
Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?,
jawab ipar Umar.
Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga
jatuh dan berdarah. Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran
darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka
berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad adalah Rasulullah
Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan
dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun
Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh
disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar
untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca :
Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: Ini adalah nama-nama yang
indah nan suci
Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah
diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah
inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab.
Maka berkatalah Umar :
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah
Rasulullah .
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam
rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik,
sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin.
Umar bin Khattab: Asal-usul Julukan al-Faruq
Umar bin Khattab adlh seorang khulafaur rasyidin yg terkenal dg ketegasan dan sikap
tak kenal komprominya. Saking tegasnya, beliau mendapat julukan al-Faruq (yg
membedakan antara haq dan bathil). Adapun beliau mendapat julukan tersebut
tentunya ada peristiwa yg melatarbelakanginya. Di sini akan saya nukil cerita yg
melatarbelakangi penjulukan tersebut dari kitab Maroh Labid karya Imam Nawawi:
Pada suatu ketika, ada seorang munafiq yg bermusuhan dg seorang Yahudi. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut, si Yahudi memberi usulan untuk meminta putusan pd
Rasulullah saw. Dia berkata, Di antara kita ada Abul Qosim (Nabi Muhammad saw).
Sedangkan si munafiq yg mengetahui kredibilitas Rasulullah saw yg tdk mungkin
menerima suap dan juga ia berada pada pihak yg bersalah, ia mengusulkan untuk
meminta putusan pada orang lain yg sangat mungkin untuk memenangkannya dlm
urusan ini karena kegemarannya dlm menerima suap. Ia mengusulkan Kab ibn alAsyraf sebagai kandidat pemutus perselisihan ini. Si munafiq berkata, Di antara kita
ada Kab ibn al-Asyraf. Untungnya, si Yahudi tdk tertipu oleh kelicikan si munafiq. Dia
Demikianlah kisah teladan shahabat Rasulullah yg patut untuk diteladani. Semoga kita
senantiasa mendapat limpahan barokah dari Umar bin Khattab sehingga kita mampu
membedakan antara yg haq dan yg bathil di zaman yg sudah serba kabur ini.
Pada hari-hari terakhir hidupnya, Khalifah Abu Bakar sibuk bertanya pada banyak
orang."Bagaimana pendapatmu tentang Umar?" Hampir semua orang menyebut Umar
adalah seorang yang keras, namun jiwanya sangat baik. Setelah itu, Abu Bakar minta
Usman bin Affan untuk menuliskan wasiat bahwa penggantinya kelak adalah Umar.
Tampaknya Abu Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bila ia tak
menuliskan wasiat itu.
Pada tahun 13 Hijriah atau 634 Masehi, Abu Bakar wafat dan Umar menjadi khalifah.
Jika orang-orang menyebut Abu Bakar sebagai "Khalifatur- Rasul", kini mereka
memanggil Umar "Amirul Mukminin" (Pemimpin orang mukmin). Umar masuk Islam
sekitar tahun 6 Hijriah. Saat itu, ia berniat membunuh Muhammad namun tersentuh hati
ketika mendengar adiknya,Fatimah, melantunkan ayat Quran.
Selama di Madinah, Umarlah bersama Hamzah-yang paling ditakuti orang-orang
Quraisy.Keduanya selalu siap berkelahi jika Rasul dihina. Saat hijrah, ia juga satusatunya sahabat Rasul yang pergi secara terang-terangan. Ia menantang siapapun agar
menyusulnya bila ingin "ibunya meratapi, istrinya jadi janda, dan anaknya menangis
kehilangan."
Kini ia harus tampil menjadi pemimpin semua. Saat itu, pasukan Islam tengah
bertempur sengit di Yarmuk -wilayah perbatasan dengan Syria. Umar tidak
memberitakan kepada pasukannya bahwa Abu Bakar telah wafat dan ia yang sekarang
menjadi khalifah. Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi pasukan yang tengah melawan
kerajaan Romawi itu.
Di Yarmuk, keputusan Abu Bakar untuk mengambil markas di tempat itu dan kecerdikan
serta keberanian Khalid bin Walid membawa hasil. Muslim bermarkas di bukit-bukit
yang menjadi benteng alam, sedangkan Romawi terpaksa menempati lembah di
hadapannya. Puluhan ribu pasukanRomawi -baik yang pasukan Arab Syria maupun
yang didatangkan dari Yunani-tewas. Lalu terjadilah pertistiwa mengesankan itu.
Panglima Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang Arab menyebutnya "Jirri Tudur"
ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Ia menantang Khalid untuk berduel. Dalam
pertempuran dua orang itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia
ganti mengambil pedang besar. Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius
bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperang serta tentang Islam.
Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan Romawi dan Muslim,
Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Ia lalu belajar Islam sekilas, sempat
menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di samping Khalid. Gregorius syahid di
tangan bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan Islam mencatat kemenangan besar
di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat meninggal di sana. Di antaranya adalah
Juwariah, putri Abu Sofyan.
Umar kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima
Besar pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan sangat mendewakan Khalid. Hal
demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid ikhlas menerima keputusan itu. "saya
berjihad bukan karena Umar," katanya. Ia terus membantu Abu Ubaidah di medan
tempur. Kota Damaskus berhasil dikuasai. Dengan menggunakan "tangga manusia",
pasukan Khalid berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih
terpaksa mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah
lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan menyerahkan kota itu
pada pemimpin tertinggi Islam. Maka Umar pun berangkat ke Yerusalem. Ia menolak
lain. Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk kepentingan
dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas kaum lemah. Demi Allah, apabila ada
di antara pemimpin dari kamu sekalian menindas yang lemah, maka kepada orang yang
ditindas itu diberikan haknya untuk membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang
pemimpin di antara kamu sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka
kepada orang itu harus diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpal."
Selesai khalifah berkhotbah, tiba-tiba lelaki asing tadi bangkit seraya berkata; "Ya
Amiirul Muminin, saya datang dari Mesir dengan menembus padang pasir yang luas
dan tandus, serta menuruni lembah yang curam. Semua ini hanya dengan satu tujuan,
yakni ingin bertemu dengan Tuan."
"Katakanlah apa tujuanmu bertemu denganku," ujar Umar.
"Saya telah dihina di hadapan orang banyak oleh Amr bin Ash, gubernur Mesir. Dan
sekarang saya akan menuntutnya dengan hukum yang sama."
"Ya saudaraku, benarkah apa yang telah engkau katakan itu?" tanya khalifah Umar
ragu-ragu.
"Ya Amiirul Muminin, benar adanya."
"Baiklah, kepadamu aku berikan hak yang sama untuk menuntut balas. Tetapi, engkau
harus mengajukan empat orang saksi, dan kepada Amr aku berikan dua orang
pembela. Jika tidak ada yang membela gubernur, maka kau dapat melaksanakan
balasan dengan memukulnya 40 kali."
"Baik ya Amiirul Muminin. Akan saya laksanakan semua itu," jawab orang itu seraya
berlalu. Ia langsung kembali ke Mesir untuk menemui gubernur Mesir Amr bin Ash.
Ketika sampai ia langsung mengutarakan maksud dan keperluannya. "Ya Amr,
sesungguhnya seorang pemimpin diangkat oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat.
Dia diangkat bukan untuk golongannya, bukan untuk bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya, dan bukan pula untuk menindas yang lemah dan mengambil hak
yang bukan miliknya. Khalifar Umar telah memberi izin kepada saya untuk memperoleh
hak saya di muka umum."
"Apakah kamu akan menuntut gubernur?" tanya salah seorang yang hadir.
"Ya, demi kebenaran akan saya tuntut dia," jawab lelaki itu tegas.
"Tetapi, dia kan gubernur kita?"
"Seandainya yang menghina itu Amiirul Muminin, saya juga akan menuntutnya."
"Ya, saudara-saudaraku. Demi Allah, aku minta kepada kalian yang mendengar dan
melihat kejadian itu agar berdiri."
Maka banyaklah yang berdiri.
"Apakah kamu akan memukul gubernur?" tanya mereka.
"Ya, demi Allah saya akan memukul dia sebanyak 40 kali."
"Tukar saja dengan uang sebagai pengganti pukulan itu."
"Tidak, walaupun seluruh masjid ini berisi perhiasan aku tidak akan melepaskan hak
itu," jawabnya .
"Baiklah, mungkin engkau lebih suka demi kebaikan nama gubernur kita, di antara kami
mau jadi penggantinya," bujuk mereka.
"Saya tidak suka pengganti."
"Kau memang keras kepala, tidak mendengar dan tidak suka usulan kami sedikit pun."
"Demi Allah, umat Islam tidak akan maju bila terus begini. Mereka membela
pemimpinnya yang salah dengan gigih karena khawatir akan dihukum," ujarnya seraya
meninggalkan tempat.
Amr binAsh serta merta menyuruh anak buahnya untuk memanggil orang itu. Ia
menyadari hukuman Allah di akhirat tetap akan menimpanya walaupun ia selamat di
dunia.
"Ini rotan, ambillah! Laksanakanlah hakmu," kata gubernur Amr bin Ash sambil
membungkukkan badannya siap menerima hukuman balasan.
"Apakah dengan kedudukanmu sekarang ini engkau merasa mampu untuk menghindari
hukuman ini?" tanya lelaki itu.
"Tidak, jalankan saja keinginanmu itu," jawab gubernur.
"Tidak, sekarang aku memaafkanmu," kata lelaki itu seraya memeluk gubernur Mesir itu
sebagai tanda persaudaraan. Dan rotan pun ia lemparkan.
Umar wafat pada tahun 23 Hijriah atau 644 Masehi. Saat salat subuh, seorang asal
Parsi Firuz menikamnya dan mengamuk di masjid dengan pisau beracun. Enam orang
lainnya tewas, sebelum Firus sendiri juga tewas. Banyak dugaan mengenai alasan
pembunuhan tersebut. Yang pasti,ini adalah pembunuhan pertama seorang muslim
oleh muslim lainnya.
Umar bukan saja seorang yang sederhana, tapi juga seorang yang berani berijtihad.
Yakni melakukan hal-hal yang tak dilakukan Rasul. Untuk pemerintah, ia membentuk
departemen-departemen.Ia tidak lagi membagikan harta pampas an perang buat
pasukannya, melainkan menetapkan gaji buat mereka. Umar memulai penanggalan
Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan catatan ayat Quran yang dirintis Abu Bakar. Ia
juga memerintahkan salat tarawih berjamaah.