Makalah Study Islam
Makalah Study Islam
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dan Suap (KKN) di Indonesia bukan lagi
kecil
tertentu, serta bersifat tertutup dan menempatkan semua bagian yang lain sebagai
objek yang tak punya akses untuk berpartisipasi. Setiap bentuk kekuasaan baik politik,
sosial, maupun ekonomi yang tertutup akan menciptakan hukum-hukumnya sendiri
demi melayani kepentingan penguasa yang eksklusif. Kekuasaan yang tertutup
semacam ini merupakan lahan subur yang bisa menghasilkan panen KKN yang benarbenar melimpah.
Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain jika bangsa
kita ingin maju, jawabanya adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil
memberantas korupsi, atau paling tidak dapat mengurangi kasus-kasus korupsi sampai
pada titik yang paling rendah maka jangan harap Negara ini akan mampu mengejar
ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang maju.
1
Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa
negara ke jurang kehancuran.
B.
Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian KKN;
B. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Al-Quran dan Hadits terhadap
KKN
C. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh KKN;
D. Untuk mengetahui Latar belakang terjadinya KKN.
C.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Islam.?
Apa Sanksi Terhadap Pelaku Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.?
Bagaimana Pembangunan ekonomi umat Menteri Agama RI Tahun 2013?
BAB II
PEMBAHASAN
2
korupsi
berasal
dari
Bahasa
inggris,
yaitu
corruption,
yang
artinya
menyelewengkan atau menggelapkan uang negara atau perusaan dan sebaginya untuk
kentingan pribadi atau orang lain
2. Kolusi
Kata kolusi berasal dari Bahasa inggris, yaitu coluttion, yang artinya: kerjasama rahasia
untuk maksud tidak terpuji
3. Nepotisme
Kata nepotisme berasal dari Bahasa inggris, yitu nepotism, artinya : kecenderungan
untuk mengutamakan ( menguntungkan ) sanak saudara sendiri, terutama memilih
jabatan, pangkat dilingkungan pemerintah, atau tindakan memilih kerabat atau sanak
saudara sendiri untuk memegang pemerintahan.
4. Suap
Suap adalah suatu tindakan dengan memberikan sejumla uang atau barang atau
perjanjian khusus kepada seseorang yang mempunyai otoritas atu yang dipercaya,
contohnya para pejabat demi keuntungan orang yang memberikan uang atau barang
atau perjanjian lainya sebagai kompensasi sesuatu yang dia inginkan untuk menutupi
tuntutan lainya yang masih kurang.
Dengan pengertian menurut Bahasa tersebut , dapat disimpulkan bahwa korupsi,
kolusi, nepotisme, dan suap adalah tingkah laku baik dilakukan sendiri atau bersamasama yang berhubungan dengan dunia pemerintahan yang merugikan rakyat, bangsa
dan negara.
a. Pengertian korupsi
Menurut JW. Schoorl : Korupsi adalah penggunaan kekuasaan negara untuk
memperoleh penghasilan , keuntungan, atau prestise perorangan atau untuk memberi
keuntungan bagi sekelompok orang atau suatu kelas sosial dengan cara yang
bertentangan dengan undang-undang atau dengan norma akhlak yang tinggi.[6]
Menurut robert Klitgard : korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugastugas resmi sebuah jabatan negara, karena keuntungan status atau uang yang
menyangkut pribadi ( perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri) atau melanggar
aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi.[7]
b.
Pengertian kolusi
Menurut Teten Masduki, Koordinator ICW ( Indonesia Corruption Watch ) kolusi
Pengertian nepotisme
Menurut JW.Schoorl nepotisme adalah praktik seorang pegawai negeri yang
mengangkat seorang atau lebih dari keluarga dekatnya menjadi pegawai pemerintah
atau memberi perlakuan yang istimewa kepada mereka denga maksud untuk
menjunjung nama keluarga, untuk menambah penghasilan keluarga, atau untuk
membantu menegakka suatu organisasi politik, sedang ia seeharusnya mengabdi
kepada kepentingan umum.[9]
Dari ungkapan-ungkapan diatas, dapat disimpulkan bahwa korupsi, kolusi,
nepotisme dan suap adalah tindakan atau perbuatan memanfaatkan jabatan atau
kedudukan untuk mendapatkan keuntungan, baik material atau prestise bagi pribadi
atau keluarga atau kelompok, tanpa melihat kapabilitas , profesionalitas dan moralitas
dengan jalan melanggar ketentuan-ketentuan yang
4
B.
2)
3)
Pengeluaran fiktif
4)
5)
Sedangkan penyebab atau sumber KKN tersebut antara lain sebagai berikut :
1)
2)
3)
penyelundupan administratif.
Perpajakan yang menyangkut proses penentuan besarnya pajak dan
4)
pemeriksaan pajak .
Pemberian fasilitas kredit perbankan dalam bentuk penyelewengan komisi dan
jasa pungutan liar atau suap.
Berdasarkan apa yang disebutkan diatas, maka kriteria korupsi dapat diformulasikan
sebagai suatu tindakan berupa penyelewengan hak , kedudukan, wewenang, atau
jabatan yang dilakukan untuk mengutamakan kepentingan dan keuntunga pribadi ,
menyalahgunakan amanat rakyat dan bangsa, memperturutka hawa nafsu serakah
untuk memperkaya diri dan mengabaikan kepentingan umum.
Kriteria kebijakan atau tindakan apakah itu nepotisme atau tidak, memang tidak
selalu harus dilihat dari perspektif ada tidaknya hubungan darah atau kekerabatan
seseorang dengan pihak tertentu. Islam memberikan petunjuk mengenai pemilihan dan
pengangkatan seseorang untuk menjabat suatu kedudukan atas dasar pertimbangan
kapabilitas ( kemampuan dan rasa tanggung jawab) , profesionalitas ( keahlian ) dan
moralitas.[11]
5
Ketiga kriteria yang telah disebutkan tadi dibenarkan oleh islam sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran Surah Taha ayat 29-34,berkenaan dengan pengangkatan
Harun saudara kandung Nabi Musa menjadi Nabi untuk mendampinginya dalam
mengamban risalah kenabian.
"Dan kami jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (yaitu) Harun,
saudaraku, teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman
dalam urusanku, agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak mengingat-Mu.
Sesungguhnya Engkau Maha melihat (keadaan) kami. Dia berfirman Sungguh telah
diperkenankan permintaanmu, wahai Musa ! Dan sungguh, Kami telah memberi nikmat
kepadamu pada kesempatan yang lain (sebelum ini)". (Thaha/20 ; 29-34)
Selain kriteria yang telah disebutkan diatas, seseorang yang diangkat menduduki
jabatan tertentu meskipun ia dari kerabat dekat , juga harus mempunyai integritas
pribadi dan kredibilitas yang tinggi.
Sedangkan kriteria
menyalahi prosedur yang berlaku (seperti tender fiktif atau tidak transparan).[12]
Menurut Dawam Rahardjo kolusi sebagai gejala dapat dikenali karena beberapa faktor
yaitu: Pertama, peranan pemerintah yang sangat kuat dalam pembangunan ekonomi
maupun dalam mendorong perkembangan bisnis. Kedua, tum-buhnya korporasi dan
konglomerasi yang perkembangannya dan besarnya sangat mengesankan. Ketiga,
sedikit-nya orang yang memperoleh kesem-patan dan mampu mengembangkan usaha
besar. Keempat, nampaknya kerjasama antara pengusaha-pengu-saha tertentu dengan
6
penguasa, dan Kelima, berkembangnya politik seba-gai sumberdaya baru atau faktor
produksi baru yang menentukan keberhasilan perusahaan.
Begitu pula nepotisme seperti halnya korupsi dan kolusi, kriterianya adalah
menggunakan dalam jaringan kekuasaan dan bisnis yang tidak sehat. Tujuan
nepotisme mengawetkan atau dalam batas-batas tertentu memaksakan kehendak dan
kepentingan untuk tetap memegang kekuasaan (politik) dan penguasaan ekonomi
(bisnis) sehingga salah satu dampaknya adalah praktik monopoli yang diminati oleh
keluarga atau orang-orang terdekat tertentu.[13]
Sedangkan kriteria suap adalah memberikan suap kepada hakim atau pejabat
dengan maksud untuk mendapatkan milik atau harta orang lain dengan cara yang batil,
atau untuk mendapatkan suatu pekerjaan atau jabatan, padahal tidak memenuhi syarat
atau kriteria yang diperlukan dengan cara menyogok. ada yangb akibatnya merugikan
orang lain, masyarakat, bangsa dan negara.
Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat ( dalam urusan harta rampasan perang).
Barangsiapa berkhianat , niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa
yang dikhianatkanya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna
sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi ( Ali Imran/ 3 : 161)
Dalam hadits-hadits Nabi SAW banyak pula menyebutkan larangan berkhianat (korupsi)
dan suap, antara lain :
Korupsi yang paling besar menurut pandangan Allah ialah sejengkal tanah. Kamu
melihat dua orang yang tanahnya atau rumahnya berbatasan. Kemudian salah seorang
dari keduanya mengambil sejengkal dari milik saudaranya itu. Maka jika dia
mengambilnya , akan dikalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi pada hari Kiamat.
(HR. Ahmad Dari Abu Malik Al-Asyja)
kelas
elit
dari
para
konglomerat
yang
berakibat
tidak
untuk Allah , Rasul, dan kerabatnya , anak yatim, orang miskin , dan ibnu sabil.
Sedangkan sisanya 4/5 diberikan kepada mereka yang ikut perang.
Nabi Muhammad SAW tidak pernah menggunakan jabatan sebagai panglima perang
untuk mengambil harta rampasan diluar dari ketentuan itu.
KKN diharamkan karena KKN merupakan suatu perbuatan penyalahgunaan jabatan
untuk memperkaya diri sendiri , keluarga , atau kelompok. Hal ini merupakan perbuatan
yang mengkhianati amanat yang diberikan negara dan masyarakat kepadanya.
Berkhianat terhadap amanat adalah perbuatan terlarang dan mendatangkan dosa,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Anfal ayat 27 :
Wahai orang-orang yang beriman , janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan
(jga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui. (Al-Anfal/8:27)
Ayat tersebut di atas menerangkan bahwa mengkhianati amanat seperti perbuatan KKN
bagi para pejabat adalah dilarang. Oleh sebab itu, hukumnya haram.
Sebagaimana dengan hukum KKN tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI)
telah memfatwakan , sebagai berikut[14] :
1.
2.
3.
4.
menerimanya.
5. Jika pemberian hadiah itu tidak pernah dilakukan sebelum pejabat tersebut
memegang jabatan, maka dalam hal ini ada tiga kemungkinan :
a.
Jika antara pemberi hadiah dan pejabat tidak ada atau tidak akan ada urusan
Jika antara pemberi hadiah dan pejabat terdapat urusan , maka bagi pejabat
c.
Jika diantara pemberi hadiah dan pejabat ada sesuatu urusan , baik sebelum
maupun sesudah pemberian hadiah dan pemberiannya itu tidak bertujuan untuk
sesuatu yang bathil, maka halal bagi pemberi memberikan hadiah itu, tetapi bagi
pejabat haram menerimanya.
Disamping mengeluarkan fatwa, MUI juga mengimbau agar semua lapisan masyarakat
berkewajiban untuk memberantas dan tidak terlibat dalam praktik hal-hal tersebut.
pada
masuknya
kata
dapat
sebelum
unsur
merugikan
keuangan/perekonomian negara pada UU No. 31 Tahun 1999. Sampai dengan saat ini,
11
pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk memidana koruptor. Untuk
menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal ini, harus
memenuhi unsur-unsur:
1)
2)
Melawan hukum;
3)
4)
Dengan
melihat
pemberantasan
rumusan
pasal
diatas,
tampaknya
undang-undang
tentang
sensasional, khususnya dengan adanya tuntutan hukuman mati bagi pelaku korupsi
yang dilakukan dalam keadaan tertentu, yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan
pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang
berlaku .
Pada rumusan pasal-pasal Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi ini terdapat tiga macam hukuman tazir, yaitu sanksi pidana
penjara, sanksi pidana denda, dan sanksi pidana mati.
Abdul Aziz Amir dalam kitabnya, At-Tazir fisy-Syariah Al-Islamiyah mengatakan bahwa
hukuman tazir ada sebelas macam, yaitu :
1)
Hukuman mati
2)
Hukuman cambuk
3)
Hukuman penahanan
4)
Hukuman pengasingan
5)
6)
12
7)
8)
Hukuman pencelaan
9)
Hukuman pengucilan
Hukuman pencelaan
2)
Hukuman penahanan
3)
Hukuman pemukulan
4)
5)
Hukuman tazir itu bisa berat dan bisa ringan, tergantung dari tindak pidana yang
dilakukan, bahkan sampai kepada hukuman mati, seperti yang disebutkan dalam UU
No. 31 tahun 1999 pasal 2 ayat (2) bahwa korupsi yang dilakukan dalam keadaan
tertentu dapat dijatuhkan hukuman mati. Disamping itu , semua harta hasil korupsi
harus dikembalikan.
10 STRATEGIS PENCEGAHAN KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME (KKN) DI
LINGKUNGAN BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN
2013
1. Optimalisasi Penerapan Reformasi Birokrasi
Sebagaimana disebutkan dalam Panduan Strategi dan Action Plan Reformasi Birokrasi
Sekretariat Jenderal Kementerian Agama, Badan Litbang dan Diklat dalam agenda
mendukung gerakan Reformasi Birokrasi telah melakukan berbagai upaya pemantapan
13
tahun ke depan. Agama sejauh ini belum difungsikan untuk membangun kesadaran,
menggugah nurani dan spiritual sikap individu dalam perilaku keseharian. Harmonisasi
sosial dan kerukunan tampak belum sepenuhnya terwujud di kalangan umat beragama,
padahal kerukunan umat beragama merupakan pilar penting bagi terwujudnya
kerukunan nasional dan modal sosial bagi pembangunan bangsa.
Badan
Litbang
dan
Diklat
secara
simultan
berusaha
meningkatkan
kualitas
15
16
b. Penerbitan Website Badan Litbang dan Diklat yang memuat berbagai produk
kelitbangan dan kediklatan. Setiap bulan tidak kurang dari 500 pengunjung Website
Badan Litbang dan Diklat;
c. Penataan sistem data kelitbangan dan kediklatan, serta pelayanan perpustakaan
berbasis IT (Information Technology).
6. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran
Badan Litbang dan Diklat melalui anggaran yang ada telah melakukan pembenahan
sarana dan prasarana perkantoran. Langkah ini dimaksudkan antara lain, meningkatkan
kualitas kinerja kelembagaan, memberikan pelayanan prima bagi pengguna, dan
mendorong suasana kerja yang kondusif. Di luar itu, dimaksudkan pula sebagai langkah
peningkatan citra positif kelembagaan. Sarana dan prasarana perkantoran yang telah
dibangun sampai tahun 2008, meliputi sarana prasarana perkantoran dan asrama
Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan, sarana prasarana perkantoran dan asrama
seluruh Balai Diklat Keagamaan, sarana prasarana perkantoran Balai Litbang Agama.
Saat ini masih dalam proses penyelesaian pembangunan gedung perkantoran Pusdiklat
Tenaga Administrasi. Prioritas ke depan, adalah pengembangan laboratorium dan
perpustakaan, terutama bagi Balai Diklat Keagamaan dan Balai Litbang Agama.
7. Optimalisasi Pengawasan Kinerja
Pengawasan kinerja terus dilakukan secara terpadu. Hal ini dilakukan sebagai langkah
antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan atau pelanggaran dalam
pelaksanaan TUSI kelambagaan. Langkah yang ditempuh antara lain: Penguatan
sistem pengawasan oleh masing-masing pimpinan unit atau pejabat yang berwenang;
Penyelenggaraan
berbagai
kegiatan
verifikasi
program
dan
anggaran;
Penyelenggaraan rapat koordinasi dan evaluasi kinerja para pimpinan unit yang
dilakukan secara berkala; Penerbitan surat edaran dan instruksi Kepala Badan pada
setiap awal tahun anggaran; Pengiriman petugas Pusat dalam rangka pembinaan UPT;
dan Optimalisasi AKIP-LAKIP dan penetapan indikator kinerja.
8. Peningkatan Mutu Pelaporan Keuangan
17
Salah satu target penting Kementerian Agama adalah tercapainya Laporan Keuangan
dengan status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) tahun 2011. Berkenaan dengan itu,
Badan Litbang dan Diklat telah melakukan berbagai upaya, antara lain:
a. Peningkatan kualitas tenaga pengelola keuangan;
b. Sosialisasi berbagai kebijakan di bidang keuangan;
c. Pemberlakukan tertib administrasi pengelolaan anggaran;
d. Optimalisasi pengawasan terhadap pengelolaan keuangan;
e. Pelaksanaan Tindak Lanjut hasil Pemeriksaan (TLHP);
f. Peningkatan kualitas laporan keuangan;
g. Penerbitan Surat Edaran Kepala Badan perihal pengelolaan DIPA pada setiap awal
tahun anggaran.
9. Penertiban Aset
Salah satu langkah penting yang dilakukan Badan Litbang dan Diklat dalam usaha
mendorong tercapainya WTP tahun 2011 adalah melakukan penertiban aset (BMN).
Sejumlah langkah yang ditempuh, antara lain: Orientasi bagi petugas pengelola BMN,
Pusat dan UPT; Sosialisasi dan pelatihan SIMAK-BMN; Pendataan BMN, Pusat dan
UPT; Pengajuan usulan penghapusan aset sesuai ketentuan yang berlaku; Pengiriman
petugas Pusat dalam rangka pembinaan UPT dalam pengelolaan Aset; dan Revaluasi
aset dan penataan BMN.
10. Penguatan Sistem Pengendalian Internal dan Penegakan Kode Etik
Kinerja suatu organisasi ditentukan pula oleh sistem pengendalian internal. Berbagai
kesalahan atau peyimpangan dapat pula terjadi justreu diakibatkan karena lemahnya
sistem pengendalian ini. Untuk itu, Badan Litbang dan Diklat secara intensif melakukan
berbagai pembenahan pengendalian internal, yang dilakukan antara lain:
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1)
Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar untuk
2)
memperkaya diri
Haram hukumnya melakukan korupsi, kolusin dan nepostisme, tetapi khusus
nepotisme haram hukumnya jika yang diserahi jabatan tidak profesional, tidak
19
memiliki kapabilitas dan tidak mempunyai moralitas yang sesuai dengan ajaran
3)
4)
5)
6)
DAFTAR PUSTAKA
Djamil, Fathurrahman, KKN Dalam Perspektif Hukum Islam dan Moral Islam, Jakarta,
Al-Hikmah dan DITBIN BAPERA Islam, 1999.
Fazlur Rahman, Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan, Jakarta, Rineka Cipta, 2000
Dirasah fi Fiqh Maqashid Asy-Syariah, Kairo : Darus Syuruq, 2006.
20
1.
2.
3.
4.
5.
514.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, , h.
6.
687.
JW. Schoorl, Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara
7.
8.
9.
h.31.
Teten Masduki, Republika, Rabu, 10 Mei 2000, h.16.
JW. Schoorl, Modernisasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara
10.
21