Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN RINGKASAN

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

I.
P
PE
EN
ND
DA
AH
HU
UL
LU
UA
AN
N
1.1. LATAR BELAKANG
Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki perhatian yang tinggi
terhadap penataan ruang, hal tersebut tampak pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009 2013, yang
telah dilegalkan melalui Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008. Salah satu dari
delapan misi pembangunan adalah untuk Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata
ruang dan lingkungan hidup. Melalui misi ini pemerintah ingin menunjukkan pentingnya
penanganan masalah penataan ruang yang merupakan salah satu matra dalam
perencanaan pembangunan daerah, serta masalah lingkungan hidup yang erat kaitannya
dalam mendukung kehidupan masyarakat sehari-hari. Tujuan dan program strategis yang
hendak dicapai dari misi tersebut adalah meningkatkan konsilidasi perencanaan tata
ruang wilayah, yang memiliki indikator berkembangnya model perencanaan dan
pemanfaatan ruang secara optimal dan terkonsolidasinya perencanaan tata ruang
provinsi, lintas kabupaten/kota dan lintas negara berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Pemerintah Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur, melalui Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur akan melakukan
penyusunan Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan. Kawasan tersebut merupakan salah
satu Kawasan Strategis lainnya yaitu berupa Kawasan Pendukung Strategis Perbatasan
sebagai Penunjang Kawasan Strategis Nasional perbatasan darat dan laut dengan
Negara Timor Leste dan Australia dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2010-2030, yang bersifat lintas administrasi wilayah.
Didalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengemukakan bahwa beberapa Prinsip Dasar suatu dokumen Rencana Tata Ruang
adalah instrumen untuk mengarahkan investasi, melindungi dan menjaga keharmonisan
lingkungan, memberikan output sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, menjaga dan
memperbaiki kualitas lingkungan, memberikan pertambahan nilai, mengkoordinasikan
pelaksanaan pembangunan lintas sektoral wilayah administratif yang bersangkutan,
mencegah dampak negatif pembangunan pemanfaatan ruang, pemberdayaan
masyarakat perdesaan, konservasi sumber daya alam, pelestarian warisan budaya lokal
serta penyediaan stok lahan abadi.
Undang-Undang Nomor 26 tersebut menyatakan pula bahwa perencanaan tata ruang
dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Rencana umum tata ruang secara berhierarki terdiri atas Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Rencana rinci tata ruang trerdiri dari
rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;
rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan rencana detail tata ruang
kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Arahan Kawasan
Strategis terdiri atas Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi, yaitu :

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

a. Kawasan Strategis Nasional sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Daerah


Provinsi NTT, Pasal 39 ayat (1) huruf a meliputi :
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan Negara,
yaitu :
Kawasan perbatasan darat Republik Indonesia dengan Negara Timor Leste;
dan;
Kawasan perbatasan laut Republik Indonesia termasuk 5 (lima) pulau kecil
terluar dengan Negara Timor Leste dan Australia yaitu Pulau Alor, Batek,
Dana, Ndana, dan Mengkudu;
Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan geostrategic nasional;
Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah ujicoba
persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu berupa Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Mbay; dan
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup yaitu Kawasan Taman Nasional Komodo.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup perairan yaitu Kawasan Taman Nasional Perairan Laut Sawu dengan
3,5 juta Ha.

b. Kawasan Strategis Provinsi sebagaimana yang dimaksud pada Peraturan Daerah


No 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Pasal 39 ayat (1) huruf b meliputi :
Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas :
PKNp Waingapu di Kabupaten Sumba Timur dan PKNp Maumere di
Kabupaten Sikka;
PKWp Soe di Kabupaten Timor Tengah Selatan, PKWp Kefamenanu di
Kabupaten Timor Tengah Utara, PKWp Ende di Kabupaten Ende, PKWp
Ruteng di Kabupaten Manggarai dan PKWp Labuan Bajo di Kabupaten
Manggarai Barat;
Kawasan Mena di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu;
Kawasan Tenau dan Kawasan Namosain di Kota Kupang;
Kawasan Nebe-Konga di Kabupaten Flores Timor dan Kabupaten Sikka;
Kawasan Nangaroro, Mautenda, Waiwajo di Kabupaten Sikka dan Kabupaten
Ende;
Kawasan Aesesa di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo;
Kawasan Buntal di Kabupaten Manggarai Timur;
Kawasan Wae Jamal, Lembor di Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten
Manggarai dan Kabupaten Manggarai Barat;
Kawasan Waikelo di Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba
Barat;

LAPORAN RINGKASAN

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kawasan Wanokaka di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba


Tengah;
Kawasan Waepesi di Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Timur dan
Kabupaten Ngada;
Kawasan Lewoleba di Kabupaten Lembata;
Kawasan Industri Bolok di Kabupaten Kupang dan Kota Kupang;
Kawasan Industri Maurole di Kabupaten Ende; dan
Kawasan Industri Kanatang di Kabupaten Sumba Timur.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan Sosial Budaya terdiri atas :
Kawasan Larantuka di Kabupaten Flores Timur; dan
Kawasan Wanokaka di Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat
Daya.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Hidup terdiri atas :
Kawasan Noelmina di Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah
Selatan;
Kawasan Benanain di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu;
Kawasan Konservasi Kelimutu di Kabupaten Ende;
Kawasan Konservasi Riung di Kabupaten Ngada;
Kawasan Konservasi Laut Sawu; dan
Kawasan Konservasi Laut Flores.
Kawasan Satuan Wilayah Pesisir dan Laut Terpadu yang meliputi:
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Selat Ombai Laut Banda,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Sawu I,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Sawu II,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Sawu III,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Flores,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Selat Sumba,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Timor,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Laut Hindia,
- Satuan Wilayah Pesisir Laut Terpadu Selat Sape.
Kawasan strategis lainnya yaitu berupa Kawasan Pendukung Strategis
Perbatasan sebagai penunjang Kawasan Strategis Nasional perbatasan darat dan
laut dengan Negara Timor Leste dan Australia, terdiri atas :
Kawasan Baing di Kabupaten Sumba Timur, sebagai penunjang Pulau
Mengkudu;
Kawasan Ndana di Kabupaten Rote Ndao, sebagai penunjang Pulau Ndana;
Kawasan Dana di Kabupaten Sabu Raijua, sebagai penunjang Pulau Dana;
Kawasan Batek di Kabupaten Kupang, sebagai penunjang Pulau Batek;
Kawasan Ponu di Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai penunjang
kawasan perbatasan dengan Distrik Oecusi;

LAPORAN RINGKASAN

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kawasan Amfoang di Kabupaten Kupang sebagai penunjang kawasan


perbatasan dengan Distrik Oecusi; dan
Kawasan Motaain dan Motomasin di Kabupaten Belu sebagai penunjang
kawasan perbatasan Atambua.
1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1 MAKSUD
Maksud dari pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Kajian Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan ini adalah Memberikan arahan pemanfaatan ruang wilayah perbatasan
Provinsi Nusa Tenggara Timur guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.2.2 TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Kajian Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan ini adalah :
1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan dalam pengembangan ruang Provinsi
Nusa Tenggara Timur, khususnya pada Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan;
2. Menghasilkan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan, yang
sejalan dengan arahan RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur.
1.3. SASARAN
Sasaran dari pekerjaan Penyusunan Kajian Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan ini
adalah :

1. Tersedianya laporan pendahuluan tentang RTR Kawasan Strategis Wilayah


Perbatasan;

2. Tersedianya data, fakta dan analisis tentang RTR Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan;
3. Tersusunnya Dokumen RTR Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan;
4. Tersusunnya Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur tentang RTR Kawasan
Strategis Wilayah Perbatasan yang sesuai dengan arahan regulasi terbaru;
5. Mencapai indikator program Konsolidasi perencanaan tata ruang wilayah, yaitu :
o Berkembangnya model perencanaan dan pem ruang secara optimal
o Terkonsolidasinya perencanaan tata ruang provinsi dan lintas kabupaten/kota
berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi
1.4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
1.4.1 RUANG LINGKUP LOKASI
Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
1.4.2 RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan meliputi:
Penyusunan Laporan Pendahuluan;
Survei data primer dan sekunder;
LAPORAN RINGKASAN

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Jaring Aspirasi;
Penyusunan Laporan Fakta dan Analisis;
Penyusunan Laporan Akhir dan Rencana;
Penyusunan buku peta.

1.4.3 RUANG LINGKUP PEMBAHASAN


Ruang Lingkup Pembahasan meliputi:
Lingkungan strategis internal dan eksternal;
Analisis kondisi eksisting;
Analisis kondisi mendatang;
Potensi, permasalahan, peluang dan tantangan;
Strategi pengembangan wilayah;
Rencana pengembangan terhadap:
o Sektor dan komoditas unggulan;
o Struktur dan pola pemanfaatan ruang;
o Tahapan dan program pengembangan wilayah.
Yang dilakukan dengan meninjau aspek komponen wilayah, yang terdiri dari
potensi kawasan, fungsi-fungsi permukiman dan aksesibilitas, yang dipandang
dari sudut sosial budaya, ekonomi dan fisik prasarana lingkungan, serta dengan
mempertimbangkan aspek kelembagaan.
Gambaran orientasi Kawasan Strategis Wilayah perbatasan dapat dilihat pada Gambar :
1-1, berikut ini.

LAPORAN RINGKASAN

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

II.
T
TIIN
NJJA
AU
UA
AN
NT
TE
ER
RH
HA
AD
DA
AP
PK
KE
EB
BIIJJA
AK
KA
AN
NR
RU
UA
AN
NG
G
P
PE
EN
NG
GE
EM
MB
BA
AN
NG
GA
AN
NK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
NS
ST
TR
RA
AT
TE
EG
GIIS
SW
WIILLA
AY
YA
AH
H
P
PE
ER
RB
BA
AT
TA
AS
SA
AN
N

2.1. TINJAUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL


Perencanaan pembangunan nasional selain dilaksanakan secara sektoral, juga
dilaksanakan secara spatial (keruangan). Perencanaan penataan ruang menjadi salah
satu bagian penting dari keseluruhan sistem perencanaan pembangunan nasional,
karena pada dasarnya seluruh kegiatan pembangunan nasional dilaksanakan dalam
suatu wadah keruangan. Sehingga bila ruang sebagai wadah/tempat bagi
terselenggaranya pembangunan nasional tidak direncanakan penataannya, maka akan
timbul berbagai permasalahan pembangunan dan lingkungan. Untuk itulah maka
kebijakan perencanaan pembangunan nasional juga harus memiliki landasan dan
instrumen yang kokoh untuk mengatur tata ruang nasional, agar rencana pembangunan
sektoral dapat didukung dengan penyedian ruang-ruang pembangunan yang memiliki
kesesuaian dengan pengembangan sektor pembangunannya. Hingga kemudian lahirlah
Undang-Undang Penataan Ruang, yaitu UU No 24 Tahun 1992 yang kemudian
disempurnakan dan diganti dengan UU No 26 Tahun 2007. Undang-undang Penataan
Ruang tersebut menjadi landasan yang kuat bagi langkah-langkah penataan ruang
nasional yang dibutuhkan dalam pembangunan. UU Penataan Ruang tersebut kemudian
dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) yaitu PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN sebagai instrumen yang
mengatur penataan ruang nasional.
Lahirnya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai landasan bagi langkah
perencanaan pembangunan keruangan serta PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
sebagai instrumen penataan ruang nasional merupakan upaya penting dalam
menertibkan penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia. Kegiatan penataan ruang
terdiri dari 3 (tiga) kegiatan yang saling terkait, yaitu: perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, dengan produk rencana tata
ruang berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang secara hirarki terdiri dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP), dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRW Kab/kota). Ketiga
rencana tata ruang tersebut harus dapat terangkum di dalam suatu rencana
pembangunan sebagai acuan di dalam implementasi perencanaan pembangunan
berkelanjutan di wilayah Indonesia.

22..11..11 SSIIISSSTTTEEEM
M
R
K
O
T
A
A
N
A
S
O
N
A
L
MP
PEEER
RK
KO
OT
TA
AA
AN
NN
NA
AS
SIIIO
ON
NA
AL
L
Penetapan sistem perkotaan nasional merupakan bagian dari Rencana Struktur Ruang
Wilayah Nasional yang ditetapkan dalam RTRWN. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan bahwa
sistem perkotaan nasional terdiri dari PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat
Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Selain sistem perkotaan nasional

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

sebagaimana disebutkan tersebut, juga dikembangkan PKSN untuk mendorong


perkembangan kawasan perbatasan negara.
PKN dan PKW merupakan bagian tidak terpisahkan dan ditetapkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, demikian juga
dengan PKSN. Sedangkan PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota setelah
dikonsultasikan dengan Menteri. Gambaran sistem perkotaan nasional yang berada
dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan RTRWN dapat dilihat pada
Tabel : 2.1.
Tabel : 2.1
KEBIJAKAN SISTEM PERKOTAAN NASIONAL
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
PROVINSI
Nusa Tenggara Timur

PKN
Kupang
(I/C/1)

PKW
Soe
( II / B )
Kefamenanu
( II / B )
Ende
(I/C/1)
Maumere
( II / C / 1 )
Waingapu
( II / C / 1 )
Ruteng
( II / C / 1 )
Labuan Bajo
(I/C/1)

PKSN
Atambua
(I/A/2)
Kalabahi
(I/A/2)
Kefamenanu
( I / A / 2)

Sumber : PP No. 26/2008 Ttg RTRWN


Keterangan :
I IV
A

:
:

Tahapan Pengembangan
Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan
A / 1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
A / 2 : Pengembangan Baru
A / 3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi Yang Berbasis Otonomi Daerah
Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional
C / 1 : Pengembangan / Peningkatan fungsi
C / 2 : Pengembangan Baru
C / 3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana
D / 1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam
D / 2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana

LAPORAN RINGKASAN

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

22..11..22 SSIIISSSTTTEEEM
M
A
R
N
G
A
N
R
A
N
S
P
O
R
T
A
S
A
S
O
N
A
L
M JJA
AR
RIIIN
NG
GA
AN
NT
TR
RA
AN
NS
SP
PO
OR
RT
TA
AS
SIII N
NA
AS
SIIIO
ON
NA
AL
L
Substansi Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional dalam RTRWN yang juga terkait
langsung dengan Kota Kupang adalah Sistem Jaringan Transportasi Nasional, baik
untuk sistem transportasi darat, transportasi laut maupun transportasi udara.
Dalam hal Transportasi Darat, dengan stastusnya sebagai PKN maka Kota Kupang
dituntut untuk mengembangkan jaringan jalan nasional dengan fungsi jalan arteri primer.
Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhierarki berdasarkan
kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan :
a. Antar-PKN;
b. Antara PKN dan PKW; dan/atau
c. PKN dan/atau PKWdengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan
primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional.
Selanjutnya untuk Tranportasi Laut, RTRWN mengaturnya melalui tatanan
kepelabuhanan dan alur pelayaran. Provinsi NTT, termasuk perairan laut Kota Kupang,
dalam pengaturan alur pelayaran nasional berada dalam Alur Lintas Indonesia Timur.
Sementara dalam tatanan kepelabuhanan nasional, RTRWN mengatur pelabuhan
sebagai simpul transportasi laut nasional dengan menetapkan statusnya dalam
Pelabuhan Internasional dan Pelabuhan Nasional. Provinsi NTT yang merupakan provinsi
kepalauan yang memiliki banyak pelabuhan, namun tidak semua memiliki status
pelabuhan internasional dan pelabuhan nasional yang tercantum pengembangan
kepalabuhanannya dalam RTRWN. Gambaran pengembangan tatanan kepelabuhanan
dalam RTRWN dalam dilihat pada Tabel : 2.2.

Tabel : 2.2
KEBIJAKAN TATANAN KEPELABUHANAN LAUT
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
PROVINSI
Nusa Tenggara Timur

PELABUHAN
INTERNASIONAL
Tenau Kupang
(I/1)

PELABUHAN
NASIONAL
Maumere
(I/3)
Waingapu
(I/3)

Sumber : PP No. 26/2008 Ttg RTRWN


Keterangan :
I IV : Tahapan Pengembangan
1 : Pemantapan Pelabuhan Internasional
2 : Pengembangam Pelabuhan Internasional
3 : Pemantapan Pelabuhan Nasional
4 : Pengembangam Pelabuhan Nasional

Gambaran di atas menunjukkan bahwa Pelabuhan Tenau Kota kupang memiliki status
sebagai Pelabuhan Internasional. Dan sebagai pelabuhan internasional maka Tenau

LAPORAN RINGKASAN

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

memiliki fungsi sebagai Pelabuhan Samudera yang dijadikan sebagai pusat kegiatan
eksport import terutama ke Kawasan Timur Indonesia (KTI) maupun ke wilayah barat.
Fungsi dan peran pelabuhan ini erat kaitannya dalam upaya peningkatan pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi dengan industri pengekspor hasil produksi yang akan diekspor.
Dengan adanya pergeseran pertumbuhan ekonomi ke wilayah Pasifik, diharapkan akan
menguntungkan bagi Provinsi NTT dalam upayanya meningkatkan pertumbuhan
ekonominya, karena letaknya di wilayah timur Indonesia dan mempunyai jarak yang relatif
dekat dengan negara-negara yang berada di wilayah pasifik.
Untuk Tranportasi Udara, RTRWN mengaturnya melalui tatanan kebandarudaraan dan
ruang udara untuk penerbangan. RTRWN mengatur tatanan kebandarudaraan dalam 2
jenis bandar udara yaitu bandar udara umum dan bandar udara khusus. Bandar udara
umum terdiri atas bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer, bandar udara
pusat penyebaran skala pelayanan sekunder, bandar udara pusat penyebaran skala
pelayanan tersier dan bandar udara bukan pusat penyebaran. Sedangkan bandar udara
khusus dikembangkan untuk menunjang pengembangan kegiatan tertentu dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang kebandarudaraan. RTRWN
mengatur tatanan kebandarudaraan Provinsi NTT sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel : 2.3
KEBIJAKAN TATANAN KEBANDARUDARAAN
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
STATUS BANDAR UDARA
PROVINSI
PRIMER
Nusa Tenggara Timur

SEKUNDER
El Tari Kupang
(I/3)

TERSIER
Wai Oti Maumere
( IV / 5 )
H. Aroeboesman Ende
(I/5)
Mau Hau Waingapu
(I/5)
Haliwen Atambua
( IV / 5 )

Sumber : PP No. 26/2008 Ttg RTRWN


Keterangan :
I IV : Tahapan Pengembangan
1 : Pemantapan Bandar Udara Primer
2 : Pengembangam Bandar Udara Sekunder
3 : Pemantapan Bandar Udara Sekunder
4 : Pengembangam Bandar Udara Sekunder
5 : Pemantapan Bandar Udara Tersier
6 : Pengembangam Bandar Udara Tersier

Dari Tabel : 2.3 terlihat bahwa Bandar Udara El Tari yang terletak di Kota Kupang
memiliki status sebagai bandar udara pusat penyebaran sekunder. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa berlainan dengan sistem transportasi darat dan laut yang menjadi

LAPORAN RINGKASAN

10

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

prioritas utama karena memegang peranan sangat penting dalam peningkatan


pertumbuhan ekonomi wilayah, pengembangan transportasi udara menempati prioritas
kedua yang beru berkembang setelah perekonomian wilayahnya berkembang.
2.1.3

Kawasan Lindung Nasional

Kawasan Lindung Nasional dalam substansi RTRWN merupakan penjabaran Rencana


Pola Ruang Wilayah Nasional yang antara lain terdiri atas :
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi; dan
f. kawasan lindung lainnya.
Wilayah Provinsi NTT yang masuk dalam penetapan kawasan lindung nasional dapat
dilihat dalam Tabel : 2.4. Dan dari gambaran tabel tersebut terlihat alokasi kawasan
lindung nasional di wilayah Provinsi NTT.
Tabel : 2.4
KEBIJAKAN ALOKASI KAWASAN LINDUNG NASIONAL
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
PROVINSI
Nusa Tenggara Timur

KAWASAN LINDUNG

Cagar Alam Riung (II/B/3)


Cagar Alam Maubesi (RTK. 189) (II/B/3)
Cagar Alam Way Wuul/Mburak (II/B/3)
Cagar Alam Watu Ata (II/B/3)
Cagar Alam Wolo Tadho (II/B/3)
Cagar Alam Tambora (I/A/3)
Cagar Alam Gunung Mutis (II/B/3)

Sumber : PP No. 26/2008 Ttg RTRWN


Keterangan :
I IV
A

:
:

Tahapan Pengembangan
Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional
A / 1 : Suaka Alam Laut
A / 2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
A / 3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
A / 4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
A / 5 : Taman Hutan Raya
A / 6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional
B / 1 : Suaka Alam Laut
B / 2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
B / 3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
B / 4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
B / 5 : Taman Hutan Raya
B / 6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Hutan Lindung Nasional

LAPORAN RINGKASAN

11

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

D
E
F

2.1.4

:
:
:

C / 1 : Kawasan Resapan Air


Pengembangan Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Nasional
Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Taman Buru Nasional
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Taman Buru Nasional

Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Startegis Nasional

Sebagai substansi RTRWN, pengembangan kawasan budidaya yang memiliki nilai


startegis nasional merupakan bagian dari Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional.
Kawasan budi daya terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman;
i. kawasan peruntukan lainnya.
Dan kawasan budidaya sebagaimana disebut di atas yang memiliki nilai strategis nasional
ditetapkan sebagai Kawasan Andalan. Pengertian Kawasan Andalan adalah kawasan
yang mengupayakan pengembangan sektor-sektor unggulan secara terpadu, untuk
keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sektor sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih efisien. Kawasan Andalan terdiri dari Kawasan Andalan
darat dan Kawasan Andalan laut.
Wilayah Provinsi NTT yang masuk dalam penetapan Kawasan Andalan Nasional
sebagaimana disebutkan dalam RTRW dapat dilihat pada Tabel : 2.5.
Tabel : 2.5
KEBIJAKAN ALOKASI KAWASAN ANDALAN NASIONAL
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
PROVINSI
Nusa Tenggara Timur

KAWASAN ANDALAN
Kawasan Kupang dan sekitarnya

Kawasan Maumere Ende

Kawasan Komodo dan sekitarnya

LAPORAN RINGKASAN

SEKTOR ANDALAN

Pertanian (IV/A/2)
Industri (II/D/2)
Pariwisata (I/E/2)
Perikanan laut (I/F/2)
Pertambangan (III/C/2)
Kehutanan (III/H/2)
Pariwisata (II/E/2)
Industri (III/D/2)
Perikanan (I/F/2)
Pertanian (IV/A/2)
Perkebunan (III/B/2)
Pariwisata (I/E/2)
Pertanian (IV/A/2)
Perkebunan (IV/B/2)

12

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

PROVINSI

KAWASAN ANDALAN

Kawasan Ruteng Bajawa

Kawasan Sumba

Kawasan Andalan Laut. Flores


Kawasan Andalan Laut Sawu Sumba
dan sekitarnya
Kawasan Andalan Laut. Sumba dan
sekitarnya

SEKTOR ANDALAN

Industri (IV/D/2)
Perikanan (III /F/2)
Perkebunan (IV/B/2)
Perikanan (II/F/2)
Pertambangan (III/C/2)
Pariwisata (II/E/2)
Pertanian (IV/A/2)
Pertanian (IV/A/2)
Pariwisata (II/E/2)
Perkebunan (III/B/2)
Perikanan (III/F/2)
Pariwisata (II/E/2)
Perikanan (III/F/2)
Pertambangan (IV/C/2)
Pariwisata (II/E/2)
Perikanan (III/F/2)
Pariwisata (IV/E/2)

Sumber : PP No. 26/2008 Ttg RTRWN


Keterangan:
I IV

Tahapan Pengembangan

Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Sektor Pertanian


A / 1 : Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian Pangan Abadi
A / 2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan
B / 1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perkebunan
B / 2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pertambangan
C / 1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pertambangan
C / 2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk industri pengolahan
D / 1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan
D / 2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Pariwisata
E / 1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pariwisata
E / 2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Perikanan
F / 1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perikanan
F / 2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk sektor Kelautan
G / 1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Kelautan
G / 2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kelautan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan
H / 1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Kehutanan
H / 2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan

LAPORAN RINGKASAN

13

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

2.1.5

Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional ditetapkan dalam substansi RTRWN didasarkan untuk


kepentingan sebagai berikut :
a. pertahanan dan keamanan;
b. pertumbuhan ekonomi;
c. sosial dan budaya;
d. pendayagunaan sumber daya alamdan/atau teknologi tinggi; dan/atau
e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
Penetapan Kawasan Strategis Nasional yng masuk dalam wilayah Provinsi NTT dapat
dilihat lebih jelas pada Tabel : 2.6.
Secara lokasional ketiga Kawasan Stategis Nasional yang terdapat di Provinsi NTT, yaitu
: Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay,Kawasan Perbatasan Darat RI
dengan Negara Timor Leste; serta Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil
terluar dengan negara Timor Leste/Australia tidak berada di wilayah administratif Kota
Kupang. Namun demikian sebagai kota dengan status PKN dan kedudukannya sebagai
Ibukota Provinsi NTT akan menempatkan Kota Kupang menjadi pusat pertumbuhan
nasional terdekat bagi ketiga kawasan strategis nasional yang berada di wilayah Provinsi
NTT tersebut di atas.
Tabel : 2.6
KEBIJAKAN ALOKASI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
PROVINSI
Nusa Tenggara Timur

KAWASAN STRATEGIS

Kawasan Perbatasan Laut RI


termasuk 5 pulau kecil terluar
dengan
negara
Timor
Leste/Australia, (I/E/2)

Kawasan Pengembangan Ekonomi


Terpadu Mbay, (I/A/2)
Kawasan Perbatasan Darat RI
dengan Negara Timor Leste, (I /E/2)

KABUPATEN / KOTA
Kabupaten Ngada
Kabupaten Nagekeo
Kabupaten Kupang
Kabupaten Timor Tengah Utara
Kabupaten Belu
Kabupaten Kupang
Kabupaten Timor Tengah Utara
Kabupaten Belu
Kabupaten Alor

Sumber : PP No. 26/2008 Ttg RTRWN


Keterangan:
I IV
A

:
:

Tahapan Pengembangan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi
A / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
A / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup
B / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
B / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya
C / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
C / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Pendayagunaan
Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi

LAPORAN RINGKASAN

14

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

D / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
D / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan
Keamanan
E / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
E / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

Sebagaimana disebutkan dalam RTRWN bahwa sebagai kota dengan status PKN, Kota
Kupang dapat memainkan peran dan fungsi sebagai simpul utama kegiatan ekspor impor
atau pintu gerbang ke kawasan internasional, sebagai pusat kegiatan industri atau jasajasa berskala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, ataupun sebagai pusat
utama pelayanan lintas batas antar negara di kawasan perbatasan. Dan bila melihat
bahwa kawasan strategis nasional yang berada dalam wilayah Provinsi NTT berkaitan
erat dengan kawasan pengembangan ekonomi dan kawasan perbatasan, maka peran
dan fungsi Kota Kupang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terdekat bagi kawasan
strategis nasional di Provinsi NTT adalah menjalankan fungsi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor impor atau pintu gerbang ke kawasan internasional, serta sebagai pusat
utama pelayanan lintas batas antar negara di kawasan perbatasan.

2.1.6

Rencana Tata Ruang (RTR) Kelautan Nasional

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam kebijakan RTRWN khususnya


menyangkut penetapan kawasan andalan nasional, Kota Kupang juga terkait dengan
kawasan andalan laut yaitu Kawasan Andalan Laut Sawu Sumba dan sekitarnya yang
berpusat di Kota Kupang, dengan sektor unggulan adalah perikanan, pertambangan, dan
pariwisata. Hal ini menunjukan bahwa Kota Kupang memiliki fungsi dan kedudukan yang
penting dalam sistem pengembangan potensi kelautan nasional.
Rencana Tata Ruang (RTR) Kelautan Nasional menggambarkan bahwa dalam struktur
RTR Kelautan Nasional Kota Kupang memiliki kedudukan yang penting karena
merupakan salah satu dari Pusat Ruang Kelautan Primer nasional. Sementara dalam
pola pemanfaatan ruang laut nasional bersama-sama dengan Denpasar dan Mataram,
Kota Kupang berperan sebagai pusat pertumbuhan bagi salah satu dari 13 kawasan
pemanfaatan ruang laut nasional yang potensial untuk dikerjasamakan, yaitu untuk
Kawasan Bali Nusa Tenggara dengan wilayah perairan (laut/teluk/selat) Bali, Lombok,
Sawu Sumba.
TABEL : 2.7
13 KAWASAN PEMANFAATAN RUANG LAUT NASIONAL
YANG POTENSIAL UNTUK DIKEMBANGKAN KERJASAMA ANTAR KAWASAN

NO

LINGKUP

PUSAT

PERAIRAN

WILAYAH

PENGEMBANGAN

(LAUT/TELUK/SELAT)

KAWASAN

1 Sumatera Bagian Barat


2 Selat Karimata - Laut
Cina Selatan

NAD, Sumut, Sumbar,


Bengkulu, Lampung
Kalbar, Kep. Riau,
Bangka Belitung,
Lampung

LAPORAN RINGKASAN

Padang, Sabang, Bengkulu,


Lampung
Batam, Pontianak,
Pangkalpinang

Samudera Hindia (Sabang-Seumeuleu, Nias,


Mentawai, Bengkulu, Lampung
Batam, Natuna, Bangka-Belitung, Ketapang

15

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

3 Selat Makasar - Laut


Sulawesi

Kaltim, Kalsel, Sulut,


Sulteng, Sulsel

Balikpapan, Makasar

Pulau Laut, Tarakan - Nunukan, Bontang Mahakam, Tel. Palu barat, Sulsel

4 Jawa Bagian Selatan

Banten, Jabar, Jateng, DI


Yogyakarta, Jatim, Bali

Denpasar

Banten, Cilacap, Pangandaran, Malang


Selatan, Selat Bali

5 Bali - Nusa Tenggara

Bali, NTB, NTT

Denpasar, Mataram, Kupang

Bali, Lombok, Sawu-Sumba

6 Teluk Tolo-Kepulauan
Sula-Laut Banda

Sultra, Maluku Utara,


Maluku

Kendari

Teluk Tolo, Laut Maluku, Laut Banda (Kep.


Banggai, Kep. Sula, Pulau Buru)

7 Teluk Bone

Sultra, Sulsel

Makassar, Kendari

8 Teluk Tomini

Sulut, Sulteng, Sultra

Menado, Gorontalo

Teluk Bone, P. Buton, P. Muna, Kep. Tukang


Besi, Kep. Bonerate
Teluk Tomin, Kep. Togean, Laut Sulawesi

9 Laut Sulawesi

Sulut, Maluku Utara

Menado, Ternate

Laut Sulawesi, Laut Maluku

10 Laut Banda-Laut Arafura

Maluku

Ambon, Tual, Saumlaki

Laut Banda, Kep. Taninbar, Kep.Kai, Kep. Aru

11 Papua Utara

Papua

Jayapura, Biak

Teluk Cendrawasih dsk, Samudera Pasifik

12 Halmakera-Kepala
Burung- Teluk Bintuni

Maluku Utara, Papua

Ternate, Sorong

P. Halmahera dsk, Raja Ampat. Teluk Bintuni

13 Papua Selatan

Papua, Maluku

Merauke, Timika

Laut Aru, Laut Arafura

Sumber :

3.1.

RTR Kelautan Nasional

TUJUAN PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebagai Provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis pada pengembangan
potensi sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan, bertumpu
pada masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek
mitigasi bencana.

3.2.

KEBIJAKAN

DAN

STRATEGI

PENATAAN

RUANG

PROVINSI

NUSA

TENGGARA TIMUR
Kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, meliputi :
a. pengembangan dan arahan kegiatan di kawasan bencana alam geologi
b. pengembangan sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan, melalui
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan secara merata di pulau-pulau utama,
menciptakan konstelasi ruang yang berhirarki guna meningkatkan produktivitas dan
daya saing wilayah;
c. peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana utama yaitu pelayanan jaringan
prasarana transportasi darat, transportasi udara, transportasi laut dan penyeberangan
yang terpadu dan terintegrasi antar pulau guna meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan umum dan pelayanan sosial, serta mendorong pengembangan
pariwisata alam dan budaya lokal;
d. peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana lainnya yaitu telekomunikasi,
energi, sumber daya air, dan prasarana pengelolaan lingkungan untuk mendukung
kegiatan dan aktivitas masyarakat;
e. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga
mencegah kerusakan lingkungan hidup, dengan memperhatikan faktor-faktor
keseimbangan hidrologis, keseimbangan flora dan fauna, keseimbangan cagar
budaya, dan perlindungan terhadap dampak lingkungan lainnya;

LAPORAN RINGKASAN

16

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

f.

perwujudan sinergitas antar kegiatan pemanfaatan ruang sehingga perkembangan


kegiatan budi daya tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
g. pengembangan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan pionir dan prioritas
berkembang dalam upaya pemerataan pembangunan dan mengurangi kesenjangan
antar wilayah serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara
Kebijakan penataan ruang tersebut diterjemahkan ke dalam strategi penataan ruang,
terdiri atas :
(1) Strategi pengembangan dan arahan kegiatan di kawasan bencana alam geologi,
terdiri atas:
a. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gempa, terdiri atas:
pengaturan tata, masa bangunan yang aman dari gempa;
penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman;
penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana; dan
penyediaan system peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
b. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gelombang pasang dan tsunami,
terdiri atas:
penetapan zona kerentanan tsunami;
intensitas pemanfaatan pada zona kerentanan tinggi sebagai sabuk hijau
(green belt) berupa hutan pengendali tsuami (tsunami control forest) dengan
memperhatikan jenis dan ketebalan pohon yang sesuai terkait topografi
kawasan;
penetapan ketebalan pohon/hutan pengendali tsunami disesuaikan dengan
topografi dan karakter kawasan;
penyediaan kelengkapan/sarana prasarana perlindungan bencana;
penetapan pengaturan tata masa bangunan yang terkait zona kerentanan
tsunami;
penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman; dan
penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
c. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gunung berapi, terdiri atas:
penetapan zona kerentanan letusan gunung berapi;
penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman;
penyediaan kelengkapan/sarana prasarana perlindungan bencana; dan
penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
(2) Strategi pengembangan sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan terdiri atas :
a. mengembangkan pusat-pusat kegiatan secara berhirarki, sehingga tercipta pusat
pertumbuhan baru dan terjadi pemerataan pembangunan;
b. mendorong pengembangan aktivitas/kegiatan, terutama aktivitas ekonomi basis
kewilayahan, yakni pertanian, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi serta
jasa-jasa untuk mempercepat pertumbuhan wilayah;
c. mendorong pengembangan sektor ekonomi non basis yang berpotensi basis,
sebagai pusat pertumbuhan baru;

LAPORAN RINGKASAN

17

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

d. mengembangkan basis ekonomi perkotaan melalui pengembangan sektor non


pertanian, yakni; perdagangan, perhotelan, komunikasi, industri, jasa perusahaan
dan pariwisata;
e. menata pusat permukiman perkotaan;
f. mengembangkan wilayah perdesaan dengan menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan baru di wilayah perdesaan;
g. mengurangi desa miskin dengan peningkatan kesehatan, pendidikan dan
keterampilan serta pelibatan/pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan
wilayah; dan
h. mengembangkan aksesibilitas antara kota dan pedesaan untuk mengurangi
disparitas perkembangan wilayah menuju pola pembangunan yang terpadu dan
berkelanjutan.
(3) Strategi peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana utama terdiri atas :
a. mengembangkan transportasi yang terpadu antar moda untuk menunjang
distribusi dan koleksi barang, jasa dan manusia;
b. menata pergerakan transportasi antar pusat kegiatan di dalam pulau melalui
peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan dan fasilitas keselamatan lalulintas,
serta pembangunan jaringan jalan baru untuk tingkat Provinsi;
c. mendorong keterjangkauan transportasi darat sampai ke daerah pedalaman;
d. mengembangkan Pelabuhan Nusa Lontar Tenau sebagai pelabuhan utama
bertaraf internasional untuk mendukung pengembangan pariwisata dan ekspor
impor barang;
e. mengembangkan pelabuhan-pelabuhan yang bertaraf nasional di pulau-pulau
utama guna meningkatkan keterkaitan eksternal dengan wilayah lain di sekitarnya;
f. mengembangkan pelabuhan-pelabuhan regional dan lokal guna meningkatkan
keterkaitan di dalam wilayah Provinsi;
g. meningkatkan pelayanan bandar udara yang telah ada, terutama pada wilayahwilayah pusat pertumbuhan; dan
h. membuka pelayanan bandar udara baru bagi wilayah yang berpotensi
berkembang dan untuk kepentingan tertentu.
(4) Strategi peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana lainnya terdiri atas :
a. meningkatkan pelayanan energi secara lebih merata ke seluruh wilayah
Kabupaten/Kota dengan melakukan perluas jaringan distribusi serta penambahan
kapasitas pembangkit listrik dan penyalur.
b. mengembangkan energi alternatif dan meningkatkan keterjangkauan kelistrikan
sampai ke daerah pelosok;
c. meningkatkan pelayanan telekomunikasi secara optimal di perkotaan sampai ke
pedesaan, dengan menggunakan sistem telekomunikasi yang murah dan
terjangkau;
d. meningkatkan penyediaan sumber daya air, berdasarkan daya dukung lingkungan
dan pelayanan sumber daya air yang berkualitas bagi masyarakat, guna
pencapaian target Millenium Development Goals; dan
e. mengoptimalkan prasarana pendukung lainnya guna mendukung pengembangan
sektor-sektor kegiatan.
(5) Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup terdiri
atas :
a. mewujudkan kelestarian kawasan lindung di darat dan laut;
b. mempertahankan luas kawasan lindung minimum 30% dari luas Daerah Aliran
Sungai;
c. melindungi keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya melalui
penetapan dan preservasi kawasan suaka alam dan pelestarian alam;

LAPORAN RINGKASAN

18

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

d. memelihara dan mempertahankan ekosistem khas yang berkelanjutan sehingga


dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang;
e. memanfaatkan kawasan lindung dengan tujuan terbatas seperti ekowisata,
penelitian dan pengembangan pengetahuan tanpa menyebabkan kerusakan
lingkungan dan alih fungsi kawasan;
f. mempertahankan ekosistem yang dapat melindungi dari bencana alam seperti
mangrove, terumbu karang dan padang lamun;
g. menetapkan arahan penataan ruang kawasan rawan bencana sesuai dengan jenis
kerawanan bencananya; dan
h. mencegah dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan degradasi
lingkungan hidup.
(6) Strategi perwujudan sinergitas antar kegiatan pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. mensinergikan pemanfaatan sumberdaya alam di darat, laut dan udara untuk
mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang budi daya;
b. mengembangkan kegiatan budi daya beserta prasarana penunjangnya baik di
darat maupun di laut secara sinergis;
c. mengembangkan kegiatan budi daya potensi unggulan berupa pertanian,
pariwisata, pertambangan, industri dan perikanan untuk mempercepat
pertumbuhan dan pemerataan wilayah;
d. mengembangkan kawasan hutan produksi dan hutan rakyat dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan dengan tidak menyebabkan kerusakan
lingkungan;
e. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian dengan menggunakan teknologi
tepat guna didukung dengan peningkatan sumber daya manusia pertanian;
f. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan yang tidak menimbulkan
penangkapan yang berlebihan;
g. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan dan merehabilitasi kawasan
yang mengalami degradasi;
h. mengembangkan kawasan peruntukan industri yang tidak menyebabkan
degradasi lingkungan melalui upaya pengendalian pemanfaatan kawasan dengan
menciptakan kawasan yang berfungsi sebagai kontrol kualitas lingkungan;
i. mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata dengan menetapkan klasterklaster pariwisata dengan konsep pengembangan tertentu sesuai dengan potensi
alam dan budaya (citra khas) yang dimiliki kawasan;
j. mengembangkan kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan dengan
ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan termasuk sarana prasarana
mitigasi bencana dan ruang terbuka hijau kota;
k. mengembangkan pulau-pulau kecil untuk peningkatan daya saing terkait
pengembangan ekonomi dalam pengembangan kegiatan budi daya; dan
l. mengendalikan pemanfaatan kawasan budi daya.
(7) Strategi pengembangan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan pionir dan
prioritas berkembang terdiri atas:
a. menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Provinsi dari sudut
kepentingan ekonomi, dengan arahan:
1. pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi/basis wilayah (potensi sumber
daya alam dan budidaya unggulan) dalam percepatan pengembangan wilayah;
2. pengendalian pemanfaatan agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
3. peningkatan sarana prasarana penunjang pengembangan ekonomi wilayah;
4. peningkatan peluang investasi sehingga menciptakan iklim usaha yang
kondusif;

LAPORAN RINGKASAN

19

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

5. pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;


6. peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pengembangan kawasan;
7. pengembangan aksesibilitas kawasan dengan pusat pertumbuhan wilayah; dan
8. pengembangan sarana prasarana penunjang pertumbuhan wilayah.
b. menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Provinsi dari sudut
kepentingan sosial budaya.
c. menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Provinsi dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dengan arahan:
1. pencegahan pemanfaatan yang menyebabkan degradasi lingkungan hidup;
2. pembatasan pemanfaatan ruang dan pengembangan sarana prasarana pada
kawasan yang beresiko mengurangi fungsi lindung; dan
3. rehabilitasi kawasan yang mengalami degradasi lingkungan.
d. menetapkan dan mengembangkan kawasan pendukung strategis perbatasan
dalam rangka menunjang fungsi Kawasan Perbatasan Negara RI dengan Timor
Leste dan Australia.
(8) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara terdiri
atas :
a. mengembangkan kawasan lindung dan / atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI
b. mengembangan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar asetaset pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan/TNI
c. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan/TNI
3.3.

TUJUAN PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebagai Provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis pada pengembangan
potensi sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan, bertumpu
pada masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek
mitigasi bencana.

3.4.

KEBIJAKAN DAN
TENGGARA TIMUR

STRATEGI

PENATAAN

RUANG

PROVINSI

NUSA

Kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, meliputi :


a. pengembangan dan arahan kegiatan di kawasan bencana alam geologi
b. pengembangan sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan, melalui
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan secara merata di pulau-pulau utama,
menciptakan konstelasi ruang yang berhirarki guna meningkatkan produktivitas dan
daya saing wilayah;
c. peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana utama yaitu pelayanan jaringan
prasarana transportasi darat, transportasi udara, transportasi laut dan penyeberangan
yang terpadu dan terintegrasi antar pulau guna meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan umum dan pelayanan sosial, serta mendorong pengembangan
pariwisata alam dan budaya lokal;
d. peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana lainnya yaitu telekomunikasi,
energi, sumber daya air, dan prasarana pengelolaan lingkungan untuk mendukung
kegiatan dan aktivitas masyarakat;

LAPORAN RINGKASAN

20

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

e. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga


mencegah kerusakan lingkungan hidup, dengan memperhatikan faktor-faktor
keseimbangan hidrologis, keseimbangan flora dan fauna, keseimbangan cagar
budaya, dan perlindungan terhadap dampak lingkungan lainnya;
f. perwujudan sinergitas antar kegiatan pemanfaatan ruang sehingga perkembangan
kegiatan budi daya tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
g. pengembangan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan pionir dan prioritas
berkembang dalam upaya pemerataan pembangunan dan mengurangi kesenjangan
antar wilayah serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara
Kebijakan penataan ruang tersebut diterjemahkan ke dalam strategi penataan ruang,
terdiri atas :
(1) Strategi pengembangan dan arahan kegiatan di kawasan bencana alam geologi,
terdiri atas:
a. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gempa, terdiri atas:

pengaturan tata, masa bangunan yang aman dari gempa;


penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman;
penyediaan kelengkapan/ sarana prasarana perlindungan bencana; dan
penyediaan system peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
b. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gelombang pasang dan tsunami,
terdiri atas:

penetapan zona kerentanan tsunami;


intensitas pemanfaatan pada zona kerentanan tinggi sebagai sabuk hijau
(green belt) berupa hutan pengendali tsuami (tsunami control forest) dengan
memperhatikan jenis dan ketebalan pohon yang sesuai terkait topografi
kawasan;
penetapan ketebalan pohon/hutan pengendali tsunami disesuaikan dengan
topografi dan karakter kawasan;
penyediaan kelengkapan/sarana prasarana perlindungan bencana;
penetapan pengaturan tata masa bangunan yang terkait zona kerentanan
tsunami;
penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman; dan
penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
c. arahan penataan ruang kawasan rawan bencana gunung berapi, terdiri atas:

penetapan zona kerentanan letusan gunung berapi;


penentuan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;
penetapan lokasi evakuasi bencana pada zona aman;
penyediaan kelengkapan/sarana prasarana perlindungan bencana; dan
penyediaan sistem peringatan dini (early warning system) terkait jenis
bencana.
(2) Strategi pengembangan sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan terdiri atas :

LAPORAN RINGKASAN

21

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

a. mengembangkan pusat-pusat kegiatan secara berhirarki, sehingga tercipta pusat


pertumbuhan baru dan terjadi pemerataan pembangunan;
b. mendorong pengembangan aktivitas/kegiatan, terutama aktivitas ekonomi basis
kewilayahan, yakni pertanian, konstruksi, pengangkutan dan komunikasi serta
jasa-jasa untuk mempercepat pertumbuhan wilayah;
c. mendorong pengembangan sektor ekonomi non basis yang berpotensi basis,
sebagai pusat pertumbuhan baru;
d. mengembangkan basis ekonomi perkotaan melalui pengembangan sektor non
pertanian, yakni; perdagangan, perhotelan, komunikasi, industri, jasa perusahaan
dan pariwisata;
e. menata pusat permukiman perkotaan;
f. mengembangkan wilayah perdesaan dengan menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan baru di wilayah perdesaan;
g. mengurangi desa miskin dengan peningkatan kesehatan, pendidikan dan
keterampilan serta pelibatan/pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan
wilayah; dan
h. mengembangkan aksesibilitas antara kota dan pedesaan untuk mengurangi
disparitas perkembangan wilayah menuju pola pembangunan yang terpadu dan
berkelanjutan.
(3) Strategi peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana utama terdiri atas :
a. mengembangkan transportasi yang terpadu antar moda untuk menunjang
distribusi dan koleksi barang, jasa dan manusia;
b. menata pergerakan transportasi antar pusat kegiatan di dalam pulau melalui
peningkatan dan pemeliharaan jaringan jalan dan fasilitas keselamatan lalulintas,
serta pembangunan jaringan jalan baru untuk tingkat Provinsi;
c. mendorong keterjangkauan transportasi darat sampai ke daerah pedalaman;
d. mengembangkan Pelabuhan Nusa Lontar Tenau sebagai pelabuhan utama
bertaraf internasional untuk mendukung pengembangan pariwisata dan ekspor
impor barang;
e. mengembangkan pelabuhan-pelabuhan yang bertaraf nasional di pulau-pulau
utama guna meningkatkan keterkaitan eksternal dengan wilayah lain di sekitarnya;
f. mengembangkan pelabuhan-pelabuhan regional dan lokal guna meningkatkan
keterkaitan di dalam wilayah Provinsi;
g. meningkatkan pelayanan bandar udara yang telah ada, terutama pada wilayahwilayah pusat pertumbuhan; dan
h. membuka pelayanan bandar udara baru bagi wilayah yang berpotensi
berkembang dan untuk kepentingan tertentu.
(4) Strategi peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana lainnya terdiri atas :
a. meningkatkan pelayanan energi secara lebih merata ke seluruh wilayah
Kabupaten/Kota dengan melakukan perluas jaringan distribusi serta penambahan
kapasitas pembangkit listrik dan penyalur.
b. mengembangkan energi alternatif dan meningkatkan keterjangkauan kelistrikan
sampai ke daerah pelosok;
c. meningkatkan pelayanan telekomunikasi secara optimal di perkotaan sampai ke
pedesaan, dengan menggunakan sistem telekomunikasi yang murah dan
terjangkau;

LAPORAN RINGKASAN

22

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

d. meningkatkan penyediaan sumber daya air, berdasarkan daya dukung lingkungan


dan pelayanan sumber daya air yang berkualitas bagi masyarakat, guna
pencapaian target Millenium Development Goals; dan
e. mengoptimalkan prasarana pendukung lainnya guna mendukung pengembangan
sektor-sektor kegiatan.
(5) Strategi pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup terdiri
atas :
a. mewujudkan kelestarian kawasan lindung di darat dan laut;
b. mempertahankan luas kawasan lindung minimum 30% dari luas Daerah Aliran
Sungai;
c. melindungi keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya melalui
penetapan dan preservasi kawasan suaka alam dan pelestarian alam;
d. memelihara dan mempertahankan ekosistem khas yang berkelanjutan sehingga
dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang;
e. memanfaatkan kawasan lindung dengan tujuan terbatas seperti ekowisata,
penelitian dan pengembangan pengetahuan tanpa menyebabkan kerusakan
lingkungan dan alih fungsi kawasan;
f. mempertahankan ekosistem yang dapat melindungi dari bencana alam seperti
mangrove, terumbu karang dan padang lamun;
g. menetapkan arahan penataan ruang kawasan rawan bencana sesuai dengan jenis
kerawanan bencananya; dan
h. mencegah dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan degradasi
lingkungan hidup.
(6) Strategi perwujudan sinergitas antar kegiatan pemanfaatan ruang terdiri atas :
a. mensinergikan pemanfaatan sumberdaya alam di darat, laut dan udara untuk
mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang budi daya;
b. mengembangkan kegiatan budi daya beserta prasarana penunjangnya baik di
darat maupun di laut secara sinergis;
c. mengembangkan kegiatan budi daya potensi unggulan berupa pertanian,
pariwisata, pertambangan, industri dan perikanan untuk mempercepat
pertumbuhan dan pemerataan wilayah;
d. mengembangkan kawasan hutan produksi dan hutan rakyat dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan dengan tidak menyebabkan kerusakan
lingkungan;
e. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian dengan menggunakan teknologi
tepat guna didukung dengan peningkatan sumber daya manusia pertanian;
f. mengembangkan kawasan peruntukan perikanan yang tidak menimbulkan
penangkapan yang berlebihan;
g. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan dan merehabilitasi kawasan
yang mengalami degradasi;
h. mengembangkan kawasan peruntukan industri yang tidak menyebabkan
degradasi lingkungan melalui upaya pengendalian pemanfaatan kawasan dengan
menciptakan kawasan yang berfungsi sebagai kontrol kualitas lingkungan;
i. mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata dengan menetapkan klasterklaster pariwisata dengan konsep pengembangan tertentu sesuai dengan potensi
alam dan budaya (citra khas) yang dimiliki kawasan;

LAPORAN RINGKASAN

23

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

j.

mengembangkan kawasan permukiman perkotaan dan pedesaan dengan


ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan termasuk sarana prasarana
mitigasi bencana dan ruang terbuka hijau kota;
k. mengembangkan pulau-pulau kecil untuk peningkatan daya saing terkait
pengembangan ekonomi dalam pengembangan kegiatan budi daya; dan
l. mengendalikan pemanfaatan kawasan budi daya.
(7) Strategi pengembangan kawasan yang berpotensi sebagai kawasan pionir dan
prioritas berkembang terdiri atas:
a. menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Provinsi dari sudut
kepentingan ekonomi, dengan arahan:
1. pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi/basis wilayah (potensi sumber
daya alam dan budidaya unggulan) dalam percepatan pengembangan wilayah;
2. pengendalian pemanfaatan agar tidak melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan;
3. peningkatan sarana prasarana penunjang pengembangan ekonomi wilayah;
4. peningkatan peluang investasi sehingga menciptakan iklim usaha yang
kondusif;
5. pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan;
6. peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam pengembangan kawasan;
7. pengembangan aksesibilitas kawasan dengan pusat pertumbuhan wilayah;
dan
8. pengembangan sarana prasarana penunjang pertumbuhan wilayah.
b. menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Provinsi dari sudut
kepentingan sosial budaya.
c. menetapkan dan mengembangkan kawasan strategis Provinsi dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dengan arahan:
1. pencegahan pemanfaatan yang menyebabkan degradasi lingkungan hidup;
2. pembatasan pemanfaatan ruang dan pengembangan sarana prasarana pada
kawasan yang beresiko mengurangi fungsi lindung; dan
3. rehabilitasi kawasan yang mengalami degradasi lingkungan.
f. menetapkan dan mengembangkan kawasan pendukung strategis perbatasan
dalam rangka menunjang fungsi Kawasan Perbatasan Negara RI dengan Timor
Leste dan Australia.
(8) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara terdiri
atas :
a. mengembangkan kawasan lindung dan / atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI
b. mengembangan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar asetaset pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan/TNI
c. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan/TNI

LAPORAN RINGKASAN

24

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

III.
T
TIIN
NJJA
AU
UA
AN
NK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
NS
ST
TR
RA
AT
TE
EG
GIIS
SW
WIILLA
AY
YA
AH
H
P
PE
ER
RB
BA
AT
TA
AS
SA
AN
N
TINJAUAN INTERNAL WILAYAH KAWASAN PERBATASAN
Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah negara yang secara geografis
berbatasan langsung dengan negara tetangga, di daratan, di lautan, maupun di
udara, yang batasnya ditetapkan sesuai fungsi pertahanan & keamanan negara,
pertumbuhan ekonomi & kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan
hidup .
Kawasan perbatasan negara di Provinsi NTT adalah wilayah kecamatan dan atau
wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan dengan
negara Timor Leste dan Australia.
3.1.1. Lingkup Wilayah Perbatasan
1. Perbatasan darat
Kawasan perbatasan darat dengan RDTL secara administrasi meliputi 4
Kabupaten yaitu :
1) Kabupaten Kupang
2) Kabupaten Timor Tengah Utara
3) Kabupaten Belu.
4) Kabupaten Malaka
2. Perbatasan laut
Kawasan perbatasan Laut Wilayah NTT dengan RDTL secara administrasi
meliputi 12 Kabupaten :
1) Kabupaten Kupang
2) Kabupaten Belu
3) Kabupaten TTU
4) Kabupaten Malaka
5) Kabupaten Alor
6) Kabupaten TTS
7) Kabupaten Sumba Timur
8) Kabupaten Sumba Tengah
9) Kabupaten Sumba Barat
10) Kabupaten Sumba Barat Daya
11) Kabupaten Rote
12) Kabupaten Sabu

LAPORAN RINGKASAN

25

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

3. Pulau Terluar
No

Nama
Pulau

Perairan

Wilayah Administrasi
(Kabupaten)

Negara Terdekat

Alor

Selat Ombai

Alor

Timor Leste

Batek

Laut Sawu

Kupang

Timor Leste

Ndana

Samudara Hindia

Rote Ndao

Australia

Dana

Samudara Hindia

Sabu Raijua

Australia

Mangudu

Samudara Hindia

Sumba Timur

Australia

3.1.2. Kondisi Wilayah Perbatasan


Kondisi wilayah perbatasan saat ini pada umumnya belum mendapat perhatian
secara proporsional. Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya sarana prasarana
yang tersedia di wilayah perbatasan. Hal ini banyak menyebabkan terjadinya
berbagai permasalahan seperti, perubahan batas-batas wilayah, penyelundupan
barang dan jasa serta kejahatan trans nasional (transnational crimes).
Kondisi umum perekonomian di wilayah perbatasan antara lain sebagai berikut:
a)

Lokasinya yang relatif terisolir (terpencil) dengan tingkat aksesibilitas yang


rendah.

b)

Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat.

c)

Rendahnya tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat daerah


perbatasan (jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal).

d)

Langkanya informasi tentang pemerintah dan pembangunan masyarakat di


daerah perbatasan (blank spot).

Sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Timor
Leste cukup baik sehingga akses kedua pihak relatif mudah dan cepat.
Potensi sumber daya alam di wilayah perbatasan NTT tidak terlalu besar. Kondisi
masyarakat umumnya miskin dengan tingkat kesejahteraan rendah dan bertempat
tinggal di wilayah tertinggal dan terisolir. Mata pencarian utama adalah pertanian
lahan kering. Saat ini kondisi masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan lebih
baik dari warga Timor Leste.
Perbatasan Negara
Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah negara yang secara geografis
berbatasan langsung dengan negara tetangga, di daratan, di lautan, maupun
di udara, yang batasnya ditetapkan sesuai fungsi pertahanan dan keamanan
negara, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, serta
kelestarian lingkungan hidup.
Kawasan perbatasan negara di Provinsi NTT meliputi wilayah kecamatan dan
atau wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis
berbatasan dengan negara Timor Leste dan Australia. Kawasan tersebut
mencakup Kabupaten Kupang, Alor, Belu dan Timor Tengah Utara dengan
Timor Leste serta Kabupaten Rote Ndao yang berbatasan dengan Australia.

LAPORAN RINGKASAN

26

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Batas darat kawasan perbatasan di segmen timur terletak di Kabupaten Belu,


dengan panjang garis batas sebesar 149,1 km. Kawasan perbatasan di
Kabupaten Belu meliputi Kecamatan Tasifeto Barat, Tasifeto Timur, Lasiolat,
Raihat, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Nanaet Dubesi dan Kobalima Timur.
Batas darat perbatasan di segmen barat terletak di Kabupaten Kupang,
dengan panjang garis batas sebesar 15 km dan di Kabupaten Timor Tengah
Utara, dengan panjang garis batas sebesar 104,7 km. Kawasan perbatasan di
Kabupaten Kupang meliputi Kecamatan Amfoang Timur, dan kecamatan
perbatasan di Kabupaten Timor Tengah Utara meliputi Kecamatan Mutis,
Bikomi Nilulat, Bikomi Utara, Naibenu dan Insana Utara.
Selain kawasan perbatasan di darat dan di laut terhadap Kawasan
Perbatasan Pulau Terluar Provinsi NTT, yang meliputi Pulau Alor, Batek,
Mangudu, Dana dan Ndana, berbatasan langsung dengan negara Timor Leste
dan Australia (Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005, tentang Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil Terluar Perbatasan).
Secara garis besar pembangunan yang telah dilakukan di kawasan
perbatasan dapat ditinjau dari aspek hukum internasional, pertahanan dan
keamanan, pengembangan wilayah, hubungan bilateral dan kelembagaan.
Pembangunan yang telah dilakukan dari Aspek Hukum Internasional adalah
sebagai berikut:
Pembangunan pos perbatasan - 3 unit, di Motaain, Motamasin &
Metamauk
Pembangunan pos imigrasi di 7 pintu masuk
Pembangunan Pos Karantina
Pembangunan Pos Bea Cukai
Pemasangan Pilar batas untuk kepentingan pembuatan Koordinat batas
Pengkajian intensif Batas Wilayah
Pemasangan lampu suar & Rumah jaga di Pulau Batek
Pembangunan yang telah dilakukan dari Aspek Pertahanan dan Keamanan
adalah sebagai berikut:
Penempatan pasukan pada pulau terluar
Pembangunan yang telah dilakukan dari Aspek Permukiman dan Prasarana
Wilayah adalah sebagai berikut:
Pembangunan permukiman di desa wilayah perbatasan
Peningkatan mutu jalan kawasan perbatasan, yang meliputi akses batas
Kupang Citrana, batas di Kabupaten TTU ke Batas Distrik Ambenu dan
Batas di Kabupaten Belu ke arah Distrik Bobonaro
Pembangunanan Prasarana Irigasi perbatasan
Pembangunan yang telah dilakukan dari Aspek Perekonomian adalah sebagai
berikut:
Pembangunan pasar di daerah perbatasan yaitu di kabupaten Belu, di
daerah Motaain, Motamasin & Turiskain;
Pembangunan yang telah dilakukan dari Aspek Sosial adalah sebagai berikut:
Pembangunan Rumah Sakit perbatasan di Betun

LAPORAN RINGKASAN

27

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Penanganan Pengungsi, yang meliputi:


Bantuan sosial berupa bantuan jaminan hidup/ bekal hidup, yang diberikan
langsung kepada warga pengungsi. Program Penanganan Korban
Bencana Ssosial (KBS) atau dikenal dengan bantuan keserasian sosial
pada 8 Kabupaten/ Kota di Provinsi NTT. Bantuan ini pada umumnya
berupa bantuan bahan bangunan rumah yang diberikan pada warga KBS
maupun warga lokal pada desa yang menjadi lokasi menetap warga KBS;
Pembangunan daerah transmigrasi untuk warga eks pengungsi Timor
Timur
Penanganan terhadap kondisi tanggap darurat
Pembangunan yang telah dilakukan di kawasan perbatasan dari aspek kerja
sama bilateral adalah sebagai berikut:
Kerjasama transportasi lintas Oekusi Napan Motaain Batugade.
Kerjasama layanan Pos.
Kerjasama Pelintas barang dan orang yang menetapkan 9 pintu masuk
Kerjasama perdagangan perbatasan dengan penetapan 7 pasar
perbatasan
Kabupaten Belu : Motaain, Metamauk dan Turiskain
KabupatenTTU : Napan Haumusu dan Haumeniana
Kabupaten Kupang : Oepoli Amfoang Utara.
Penjajangan Kerjasama Kepolisian
Proses kerjasama Penetapan Batas Negara yang hingga kini belum selesai
Sosialisasi Peraturan Pelintas Barang dan orang sesuai perjanjian bilateral
Sosialisasi ketentuan Imigrasi, bea Cukai dan Karantina.
Sosialisasi penataan batas wilayah
Penyelesaian garis perbatasan yang memiliki penafsiran berbeda
mencakup segmen Noelbesi-Oepoli (Kupang), segmen Malibaka (Belu)
dan segemen Manusasi-Bijaisunan (TTU)
Ditetapkan juga Pengaturan Jalan Lintas Tradisional:

Motoain - Batu Gade


Metamauk Salele
Haekesak Turiskain
Builalu Memo
Napan Bobometo
Haumusus/Wini Pante Makasar
Haumeniana Passabe
Oepoli Citrana
Laktutus Belulik Leten

Untuk menangani permasalahan dan merancang kegiatan dan berbagai


kesepakatan dalam pengaturan lintas batas antar negara melalui forum Joint
Border Committee di Pemerintah Pusat ditetapkan Sub Sub Komite Teknis,
yang dituangkan dalam KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI
OTONOMI DAERAH Nomor 185.5-102 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Komite Penyelesaian Masalah Wilayah Perbatasan Republik Indonesia
dengan Timor Timur dan KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI
OTONOMI DAERAH Nomor 185.05-079 Tahun 2001 tentang pembentukan

LAPORAN RINGKASAN

28

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Komite Perantara Perbatasan (Border Liaison Commitee) Republik Indonesia


dengan Republica Democratica Timor Leste; Dalam Keputusan Mendagri
ditetapkan Wakil Gubernur NTT sebagai Ketua Perantara Perbatasan.
Sedangkan ditingkat Propinsi dibentuk Border Liaison Committee (BLC) yang
dilegalkan melalui KEPUTUSAN GUBERNUR NTT Nomor: 15/KEP/HK/2005
tentang Pembentukan Anggota Perantara Perbatasan Republik Indonesia (RI)
Republica Democratica Timor Leste (RDTL) dan Sekretariat Perantara
Perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

LAPORAN RINGKASAN

29

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

30

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

IV.
A
AN
NA
ALLIIS
SA
AP
PO
OT
TE
EN
NS
SII D
DA
AN
NK
KA
AJJIIA
AN
NK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
NS
ST
TR
RA
AT
TE
EG
GIIS
S
W
WIILLA
AY
YA
AH
HP
PE
ER
RB
BA
AT
TA
AS
SA
AN
N

4.1.

ANALISIS KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

4.1.1. Analisis Pengembangan Lahan Potensial


Penetapan arahan penggunaan lahan potensial, dalam perencanaan penataan ruang
Kawasan strategis Wilayah Perbatasan ini akan dibagi menjadi 8 ( delapan) fungsi
kawasan yang terdiri atas;

Kawasan Lindung
Kawasan Penyangga
Kawasan Budi Daya tahunan
Kawasan Budi Daya tanaman semusim
Kawasan Pemukiman
Kawasan Perindustrian
Kawasan Pertambangan
Kawasan Pariwisata

1. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung adalah suatu wilayah yang karena keadaan dan sifat fisiknya
mempunyai fungsi lindung terhadap tanah, air, flora dan fauna yang didalamnya tidak
diperkenankan untuk dibudidayakan. Dalam hubungan ini konsepsi dasar
pengembangan, aspek konservasi dan rehabilitasi pada dasarnya ditujukan untuk :
A. Melestarikan lingkungun dengan mempertahankan kawasan lindung yang meliputi
hutan lindung, hutan suaka alam, kawasan jalur pengamanan aliran sungai/aliran
air dan sumber mata air dan areal lindung lainnya di luar kawasan hutan yang di
dalamnya tidak diperkenankan adanya budi daya. Kawasan lindung perlu
dipertahankan sebagai areal bervegetasi tetap.
B. Melestarikan hutan suaka alam/hutan wisata dengan memperhatikan
keanekaragaman fauna, flora, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan pengawetan plasma nutfah, ilmu pengetahuan, wisata dan bagi
pembangunan pada umumnya.
C. Membina kawasan lindung yang masih merupakan areal perkebunan dengan
memperhatikan azas konservasi tanah dan air. Kawasan Lindung ini terbagi
kepada :
a. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Dibawahnya.
Hutan Lindung
Penetapan suatu wilayah sebagai hutan lindung didasarkan kepada kelayakan
fisiknya menjadi hutan lindung seperti diatur dalam SK. Menteri Pertanian
Nomor 837/Kpts/Um/11/1980. (lihat Tabel : 4.1). Dalam hubungan ini, suatu

31

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

wilayah hutan dinyatakan layak untuk ditetapkan sebagai hutan lindung


dengan total nilai skoring > 174, bilamana suatu lahan mempunyai kondisi fisik
dengan memenuhi ketentuan salah satu atau beberapa syarat sebagai berikut;
Kemiringan Lereng kawasan tidak kurang dari 45%
Jenis tanah sangat peka terhadap erosi, biasanya berupa jenis tanah
dengan nilai kelas 5 ( Regosol, Litosol, Organosol dan Rezina ) dan
mempunyai lereng lapangan dengan kelas lereng tidak kurang dari 15 %.
Mempunyai ketinggian tempat tidak kurang dari 2.000 meter di atas
permukaan laut (dpl)
Guna keperluan khusus ditetapkan oleh Pemerintah sebagi hutan lindung .
Kawasan Resapan Air.
Penetapan sebagai kawasan Resapan air bilamana wilayah tersebut
mempunyai curah hujan tinggi, struktur tanah yang mudah meresap air dan
bentuk geomorfologinya mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
Tanah Negara Bebas
Kriteria yang ditetapkan untuk tanah negara bebas diatur dalam Inmendagri
No. 8 tahun 1985, tentang petunjuk Pelaksana Kepres RI No. 48 Tahun 1983.
Berdasarkan Inmendagri tersebut, secara garis besar disebutkan kriteria
penetapan kawasan lindung diarahkan pada;
Tinggi tempat di atas permukaan air laut lebih 1.000 meter.
Kemiringan kawasan > 40 %,
Daerah perbukitan dengan ketinggian kurang dari 500 meter di atas
permukaan laut, maka 1/3 (sepertiganya) ditetapkan sebagai kawasan
lindung
Daerah-daerah vulkanis,
Daerah yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi dengan
Kemiringan lereng > 15 %,
Sedangkan untuk lahan di luar tanah negara bebas dan di luar kawasan
hutan kriteria penetapannya berdasarkan Sk Menteri Pertanian nomor
837/Kpts/Um/11/1980.
Hutan Rakyat,
Kerapatan tanaman lebih dari 1.600 batang tanaman/hektar.
Lihat Gambar Peta 4.1. Peta Kawasan Hutan di Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan, berikut ini.

LAPORAN RINGKASAN

32

LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

33

LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

b. Kawasan Perlindungan Setempat


Sempadan Pantai
Sempadan pantai ditetapkan pada daratan sepanjang tepian yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik
pasang tertinggi kearah darat.
Sempadan Sungai
Penetapan jalur pengamanan aliran sungai/aliran air sebagai sempadan
sungai di dalam kawasan hutan lindung adalah selebar 100 meter di kanan kiri
aliran sungai besar, dan 50 meter di kanan kiri anak sungai yang berada di luar
kawasan permukiman, seperti diatur dalam SK MenterI Pertanian
No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan nomor 887/Kpts/Um/1980. Untuk sempadan
sungai di dalam kawasan permukiman berupa daerah sepanjang aliran sungai
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi yaitu, sebesar 10 15 meter.
Kawasan sekitar Waduk
Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 tahun 1989
Sempadan Waduk ditetapkan pada daratan sepanjang tepian sekeliling tepian
yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau antara
50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.
Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan Pengamanan mata air di dalam kawasan hutan lindung ditetapkan
dalam radius 200 meter di sekeliling mata air. seperti diatur dalam SK Menteri
Pertanian No.837/Kpts/Um/11/1980 dan Nomor 887/Kpts/Um/1980.
c. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya.
Kawasan Suaka Alam
Penetapan suatu wilayah sebagai kawasan/hutan suaka alam didasarkan
kepada kelayakan fisiknya menjadi suaka alam yang mewakili ekosistem khas
dalam keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa yang merupakan habitat
alami dan memberikan perlindungan perkembangannya.
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Penetapan suatu wilayah sebagai taman nasional, taman hutan raya dan
taman wisata alam adalah berupa kawasan berhutan atau bervegetasi tetap
yang memiliki tumbuhan dan satwa beraneka ragam, memiliki arsitektur
bentang alam yang baik dan memiliki akses untuk keperluan pariwisata
dengan lokasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah.
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Penetapan suatu wilayah sebagai cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah
berupa tempat atau ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs
purbakala dan kawasan dengan bentuk geologi tertentu yang mempunyai
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

LAPORAN AKHIR

VI - 34

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kawasan Rawan Bencana


Penetapan kawasan rawan bencana apabila daerah bersangkutan
diidentifikasi berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti gunung berapi,
gempa bumi dan lain-lain.
2. Kawasan Penyangga
Kawasan penyangga pada prinsipnya secara terbatas mempunyai fungsi lindung guna
persyaratan kelestarian, keserasian dan keseimbangan alam lingkungan. Kawasan
penyangga tersebut terletak diantara kawasan lindung dan kawasan budi daya dan
dalam kawasan tersebut masih diperkenankan adanya budi daya dengan
mempertimbangkan azas konservasi tanah dan air. Dalam hal ini kawasan penyangga
dapat berfungsi ganda sebagai penyangga atau buffer zone antara dua kawasan
lindung dan budi daya serta dapat berfungsi sebagai kawasan budi daya terbatas.
Sebagai konsepsi dasar yang menyangkut aspek konservasi dan perlindungan untuk
mencapai tujuan pengendalian kegiatan, maka perlu perhitungan pencegahan
kerusakan lingkungan hidup. Dalam hubungan ini perlu upaya pelestarian lingkungan
hidup dengan prinsip mempertahankan kawasan hutan produksi pada kawasan
penyangga dengan memperhatikan azas konservasi tanah dan air serta kawasan
penyangga lain di luar kawasan hutan.
Hutan Produksi Terbatas
Suatu wilayah hutan secara fisik teknis layak ditetapkan sebagai hutan produksi
terbatas apabila mempunyai kondisi fisik dengan total nilai skoring 125 174 yang di
perhitungkan atas tiga parameter;
Kemiringan lereng
Kepekaan tanah terhadap erosi dan
Intensitas hujan rata-rata
Bila total nilai skoring tersebut tidak dipenuhi, maka harus memenuhi kriteria minimum
sebagai berikut;
Keadaan fisik areal hutan memungkinkan dilakukan eksploitasi secara ekonomis.
Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai hutan produksi
terbatas.
Wilayah hutannya dapat berupa areal kosong/ tanpa tegakan hutan, namun dapat
dikembangkan menjadi hutan produksi terbatas.
Penetapannya tidak merugikan segi ekologi/lingkungan hidup.
Eksploitasi hasil hutan dalam kawasan hutan produksi terbatas alami (bukan hutan
tanaman), pengaturannya dilakukan sedemikian rupa sehingga masih terdapat
vegetasi (tumbuhan bawah) yang masih mampu berfungsi sebagai aspek hidrologis.
Pengaturan eksploitasi dimaksud adalah sebagai berikut;
Kerapatan jalan untuk eksploitasi berintensitas maksimal 10 meter perhektar
dengan lebar jalan maksimal 5 meter, tidak diaspal/beton.
Pada areal bebas tebangan wajib dilakukan reboisasi dengan tetap
memperhatikan azas konservasi tanah, antara lain pengolahan tanah minimum
(minimum village), penanaman menurut garis kontur serta tindakan konservasi
tanah dan air.

LAPORAN AKHIR

VI - 35

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Sistim reboisasi menganut sistim penutupan vegetasi tetap, antara lain dengan
menggunakan jenis pohon yang berdaur panjang (lebih dari 10 tahun), sehingga
penebangan dapat dilakukan pada interval yang tidak terlalu pendek.
Perkebunan
Penetapan kawasan Perkebunan yang berfungsi sebagai kawasan penyangga
diisyaratkan dengan ketentuan, antara lain;
Tinggi tempat kurang dari ketinggian 2.000 meter dpl.
Kemiringan lereng kurang dari 40%
Kedalaman tanah efektif lapisan atas lebih dari 30 cm.
Berdasarkan kriteria standar teknis yang digunakan dalam penetapannya, maka
pengaturan pelaksanaan usaha budi daya perkebunan antara lain sebagai berikut;
Ditetapkan kepada setiap unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan mulai
dari sesuai untuk setiap jenis komoditi tanaman perkebunan dengan mengingat
pengendalian erosi dan run off dan fungsi hidrologis.
Bangunan yang diperbolehkan terbatas pada bangunan yang dapat menunjang
unit usaha produksi perkebunan dengan persyaratan khusus. yaitu; meliputi
pabrik, perumahan karyawan, gudang dan bedeng, pembibitan. Hal ini karena
eratnya kaitan dengan tata air (run off, peresapan air kedalam tanah)
Lokasi bangunan diarahkan pada lahan dengan struktur tanah stabil dengan
kemiringan lapangan yang memungkinkan dibangun kontruksi bangunan tanpa
memberikan dampak negatif kelestarian lingkungan.
Usaha Tani Campuran (Agroforestri)
Kriteria standar teknis yang digunakan dalam penetapan kawasan usaha tani
campuran adalah sama seperti untuk usaha perkebunan. Sehubungan dengan itu
penetapan pelaksanaannya pada kawasan ini adalah sebagai berikut; Ditujukan untuk
unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan mulai tidak sesuai sampai dengan
sangat sesuai untuk semua jenis tanaman pada pola Agroforestry.
Penetapannya pada suatu unit lahan, harus menunjang fungsi lindung terhadap
tanah dan air guna pengaturan hidrologis
Dalam penetapan pilihan komoditas tanaman, selain mempertimbangkan
kesesuaian dan kemampuan lahan serta konservasi tanah, juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi.
3. Kawasan Budi Daya Tanaman Tahunan
Kawasan Budi Daya Tanaman Tahunan adalah suatu wilayah budi daya pertanian
dalam arti luas, yang diusahakan dengan tanaman tahunan. Pada kawasan tersebut,
penggunaan lahannya sesuai atau seharusnya memperhatikan kemampuan dan
kesesuaian lahan dengan tetap mengacu kepada kriteria umum kawasan penyangga
dengan kelerengan lapangan antara 15 45%. Penggunaan lahan yang
diperkenankan dalam kawasan budi daya tanaman tahunan meliputi :
Hutan Produksi Tetap/Bebas
Wilayah hutan secara fisik teknis layak di tetapkan sebagai hutan produksi tetap
apabila total nilai skoring kemampuan lahannya sebesar 124 atau kurang, di luar
hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan konversi lainnya dengan kelerengan
lapangan antara 15 45 %. Hutan produksi tetap/bebas.

LAPORAN AKHIR

VI - 36

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Taman Wisata dan Taman Berburu


Termasuk dalam kawasan budi daya tanaman tahunan adalah taman wisata dan
taman berburu, seperti diatur dalam SK Menteri Pertanian No.681/Kpts/Um/8/1981.
Hutan Produksi yang dapat di Konversikan
Penetapan hutan produksi konversi perlu mempertimbangkan faktor-faktor kemiringan
lereng, jenis/tipe tanah menurut kepekaannya terhadap erosi dan intensitas hujan
harian rata-rata yang total nilai skoring kemampuan lahannya 124 atau kurang, diluar
hutan suaka alam, hutan wisata, hutan produksi terbatas dan hutan konversi lainnya.
Perkebunan
Kawasan yang sesuai perkebunan dalam kawasan budi daya tanaman tahunan harus
dapat memenuhi kriteria, diantaranya :
Tinggi tempat kurang dari ketinggian 2.000 meter dpl.
Kemiringan lereng kurang dari 40%
Kedalaman tanah efektif lapisan atas lebih dari 30 Cm.
4. Kawasan Budi Daya Tanaman Semusim
Kawasan Budi Daya Tanaman semusim adalah kawasan yang berfungsi untuk budi
daya dan diusahakan untuk tanaman semusim terutama tanaman pangan, peternakan
dan lainnya. Penggunaan lahan pada kawasan ini mengikuti kriteria umum kawasan
budi daya tanaman tahunan dengan tetap memperhatikan azas konservasi tanah dan
air. Kawasan budi daya tanaman semusim terutama diarahkan kepada lahan di luar
kawasan hutan. Kriteria standar teknis wilayah secara fisik layak ditetapkan sebagai
suatu kawasan pengembangan budi daya tanaman dengan berbagai jenis komoditi,
apabila kemampuan lahannya mempunyai nilai skoring sebesar 124 atau kurang dan
mempunyai kelerengan tanah dibawah 15 %.
Kawasan Tanaman Pangan Lahan Basah
Kriteria standar teknis penetapan suatu kawasan yang sesuai untuk pengembangan
tanaman pangan lahan basah apabila mempunyai sistim dan atau potensi
pengembangan pengairan dengan syarat sebagai berikuti;
Tinggi tempat kurang dari ketinggian 1.000 meter dpl.
Kemiringan lereng kurang dari 40%
Kedalaman tanah efektif lapisan atas lebih dari 30 cm.
Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering
Suatu kawasan sesuai untuk pengembangan tanaman pangan lahan kering apabila
tidak mempunyai sistim dan atau potensi pengembangan pengairan dengan syarat
sebagai berikuti;
Tinggi tempat kurang dari ketinggian 1.000 meter dpl.
Kemiringan lereng kurang dari 40%
Kedalaman tanah efektif lapisan atas lebih dari 30 Cm.
Kawasan Peternakan
Kriteria standar teknis penetapannya diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 57
tahun 1989 Dalam hal ini suatu kawasan sesuai untuk pengembangan
peternakan/pengembalaan hewan besar apabila memenuhi syarat sebagai berikut;
Tinggi tempat kurang dari ketinggian 1.000 meter dpl.
LAPORAN AKHIR

VI - 37

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kemiringan lereng kurang dari 15%


Jenis tanah dan iklim sesuai untuk padang rumput alamiah.
Kawasan Perikanan
Kriteria standar teknis penetapannya diatur dalam Keputusan Presiden RI No 57
tahun 1989 Dalam hal ini suatu kawasan sesuai untuk pengembangan perikanan
apabila memenuhi syarat Kemiringan lereng kurang dari 8% dan persediaan air
cukup.
5. Kawasan Permukiman
Kawasan Permukiman adalah kawasan yang berfungsi terutama untuk
pengembangan penduduk, perindustrian, perekonomian dan lain-lain yang diarahkan
pada lahan di luar kawasan hutan. Penggunaan lahan kawasan permukiman, tetap
memperhatikan azas konservasi tanah dan air serta diarahkan untuk pengembangan
lahan non budi daya.
Permukiman Penduduk
Permukiman penduduk meliputi kawasan perkotaan dan perdesaan sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman dan Kepres RI No 32 tahun 1990. Dalam hal ini suatu kawasan sesuai
untuk pengembangan permukiman apabila memenuhi syarat sebagai berikuti;

Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada.


Kemiringan lereng kurang dari 8%
Ketersediaan air terjamin
Lokasi terkait dengan kawasan hunian yang telah ada/berkembang
Tidak terletak pada kawasan tanaman pangan lahan basah.

6. Kawasan Perindustrian
Kriteria standar teknis penetapannya diatur dalam Keputusan Presiden RI No 32
tahun 1990. Dalam hal ini suatu kawasan industri adalah kawasan yang diperuntukan
bagi industri berupa tempat pemusatan kegiatan industri apabila memenuhi syarat
sebagai berikuti;
Tidak terletak di kawasan lindung,
Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah, khususnya sawah yang
memperoleh pengairan dari jaringan irigasi
Tidak boleh terletak pada lahan yang berpotensi untuk pembangunan jaringan
irigasi yaitu lahan usaha tani dengan fasilitas irigasi.
Tersedia sumber air dan bahan baku yang cukup
Tidak menimbulkan dampak sosial negatif.
7. Kawasan Pertambangan
Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang diperuntukan bagi pertambangan baik
pada wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan
pertambangan. Adapun kriteria lokasinya sesuai dengan ketetapan Departemen
Pertambangan dan Energi untuk daerah masing-masing yang mempunyai potensi
bahan tambang bernilai tinggi.

LAPORAN AKHIR

VI - 38

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

8. Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang di peruntukan bagi kegiatan pariwisata,
dengan potensi persyaratan sebagai berikut:
Mempunyai potensi obyek lokasi yang dapat menarik wisatawan;
Tempat bermukimnya masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati
oleh wisatawan;
Mampu meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan ekonomi
masyarakat setempat.

4.2.

ANALISA TERHADAP KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN

Perencanaan pengembangan kawasan perbatasan berbeda dengan penanggulan


kemiskinan dalam hal cakupan penanganannya. Perencanaan pengemangan kawasan
perbatasan tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial dan budaya
serta kewilayahan. Pengembangan kawasan perbatasan merupakan upaya terencana
untuk mengubah suatu kawasan yang dihuni komunitas yang mengalami berbagai
permasalahan sosial dan ekonomi karena keterbatasan wilayah dan lokasi menjadi
wilayah yang maju, yang komunitasnya memperoleh kesejahteraan dan kualitas hidup
setara dengan komunitas masyarakat non perbatasan.
Selama ini pendekatan perencanaan pengembangan kawasan perbatasan lebih banyak
ditekankan pada pendekatan keamanan (scurity approach). Namun seiring dengan
perkembangan kajiankajian tentang kawasan perbatasan bahwa, kawasan perbatasan
darat dan laut antarnegara merupakan kawasan yang masih rentan terhadap infiltrasi
ideologi, politik, ekonomi, maupu sosial budaya dari negara lain. Di sisi lain, kawasan
perbatasan antarnegara masih dihadapkan pada permasalahanpermasalahan yang
sangat mendasar seperti rendahnya kesejahteraan masyarakat, rendahnya kualitas
sumberdaya manusia, serta minimnya infrastruktur di sektor perhubungan dan sarana
kebutuhan dasar masyarakat. Ketertinggalan pembangunan kawasan perbatasan baik
darat maupun laut dengan negara tetangga secara sosial maupun ekonomi dikhawatirkan
dapat berkembang menjadi kerawanan yang bersifat politis untuk jangka panjang.
Upaya pembangunan wilayah perbatasan sendiri merupakan amanah UUD 1945 yang
harus dilaksanakan oleh Pemerintah. Selama ini sebagian warga negara Indonesia masih
mengalami kendala sosial, ekonomi, budaya dan keterbatasan daya dukung di wilayah
yang dihuninya.
Sebagaimana pelaksanaan pembangunan pada wilayahwilayah lain relatif masih
tertinggal, pembangunan wilayah perbatasan menganut pendekatan, antara lain:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia (basic need approach), yaitu kecukupan
konsumsi pangan, sandang dan perumahan yang layak huni.
2. Pemenuhan akses standar terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan dan
infrastruktur mobilitas warga.
3. Peningkatan partisipasi dan akuntabilitas publik dalam setiap perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian program pembangunan untuk kepentingan masyarakat
sendiri.
Disamping tiga pendekatan yang secara umum diterapkan dalam setiap program
pembangunan, hal lain yang perlu memperoleh perhatian adalah konteks sosial budaya,
adat istiadat, kondisi geografis dan keunikan komunitas dan kewilayahan yang dimiliki

LAPORAN AKHIR

VI - 39

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

oleh wilayah perbatasan. Lebih khusus lagi, pengembangan kawasan perbatasan ini akan
ditekankan pada tiga aspek utama sebagaimana ciriciri kawasan perbatasan, yaitu:

4.2.1. Aspek Demarkasi Dan Delimitasi Garis Batas


Penetapan batas wilayah negara (demarkasi dan delimitasi) dilakukan untuk menjaga
keutuhan dan kedaulatan wilayah negara. Upaya ini membutuhkan dukungan, seperti
survei dan pemetaan wilayah perbatasan, penamaan (toponim) pulau, border diplomacy,
hingga pengakuan Perserikatan BangsaBangsa (PBB). Pada dasarnya penetapan
batas negara harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan bilateral atau multilateral dan
bukan bersifat unilateral.
Beberapa permasalahan umum yang terkait dengan isu demarkasi dan delimitasi batas :
1) Belum terselesaikannya kesepakatan beberapa segmen garis batas dengan negara
tetangga baik batas darat maupun batas laut.
2) Belum adanya peraturan perundangundangan yang menjadi payung bagi
penetapan batas wilayah negara secara menyeluruh.
3) Pulaupulau kecil terluar belum terkelola dengan baik

4.2.2. Aspek Politik, Hukum dan Keamanan


Tingginya potensi kerawanan di perbatasan menyebabkan perlunya perhatian khusus
terhadap wilayah ini dalam hal peningkatan kesadaran politik, penegakkan hukum, serta
peningkatan upaya keamanan.
Permasalahan di perbatasan yang terkait dengan politik, hukum, dan keamanan.
1) Terbatasnya sarana prasarana keamanan dan pengawasan perbatasan
2) Meningkatnya aktivitasaktivitas ilegal di wilayah perbatasan
3) Adanya sengketa wilayah dengan negara tetangga yang mengancam kedaulatan
wilayah NKRI
4) Rendahnya aksesibilitas informasi, berpotensi terjadinya penurunan wawasan
kebangsaan

4.2.3. Aspek Kesejahteraan, Sarana dan Prasarana


Wilayah perbatasan, termasuk pulaupulau kecil terluar memiliki potensi sumber daya
alam yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan
dan keamanan negara. Namun demikian, pembangunan di beberapa wilayah perbatasan
masih tertinggal dibandingkan dengan pembangunan di wilayah negara tetangga,
terutama wilayah kita ambil contoh yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura. Hal
ini menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah
perbatasan dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga.
Permasalahan di perbatasan yang terkait dengan kesenjangan pembangunan antara lain:

LAPORAN AKHIR

VI - 40

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

1) Rendahnya aksesibilitas yang menghubungkan wilayah perbatasan yang tertinggal


dan terisolir dengan pusatpusat pemerintahan dan pelayanan atau wilayah lainnya
yang relatif lebih maju;
2) Terbatasnya sarana dan prasarana baik pemerintahan, perhubungan, pendidikan,
kesehatan, perekonomian, komunikasi, air bersih dan irigasi, ketenagalistrikan serta
pertahanan keamanan;
3) Kepadatan penduduk relatif rendah dan tersebar karena karakteristik geografis
masingmasing baik di wilayah kepulauan maupun pegunungan;
4) Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia;
Belum optimalnya pembangunan di wilayah perbatasan oleh pemerintah baik Pusat
maupun Daerah karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan secara langsung;

4.2.4. Visi Pengembangan Kawasan Perbatasan


Berdasarkan berbagai skenario pengembangan dan berbagai konsekuensinya, juga
mencermati kondisi lapangan, perkembangan di dalam negeri dan lingkungan regional,
kemudian setelah dikonsultasikan kepada berbagai kalangan, maka disepakati visi
pengembangan kawasan perbatasan antar negara sebagai berikut. Menjadikan kawasan
perbatasan antar negara sebagai kawasan yang aman, tertib, menjadi pintu gerbang
negara dan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan menjamin negara kesatuan Republik
Indonesia.
Untuk mencapai visi yang dicita-citakan di atas, terdapat beberapa misi yang perlu
dilaksanakan oleh para pihak yang terkait baik pemerintah maupun swasta yaitu:
1. Mempercepat penyelesaian garis batas antar negara dengan negara tetangga
sehingga tercipta garis batas yang jelas dan diakui kedua belah pihak.
2. Mempercepat pengembangan beberapa kawasan perbatasan sebagai pusat
pertumbuhan, yang dapat menangkap peluang kerjasama antarnegara, regional dan
internasional, secara selektif sesuai prioritas.
3. Meningkatkan penegakan hukum dan kondisi keamanan yang kondusif bagi berbagai
kegiatan ekonomi, sosial dan budaya serta meningkatkan sistem pertahanan
perbatasan kontinen dan laut.
4. Menata dan membuka keterisolasian dan ketertinggalan kawasan perbatasan dengan
meningkatkan prasarana dan sarana perbatasan yang memadai.
5. Mengelola sumberdaya alam darat dan laut secara seimbang dan berkelanjutan, bagi
kesejahteraan masyarakat, pendapatan daerah dan pendapatan negara.
6. Mengembangkan sistem kerjasama pembangunan antar Pemerintah dan Pemerintah
Daerah, antarnegara, maupun antar pelaku usaha.
4.2.5. Kebijakan Umum Pengembangan Kawasan Perbatasan
Kondisi perbatasan di Indonesia yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik antara
kawasan perbatasan kontinen dan laut, maupun antar perbatasan di wilayah daratnya
sendiri, sehingga masing-masing memerlukan kebijakan khusus dan strategi serta
pendekatan yang berbeda. Namun demikian diperlukan suatu kebijakan dasar yang dapat

LAPORAN AKHIR

VI - 41

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

dijadikan sebagai payung seluruh kebijakan dan strategi yang berlaku secara nasional
untuk seluruh kawasan perbatasan.
Secara umum dalam pengembangan kawasan perbatasan diperlukan suatu pola atau
kerangka penanganan kawasan perbatasan yang menyeluruh (holistic), meliputi berbagai
sektor dan kegiatan pembangunan, serta koordinasi dan kerjasama yang efektif mulai dari
Pemerintah Pusat sampai ke tingkat Kabupaten/Kota. Pola penanganan tersebut dapat
dijabarkan melalui penyusunan kebijakan dari tingkat makro sampai tingkat mikro dan
disusun berdasarkan proses partisipatif, baik secara horisontal di pusat maupun vertikal
dengan pemerintah daerah. Sedangkan jangkauan pelaksanaannya bersifat strategis
sampai dengan operasional.
Adapun kebijakan umum pengembangan kawasan perbatasan antarnegara terdiri dari
tujuh kebijakan, yakni:
1. Menata batas kontinen dan maritim perbatasan antarnegara dalam rangka menjaga
dan mempertahankan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Memberi perhatian lebih besar kepada kawasan perbatasan sebagai halaman depan
negara dan pintu gerbang internasional bagi kawasan Asia dan Pasifik.
3. Mengembangkan kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan secara serasi.
4. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kecamatan-kecamatan yang
berbatasan langsung secara selektif dan bertahap sesuai prioritas dan kebutuhan.
5. Meningkatkan perlindungan sumberdaya alam hutan tropis dan kawasan konservasi,
serta mengembangkan kawasan budidaya secara produktif bagi kesejahteraan
masyarakat lokal.
6. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) melalui pembangunan di bidang
pendidikan, kesehatan, perhubungan dan informasi.
7. Meningkatkan kerjasama pembangunan di bidang sosial, budaya, keamanan dan
ekonomi dengan negara-negara tetangga.
4.2.6. Strategi Umum Pengembangan Kawasan Perbatasan
Kebijakan pengembangan kawasan perbatasan, baik darat dan laut, perlu dijabarkan ke
dalam strategi umum yang dilaksanakan melalui upaya-upaya: (1) penyelarasan kegiatankegiatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui anggaran pembangunan
sektoral dan daerah, yang diarahkan bagi pengembangan kawasan pertumbuhan, dan
pengembangan wilayah terpadu kawasan perbatasan; (2) pembentukan lembaga
pengembangan kawasan perbatasan nasional yang bertugas menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan berbagai kegiatan pengembangan kawasan perbatasan di tingkat
pusat; (3) keberpihakan dan perhatian yang lebih besar kepada sektor-sektor di pusat
terhadap kawasan perbatasan; dan (4) pemberian dukungan dan fasilitasi pengembangan
kawasan perbatasan oleh instansi pusat dan pihak investor dalam maupun luar negeri.
Sedangkan strategi umum pengembangan kawasan perbatasan tersebut adalah:
1. Penetapan garis batas antar Negara
2. Peningkatan sarana dan prasarana perbatasan melalui pembangunan pos-pos lintas
batas beserta fasilitas bea cukai, imigrasi, karantina dan keamanan, serta sarana dan
prasarana fisik lainnya.

LAPORAN AKHIR

VI - 42

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

3. Penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat perbatasan


dan pulau-pulau terluar.
4. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan yang telah mendapatkan respons dari
negara tetangga.
5. Peningkatan kualitas dan pengembangan pemberdayaan sumberdaya manusia.
6. Peningkatan kelembagaan pemerintah dan masyarakat di daerah.
7. Perlindungan dan konservasi sumberdaya hutan dan kelautan.
8. Peningkatan aparat keamanan dan pertahanan di sepanjang perbatasan dan pulaupulau terluar.
9. Peningkatan sosialisasi dan penyuluhan kehidupan bernegara dan berbangsa bagi
masyarakat perbatasan.
10. Peningkatan kerjasama bilateral di bidang ekonomi, sosial dan budaya.

4.2.7. Kebijakan Dan Strategi Khusus Pengembangan Kawasan Perbatasan


Kontinen NTT - Timor Leste
Di kawasan perbatasan NTT dan Timor Leste kebijakan pengembangan kawasan di sana
adalah sebagai berikut : (1) meningkatkan dan mempertahankan keamanan;
(2) menyediakan sarana dan prasarana perbatasan sosial dan budaya bagi peningkatan
hubungan sosial budaya kedua negara; (3) meningkatkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat; dan (4) meningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana dasar bagi masyarakat pengungsi dan lokal.
Sedangkan strategi pengembangan kawasannya, yaitu: (1) pemberdayaan masyarakat
perbatasan; (2) pengelolaan kelembagaan perbatasan; dan (3) pengelolaan sistem
pertahanan dan keamanan.
4.2.8. Kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan Maritim
Adapun kebijakan pengembangan kawasan perbatasan maritim, termasuk di 92 pulau
terluar, dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengembangkan kegiatan ekonomi melalui upaya mengembangkan kawasan
strategis perbatasan laut secara selektif sebagai pusat pertumbuhan, menciptakan
iklim investasi yang kondusif di pulau-pulau terluar yang potensial, meningkatan
sarana dan prasarana transportasi dan telekomunikasi, meningkatan kerjasama
ekonomi dengan negara tetangga.
2. Meningkatkan pertahanan dan keamanan melalui upaya meningkatkan kuantitas dan
kualitas personil TNI-AL dan polisi laut, meningkatkan sarana dan prasarana system
pertahanan dan keamanan laut, meningkatkan kerjasama pertahanan dan keamanan
dengan negara tetangga, menyelesaikan sengketa dan penegasan batas negara,
penegakan hukum terhadap pelanggaran hukum di laut dan pulau-pulau terluar
perbatasan (penyelundupan, pencurian ikan, penambangan pasir laut ilegal, serta
kejahatan di perbatasan laut lainnya).
3. Meningkatkan pengembangan di bidang sumberdaya manusia melalui upaya
meningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM, memberdayakan masyarakat melalui
pengembangan dan pemanfaatan teknologi, meningkatkan akses informasi

LAPORAN AKHIR

VI - 43

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

masyarakat perbatasan, meningkatkan transportasi perintis ke kawasan-kawasan


perbatasan laut dan pulau-pulau terluar.
4. Meningkatkan pelestarian lingkungan laut dan pesisir melalui upaya meningkatkan
pemanfaatan sumberdaya kepulauan dan perbatasan laut secara optimal dan lestari,
menerapkan prinsip dan mekanisme pengelolaan pulau-pulau di perbatasan secara
terpadu, melestarikan dan melindungi lingkungan, dan sinkronisasi perundangan.
Sedangkan strategi pengembangan kawasan perbatasan maritim mencakup hal-hal di
bawah ini:
1. Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan Perbatasan Laut.
2. Memberikan insentif dan disinsentif investasi serta menyusun aturan ketenagakerjaan
khusus.
3. Meningkatkan kerapatan jalur-jalur transportasi perintis serta pengembangan system
telekomunikasi khusus.
4. Merumuskan aturan bersama mengenai border trade, pelintas batas tradisional serta
sistem bea cukai, imigrasi, karantina dan keamanan terpadu.
5. Peningkatan kapasitas personil TNI dan POLRI.
6. Penambahan jumlah armada kapal dan sistem navigasi laut.
7. Melakukan operasi perbatasan bersama dan tukar menukar informasi permasalahan
perbatasan laut.
8. Penegasan batas antar negara dan peningkatan patroli laut.
9. Mendirikan pusat-pusat pelatihan ketenagakerjaan dan sosialisasi pengelolaan
kekayaan laut dan pelestarian lingkungan.
10. Sosialisasi teknologi tepat guna kelautan serta pengembangan pusat riset kelautan
dan kepulauan.
11. Perluasan jangkauan siaran TV/radio nasional hingga perbatasan.
12. Memberikan subsidi kesehatan, pendidikan serta listrik/energi.
13. Mensosialisasikan potensi dan model-model pengelolaan sumberdaya kelautan dan
kepulauan secara lestari.
14. Memadukan berbagai aspek teknis, ekologi, sosial budaya, politik hukum dan
kelembagaan dalam pengelolaan pulau-pulau di perbatasan.
15. Memasyarakatkan aktivitas pelestarian dan perlindungan lingkungan (khususnya
bakau dan terumbu karang);
16. Mensinkronkan antara aturan daerah, dan nasional mengenai pengelolaan laut dan
pulau-pulau perbatasan secara lestari.

4.3.

ANALISA TERHADAP PRINSIP-PRINSIP DASAR KEBIJAKAN KAWASAN


PERBATASAN

Kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah


Nasional mengikuti beberapa arahan pengembangan. Arahan pertama yaitu kawasan
perbatasan dan pulau kecil terluar dipandang sebagai kawasan strategis nasional dari
sudut kepentingan pertahanan dan keamanan. Kedua, ditetapkannya 10 kawasan

LAPORAN AKHIR

VI - 44

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

perbatasan negara, 9 diantaranya merupakan kawasan yang berhadapan dengan wilayah


darat atau laut negara tetangga. Ketiga, ditetapkannya Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) yaitu kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan
kawasan perbatasan negara. Pengembangan PKSN dimaksudkan untuk menyediakan
pelayanan yang dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan masyarakat di kawasan
perbatasan, termasuk pelayanan kegiatan lintas batas antar negara. Keempat, Program
utama dalam penataan ruang kawasan perbatasan hingga tahun 2019 adalah: (i)
pengembangan/peningkatan kualitas kawasan perbatasan, aspek kesejahteraan
masyarakat, lingkungan dan pertahanan keamanan; (ii) percepatan pengembangan kotakota utama perbatasan (PKSN).
Di sisi lain, dalam rencana pembangunan jangka panjang nasional 2004-2025, kebijakan
pengembangan kawasan perbatasan dilakukan dengan memperhatikan beberapa prinsip.
Pertama, pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan
peluang keunggulan sumberdaya darat dan laut di setiap wilayah, serta memeprhatikan
prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Kedua, pembangunan
wilayah perbatasan dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
keamanan dan pendekatan kesejahteraan. Ketiga, wilayah perbatasan dikembangkan
dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi
inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu
gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.
Dalam lima tahun kedepan, menurut rencana pembangunan jangka menengah nasional
2010-2014, pengembangan kawasan perbatasan merupakan bagian dari upaya
mendukung percepatan pembangunan wilayah. Adapun program-program yang dilakukan
yaitu menyelesaiakan pemetaan wilayah perbatasan RI dengan negara-negara tetangga
dan mengembangkan wilayah-wilayah perbatasan dengan mengutamakan kebijakan
pembangunan yang berorientasi ke luar sehingga menjadi pintu gerbang dalam hubungan
ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.
Dalam pengelolaan perbatasan, pemerintah juga menyusun suatu rencana induk untuk
memastikan prinsip-prinsip pengembangan wilayah Perbatasan Negara sesuai dengan
karakteristik fungsionalnya untuk mengejar ketertinggalan dari daerah di sekitarnya yang
lebih berkembang ataupun untuk mensinergikan dengan perkembangan negara tetangga.
Selain itu, kebijakan dan strategi ini nantinya juga ditujukan untuk menjaga atau
mengamankan wilayah Perbatasan Negara dari upaya-upaya eksploitasi sumberdaya
alam yang berlebihan, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang dilakukan
dengan dorongan kepentingan negara tetangga, sehingga kegiatan ekonomi dapat
dilakukan secara lebih selektif dan optimal.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mendorong pengembangan kawasan
perbatasan dalam kurun waktu lima tahun terakhir, baik dari sisi regulasi maupun
kegiatan pembangunan. Dari sisi regulasi, pada tahun 2005 pemerintah menerbitkan
Peraturan Presiden No 78 Tahun 2005 mengenai pengelolaan pulau-pulau kecil terdepan
(terluar) yang mengamanatkan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dalam aspek
keamanan, kesejahteraan, dan lingkungan. Pada tahun 2008 telah diterbitkan UU No 43
tentang Wilayah Negara, sebagai payung kebijakan bagi pengelolaan batas wilayah dan
kawasan perbatasan negara secara terpadu, yang salah satunya mengamanatkan
pembentukan badan pengelola perbatasan di tingkat nasional dan daerah.
Dalam UU no 43 tahun 2008 tentang wilayah negara, pengembangan batas wilayah dan
kawasan perbatasan mengatur beberapa hal pokok antara lain:
-

Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah dalam


pengelolaan batas wilayah dan kawasan negara. Dalam hal ini Pemerintah daerah
memiliki kewenangan besar dalam upaya pembangunan social dan ekonomi.

LAPORAN AKHIR

VI - 45

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Mengamanatkan pembentukan Badan Pengelola di tingkat pusat dan daerah yang


diberi tugas untuk mengelola batas wilayah dan kawasan perbatasan dalam hal: (1)
penetapan kebijakan dan program ; (2) penetapan rencan kebutuhan anggaran (3)
pengkoordinasian pelaksanaan; dan (4) pelaksanaan evaluasi dan pengawasan
dimana upaya untuk meningkatkan sinergitas pembangunan antar sektor dan antara
pusat daerah.

Perumusan keikutsertaan masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan wilayah


negara termasuk kawasan perbatasan. Dalam hal ini pelibatan peran serta
masyarakat dalam upaya pembangunan dan penciptaan keamanan.

Dalam pembangunan jangka menengah nasional 2010-2014, pengembangan kawasan


perbatasan merupakan bagian dari upaya mendukung percepatan pembangunan wilayah.
Adapun program-program yang dilakukan yaitu menyelesaiakan pemetaan wilayah
perbatasan RI dengan negara-negara tetangga, dan mengembangkan wilayah-wilayah
perbatasan dengan mengutamakan kebijakan pembangunan yang berorientasi ke luar
sehingga menjadi pintu gerbang dalam hubungan ekonomi dan perdagangan dengan
negara tetangga.
Bappenas (2011) menjelaskan bahwa Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional 2004-2009)
menetapkan arah dan pengembangan wilayah Perbatasan Negara sebagai salah satu
program prioritas pembangunan nasional.
Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan misi
pembangunan nasional, terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah,
pertahanan keamanan nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah
perbatasan. Paradigma baru, pengembangan wilayah-wilayah perbatasan adalah dengan
mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward
looking, menjadi outward looking sehingga wilayah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.
Pendekatan pembangunan wilayah Perbatasan Negara menggunakan pendekatan
kesejahteraan (prosperity approach) dengan tidak meninggalkan pendekatan keamanan
(security approach). Sedangkan program pengembangan wilayah perbatasan (RPJM
Nasional 2004-2009), bertujuan untuk: (a) menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui
penetapan hak kedaulatan NKRI yang dijamin oleh Hukum Internasional; (b)
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi,
sosial dan budaya serta keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untuk
berhubungan dengan negara tetangga. Disamping itu permasalahan perbatasan juga
dihadapkan pada permasalahan keamanan seperti separatisme dan maraknya kegiatankegiatan ilegal.
Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2005 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2006 (RKP 2006) telah pula menempatkan pembangunan wilayah perbatasan sebagai
prioritas pertama dalam mengurangi disparitas pembangunan antarwilayah, dengan
program-program antara lain : Percepatan pembangunan prasarana dan sarana di
wilayah perbatasan, pulau-pulau kecil terisolir melalui kegiatan : (i) pengarusutamaan
DAK untuk wilayah perbatasan, terkait dengan pendidikan, kesehatan, kelautan dan
perikanan, irigasi, dan transportasi, (ii) penerapan skema kewajiban layanan publik dan
keperintisan untuk transportasi dan kewajiban layanan untuk telekomunikasi serta listrik
pedesaan; Pengembangan ekonomi di wilayah Perbatasan Negara; Peningkatan
keamanan dan kelancaran lalu lintas orang dan barang di wilayah perbatasan, melalui
kegiatan : (i) penetapan garis batas negara dan garis batas administratif, (ii) peningkatan
penyediaan fasilitas kapabeanan, keimigrasian, karantina, komunikasi, informasi, dan

LAPORAN AKHIR

VI - 46

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

pertahanan di wilayah Perbatasan Negara (CIQS); Peningkatan kapasitas kelembagaan


pemerintah daerah yang secara adminstratif terletak di wilayah Perbatasan Negara.
Komitmen pemerintah melalui kedua produk hukum ini pada kenyataannya belum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang
saling terkait, mulai dari segi politik, hukum, kelembagaan, sumberdaya, koordinasi, dan
faktor lainnya.

4.4.

ANALISA POTENSI DAN INVESTASI KAWASAN STRATEGIS WILAYAH


PERBATASAN

Wilayah perbatasan antarnegara dengan Timor Leste di NTT merupakan wilayah


perbatasan antarnegara yang terbaru mengingat Timor Leste merupakan negara yang
baru terbentuk dan sebelumnya adalah salah satu Provinsi di Indonesia. Perbatasan
antarnegara di NTT terletak di 3 (tiga) kabupaten yaitu Belu, Kupang, dan Timor Leste
Utara (TTU). Perbatasan antarnegara di Belu terletak memanjang dari utara ke selatan
bagian pulau Timor, sedangkan Kabupaten Kupang dan TTU berbatasan dengan salah
satu wilayah Timor Leste, yaitu Oekussi, yang terpisah dan berada di tengah wilayah
Indonesia (enclave). Garis batas antarnegara di NTT ini terletak di 9 (sembilan)
kecamatan, yaitu 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Kupang, 3 (tiga) kecamatan di
Kabupaten TTU, dan 5 (lima) kecamatan di Kabupaten Belu.
Pintu perbatasan di NTT terdapat di beberapa kecamatan yang berada di tiga kabupaten
tersebut, namun pintu perbatasan yang relatif lengkap dan sering digunakan sebagai
akses lintas batas adalah di Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu. Fasilitas
perbatasan yang ada seperti CIQS, sudah cukup lengkap walaupun masih darurat, seperti
kantor kantor bea cukai yang belum dilengkapi dengan alat detektor/scan bagi barang
yang masuk dan keluar NTT, kantor imigrasi yang masih sangat sederhana, karantina
hewan dan tumbuhan, serta pos keamanan yang juga masih sederhana.
Prasarana pasar di perbatasan yang terletak di dekat pintu perbatasan rusak berat akibat
perusakan oleh sekelompok orang dalam insiden yang terjadi pada tahun 2003, sehingga
dipindahkan ke tempat lain dan saat ini masih dalam kondisi darurat, sedangkan sarana
dan prasarana lain seperti sekolah dan pusat kesehatan masyarakat telah tersedia walau
dalam kondisi yang belum baik.
Fasilitas-fasilitas sosial yang telah ada dibangun oleh pemerintah pusat dan daerah untuk
kebutuhan para pengungsi. Sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke
pintu perbatasan Timor Leste cukup baik, sehingga akses kedua pihak untuk saling
berkunjung relatif mudah dan cepat. Kondisi jalan dari Atambua, Ibukota Belu, menuju
pintu perbatasan cukup baik kualitasnya, sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam
waktu satu setengah jam. Hal ini dapat dimengerti karena kedua daerah NTT dan Timor
Leste sebelumnya merupakan dua Provinsi yang bertetangga, sedangkan hubungan
udara telah dipenuhi oleh maskapai penerbangan Merpati yang memiliki penerbangan
regular dari Bali ke Dili. Kegiatan perdagangan lintas batas yang terjadi sebagian besar
adalah perdagangan kebutuhan alat-alat rumah tangga dan bahan makanan lainnya yang
tersedia di kawasan perdagangan atau di Atambua, ibukota kabupaten Belu. Kegiatan
lintas batas lainnya adalah kunjungan kekerabatan antar keluarga karena banyaknya
masyarakat eks pengungsi Timor Leste yang masih tinggal di wilayah Atambua,
sedangkan warga Indonesia lainnya yang berkunjung ke Timor Leste adalah dalam
rangka melakukan kegiatan perdagangan bahan makanan dan komoditi lainnya yang
dibutuhkan oleh masyarakat Timor Leste.

LAPORAN AKHIR

VI - 47

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kegiatan lintas batas yang sering terjadi adalah lintas batas tradisional melalui jalan
masuk yang dahulu pernah digunakan sebagai jalan biasa sewaktu Timor Leste masih
menjadi salah satu Provinsi Indonesia, seperti yang ada di perbatasan antara Kabupaten
TTU (Provinsi NTT) dan Oekussi (Timor Leste). Untuk memfasilitasi warganya di Oekussi
mengunjungi wilayah Timor Leste lainnya, Pemerintah Timor Leste mengusulkan adanya
ijin bagi warga Oekussi untuk menggunakan prasarana jalan dari Oekussi ke wilayah
utama Timor Leste. Namun usulan ini masih belum ditanggapi oleh pihak Republik
Indonesia Potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayah perbatasan NTT pada
umumnya tidak terlalu besar, mengingat kondisi lahan di sepanjang perbatasan tergolong
kurang baik bagi pengembangan pertanian, sedangkan hutan di sepanjang perbatasan
bukan merupakan hutan produksi atau konversi serta hutan lindung atau taman nasional
yang perlu dilindungi.
Kondisi masyarakat di sepanjang perbatasan umumnya miskin dengan tingkat
kesejahteraan yang rendah dan tinggal di wilayah terisolir. Sumber mata pencaharian
utama masyarakat di wilayah perbatasan adalah kegiatan pertanian lahan kering yang
sangat tergantung pada hujan. Kondisi masyarakat di wilayah Indonesia ini saat ini pada
umumnya bahkan masih relatif lebih baik dari masyarakat Timor Leste yang tinggal di
sekitar perbatasan. Dengan demikian, wilayah perbatasan di NTT khususnya di lima
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Timor Leste maupun daerah NTT secara
keseluruhan perlu diperhatikan secara khusus karena dikhawatirkan akan terjadi
kesenjangan yang cukup tajam antara masyarakat NTT di perbatasan dengan
masyarakat Timor Leste, khususnya penduduk Belu yang sebagian besar masih miskin.
4.4.1. Potensi Pengembangan Investasi di Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara
Timur
Kawasan perbatasan di Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di Kabupaten Kupang, Alor,
Belu dan Timor Tengah Utara dengan Negara Timor Leste serta Rote Ndao yang
berbatasan dengan Negara Australia serta terdapat 5 kabupaten prioritas di kawasan
perbatasan, 5 pulau terluar dimana 2 diantaranya rawan dari sisi HANKAM (Pulau Batek
dan Pulau Dana). Potensi sumber daya alam yang tersedia dikawasan perbatasan NTT
pada umumnya tidak terlalu besar, mengingat kondisi lahan di sepanjang perbatasan
tergolong kurang baik bagi pengembangan pertanian. Sedangkan hutan di sepanjang
perbatasan bukan merupakan hutan produksi atau konversi serta hutan lindung atau
taman nasional yang perlu dilindungi.
Potensi unggulan sektoral di NTT yang berpeluang untuk dikembangkan dan
mendapatkan investasi lebih difokuskan dan diarahkan pada sector:
1. Sektor pertanian tanaman pangan dengan konsentrasi untuk tanaman jagung untuk
bahan baku tanaman ternak.
2. Sector kelautan dengan konsenterasi pada cabang usaha budidaya rumput laut.
3. Sector peternakan dengan konsentrasi pada cabang usaha
-

Pembesaran ternak ruminansia besar dan sedang seperti sapi, kerbau dan kuda;

Pemuliaan ternak seperti sapi unggulan lokal dan impor;

4. Sektor indutsri dengan konsenterasi pada cabang usaha industry pembuatan pakan
ternak.

LAPORAN AKHIR

VI - 48

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

V.
K
KO
ON
NS
SE
EP
PD
DA
AN
NA
AR
RA
AH
HA
AN
NP
PO
OLLA
AR
RU
UA
AN
NG
GK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
N
S
T
R
A
T
E
G
I
S
W
I
L
A
Y
A
H
P
E
R
B
A
T
A
S
A
N
STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Dalam Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kajian Kawasan Strategis Wilayah


perbatasan, mempunyai fungsi sebagai berikut :
-

Untuk mewadahi pola ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana
pola ruang RTRW provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota;

Sebagai alokasi ruang untuk kawasan budi daya bagi berbagai kegiatan strategis
untuk pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, pertahanan dan keamanan,
serta kawasan lindung bagi pelestarian lingkungan dalam Kawasan Strategis Provinsi;

Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;

Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun; dan

Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang skala besar, sedang dan
kecil oleh pemerintah daerah provinsi.

Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah provinsi yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah provinsi bersangkutan; dan

Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi.

5.1.

RENCANA DAN ARAHAN POLA RUANG KAWASAN STRATEGIS WILAYAH


PERBATASAN

5.1.1. INTEGRASI

POLA RUANG WILAYAH PERBATASAN PULAU NDANA

KABUPATEN ROTE NDAO


A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rote
Ndao
Kebijakan pola ruang di wilayah kabupaten mencakup kawasan lindung dan
kawasan budidaya, dimana kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan
lindung tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya dan kawasan budidaya akan
dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimum.
Kebijakan 1 :
Pemantapan pelestarian dan perlindungan kawasan lindung untuk meningkatkan kualitas
lingkungan, sumberdaya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan resiko dan
mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efek pemanasan global yang berprinsip
partisipasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan
edukasi;

LAPORAN AKHIR

VI - 49

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Strategi :
1. Memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian hutan
untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup;
2. Meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan di bawahnya berupa
kawasan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan;
3. Memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam,
rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup serta penetapan kawasan lindung spiritual;
4. Memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam, pelestarian
alam, dan cagar budaya;
5. Menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan pengawasan
kegiatan perusakan lingkungan terutama pada kawasan yang berpotensi
menimbulkan bencana alam, serta pengendalian untuk kegiatan manusia secara
langsung;:
6. Memantapkan wilayah kawasan lindung geologi yang terdiri dari cagar alam geologi,
kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah disertai dengan pemantapan zonasi di kawasan dan wilayah
sekitarnya serta pemantapan pengelolaan kawasan secara partisipatif; dan
7. Memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha pelestarian alam.
Kebijakan 2 :
Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem agropolitan
serta minapolitan berbasis perikanan dan ekowisata dan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Strategi:
1. Mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan produktivitas lahan
dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;
2. Menetapkan dan pengembangan kawasan hutan rakyat
penyediaan hutan oleh rakyat;

dalam mendukung

3. Mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan nasional


dan mengembangkan komoditas-komoditas unggul hortikultura di setiap wilayah;
4. Mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah, yang
didukung dengan upaya pengolahan hasil perkebunan dengan teknologi tepat guna
serta peningkatan partisipasi masyarakat;
5. Meningkatkan produk dan nilai tambah perikanan baik ikan tangkap dan budidaya
melalui sentra pengolah hasil ikan;
6. Mengembangkan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang ramah
lingkungan;
7. Meningkatkan pengembangan pariwisata berbasis ekowisata dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan, pelestarian budaya leluhur dan melibatkan
peran serta masyarakat; dan
8. Meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan permukiman
perdesaan.
Kebijakan 3 :
Pengembangan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di Kabupaten Rote Ndao
sebagai kawasan perikanan, kawasan wisata dan sebagai kawasan suaka margasatwa.

LAPORAN AKHIR

VI - 50

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Strategi :
1.

Menentukan zoning tata ruang di dalam kawasan pesisir dan laut yang potensial
untuk dikembangkan;

2.

Melestarikan pada kawasan penunjang ekosistem pesisir baik sebagai kawasan


hutan mangrove, terumbu karang, sea grass, dan estuaria sebagai satu kesatuan
ekosistem yang terpadu di bagian darat maupun laut;
Memantapkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam
mengembangkan dan memelihara ekosistem pesisir;

3.
4.

Meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan


terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan yang
ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan; dan

5.

Mengembangkan kegiatan pariwisata, penelitian dan potensi perikanan dengan tidak


mengganggu fungsi lindung.

Kebijakan 4 :
Mempertahankan fungsi dan peran kawasan pertahanan dan keamanan di Rote Barat
Daya dan Pulau Ndana, Kabupaten Rote Ndao
Strategi :
1. Mendukung penetapan kawasan strategis Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan
dan Keamanan;
2. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukkannya;
3. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan yang mempunyai fungsi khusus pertahanan dan kemanan sebagai
zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan budidaya terbangun;
4. Menetapkan jarak bebas aman kawasan khusus militer dengan guna lahan lainnya
terutama permukiman;
5. Memberikan hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah berdasarkan
kerjasama, harus sesuai ketentuan yang disepakati sehingga menguntungkan kedua
belah pihak;
6. Mengendalikan kawasan sekitar kawasan militer secara ketat; dan
7. Menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
B. Rencana Pola Ruang
B.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai
sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.
Penetapan kawasan lindung di Kabupaten Rote Ndao pada dasarnya merupakan
penetapan fungsi kawasan agar wilayah yang seharusnya dilindungi dan memiliki fungsi
perlindungan dapat dipertahankan, untuk mempertahankan ekosistem sebagai kawasan
perlindungan sekitarnya. Kawasan yang menjadi kawasan lindung adalah :
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan perlindungan bawahannya, meliputi : kawasan resapan air dan kawasan
bergambut.

LAPORAN AKHIR

VI - 51

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

3. Kawasan perlindungan setempat, yang meliputi : kawasan sekitar mata air, sempadan
sungai, sekitar waduk/telaga, kawasan sekitar rawa dan sempadan sungai.
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi : kawasan suaka
alam, suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan margasatwa laut,
cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan
taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam
laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
5. Kawasan Rawan Bencana Alam.
Kawasan Hutan Lindung
Hasil inventarisasi dari dinas perhutani, Kawasan hutan lindung di Kabupaten Rote
Ndao yaitu seluas 9469.25 ha atau 7.39 % dari luas Kabupaten Rote Ndao yaitu yang
terdiri dari luas daratan 1.280,10 km2 dan luas lautan 2.376 km2, dimana lokasi hutan
lindung menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Rote Ndao yang diharapkan dapat
meningkatkan fungsi serapan air. Persebaran terbesar antara lain pada Kecamatan
Rote Timur, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Pantai
Baru.
Berbagai kerusakan telah terjadi pada hutan lindung di wilayah-wilayah tersebut
berupa :
Alih fungsi hutan lindung menjadi kawasan pertanian.
Sebagian besar areal kawasan telah mengalami degradasi, akibat penebangan
yang tidak terkontrol, dan usaha reboisasi yang belum berhasil dengan baik.
Akibatnya pada tahun 2010 luas lahan dalam kawasan hutan di Kabupaten Rote
Ndao yang termasuk ke dalam kategori kritis adalah 33443 ha.

Kawasan Perlindungan Bawahnya


Kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahnya ditetapkan sebagai berikut :

Pelarangan atau pencegahan


mengganggu fungsi lindung.

Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada dengan pembatasan


perkembangan serta pengembalian fungsi lindungnya.

Pengendalian terhadap kegiatan eksplorasi dan eksploitasi mineral serta air


tanah dengan memperhatikan fungsi lindung kawasan sekitarnya, serta upayaupaya rehabilitasi bekas kawasan penambangan.

Pelarangan dan pencegahan terhadap pola penambangan terbuka pada


kawasan hutan lindung.

Pengembalian fungsi hidrologi kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan.

kegiatan

budidaya,

kecuali

yang

tidak

Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat yang ada di Kabupaten Rote Ndao terdiri dari
kawasan sempadan pantai dan kawasan sempadan sungai.

LAPORAN AKHIR

VI - 52

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya


Kawasan Suaka Margasatwa
Berdasarkan penetapan kawasan suaka alam maka di Kabupaten Rote Ndao memiliki
kawasan suaka alam dan suaka margasatwa. Sedangkan pengertiannya:
Suaka alam yaitu: kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi perkembangannya yang berlangsung secara alami.
Suaka margasatwa yaitu: kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan
hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Untuk Kabupaten Rote Ndao, kawasan suaka margasatwa, yaitu suaka
margasatwa Pulau Ndana yang merupakan habitat rusa sebagai salah satu hewan
endemik di wilayah perencanaan. Kawasan tersebut memiliki kriteria sebagai
berikut:
Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari
suatu jenis satwa yang dilakukan upaya konservasi
Keanekaragaman, populasi satwa yang tinggi.
Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu
Kawasan ini mempunyai luas 434,95 ha sebagai habitat jenis satwa yang
bersangkutan. Suaka Margasatwa di Kabupaten Rote Ndao di Pulau Ndana
dengan fungsi utama sebagai daerah pelestarian untuk fauna jenis Rusa. Adapun
arahan pengembangannya adalah sebagai berikut:
1. Program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan memberikan
pemahaman tentang pentingnya hutan selain mempunyai fungsi ekologis juga
secara tidak langsung memiliki nilai ekonomis.
2. Melestarikan ekosistem yang masih berkembang, antara lain fauna yang ada di
dalam kawasan ini yaitu Rusa (Cevus timorensis),
3. Rencana pengembangan di area ini adalah memperketat patroli untuk
menghindari adanya penebangan pohon liar serta membatasi merambahnya
kawasan budidaya ke kawasan lindung.
4. Melakukan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan kawasan tersebut,
terutama dalam melakukan pengawasan terhadap ancaman berkurangnya
lahan kawasan lindung.
Kawasan Suaka Alam Laut
Kawasan suaka alam laut yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan flora
fauna dan ekosistem tertentu yang perlu dilindungi perkembangannya yang
berlangsung secara alami.
Potensi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Rote Ndao memiliki 102 buah pulau
kecil, terdiri dari 96 buah pulau tidak berpenghuni dan 6 buah pulau berpenghuni.
Disamping itu memiliki kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi
mangrove 1.232 Ha, padang lamun 1.429,6 Ha dan termasuk dalam Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas 2.953.964,37 Ha,
dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu ditetapkan sebagai
kawasan suaka alam laut.

LAPORAN AKHIR

VI - 53

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kawasan Pantai Berhutan Bakau


lindung untuk perairan laut adalah melindungi keberadaan hutan bakau dan
keberadaannya harus dilibatkan dengan reboisasi serta di sekitar pantai yang terdapat
budi daya perlu adanya penanaman mangrove untuk perlindungan budi daya air tawar
dan air payau. Luas kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Rote Ndao sebesar
7.157,23 Ha yang tersebar di seluruh wilayah pesisir Kecamatan di Kabupaten Rote
Ndao.
Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Taman wisata alam yaitu kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan
atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata, dan rekreasi. Rencana pengelolaan kawasan taman wisata alam.
Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil
budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil
budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Rote Ndao sekaligus merupakan kawasan
dengan fungsi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kawasan pelestarian cagar budaya
berupa rumah adat raja terdapat di Desa Oebafok, Kecamatan Rote Barat Daya.
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi :
a. rumah raja Rote di Kelurahan Namodale, Kecamatan Lobalain;
b. rumah raja Thie di Desa Oebaffok, Kecamatan Rote Barat Daya; dan
c. Wisata rohani di Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya.
Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan bencana alam merupakan kawasan yang diindikasikan sebagai kawasan
yang sering terjadi bencana, baik bencana letusan gunung, longsor, banjir dan
gelombang tsunami sehingga dapat berakibat rusaknya lingkungan secara
menyeluruh. Dengan demikian harus melakukan antisipasi terhadap bencana yang
setiap saat dapat terjadi, maka diperlukan pembentukan suatu tatanan baik upaya
deteksi gempa, melestarikan kawasan lindung dan kegiatan penanggulangan
bencana secara dini.
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Rote Ndao antara lain adalah kawasan
rawan tanah longsor, kawasan rawan Gelombang Pasang dan kawasan rawan banjir
serta rawan kekeringan sebagai berikut:

- Kawasan Rawan Tanah Longsor


Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk
lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.
Kawasan-kawasan yang merupakan kawasan rawan bencana tanah longsor,
adalah:

LAPORAN AKHIR

VI - 54

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kecamatan Lobalain

Kecamatan Rote Timur

- Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Kawasan Banjir


1. Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Wilayah pantai dan pesisir sepanjang Kecamatan Rote Timur, Kecamatan Rote
Barat Daya, Kecamatan Rote Barat dan Kecamatan Pantai Baru merupakan
kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi pantai.
2. Kawasan Rawan Banjir
Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Rote Ndao, meliputi: Kecamatan
Rote Timur, Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Rote Tengah.
Terhadap kawasan yang dimaksud diatas perlu dilakukan penangananpenanganan perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Penyiapan kawasan aman sebagai tempat pengungsian dan evakuasi warga
Normalisasi prasarana drainase sebagai pengendali banjir.
Melakukan eliminasi terhadap faktor-faktor yang menghalangi pengaliran air
permukaan.
Berdasarkan kerawanan terhadap banjir diatas, maka guna mengantisipasi
bahaya banjir dan genangan periodik ditetapkannya rencana pengelolaan pada
kawasan rawan banjir tersebut, diantaranya:
Pelestarian dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai secara lintas wilayah;
Pembuatan tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas pada
kawasan dataran dan rawan banjir;
Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta
Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase
dengan wilayah lain.
Upaya pencegahan banjir dilakukan dengan tiga cara yakni:
Melestarikan kawasan lindung dan kawasan hulu sungai
Pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan perkotaan dan perdesaan,
kawasan pertanian yang dilengkapi dengan embung, bendung maupun cek
dam, pembuatan bendungan baru, dan
Membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada jaringan
primer, sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi irigasi untuk
drainase.

- Kawasan Rawan Alam Geologi (Kawasan Rawan Gempa Bumi)


Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan
antarlempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan bauan.
Kekuatan gempabumi akibat aktivitas gunungapi dan runtuhan batuan relatif kecil,
sehingga pembahasan mengenai potensi bahaya gempabumi difokuskan pada
pembahasan pada gempabumi akibat tumbukan antar lempeng bumi dan patahan
aktif.

LAPORAN AKHIR

VI - 55

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Berdasarkan peta wilayah kerawanan gempabumi tersebut, maka secara umum


Kabupaten Rote Ndao dikategorikan sebagai daerah dengan tingkat kerawanan
gempabumi rendah.
Hal penting untuk diwaspadai dari terjadinya bahaya gempa bumi tektonik di
Kepulauan Rote adalah bahaya ikutan (collateral hazards). Berdasarkan catatan
sejarah gempa bumi merusak, maka beberapa bahaya ikutan yang mungkin
mengikuti kejadian gempa bumi dan perlu diwaspadai meliputi Tsunami, Tanah
longsor dan Pelulukan (likuifaksi)
Kawasan Lindung Lainnya (Taman Buru)
Penetapan taman buru di Kabupaten Rote Ndao adalah Pulau Ndana yang
merupakan Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Ndana
dengan negara Australia) sekaligus sebagai bagian dari Pengembangan Pengelolaan
Kawasan Taman Buru Nasional dengan luas Pulau Ndana sebesar 1,562.50 Ha.
Adapun kriteria taman buru adalah :
1.

Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara
alamiah maupun buatan manusia;

2.
3.

Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat
pusat-pusat permukiman penduduk;
Mengandung satwa baru yang dapat dikembangbiakkan sehingga memungkinkan
perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga dan
kelestarian satwa;

4.

Mempunyai luas yang cukup dan lapangan yang tidak membahayakan.

B.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya terdiri dari:
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan berupa kayu dan non kayu (Rimba, Campuran, Kayu Jati,
Kayu Kula, Kayu Merah, Kayu Cendana, Kayu Mahoni, Tuak/Kelap dan hasil hutan
lainnya).
Kawasan hutan produksi juga memiliki fungsi perlindungan sebagai daerah resapan
air, berarti bahwa kawasan ini tidak boleh dialih fungsikan untuk kegiatan lain, dan
harus dikendalikan secara ketat. Hutan produksi di Kabupaten Rote Ndao seluas 3686
ha atau 2.88% dari total luas Kabupaten Rote Ndao, terdapat di Kecamatan Barat Laut,
Kecamatan Lobalain, Kecamatan Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, dan
Kecamatan Pantai Baru.
Peruntukan Hutan Produksi Terbatas
Hutan produksi terbatas, ciri-ciri pokok kawasan hutan tetap terpelihara, pengolahan
hutan ini perlu mengindahkan prinsip-prinsip kelestariannya. Artinya kawasan hutan

LAPORAN AKHIR

VI - 56

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

produksi terbatas tidak boleh dilakukan alih fungsi penggunaannya, ini disebabkan
hutan produksi terbatas di dasarkan atas kondisi fisik lahan yang masuk dalam
kategori kawasan konservasi.
Peruntukan Hutan Produksi Tetap
Hutan produksi tetap pada dasarnya hasil hutan dapat dikelola seoptimal mungkin,
tetapi tetap memberlakukan prinsip dasarnya yakni apa yang diambil dari alam harus
diganti dengan hal yang serupa kepada alam sehingga pengambilan hasil hutan harus
dilaksanakan secara bergilir dan dilakukan penanaman kembali sebagai bagian dari
upaya pelestarian sekaligus mempertahankan kualitas alam.
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan kriteria kawasan yang dapat
diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Hutan
rakyat seringkali dibangun dalam bentuk campuran antara tanaman-tanaman
kehutanan dengan tanaman pertanian jangka pendek.

Tabel 5.1
Luasan Hutan Rakyat pada Masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao
NO
1
2
3
4
5
6
7
8

KECAMATAN

LUAS (Ha)

Rote Barat Daya


Rote Barat
Rote Barat Laut
Lobalain
Rote Tengah
Rote Selatan
Pantai Baru
Rote Timur

TOTAL LUAS

1580
1467
3356.6
453.5
0
0
1291
1113
9261.1

Sumber : Hasil Rencana RTRW Rote Ndao


Kawasan Peruntukan Pertanian
Lahan pertanian di Kabupaten Rote Ndao meliputi persawahan dan pertanian tanah
kering, perbedaan mendasar dari keduanya adalah persawahan sepanjang tahun
dapat ditanami padi karena cukup air, baik dari irigasi teknis maupun irigasi sederhana.
Sedangkan pertanian tanaman kering saat musim hujan ditanami padi dan saat
kemarau ditanami padi gogo atau palawija, seperti: kacang hijau, kedelai, kacang
tanah, ubi kayu. Termasuk dalam pertanian tanaman kering adalah peruntukan
tegalan, kebun campur, dan lahan pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi.
Kawasan Peruntukan Lahan Basah
Pertanian lahan basah adalah lahan yang sepanjang tahun dapat ditanami padi karena
cukup air yang bersumber dari air irigasi. Luas sawah irigasi di Kabupaten Rote Ndao

LAPORAN AKHIR

VI - 57

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

sebesar 3672 Ha atau 3,11% dari luas total Kabupaten Rote Ndao. Kawasan
persawahan menyebar dari hulu hingga hilir di Kabupaten Rote Ndao namun dominan
terdapat di Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote Tengah, Pantai Baru
dan Rote Timur.
Kawasan Pertanian Lahan Kering
Pertanian lahan kering adalah lahan yang ketika musim hujan ditanami padi dan saat
musim kemarau ditanami padi gogo atau palawija seperti kacang hijau, kedelai, kacang
tanah, ubi kayu. Termasuk dalam pertanian lahan kering adalah peruntukan tegalan,
pekarangan, ladang dan lahan pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi atau
sawah tadah hujan. Luas lahan pertanian berupa pertanian tanah kering di Kabupaten
Rote Ndao sebesar 23851 Ha atau sebesar 18.63% dari luas total Kabupaten Rote
Ndao.
Kawasan Peruntukan Perkebunan
Luas kawasan perkebunan di Kabupaten Rote Ndao adalah 23757.75 Ha atau sekitar
18.56% dari total luas wilayah Kabupaten Rote Ndao. Komoditi perkebunan utamanya
adalah Kelapa, Kapuk, Jambu Mete dan Lontar.

Kawasan Peruntukan Perikanan


Kawasan Perikanan di Kabupaten Rote Ndao terdapat beberapa tipe.
Tabel 5.2
Potensi Perikanan Kabupaten Rote Ndao
No
1

Potensi
Pengembangan
Perikanan Budidaya

Komoditas Unggulan
Budidaya Rumput Laut
Budidaya Kerapu
Budidaya Tambak

Perikanan Tangkap

Industri Perikanan

Pariwisata Bahari

Industri Garam

Budidya Mutiara
Pelagis Besar
Demersal
Pelagis kecil
Pelabuhan Perikanan
Pembekuan ikan
semi caragenan dan
tepung rumput laut
pengolahan ikan
tradisional
Pariwisata Pantai
taman laut/terumbu karang
Sport fishing
Tambak garam

Pengolahan garam
beryodium

Pusat kegiatan
semua wilayah Pesisir
Londalusi,Daiama,Bolatena, Tesabela,Tungganamo,Kioen,
oebou,daudolu,oelua,boni,tolama, oeseli
Londalusi,sotimori,daiama, serubeba,tungganamo,tesabela,
kioen,onatali,baadale,namadale, daudolu,netenain,oelua,batutua,
oetefu, dolasin,oelasin,
daiama,oebou,pulau dengka
semua wilayah Pesisir
semua wilayah Pesisir
semua wilayah Pesisir
metina,londalusi
metina
metina
londalusi,metina,namodale, tesabela,metina,namodale,oelua,
daudolu,batutua,ndao,nuse
daiama,boa,nemberala,sedioen, oenggaut,leli
ndao,nuse,leli,edalode,nusakdale, sonimanu,batulilok
semua wilayah Pesisir
Londalusi,sotimori,daiama, serubeba,tungganamo,tesabela,
kioen,onatali,baadale,namadale, daudolu,netenain,oelua,batutua,
oetefu,dolasin,oelasin,
Tesabela, namodale, metina

Sumber : RTRW Kabupaten Rote Ndao

LAPORAN AKHIR

VI - 58

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kawasan Peruntukan Pertambangan


Sesuai dengan Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, menyebutkan
rencana kawasan peruntukan pertambangan meliputi: peruntukan mineral dan
batubara, peruntukan minyak dan gas bumi, peruntukan air tanah di kawasan
pertambangan.

Kawasan Peruntukan Industri


Tipe-tipe industri yang ada di Kabupaten Rote Ndao berupa sentra industri kecil dan
rumah tangga pengolahan produk pertanian dan pertambangan. Saat ini jumlah
industri kecil dan rumah tangga berjumlah 667 unit. Jenis industri yang berkembang
meliputi Makanan, Minuman dan Tembakau, industri Tekstil, Pakaian dan Kulit, industri
Kayu Bambu, Rotan, Rumput dan Sejenisnya termasuk Perabot Rumah Tangga,
industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Penerbitan, industri Barang
Galian Bukan Logam Kecuali Minyak Bumi dan Batubara, serta industri Barang Dari
Logam, Mesin dan Peralatan.

Kawasan Peruntukan Pariwisata


Kabupaten Rote Ndao merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pariwisata
sebagai salah satu alternatif daerah tujuan wisata unggulkan di Nusa Tenggara Timur
maupun Nasional, karena keanekaragaman obyek wisata yang dimilikinya dengan visi
pengembangan kepariwisataan Kabupaten Rote Ndao adalah Branding
Kepariwisataan Daerah adalah Menjadikan Rote Ndao Mutiara selatan Indonesia
dan Asia.
Kawasan Peruntukan Permukiman
Di Kabupaten Rote Ndao penggunaan lahan untuk pengembangan kawasan
permukiman dibedakan atas dua jenis, yaitu kawasan permukiman perkotaan dan
kawasan permukiman pesisir.
Kawasan Peruntukan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil
Dewasa ini pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut dalam rangka pengembangan
ekonomi nasional telah menempatkan wilayah ini pada posisi yang sangat strategis.
Kebutuhan sumber daya pesisir dan laut dalam negeri meningkat sejalan dengan
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk sehingga mengakibatkan tekanan terhadap
ruang pesisir semakin besar. Berbagai pembangunan sektoral, regional, swasta dan
masyarakat yang memanfaatkan kawasan pesisir seperti sumberdaya perikanan, lokasi
resort, wisata, pertambangan lepas pantai, pelabuhan laut, industri dan reklamasi kota
pantai serta pangkalan militer. Ditambah lagi dengan adanya salah tafsir tentang persepsi
otonomi daerah, dengan anggapan bahwa otonomi daerah sematamata berorientasi
pada upaya peningkatan PAD. Hal ini menimbulkan persoalan pembangunan wilayah
darat dan wilayah laut, khususnya kawasan pesisir perlu perencanaan dan pengendalian
kelestarian ekosistem. Bila dilihat kondisi yang ada banyak terjadi penyimpangan
pemanfaatan tetapi banyak juga sumberdaya potensial yang belum dioptimalkan dan
sebagian lagi bahkan belum dimanfaatkan.
Kompetisi dan tumpang tindih pengelolaan antara pihak-pihak yang berkepentingan telah
memicu konflik pemanfaatan ruang dan konflik kewenangan. Hal ini masih ditambah lagi

LAPORAN AKHIR

VI - 59

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

dengan belum adanya pemanfaatan ruang laut dan pesisir yang mengalokasikan ruang
laut untuk kegiatan yang saling mendukung dan memisahkannya dari kegiatan yang bisa
merusak. Oleh sebab itu perlu diupayakan adanya suatu perencanaan/penataan ruang
wilayah pesisir dan laut yang bersifat terpadu dan berkelanjutan.
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan memiliki wilayah daratan dan wilayah laut
sejauh 12 (dua belas mil laut), diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah kewenangan provinsi untuk
kabupaten/kota. Kewenangan daerah terhadap sumberdaya pesisir dan lautan meliputi
kewenangan dalam:
Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut.
Pengaturan kepentingan administratif.
Pengaturan tata ruang.
Penegakan hukum yang menjadi wewenangnya.
Pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dari pulau
induknya (mainland) dan memiliki batas yang pasti, terisolasi dari habitat lain, sehingga
mempunyai sifat insuler. Keterisolasian suatu pulau akan menambah keanekaragaman
organisme yang hidup dan dapat membentuk kehidupan yang unik di pulau tersebut.
Potensi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Rote Ndao memiliki 102 buah pulau
kecil, terdiri dari 96 buah pulau tidak berpenghuni dan 6 buah pulau berpenghuni.
Disamping itu memiliki kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi
mangrove 1.232 Ha, padang lamun 1.429,6 Ha dan termasuk dalam Kawasan Konservasi
Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas 2.953.964,37 Ha.
Pulau-pulau kecil pada umumnya memiliki potensi sumberdaya alam daratan (terestrial)
yang sangat terbatas, tetapi sebaliknya memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup
besar, dimana potesi perikanan di pulau-pulau kecil didukung oleh adanya ekosistem
seperti terumbu karang, padang lamun (seagras) dan mangrove yang perlu dilestarikan.
Maka arahan pelestarian ekosistem kelautan adalah sebagai berikut:

Hutan Mangrove/Bakau
Menjaga kelangsungan pola-pola alamiah, skema aktivitas siklus pasang surut serta
limpasan air tawar. Untuk struktur pesisir dan pola pengembangan yang berpotensi
mengubah pola-pola alami tersebut, harus didesign untuk menjamin bahwa pola tersebut
tetap terpelihara dengan cara:
Memelihara pola-pola temporal dan spasial alami dari salinitas air permukaan dan
air tanah. Pengurangan air tawar akibat perubahan aliran, pengambilan atau
pemompaan air tanah seharusnya tidak dilakukan apabila menganggu
keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir.
Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan
sedimentasi.
Menjaga batas maksimum untuk seluruh hasil panen yang dapat diproduksi.
Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena tumpukan minyak dan bahan
beracun lainnya harus memiliki rencana-rencana penanggulangan.
Mengembangkan ekosistem hutan mangrove terjadi mekanisme hubungan antara
ekosistem mangrove dengan jenis-jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun
dan terumbu karang.

LAPORAN AKHIR

VI - 60

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Pengembangan sistem perakaran yang kokoh ekosistem hutan mangrove


mempunyai kemampuan meredam gelombang, menahan lumpur dan melindungi
pantai dari abrasi, gelombang pasang dan taufan.
Peningkatan budidaya sebagai penghasil bahan organik yang merupakan mata
rantai utama dalam jaring-jaring makanan di ekosistem pesisir, serasah mangrove
yang gugur dan jatuh ke dalam air akan menjadi substrat yang baik bagi bakteri
dan sekaligus berfungsi membantu proses pembentukan daun-daun tersebut
menjadi detritus.
Padang Lamun
Pelestarian zona atau kawasan padang lamun dilakukan dengan cara:
Upaya penegakan hukum yang berlaku bagi pengrusak lingkungan.
Pengembangan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan khususnya
penangkapan ikan di daerah padang lamun.
Perlu adanya pengembangan teknologi penangkapan di lepas pantai, sehingga
intensitas penangkapan ikan di perairan pantai (khususnya di daerah padang
lamun) bisa dikurangi.
Upaya penyadaran kepada masyarakat pengguna, tentang peranan pentingnya
padang lamun bagi kelestarian lingkungan serta dampaknya apabila area tersebut
rusak.
Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan tempat berkumpulnya komunitas ikan dengan
berbagai macam ekosistem, maka diperlukan pelestarian dengan cara:
Upaya penegakan hukum yang berlaku bagi pengrusak lingkungan.
Pengembangan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan khususnya
penangkapan ikan di daerah terumbu karang.
Pengembangan budidaya laut, seperti mutiara dan rumput laut di sekitar karang
sehingga secara tidak langsung terumbu karang bisa terjaga.
Perlu adanya pengembangan teknologi penangkapan di lepas pantai sehingga
intensitas penangkapan ikan di perairan pantai (khususnya di karang) bisa
dikurangi.
Upaya sosialisasi kepada masyarakat pengguna tentang peranan pentingnya
terumbu karang bagi kelestarian lingkungan serta dampaknya apabila terumbu
karang rusak.

C. Penetapan Kawasan Strategis


Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, dijelaskan bahwa kawasan
strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi,
sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Berlandaskan definisi diatas berikut akan ditetapkan
kawasan strategis di Kabupaten Rote Ndao.

LAPORAN AKHIR

VI - 61

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

C.1. Kawasan Strategis Pertahanan dan Keamanan


Kawasan strategis pertahanan dan keamanan yang ada di Kabupaten Rote Ndao adalah
berupa kawasan militer sebagai pangkalan angkatan laut di Pulau Ndana, yang
pengelolaannya tidak berada di bawah kewenangan Kabupaten Rote Ndao.
Selanjutnya dalam pola ruang wilayah Kabupaten Rote Ndao, kawasan ini juga dapat
disebut sebagai kawasan khusus, karena memiliki karakter dan perlakuan bersifat
khusus/spesifik. Sifat khusus tersebut terkait dengan adanya kebutuhan untuk menjaga
kerahasiaan sebagian informasi untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
C.2. Kawasan Strategis Untuk Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi dan Kawasan
Kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi dan kawasan di Kabupaten
Rote Ndao adalah sebagai berikut:
1. Kawasan Agropolitan berbasis pertanian pada Rote Barat Daya, Kawasan Mamaluk
Kecamatan Rote Timur;
2. Kawasan Minapolitan dan budidaya perikanan di Rote Barat Daya dan Rote Timur
3. Pelabuhan Udara D.C. Saudale, sebagai sarana transportasi udara antar pulau
4. Pelabuhan Laut Baa, sebagai sarana transportasi laut antar pulau
5. Pelabuhan Laut Pantai Baru, sebagai sarana transportasi laut antar pulau
6. Pelabuhan Laut Papela, sebagai sarana transportasi laut antar pulau
Kawasan Terpadu Mandiri Batutua yang diprioritaskan untuk memacu
pengembangan kawasan Barat Kabupaten Rote Ndao berupa kawasan transmigrasi
yang pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan
dengan fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
C.3. Kawasan Strategis Kabupaten Untuk Kepentingan Sosio-Budaya
Kawasan strategis ini dapat berupa kawasan budidaya maupun kawasan lindung.
Kawasan strategis aspek sosial budaya yang merupakan kawasan budidaya dapat
berupa kawasan pusat perkantoran pemerintah, kawasan pusat sejarah keagamaan,
kawasan pusat kegiatan keagamaan, kawasan pariwisata (kawasan sejarah perkotaan,
wisata buatan unggulan), kawasan makam-makam bersejarah, serta kawasan lainnya
menurut kepentingan sosial budaya kabupaten; kawasan strategis aspek sosial budaya
yang merupakan kawasan lindung dapat berupa kawasan adat tertentu ataupun kawasan
konservasi budaya.
Adapun kawasan strategis bidang sosial budaya di Kabupaten Rote Ndao adalah
sebagai berikut:
Kelurahan Namodale, Kecamatan Lobalain terdapat rumah raja Rote
Desa Oebafok, Kecamatan Rote Barat Daya terdapat rumah raja Thie
Desa Oebou, Kecamatan Rote Barat Daya terdapat wisata rohani
C.4. Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
antara lain adalah kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk
kawasan yang diakui sebagai warisan dunia, adapun kawasan pelindung dan pelestarian
lingkungan hidup adalah :

LAPORAN AKHIR

VI - 62

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

suaka margasatwa Pulau Ndana yang merupakan habitat rusa sebagai salah satu
hewan endemik di wilayah perencanaan.

Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas


2.953.964,37 Ha, ditetapkan sebagai kawasan suaka alam laut yang memiliki
kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi mangrove 1.232 Ha,
padang lamun 1.429,6 Ha

Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Rote Ndao sebesar 7.157,23 Ha yang
tersebar di seluruh wilayah pesisir Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao

Taman Wisata Alam dan taman wisata alam laut di Kabupaten Rote Ndao yang terdiri
dari Pulau Ndana, Pantai Nemberala, Pantai Boa, Batu Termanu, Pantai Leli, dan
Pulau Doo, Pantai Mulut Seribu, Pemandian Oemau, Pantai Vei, Pantai Tesabela,
Pantai Tongga, Pantai Oeseli, HUS Ndeo & Danau Oendui.

C.5. Kawasan Strategis Perbatasan


Menurut UU No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan perbatasan saat
ini telah ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional dari sudut pandang pertahanan
dan keamanan. Penggunaan istilah ini bukan berarti pengambangan kawasan perbatasan
semata-mata berorientasi kepada pendekatan hankam semata. Pendekatan kesejahteraa
bersama-sama dengan pendekatan hankam dan lingkungan menjadi strategi
pengembangan kawasan perbatasan dalam rangja meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, untuk menjamin kedaulata wilayah NKRI.
Wilayah Rote Ndao Sebagai Perbatasan Antar Negara, dari sisi geo-politik dan
geo-ekonomi, letak dan kedudukan Kabupaten Rote Ndao sangat strategis, berhadapan
langsung dengan belahan selatan dunia dalam hal ini Negara Australia menyebabkan
secara politik Kabupaten ini merupakan gerbang selatan NKRI yang perlu dijaga
kedaulatannya
Kawasan strategis perbatasan yang terdapat di Kabupaten Rote Ndao merupakan
Kawasan perbatasan Laut Wilayah Nusa Tenggara Timur dengan Australia meliputi
wilayah laut Kabupaten Rote Ndao yaitu Pulau Ndana. Untuk mendorong perkembangan
kawasan perbatasan Negara, dengan pengembangan fungsi dan potensi antara lain :
1. Pos pemeriksaan lintas batas dengan Negara tetangga;
2. Pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan Negara tetangga;
3. Simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; serta
4. Pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di
sekitarnya.
5.1.2. INTEGRASI

ARAHAN

SERTA STRATEGI

PEMANFAATAN RUANG

WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN BELU, DAN TIMOR TENGAH UTARA


A. Arahan dan Strategi Pemanfaatan Ruang Perbatasan Kabupetan Timor Tengah
Utara dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Belu
Secara administrasi dan Strategis wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Belu serta Distrik Ambenu
(Negara Timor Leste). Dalam Struktur wilayah di daratan P. Timor, Kabupaten Timor
Tengah Utara memiliki Posisi Strategis secara jangkauan sehingga peluang

LAPORAN AKHIR

VI - 63

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

perkembangan yang ada dari kebijakan Provinsi Nusa Tenggara Timur cukup besar dan
diikuti oleh keberadaan Kabupaten Belu dan Timor Tengah Selatan serta Distrik Ambenu
dapat menjadi market maupun demand dari produk-produk domestik kabupaten Timor
Tengah Utara.
Tinjauan keterkaitan antara wilayah dalam konstelasi dengan perbatasan antar kabupaten
dapat diuraian secara rinci berdasarkan sektor yang dikembangkan antara lain:
Arahan Pengembangan Fungsi Penggunaan Lahan
Kawasan Lindung
Kebijakan wilayah untuk penggunaan lahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan
Kabupaten Belu terutama terkait dengan Kawasan Lindung dan Perlindungan sehingga
tercipta keselarasan Fungsi Penggunaan Lahan dan dapat mengendalikan bahayabahaya bencana alam.
Untuk Kabupaten Timor Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Timor Tengah Selatan, wilayah yang perlu dilindungi sehingga tercipta keserasian dan
keberlanjutan ekosistem adalah Cagar alam Mutis Timau. Cagar Alam Mutis Timau
merupakan kawasan mata air yang mengalir ke Kabupaten Timor Tengah Selatan dan
Timor Tengah Utara.
Sedangkan untuk perlindungan lain adalah perlindungan sungai dan daerah rawan
bencana banjir dan longsor.
Kawasan Budidaya
Untuk pengembangan lahan, Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara secara regional
disiapkan untuk pengembangan lahan basah. Kawasan yang dipilih untuk
pengembangan Kawasan Lahan basah yaitu yang berbatasan dengan Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Belu.
Sementara untuk pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut masuk dalam SWPLTSelat Ombai dengan Sub Pusat Atapupu yaitu untuk wilayah Kabupaten Timor Tengah
Utara (Pantai Utara) dengan potensi kegiatan utama perikanan, pariwisata Bahari dan
Jasa Kelautan.
Pengembangan Ekonomi Wilayah
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Timor Tengah Utara terkait Pengembangan
Ekonomi Wilayah sangat dipengaruhi oleh wilayah-wilayah yang ada diperbatasannya.
Wilayah tersebut memberikan kontribusi perkembangan. Wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS) dan Belu merupakan wilayah penghasil tanaman pangan
sehingga sumbangsih Kabupaten Sekitar untuk mensupply hasil pertanian sangat
penting. Seperti bahasan sebelumnya tentang Fungsi Penggunaan Lahan bahwa
wilayah sekitar Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan lahan pertanian dan sebagai
pensupply beras untuk Kabupaten Timor Tengah Utara.
Arahan Pengembangan Transportasi
Untuk mendukung perkembangan kegiatan Ekonomi maka perlu Prasarana Penunjang
Pengembangan Ekonomi, Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan wilayah
perlintasan antara Barat ke Timur dari P. Timor. Jalur tersebut menghubungkan antara
Kupang TTS - TTU Belu. Untuk Menghubungkan Jalur Kupang TTS TTU Belu
tersedia Jalan Nasional dengan Kualitas yang Baik. Perkembangan kegiatan ekonomi

LAPORAN AKHIR

VI - 64

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

wilayah dapat menguntungkan wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai Kota
perlintasan. Arus Aliran Barang dan Orang yang bergerak cukup besar sehingga
perkembangan Kabupaten Timor Tengah Utara untuk pelayanan ke Kabupaten TTS
dan Kabupaten Belu dapat ditunjang oleh kelengkapan fasilitas yang dimiliki.
Untuk Sarana Transportasi yang dapat mengakses Kabupaten Timor Tengah Utara,
melalui jalan darat terlintasi Jalan Nasional untuk jalur Kupang TTS TTU Belu.
Untuk Jalur Udara Akses Kabupaten Timor Tengah Utara melalui El Tari Kupang dan
Haliwen Atambua.
Sedangkan untuk Jalur Akses Laut, Selain dilayani oleh Pelabuhan Tenau Kupang juga
oleh Pelabuhan Atapupu Belu, dan untuk Layanan lokal Pelabuhan Wini dapat
difungsikan untuk pelayanan laut.
Pengembangan transportasi diarahkan untuk memperluas jaringan jalan dan
peningkatan mutu pelayanan jalan daerah maupun memperluas jaringan perhubungan
laut (pelabuhan Wini). Sehingga interaksi dari kota Kefamenanu ke desa-desa
perbatasan dapat diintensifkan.
Sistem transportasi sebagai unsur pengembangan wilayah, hendaknya ditujukan tidak
saja untuk menjembatani kegiatan koleksi-distribusi barang, tetapi juga sebagai
investasi publik untuk melayani interaksi sosial dan
pelayanan
masyarakat.
Pengembangan sistem transportasi di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara untuk
membuka daerah-derah terisolasi dibagian selatan, utara, barat, tengah dan timur,
melalui pembukaan jalan baru maupun peningkatan jalan yang sudah ada serta
pembangunan terminal regional dan terminal lokal.
Strategi pengembangan kawasan Prioritas/Perbatasan di Kabupaten Timor
Tengah Utara
Untuk pengembangan Kawasan Perbatasan yang sangat strategis di Kabupaten
Timor Tengah Utara dapat ditinjau dari :
1. Pusat Pelayanan dan Pengembangan Kawasan Perbatasan
Pusat Pelayanan dan Pengembangan Kawasan perbatasan yang dimaksud
adalah suatu kawasan yang mempunyai fungsi sebagai pelayanan lokal,
regional, nasional dan internasional. Kawasan yang potensi dikembangakn
adalah sebagai pusat pelayanan dan pengembangan kawasan perbatasan
adalah Desa Humusu C (Wini), Napan (Miomaffo Timur) dan Kecamatan Mutis
serta Pusat-pusat Pelayanan lainnya perlu disiapkan dengan sistem clasterclaster sesuai dengan tingkat aksesibilatas desa-desa perbatasan.
Ketiga Pusat utama pelayanan dan pengembangan kawasan tersebut
dihubungkan oleh jalan nasional sekaligus jalan utama kawasan yang
menghubungkan kawasan dengan wilayah luar Negara, sedangkan antara pusat
utama dengan pusat pelayanan di bawahnya dan antar pusat pelayanan sendiri
dihubungkan oleh jalan Provinsi atau Kabupaten (jalan arteri dan kolektor
kawasan).
Pusat Pelayanan utama maupun pusat pelayanan di bawahnya, masing-masing
mengemban fungsi dan peran yang diharapkan dari pusat utama kawasan
perbatasan adalah sebagai berikut :
Berfungsi sebagai pusat kawasan perbatasan dan pelayanan keimigrasian dan
lintas batas.
LAPORAN AKHIR

VI - 65

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Sebagai pusat pemasaran dan bea cukai sekaligus merupakan pusat koleksi
dan distribusi bagi desa-desa (wilayah) sekitarnya
Berperan penting dalam pengkaitan kawasan regional dan nasional serta
kawasan wilayah internasional, yakni dalam rangka komersialisasi pertanian,
penyebaran jasa percukaian. Sehingga untuk menunjang peran tersebut,
dibutuhkan fasilitas bea cukai, pelayanan lintas batas, perbankan, industri kecil
(agroindustri), pertukangan serta fasilitas sosial ekonomi budaya dan lapangan
kerja non pertanian yang berfungsi menunjang wilayah belakang.
Memberikan fasilitas dan pelayanan kebutuhan dasar untuk rumah tangga
(berupa fasilitas sosial, ekonomi dan budaya) serta fasilitas dan pelayanan
penunjang kegiatan pertanian.
Penyedia fasilitas dan pelayanan untuk merangsang tumbuhnya industri kecil
(agroindustri) serta produktivitas pertanian. Sehingga untuk menunjang peran
tersebut, sangat dibutuhkan upaya pengembangan fasilitas perekonomian
seperti pasar dan koperasi.
Rencana Alokasi Pola Ruang
Pola dan intensitas pengelolaan fisik di desa-desa perbatasan diarahkan guna
membentuk fisik kawasan efesien dan mengefektifkan penyelenggaraan kegiatan
dalam kawasan.
A. Kawasan Lindung
Lokasi penentuan kawasan lindung yang memiliki kemiringan lereng
>40%
Lokasi kawasan perlindungan setempat teridentifikasi antara lain
sempadan pantai dan sempadan sungai.
B. Kawasan Lingkungan Rawan Non Lindung
Kawasan ini meliputi kawasan rawan bencana alam, kawasan terdegradasi
dan kawasan peka polusi. Untuk Kawasan Wini perlindungan terhadap
rawan erosi daerah pantai dan perlu adanya pelestarian hutan mangrove
sebagai penahan gelombang. Kawasan terdegradasi seperti akibat erosi
berat, bekas penambangan, akibat endapan lumpur dan intrusi air laut.
C. Kawasan Budidaya
Untuk kegiatan pertanian yang didapat dikembangkan adalah
pengembangan pertanian lahan basah dan lahan kering, lokasi berada di
daerah datar hingga landai serta berada sebelah sungai.
D. Kawasan Permukiman
Pada umumnya kondisi alam kawasan perbatasan cukup curam maka
perkembangan permukiman akan bersifat linier mengikuti kondisi jaringan
jalan. Kawasan yang boleh dikembangan untuk permukiman setelah 1 km
dari buffer zone sesuai aturan Undang-Undang.
E. Kebutuhan Elemen di Kawasan Perbatasan
Fasilitas Keamanan, penyediaan fasilitas keamanan merupakan syarat
mutlak mengingat posisi Kawasan Perencanaan sebagai titik perbatasan
yang membutuhkan pengamanan ekstra. Fasilitas keamanan berupa Pos
penjagaan dan pelengkapannya
Fasilitas Imigrasi
LAPORAN AKHIR

VI - 66

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Fasilitas Bea cukai


Fasilitas Karantina
Fasilitas Keuangan dan Perbankan
Fasilitas Pergudangan
Parkir.
Khusus di desa-desa prioritas, seperti Desa Haumani Ana, Desa Napan,
Desa Humusu C (Wini) fasilitas pos keamanan sangat dibutuhkan sekali, hal
ini mengingat desa tersebut mempunyai tingkat aksesibilitas terhadap
Negara Timor Leste.
Untuk menjadikan Kota Wini sebagai Kota Satelit langkah-langkah yang
harus segera dilakukan, yaitu:
1. Pemasangan patok rencana pada setiap rencana jaringan jalan;
2. Pemasangan patok pada setiap alokasi pemanfaatan ruang;
3. Pemasangan Papan Informasi sebagai bentuk sosialisasi kepada
masyarakat bahwa Wini dijadikan Kota Satelit.
3. Pola dan Intensitas Pengelolaan Fisik Desa-desa Perbatasan
Pola dan intensitas pengelolaan fisik di desa-desa perbatasan diarahkan guna
membentuk fisik kawasan lebih efesien dan mengefektifkan penyelenggaraan
kegiatan dalam kawasan.
Agar pendekatan konsepsi Tata Ruang Wilayah perbatasan dapat dioperasikan
maka perlu dirumuskan strategi pengembangan tata ruang dan penataan ruang
wilayah perbatasan dengan menetapkan kawasan Prioritas/perbatasan di
Kabupaten Timor Tengah Utara disesuaikan dengan urutannya diuraikan
sebagai berikut :
Kota Wini, Kawasan Prioritas (KF) pengembangan pelabuhan dan jasa:
Imigrasi, Bea, Cukai dan Pos Pelintas Batas (PPLB); pertahanan dan
Keamanan; pariwisata dan industri maritime.
Kota Kefamenanu, Kawasan Prioritas (KP) pengembangan jasa
pemerintahan, imigrasi pertahanan dan keamanan; pelayanan sosial,
perdagangan, pariwisata, terminal dan industri manufaktur.
Oelolok, kawasan Prioritas (KP) pusat kebudayaan dengan sektor andalan
pertanian tanaman pangan dan pariwisata, merupakan kawasan tergolong
strategis (KS).
Dataran Mena, Kawasan Prioritas (KP) pengembangan pertanian tanaman
pangan, peternakan, perikanan dan pariwisata merupakan kawasan
tergolong strategis (KS).
Dataran Oeroki, Sekon, Fatuoni, Ponu, Oeko
Ponu sebagai Kota Terpadu Mandiri (KTM).
5.1.3. INTEGRASI

ARAHAN

SERTA STRATEGI

PEMANFAATAN RUANG

WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN BELU DAN MALAKA


A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah
Adapun kebijakan pengembangan pola ruang yang berkelanjutan untuk Kabupaten
Belu adalah sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR

VI - 67

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

a. Pemantapan fungsi kawasan lindung dengan meminimalkan alih fungsi


kawasan; dengan strategi pengembangan adalah:
o Memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian
hutan untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup, meliputi:
1. Memperbaiki dan meningkatkan fungsi lindung pada daerah yang
mengalani alih fungsi;
2. Merehabilitasi lahan dengan menanan vegetasi yang mampu
memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu
meresapkan air; dan
3. Mengelola kawasan sekitar hutan lindung dengan prinsip hutan
kemitraan, yaitu dengan melibatkan mesyarakat lokal secara aktif dalam
pengelolaan, penanaman, panen dan pasca panen untuk keberhasilan
program dalam jangka waktu yang panjang.
o Meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan di bawahnya
berupa kawasan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan, meliputi:
1. Mengembalikan fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan,
melalui penanganan secara teknis dan vegetatif;
2. Pada kawasan yang terjadi alih fungsi untuk budidaya maka
perkembangannya harus dikembalikan pada fungsi semula;
3. Meningkatkan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan;
4.
5.
6.

Melestarikan kawasan yang termasuk hulu DAS dengan pengembangan


hutan atau perkebunan;
Meningkatkan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan,
pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan; dan
Mengembalikan fungsi hidrologi kawasan hutan yang telah mengalami
kerusakan.

o Memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi


alam, rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup serta penetapan kawasan lindung spiritual,
meliputi:
1. Membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan setempat
dalam bentuk jalur hijau dan dapat digunakan untuk pariwisata secara
terbatas selama tidak megubah fungsi lindung;
2. Mencegah aktifitas perusakan, pengendalian pencemaran dan
meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir serta merehabilitasi
ekosistem yang rusak;
3. Melidungi kawasan sepanjang sempadan sungai untuk kawasan
terbangun;
4. Melindungi sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas air;
5. Melindungi sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; dan
6. Mengamankan kawasan lindung spiritual dan dan kearifan lokal dengan
melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs
purbakala.
o Memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam,
pelestarian alam, dan cagar budaya, meliputi:
1. Melindungi ekosistem flora dan fauna khas Kabupaten Belu;

LAPORAN AKHIR

VI - 68

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

2.
3.

Melestarikan budaya Masyarakat Lokal dalam satu kesatuan dengan


kehidupan masyarakat dan kemasan pariwisata; dan
Melaksanakan kerjasama antar wilayah dalam penanganan cagar
budaya.

o Menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan


pengawasan kegiatan perusakan lingkungan terutama pada kawasan yang
berpotensi menimbulkan bencana alam (longsor dan banjir), serta
pengendalian untuk kegiatan manusia secara langsung, meliputi:
1. Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana longsor,
gelombang pasang, banjir, dan bencana alam lainnya sebagai kawasan
terbangun;
2. Mengembangkan hutan mangrove dan bangunan yang dapat
meminimasi akibat gelombang pasang; dan
3. Menata daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan
sungai, peruntukan lahan dikiri kanan sungai, penertiban bangunan
disepanjang aliran sungai serta peningkatan peran masyarakat dalam
pengendalian banjir.
o Memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha pelestarian
alam, meliputi:
1. Melakukan pengendalian ketat dan pengawasan agar tidak terjadi alih
fungsi pada kawasan yang memiliki kekayaan plasma nutfah;
2. Menjadikan kawasan sebagai obyek wisata dan penelitian saat terjadi
pengungsian satwa; dan
3. Memelihara habitat dan ekosistem sehingga keaslian kawasan
terpelihara.
b. Pengembangan kawasan budidaya melalui optimasi fungsi kawasan pada
kawasan pertanian, kehutanan, pariwisata, industri, pertambangan dalam
mendorong ekonomi dan kesejahteraan masyarakat; serta melalui pelestarian
sumber daya pesisir dan mendorong perkembangan fungsi budidaya pesisir untuk
perikanan, permukiman, pariwisata, dan prasarana perhubungan untuk
memperlancar
pendistribusian
barang
dan
jasa;
dengan
strategi
pengembangannya adalah:
o Mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan produktivitas
lahan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan, meliputi:
1. Membatasi alih fungsi hutan untuk kegiatan terbangun;
2. Melakukan pemeliharaan melalui penanaman dan penebangan secara
bergilir;
3. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan dan
hasil hutan sebagai hutan kemasyarakatan; serta
4. Melakukan penggantian guna lahan yang diperuntukkan untuk
pengembangan hutan pada kawasan hutan produksi yang dikonversi.
o Menetapkan dan pengembangan kawasan hutan rakyat dalam mendukung
penyediaan hutan oleh rakyat, meliputi:
1. Menetapkan kawasan hutan rakyat;
2. Melakukan pembinaan dan pengontrolan keberadaan hutan rakyat agar
lebih produktif;
3. Melakukan pembinaan secara insentif kepada masyarakat sekitar untuk
mendorong terpeliharanya hutan; serta
4. Melakukan penggiliran sistem tebang sehingga tetap terpelihara
keberadaannya dalam jangka panjang;
LAPORAN AKHIR

VI - 69

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

o Mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan


dalam sistem agropolitan, meliputi:
1. Melarang alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan melalui pengawasan
secara ketat;
2. Meningkatkan peran lembaga pertanian untuk meningkatkan akses
petani terhadap sumberdaya produktif; dan
3. Melakukan pemeliharaan sistem irigasi;
o Mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah,
meliputi:
1. Meningkatkan daya saing produk perkebunan dengan pengenalan
teknologi dan sistem informasi;
2. Menghidupkan dan memperkuat lembaga perkebunan;
3. Mengembalikan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi
perkebunan seperti semula; serta
4. Meningkatkan produktifitas dengan pengolahan hasil perkebunan yang
baik serta melalui penyuluhan.
o Meningkatkan produk dan nilai tambah perikanan baik ikan tangkap dan
budidaya melalui sentra pengolah hasil ikan dalam wadah Minapolitan,
meliputi:
1. Meningkatkan daya saing produk perikanan;
2. Mengupayakan perlindungan nelayan serta peningkatan penyadaran
untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya ikan;
3. Mengembangkan, meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan budidaya
perikanan di wilayah pesisir, berdasarkan potensi yang tersebar di
wilayah utara; dan
4. Meningkatkan bantuan permodalan usaha kepada kegiatan usaha
masyarakat pertambakan.
o Mengembangkan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang
ramah lingkungan, meliputi :
1. Menetapkan lokasi setiap jenis pertambangan dengan tetap memelihara
kelestarian lingkungan;
2. Mengelola kawasan bekas penambangan diantaranya melalui
rehabilitasi/ reklamasi lahan bekas penambangan;
3. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran pada
pengolahan hasil pertambangan;
4. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif
dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan,
sekaligus disertai pengendalian yang ketat; serta
5. Memanfaatkan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal
untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti
tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.
o Menata dan mengendalikan kawasan dan lokasi Industri yang ramah
lingkungan, meliputi :
1. Mengembangkan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan
permukiman;
2. Mengembangkan kawasan industri secara khusus;
3. Mengembangkan kawasan industri yang ditunjang pelabuhan ekspor di
kawasan Perbatasan khususnya Kecamatan Kakuluk Mesak, sekaligus
memberikan otoritas khusus pengelolaannya;

LAPORAN AKHIR

VI - 70

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

4.

5.
6.

Mengembangkan dan memberdayakan industri kecil dan home industry


untuk pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan dan
perikanan;
Mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil dan
kerajinan; dan
Mengembangkan koperasi dan UKM untuk lebih berperan sebagai
penyedia barang dan jasa dipasar domestik yang semakin berdaya saing
dengan produk impor.

o Meningkatkan pengembangan pariwisata berbasis ekowisata dengan tetap


memperhatikan kelestarian lingkungan, pelestarian budaya leluhur dan
melibatkan peran serta masyarakat, melalui:
1. Membuat kalender wisata yang berkaitan dengan nasional;
2. Meningkatkan keterkaitan/link wisata secara nasional;
3. Mengelola dan melestarikan wisata budaya; dan
4. Mengelola wisata alam agar lebih menarik sekaligus menjaga alam.
o Meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan
permukiman perdesaan, melalui:
1. Meningkatkan kualitas permukiman perkotaan dengan pengembangan
kegiatan revitalisasi, perbaikan dan peremajaan kawasan melalui
pelaksanaan tridaya (manusia, lingkungan dan usaha);
2. Mengendalikan lingkungan permukiman sesuai dengan fungsinya pada
kawasan perkotaan;
3. Mengetatkan pelarangan pembangunan permukiman formal oleh
pengembang di kawasan lahan produktif; serta
4. Mengembangkan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter
fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan.
o Mengembangkan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di Kabupaten
Belu, meliputi:
1. Menentukan zoning tata ruang di dalam kawasan pesisir dan laut yang
potensial untuk dikembangkan;
2. Mengembangkan sektor unggulan di kawasan pesisir dan laut yang
diprioritaskan pada sektor yang mempunyai skenario pengembangan
optimis dan mempunyai potensi dan prospek pengembangan di masa
mendatang;
3. Meminimalkan konflik pengembangan antar sektor prioritas maupun
sektor yang bukan prioritas; dan
4. Mengendalikan dan membatasi metode dan penggunaan alat tangkap
dalam rangka mengendalikan pemanfaatan potensi perikanan tangkap.
c. Pemantapan sistem agropolitan berbasis pertanian, peternakan dan perikanan
serta pertambangan ramah lingkungan; dengan strategi pengembangan adalah :
o

Mengembangkan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-masing kawasan


yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan,
meliputi:
1. Memantapkan fungsi masing-masing kawasan agropolitan dan kawasan
perbatasan;
2. Mengembangkan prasarana wilayah yang menghubungkan sentra-sentra
produk pertanian unggulan;
3. Memantapkan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai
penunjang agropolitan;
4. Mengembangkan sarana dan prasarana produksi pertanian ke pusat-pusat
pemasaran sampai terbuka akses ke pasar nasional;

LAPORAN AKHIR

VI - 71

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

5. Memantapkan suprastruktur pengembangan pertanian yang terdiri dari


lembaga tani dan lembaga keuangan;
o

Mengembangkan kawasan agropolitan yang berbasis pertanian, peternakan,


dan perikanan untuk mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan meliputi:
1. Meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian
unggulan sebagai satu kesatuan sistem;
2. Mengembangkan infrastruktur penunjang agropolitan;
3. Mengembangkan kelembagaan penunjang agropolitan;
4. Mengembangkan industri berbasis agro pada sentra-sentra produksi;
5. Mengembangkan keterkaitan antara industri berbasis agro dengan pasar
regional dan nasional;

Mengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa
secara berhirarki, meliputi:
1. Membentuk pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat dusun
terutama pada permukiman perdesaan yang berbentuk klaster;
2. Mengembangkan pusat kawasan perdesaan secara mandiri;
3. Mengembangkan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi melalui
desa pusat pertumbuhan; dan
4. Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan
secara berjenjang.

B. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten


Adapun kebijakan Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Belu adalah sebagai
berikut :
a. Pengembangan Kawasan Strategis Pertahanan dan Keamanan, dengan strategi
pengembangan adalah :
o Memantapkan fungsi kawasan perbatasan, meliputi :
1. Mengembangkan Kawasan strategis pertahanan dan keamanan yang ada
di Kabupaten Belu yaitu kawasan perbatasan antara RI RDTL di
sepanjang 149,1 km garis batas negara darat RI-RDTL yang meliputi 9
(sembilan) wilayah Kecamatan dari utara ke selatan meliputi Kecamatan
Tasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan
Lamaknen, Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan
Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur dan Kecamatan Kakuluk Mesak
sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah masing masing;
2. Mengembangkan Kawasan strategis pertahanan dan keamanan yang ada
di Kabupaten Belu yaitu kawasan perbatasan antara RI RDTL yang
meliputi 2 (dua) kawasan yaitu kawasan Perbatasan Utara Motaain dan
Kawasan Perbatasan Selatan Motamasin;
3. Mengembangkan Kawasan strategis yang berfungsi sebagai kawasan
untuk kegiatan yang sangat terkait dengan penjagaan keamanan
lingkungan dan kawasan serta sistem pertahanan negara terhadap
kemungkinan ancaman dari luar, sehingga kawasan ini erat hubungannya
dengan aparat TNI dan POLRI sebagai penjaga pertahanan dan
keamanan lingkungan serta wilayah kedaulatan Republik Indonesia;
4. Mengembangkan kegiatan pertahanan dan keamanan yang berkaitan
dengan pengembangan kawasan green belt (sabuk hijau) yang berupa
steril area yang dikembangkan dengan membuat kawasan hutan pada sisi
garis batas perbatasan negara di sepanjang 149,1 km garis batas negara
darat RI-RDTL sebagai bentuk pertahanan alami;

LAPORAN AKHIR

VI - 72

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

5. Selain itu juga terdapat 3 (tiga) pasar tradisional yang direncanakan


sebagai hasil kesepakatan bilateral ekonomi/perdagangan, yaitu ; Motaain
di kecamatan Tasifeto Timur, Turiskain di kecamatan Raihat dan
Metamauk di kecamatan Kobalima;
b. Pengembangan Kawasan Strategis untuk Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan, dengan strategi pengembangan adalah :
o Mengembangkan sistem agropolitan berbasis pertanian dan perkebunan yang
diarahkan di 2 (dua) kawasan yaitu di kawasan agropolitan Malaka yang
terdiri dari Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan
Weliman, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Rinhat,
dan kawasan agropolitan Haekesak yang terdiri dari Kecamatan Raihat,
Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecmatan Lamaknen,
Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan
Raimanuk, dengan strategi pengembangan adalah :
1. Memantapkan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai
penunjang agropolitan;
2. Meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian
unggulan sebagai satu kesatuan sistem;
3. Mengembangkan infrastruktur penunjang agropolitan;
4. Mengembangkan kelembagaan penunjang agropolitan;
5. Mengembangkan industri berbasis agro pada sentra-sentra produksi;
6. Mengembangkan keterkaitan antara industri berbasis agro dengan pasar
regional dan nasional;
o Mengembangkan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang
ramah lingkungan, dengan strategi pengembangan adalah :
1. Menetapkan lokasi potensi komoditas pertambangan dan penggalian
yang tersebar di wilayah Kabupaten Belu meliputi Emas, Marmer,
Magnesium, Asbes, Nikel, Gipsum, Cooper, Rembesan Minyak dan
Mangan;
2. Menetapkan lokasi potensi mineral yang bisa dikategorikan sebagai
komoditas pertambangan yang tersebar di Wilayah Kabupaten Belu
meliputi Gamping, Lempung, Garam Dapur, Batu Setengah Permata,
Pyrite (FES), Agate (S1O2), Gabro dan Diorit;
3. Mengelola kawasan bekas penambangan diantaranya melalui
rehabilitasi/ reklamasi lahan bekas penambangan;
4. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran pada
pengolahan hasil pertambangan;
5. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif
dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan,
sekaligus disertai pengendalian yang ketat; serta
6. Memanfaatkan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal
untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi seperti
tanaman jarak pagar dan tanaman nilam.
o Mengembangkan Kawasan Minapolitan dengan meningkatkan produk
perikanan baik perikanan tangkap dan perikanan budidaya melalui sentra
pengolah hasil perikanan pada kawasan minapolitan perikanan budidaya
yang terdiri dari Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan
Kobalima dan Kecamatan Kakuluk Mesak, dan kawasan minapolitan
perikanan tangkap yang terdiri dari Kecamatan Kakuluk Mesak dan
Kecamatan Tasifeto Timur, dengan strategi pengembangan adalah :
1. Meningkatkan daya saing produk perikanan;

LAPORAN AKHIR

VI - 73

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

2. Mengupayakan perlindungan nelayan serta peningkatan penyadaran


untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya ikan;
3. Mengembangkan, meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan budidaya
perikanan di wilayah pesisir, berdasarkan potensi yang tersebar di
wilayah utara; dan
4. Meningkatkan bantuan permodalan usaha kepada kegiatan usaha
masyarakat pertambakan.
o

Mengembangkan Kawasan Usaha Peternakan dengan meningkatkan produk


dan nilai tambah Peternakan, dengan strategi pengembangan adalah :

1. Mengembangkan, meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan


peternakan, berdasarkan potensi yang tersebar di Kawasan Usaha
Peternakan Kapitanmeo berada di Kecamatan Laenmanen, Kawasan
Usaha Peternakan Bakustulama berada di Kecamatan Tasifeto Barat,
Kawasan Manumutin Silole berada di Kec Sasitamean dan Kec Io
Kufeu, Kawasan Wekakoli beradat di Kecamatan Malaka Tengah dan
Rinhat, Kawasan Laloren berada di Kecamatan Kobalima, Malaka
Timur dan Raimanuk, dan Kawasan Sadi berada di Kecamatan
Tasifeto Timur.
2. Meningkatkan bantuan permodalan usaha kepada kegiatan usaha
masyarakat peternakan.
o Mengembangkan Kawasan Wisata Bahari Terpadu, dengan strategi
pengembangan adalah :
1. menngembangkan kawasan Wisata Bahari Pantai Utara meliputi pantai di
Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur serta
Kawasan Wisata Bahari Pantai Selatan meliputi pantai di Kecamatan
Wewiku, Kecamatan Malaka Barat dan Kobalima.
o Mengembangkan Kawasan Strategis Industri dan perdagangan Antar Negara
RI RDTL, dengan strategi pengembangan adalah :
1. menetapkan Wilayah Pengembangan (WP) I yang terdiri dari Kecamatan
Raihat, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Lamaknen dan Kecamatan
Lamaknen Selatan, Wilayah Pengembangan (WP) II yang terdiri dari
Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Kakuluk Mesak, Wilayah
Pengembangan (WP) III yang terdiri dari Kecamatan Tasifeto Barat dan
Kecamatan Nanaet Duabesi, Wilayah Pengembangan (WP) IV yang
terdiri dari Kecamatan Kobalima Timur sebagai Kawasan Strategis
Industri dan perdagangan Antar Negara RI RDTL;
2. menetapkan PKSN Atambua sebagai pusat distribusi barang dan jasa
Antar Negara RI RDTL.
o Mengembangkan Kawasan strategis kabupaten untuk kepentingan sosial
budaya, dengan strategi pengembangan adalah :
1. mengembangankan kawasan yang memiliki rumah adat, perkampungan
adat dan peninggalan jaman penjajahan berupa benteng. Adapun tempattempat tersebut adalah:
- Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat;
- Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen;
- Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan;
- Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur;
- Rumah adat Wesey Wehali di Kecamatan Malaka Barat;
- Ksadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur;
- Perkampungan Adat Kamanasa di Kecamatan Malaka Tengah;
- Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan Malaka Tengah;
LAPORAN AKHIR

VI - 74

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

- Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman;


- Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua; dan
- Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen.
2. melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta
ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan kawasan
dengan bentukan geologi tertentu dengan membuat ketentuan-ketentuan
yang perlu perhatian. Rencana pengembangan kawasan sosio-budaya
sekitar rumah adat dan benteng yaitu berupa zonasi kawasan
pengembangan di sekitar rumah adat dan benteng. Pembagian zonasi
kawasan bertujuan untuk menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian
dan kealamian dari benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya.
o Pengembangan kawasan Strategis Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan/
atau Teknologi Tinggi, dengan strategi pengembangan adalah :
1. mendukung Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa
Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak dengan luas 30,9 Ha;
2. mendukung pemenuhan kebutuhan energi listrik yang terus berkembang,
khususnya di Nusa Tenggara Timur serta dalam rangka meningkatkan
keandalan di bidang ketenagalistrikan Jawa Bali dan Nusa Tenggara.
Kawasan strategis ini merupakan kawasan strategis kabupaten yang
kewenangannya berada di bawah Pemerintah Kabupaten Belu.
o Mengembangkan kawasan strategis penyelamatan lingkungan hidup di
Kabupaten Belu adalah hutan lindung, cagar alam dan suaka margasatwa
dengan strategi pengembangan adalah :
1. memelihara Kawasan hutan lindung yang terletak menyebar hampir di
seluruh wilayah kecamatan dalam wilayah administratif Kabupaten Belu
terutama di sepanjang daerah perbatasan dengan Timor Leste yaitu yang
termasuk dalam Daerah Lini I (pertama) dalam selebar 1 Km, kecuali
Kecamatan Rinhat, Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Laenmanen,
Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman, Kecamatan Malaka
Barat, Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Raihat dimana luasan untuk
kawasan lindung tersebut adalah 51.841,18 Ha;
2. memelihara Kawasan cagar alam yang terletak di pantai selatan
Kabupaten Belu yang terletak dalam wilayah Kecamatan Malaka Tengah,
Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Wewiku
dengan luas 3.246 Ha;
3. memelihara Kawasan suaka margasatwa terletak di wilayah Kecamatan
Malaka Tengah dan dalam wilayah Kecamatan Sasitamean dengan luas
4.669,32 Ha;
4. mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan serta
mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali
dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
5. mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kegiatan budidaya
tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi;
6. mengembangkan produksi hasil hutan kayu yang berasal dari hutan
alam, dari kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan
dengan izin yang sah;
7. memelihara kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai
objek penelitian dan pariwisata;
8. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
9. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung kawasan;

LAPORAN AKHIR

VI - 75

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

10. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
11. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan
dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak
sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana
kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan;
12. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
dan
13. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang
terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap
memelihara
dan
meningkatkan
kualitas
nilai
serta
keanekaragamannya.
C. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Rencana pola ruang kawasan lindung mencakup kawasan hutan lindung, kawasan
yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan
setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan
rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya.
Kawasan hutan lindung yang direncanakan di Kabupaten Belu berdasarkan
ketetapan SK Mentri No. 423 seluas 50.153,78 Ha. Tersebar pada hampir seluruh
kecamatan antara lain Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Atambua Barat,
Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Lamaknen,
Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan, Kecamatan
Nanaet Duabesi, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan
Kobalima Timur. Adapun nama-nama kawasan hutan lindung itu antara lain Selie,
Tukubesi, Bifennasi-Sonmahole, Lakaan Mandeu, dan Fatukasar.

Tabel 5.3
Luasan Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Belu
NO
1
3
4

5
6

KAWASAN HUTAN

KECAMATAN

Selie

Kobalima

Tukubesi

Tasifeto Timur
Kakuluk Mesak, Atambua Barat,
Tasifeto Barat, Laenmanen, Sasita
Mean
Nanaet Dubesi, Raimanuk, Malaka
Timur, Lamaknen, Lasiolat

Bifennasi-Sonmahole

Lakaan Mandeu
Fatusakar

Kobalima Timur
Total

LUAS (HA)
853.8
268.95
15.591.27

31.166.16
2.273.6
50.153.78

Sumber : Dinas Kehutanan Kabupaten Belu

Kawasan resapan air tersebar hampir pada seluruh wilayah kecamatan di


Kabupaten Belu, kecuali Kecamatan Raihat, Kecamatan Sasitamean, Kecamatan

LAPORAN AKHIR

VI - 76

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Wewiku, Kecamatan, Weliman, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Malaka


Barat.
Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melindungi kelestarian suatu
manfaat atau suatu fungsi tertentu, baik yang merupakan bentuk alami maupun
buatan, disekitar wilayah perairan yaitu meliputi sempadan pantai, sempadan
sungai, sekitar waduk/ danau, sekitar mata air dan RTH (Ruang Terbuka Hijau).
Pada kawasan ini tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya dan apabila
telah terdapat kegiatan budidaya diupayakan untuk diadakan pemindahan lokasi
kegiatan budidaya.
Kawasan sempadan pantai Kabupaten Belu dan Malaka meliputi daerah
sepanjang pesisir pantai utara dan pantai selatan Kabupaten Belu dan Malaka,
dengan penetapan sempadan pantai minimal 100 m dari garis pasang tertinggi air
laut ke arah darat.
Rencana kawasan sempadan sungai di Kabupaten Belu dan Malaka meliputi
seluruh kawasan sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil. Penetapannya
adalah sempadan sungai 100 m dari tepi kiri kanan sungai besar (lebar 10 m)
dan 50 m dari tepi kiri kanan sungai kecil (lebar < 10 m) dan selebar 10 meter untuk
sungai yang melewati pemukiman, sungai yang melewati pemukiman ini dapat
dilakukan dengan membuat jalan inspeksi selebar 10 meter.
Rencana kawasan sekitar waduk/bendung di Kabupaten Belu dan Malaka
diarahkan
di
Bendung
Benenain
di
Kecamatan Malaka Tengah, Embung Haekrit
dan Embung Sirani di Kecamatan Tasifeto
Timur. Bendung Benenain di lengkapi dengan
sistem irigasi Malaka dengan kapasitas
bendungnya yang mampu mengairi daerah
irigasi seluas 10.000 Ha yang mencakup
wilayah
Kecamatan
Malaka
Barat,
Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan
Weliman, Kecamatan Wewiku dan Kobalima.
Kawasan suaka margasatwa yang berada
di Kabupaten Belu dan Malaka adalah Suaka
Margasatwa Kateri seluas 4.669,32 Ha, yang terletak di Wilayah Kecamatan Malaka
Tengah, Botin Leobele, dan Kecamatan
Kobalima. Suaka margasatwa Kateri terdiri
dari jenis flora yang tumbuh berupa jati
(tectona grandis), kesambi (schleisera
oleosa),
gewang
(corypha),
asam
(tamarindus indica), pulai (alstonia sp),
kapok
(gossampinus
malabarica),
kedondong hutan (lamea grandus), dan
bambu (bambusa sp), sedangkan jenis
faunanya
yaitu
rusa
timor
(cervus
timorensis), kus-kus (phalnger orientalis),
ulung-ulung/ elang laut perut putih
(haliaeetus leucogaster), burung hantu
(tarsius sp), elang (elanus sp), alap-alap
(falco mollucensis), tekukur (streptopelia chinensis) dan biawak timor (varanus
timorensis).

LAPORAN AKHIR

VI - 77

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Di Kabupaten Belu, kawasan cagar alam adalah Cagar Alam Maubesi seluas
3.246 Ha yang terletak di Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,
dan Kecamatan Kobalima.
Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Belu direncanakan di bagian pantai
utara dan selatan yang memiliki hutan bakau yang terdapat di kecamatan Malaka
Tengah seluas 3.125 Ha, Kecamatan Kobalima seluas 3.246 Ha, Kecamatan
Malaka Barat seluas 2.042,3 Ha, Kecamatan Tasifeto Timur seluas 226 Ha dan
kecamatan Kakuluk Mesak seluas 553,7 Ha.
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Belu berupa rumah-rumah adat seperti :
a. Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat;
b. Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen;
c. Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan;
d. Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur;
e. Ksadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur;
f. Perkampungan Adat Kamanasa dan Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan
Malaka Tengah;
g. Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman;
h. Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua;
i. Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen.
Bencana tanah longsor yang terjadi merupakan akibat dari penggundulan
kawasan hutan. Kawasan yang menjadi daerah rawan bencana tanah longsor ialah
sebagian besar kecamatan di Kabupaten Belu kecuali Kecamatan Wewiku,
Kecamatan Weliman, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah.
Kawasan rawan banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan
sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Wilayah
Kabupaten Belu dan Malaka yang rawan banjir meliputi Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Kobalima, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku dan Kecamatan
Malaka Tengah.
Wilayah Kabupaten Belu yang rawan terhadap abrasi pantai ini yaitu Desa SilawanKecamatan Tasifeto Timur dan Desa Jenilu-Kecamatan Kakuluk Mesak. Adapun
salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi pantai adalah dengan
penanaman kembali hutan mangrove yang telah rusak.
D. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 Pasal 63, menyatakan
bahwa rencana pengembangan kawasan budidaya terdiri atas kawasan hutan
produksi, kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan
industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, dan kawasan andalan.
Tabel 5.4
Luasan Kawasan Budidaya di Kabupaten Belu
No

LAPORAN AKHIR

Kawasan Budidaya

Luasan (Ha)

Kawasan Hutan Produksi

4,328.94

Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

31,946

Kawasan Pertanian Tanaman Holtikultura

56,436

Kawasan Peruntukan Perkebunan

19,244.59

Kawasan Peruntukan Peternakan

3,360

VI - 78

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Kawasan Budidaya Perikanan

Kawasan Pesisir
Total

2,609.12
3,635

121,559.65

Sumber : RTRW Kabupaten Belu

Kawasan hutan produksi Kabupaten Belu dan Malaka secara keseluruhan adalah
seluas 4.328,94 Ha atau 1,93 % dari luas wilayah Kabupaten Belu secara
keseluruhan. Adapun distribusi hutan produksi terbatas diarahkan di Kecamatan
Sasitamean, Kecamatan Laenmanen dan Kecamatan Io Kufeu dengan luasan
kurang lebih 155,88 Ha; kawasan hutan produksi tetap diarahkan di Kecamatan
Tasifeto Barat dengan luasan kurang lebih 199,51 Ha dan Kecamatan Rinhat
dengan luasan kurang lebih 2.241,97 Ha; dan kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi diarahkan di Kecamatan Laenmanen dengan luasan kurang lebih 1.140
Ha.
Luasan kawasan pertanian lahan basah (tanaman pangan) Kabupaten Belu
adalah 31.946 Ha (0,13 % dari luas Kabupaten Belu), dimana terletak di Daerah
Irigasi Malaka, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan
Malaka Barat, Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto
Timur, Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen. Selain lahan pertanian lahan
basah yang telah ada, direncanakan pula kawasan pertanian lahan basah di sekitar
daearah irigasi malaka seluas 10.000 Ha yang terdapat di Kecamatan Malaka Barat,
Malaka Tengah, dan Kobalima.
Kawasan pertanian lahan kering yang ada di Kabupaten Belu dan Malaka memiliki
luasan 56.436 Ha dari luas Kabupaten Belu keseluruhan dimana daerah lahan
kering/tegalan diarahkan di seluruh kecamatan dekat dengan permukiman
penduduk dan pada lereng permukaan lahan yang relatif landai. Areal tanam padi
ladang ini juga terdapat di beberapa kecamatan yaitu: Malaka Barat, Malaka
Tengah, Kobalima, Tasifeto Barat, Tasifeto Timur, Raimanuk dan Lamaknen. Untuk
jagung baboto terdapat di Kecamatan Malaka Timur.
Kawasan hortikultura yang ada di Kabupaten Belu terdiri dari tanaman buah-buahan
dan sayur-sayuran. Adapun perinciannya dapat dilihat di bawah ini:
Buah-buahan:

Advokat terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Malaka Tengah,


Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Tasifeto Timur,
Raihat, Lamaknen, Lamaknen Selatan dan Lasiolat.
Belimbing terdapat di Kecamatan Kobalima, Kota Atambua, Tasifeto
Timur, Raihat.
Jeruk Keprok Soe terdapat di Henes dan Lakmaras Kecamatan
Lamaknen dan Kecamatan Lamaknen Selatan.
Jeruk Besar terdapat di Kecamatan Rinhat, Wewiku, Weliman, Sasita
Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat,
Kota Atambua, Raihat.
Jambu Biji terdapat di seluruh wilayah di Kabupaten Belu.
Jambu Air terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Weliman, Malaka
Tengah, Tasifeto Barat, Kota Atambua, Raihat.
Mangga harummanis terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat,
Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur,
Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota
Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lamaknen.

LAPORAN AKHIR

VI - 79

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Nangka/Cempedak terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat,


Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen,
Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua,
Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat,Lamaknen.
Pepaya terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman,
Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk,
Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur,
Raihat, Lasiolat, Lamaknen.
Nenas terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita
Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Kakuluk Mesak,
Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen.
Pisang terdapat di kawasan Malaka seluruhnya, Kecamatan Raimanuk,
dan Kecamatan Tasifeto Barat.
Salak terdapat di seluruh Kabupaten Belu terutama di daerah irigasi,
Kecamatan Rinhat, Sasita Mean, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Lasiolat,
Lamaknen, Io Kufeu, Botin Leo Bele, Laenmanen dan Raihat.
Sawo terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Belu.
Markisa/Konyal terdapat di seluruh Kabupaten Belu.
Sirsak terdapat di Kecamatan Malaka Barat ,Rinhat, Weliman, Malaka
Timur, Raimanuk, Kobalima, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto
Timur, Raihat, Lamaknen.
Sukun terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Belu.

Sayur-sayuran:

Bawang Merah terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah,


Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto
Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat,
Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
Bawang Putih terdapat di Kecamatan Malaka Tengah, Malaka Timur,
Raimanuk, Kobalima, Raihat, Lasiolat, Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
Kentang terdapat di Kecamatan Lamaknen dan Lamaknen Selatan.
Kubis terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Belu.
Petsai/Sawi terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
Wortel terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Belu.
Kacang Panjang terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
Cabe Besar terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
Cabe Rawit terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.
Tomat terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Belu.
Terung terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima,
Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat,
Lasiolat.
Kangkung terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh
Kabupaten Belu.

LAPORAN AKHIR

VI - 80

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Semangka terdapat di daerah daerah Irigasi/DI dan di seluruh


Kabupaten Belu.

Kawasan perkebunan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Belu dan Malaka


adalah komoditi kapuk, kemiri, kelapa, kopi, jambu mente, kakao, pinang, dan
tembakau, dengan seluas 19.244,59 Ha.

Kelapa terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka


Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima,
Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat,
Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele,
Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet.
Kelapa dalam terdapat di Kecamatan Wewiku, weliman, Malaka Barat, Malaka
Tengah, (Kawasan Besikama), Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima
Timur (Alkani sampai Alas Selatan).
Jambu Mente terdapat di Kecamatan Rinhat, Sasita Mean (bagian bawah),
Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk
Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua
Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima
Timur, Dubesi Nanaet.
Kopi terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kota Atambua, Tasifeto
Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu,
Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet.
Kopi Arabica terdapat di Kecamatan Lamaknen, Lamaknen Selatan dan Lasiolat.
Kakao terdapat di Besikama Kecamatan Malaka Barat.
Kemiri terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk
Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua
Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima
Timur, Dubesi Nanaet.
Kapuk terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima,
Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat,
Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele,
Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet.
Pinang terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima,
Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat,
Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele,
Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet.
Vanili terdapat di Kecamatan Tasifeto Timur, Lasiolat, Sasitamean, Botin Leo
Bele, Io Kufeu, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur.
Jarak Pagar terdapat di seluruh Kecamatan di Kabupaten Belu kecuali kawasan
Besikama.
Siri Daun/siri buah terdapat di Kecamatan Wewiku, Weliman, Malaka Tengah,
Sasita Mean, Laenmanen, Raimanuk, Lasiolat, Io Kufeu, Botin Leobele, Dubesi
Nanaet.
Tembakau terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Wewiku, Weliman, Sasita
Mean, Io Kufeu, Botin Leobele.
Nilam terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Lamaknen, Lamaknen Selatan.

LAPORAN AKHIR

VI - 81

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Salah satu penunjang ekonomi Masyarakat Belu dan Malaka adalah ternak,
beberapa jenis ternak telah dibudidayakan oleh masyarakat secara turun
menurun. Adapun lokasi sebaran jenis yang telah dibudidayakan masyarakat
sebagai berikut :

Ternak hewan besar (Kuda, Sapi, Kerbau) dan kecil (Kambing, Babi) terdapat di
Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah,
Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat,
Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen.
Ternak unggas (Ayam Kampung dan Itik) terdapat di Kecamatan Malaka Barat,
Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur,
Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakulukmesak, Kota
Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen.

Kawasan perikanan tangkap di laut diarahkan pada wilayah perairan laut di


kawasan pesisir pantai utara meliputi kecamatan Kakuluk Mesak dan kecamatan
Tasifeto Timur; dan kawasan persisir pantai selatan meliputi Kecamatan Malaka
Barat, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Malaka
Tengah. Sedang kawasan perikanan tangkap di perairan umum diarahkan di
sekitar Bendung Benenai Kecamatan Malakah Tengah, dan Embung Haekrit
dan Embung Sirani di Kecamatan Tasifeto Timur.
5.1.4. INTEGRASI

ARAHAN

SERTA STRATEGI

PEMANFAATAN RUANG

WILAYAH PERBATASAN KABUPATEN ALOR


A. Strategi Penetapan Kawasan Lindung
Kawasan yang berfungsi lindung di Wilayah Kabupaten Alor berdasarkan kriteria
Keppres No. 32 Tahun 1990 meliputi areal seluas 184.053,13 Ha atau 64,25% dari
luas keseluruhan Wilayah Kabupaten Alor.
Jenis kawasan yang berfungsi lindung di Wilayah Kabupaten Alor adalah:
a.
b.
c.

d.

Hutan Lindung
Kawasan Resapan Air
Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan Sungai
2. Sempadan Pantai
Kawasan Rawan Bencana
1. Kawasan Berisiko Lonsor
2. Kawasan Berisiko Banjir
3. Kawasan Berisiko Tsunami
4. Kawasan Berisiko Gerakan Tanah (Gempa)
5. Kehadiran Sesar Aktif
6. Kawasan Berisiko Perusakan Lingkungan (Kebakaran Hutan)

Wilayah Kabupaten Alor termasuk dalam kawasan yang merupakan daerah rawan
bencana Tsunami, bencana Gempa dan bencana Longsor. Oleh karena itu
Rencana Tata Ruang Wilayah serta Konsep Kebijakan Wilayah setempat diarahkan
untuk mengantisipasi bencana-bencana tersebut.
Untuk kawasan perlindungan setempat, konsep pengembangannya adalah:
a.

Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan

LAPORAN AKHIR

VI - 82

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

b.

Mengembangkan kawasan yang potensial sebagai jalur pengamanan


prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai dan garis sempadan pantai.
c. Mengantisipasi risiko bencana dengan mengidentifikasi kawasan rawan
bencana di Wilayah Kabupaten Alor dan menetapkannya sebagai kawasan
lindung.
Konsep pengembangan kawasan pelestarian alam adalah menyelamatkan
keutuhan potensi keanekaragaman hayati, baik potensi fisik wilayahnya (habitat),
potensi sumberdaya kehidupan serta keanekaragaman sumber genetikanya.
Khusus untuk pengembangan kawasan cagar budaya diarahkan dengan cara :
a. Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan
b. Melestarikan bangunan/kawasan tua, bangunan/kawasan yang bernilai sejarah
dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang
memiliki sejarah.
1. Strategi (1) Pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberi
perlindungan kawasan bawahannya.
a. Pengembalian fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan, melalui
penanganan secara teknis dan vegetatif;
b. Pada kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya tetapi
terjadi alih fungsi untuk budidaya maka perkembangan dibatasi dan
dikembangkan tanaman yang memiliki fungsi lindung;
c. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan resapan air harus
dipertahankan;
d. Peningkatan peran serta dari masyarakat sekitar kawasan;
e. Peningkatan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan, pariwisata,
penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan.
2. Strategi (2) Pemantapan kawasan perlindungan setempat.
a. Pembatasan kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan setempat;
b. Kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai dibatasi untuk
kepentingan pariwisata dan mengupayakan sungai sebagai latar belakang
kawasan fungsional;
c. Kawasan perlindungan setempat sekitar embung dan mata air, dibatasi
untuk pariwisata dan menghindari bangunan radius pengamanan kawasan
dan mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan waduk dan
mata air;
d. Pemanfaatan sumber air dan embung untuk irigasi dilakukan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat
setempat.
3. Strategi (3) Pemantapan kawasan suaka alam dan pelestarian alam.
a. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi kegiatan yang berkaitan dengan
pelestarian kawasan;
b. Memelihara habitat dan ekosistem khusus yang ada dan sifatnya setempat;
c. Meningkatan nilai dan fungsi kawasan dengan menjadikan kawasan sebagai
tempat wisata, obyek penelitian, kegiatan pecinta alam;
d. Pelaksanaan kerjasama pengelolaan kawasan; serta
e. Pada kawasan hutan yang mengalami alih fungsi dilakukan pembatasan dan
pengembalian fungsi lindung.
4. Strategi (4) Penanganan kawasan rawan bencana alam.

LAPORAN AKHIR

VI - 83

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

a. Menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana alam gempa bumi,


bencana geologi, longsor, banjir dan bencana alam lainnya sebagai
kawasan terbangun;
b. Pengembangan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana alam;
c. Pengembangan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi rawan
gempa.
5. Strategi (5) Pemantapan kawasan lindung lainnya.
a. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan buru harus dijaga ekosistemnya
sehingga hewan buruan dapat berkembang secara alamiah;
b. Pengawasan terhadap kegiatan pemburuan dengan izin secara ketat;
c. Pada kawasan yang memiliki kekayaan plasma nutfah tidak digunakan alih
fungsi dan dilakukan penjagaan kawasan secara ketat;
d. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan pengungsian satwa,
ekosistemnya harus dipelihara guna menjaga keberlanjutan kehidupan satwa
dalam skala lokal maupun antar benua;
e. Menjadikan kawasan sebagai obyek wisata dan penelitian saat terjadi
pengungsian satwa;
f. Pemeliharaan habitat dan ekosistem sehingga keaslian kawasan terpelihara;
serta
g. Pelaksanaan kerjasama dalam pengelolaan kawasan.
B. Strategi Penetapan Kawasan Budidaya
Untuk mendukung terciptanya pola pemanfaatan kawasan budidaya di masa yang
akan datang sesuai dengan yang diharapkan, maka pola pemanfaatan kawasan
budidaya terutama diarahkan dengan cara mendorong perkembangan kawasan
budidaya yang sesuai dengan RTRW Provinsi. Konsep tersebut tidak terlepas dari
konsep masing-masing sektor yang terdapat dalam pola pemanfaatan ruang
kawasan budidaya, yaitu konsep untuk kawasan permukiman, pertanian, kelautan,
kawasan dan kegiatan pemerintahan, perdagangan, pendidikan, kesehatan,
pariwisata, serta pertahanan keamanan. Secra rinci diuraikan sebagai berikut:
Pengembangan Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman berada di seluruh wilayah kecamatan, terkonsentrasi
pada wilayah-wilayah tertentu. Pada umumnya terletak di sekitar wilayah
pertanian, utamanya perkebunan kemiri dan jambu mente. Jumlah kepala
keluarga yang ada relatif sedikit, sehingga prasarana dan sarana yang tersedia
sangat terbatas, seperti fasilitas pendidikan hanya setingkat sekolah dasar.
Kawasan permukiman perdesaan yang berada di pedalaman pada umumnya
terkonsentrasi pada kawasan mendekati hutan lindung. Adanya konversi hutan
menjadi perkebunan, mengakibatkan adanya penduduk yang bermukim di
pedalaman.
Konsep pengembangan untuk kawasan permukiman termasuk fasilitas
pendukung hunian berupa fasilitas sosial dan fasilitas umum lingkungan hunian
adalah :
1. Menyediakaan kawasan yang layak huni melalui penyediaan berbagai
sarana dan prasarana dalam mendukung pembangunan ekonomi, sosial,
dan lingkungan.

LAPORAN AKHIR

VI - 84

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

2. Mengarahkan kawasan permukiman yang sebagian besar berada di tepi


pantai Utara ke arah daratan dalam untuk menghindarkan bencana tsunami.
3. Memberi batasan berupa garis sempadan pantai selebar 100 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat.
4. Menyediakan prasarana dan sarana permukiman yang memadai.
5. Pengembangan permukiman harus memperhatikan kondisi lingkungannya,
agar mudah pencapaian pada pusat-pusat pelayanan kawasan dan
lingkungan sesuai dengan skala pelayanannya.
6. Upaya meningkatkan resettlement (permukiman baru) bagi penduduk yang
masih berpencar agar upaya pembangunan infrastruktur memudahkan
pemerintah daerah setempat.
Pengembangan Kawasan Pemerintahan
Konsep pengembangan kawasan pemerintahan yang merupakan kawasan
pemerintahan tingkat kabupaten adalah mempertahankan kawasan
pemerintahan pada lokasi yang sudah berkembang dan membangun prasarana
jalan yang memadai agar mudah pencapaiannya.
Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pertanian
Pengembangan ekonomi rakyat dapat diarahkan ke perdesaan dengan
menggiatkan sektor pertanian. Masih adanya kebakaran hutan di Kabupaten
Alor dapat dianggap sebagai masih adanya kegiatan pertanian (lahan
berpindah). Kabupaten Alor yang berbukit-bukit dengan lahan basah yang
sangat sedikit menyebabkan pertanian pangan menjadi juga sangat terbatas.
Oleh karenanya, lahan di Kabupaten Alor diarahkan dan cocok untuk
pengembangan kegiatan perkebunan. Sedangkan beberapa kawasan (pulaupulau) lainnya dengan padang rumput yang luas sangat cocok untuk
pengembangan peternakan.
Kabupaten Alor merupakan daerah berpotensi untuk pengembangan agribisnis
dan jasa lingkungan. Agribisnis yang patut ditekuni di Alor umumnya berorientasi
pada komoditi yang berasal dari tanaman keras (tegakan tinggi dan berakar
dalam) diperlukan untuk menjaga kondisi lingkungan yang bergelombang
dengan kelerengan tinggi di kabupaten Alor.
Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pertambangan
Kegiatan pertambangan di Kabupaten Alor sangat terbatas, hanya terdapat
pertambangan galian C berupa batu hitam, pasir besi dan sirtu yang berada di
pinggir pantai bagian selatan Pulau Alor seperti Buraga dan Kalunan, oleh
karena itu kegiatan pertambangan di wilayah ini relatif kecil. Adapun
pengelolaan
kawasan
pertambangan
di
Kabupaten
Alor
dengan
mengoptimalkan pemanfaatan Kawasan Pertambangan agar dapat memberikan
manfaat bagi perekonomian wilayah dengan tetap memperhatikan aspek
lingkungan.
Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Perdagangan
Saat ini Kota Kalabahi merupakan satu-satunya pusat aglomerasi perekonomian
Kabupaten Alor. Peran sentris Kalabahi dalam perekonomian Alor memerlukan
dukungan dari sentra-sentra produksi yang berada di daerah hinterland nya.
Pendisitribusian pusat aglomerasi dari Kalabahi ke pusat-pusat permukiman

LAPORAN AKHIR

VI - 85

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

orde II sangat diperlukan untuk memberikan ruang gerak perekonomian yang


lebih luas.
Namun mengingat wilayah bagian Utara Kabupaten Alor merupakan wilayah
yang rawan bencana, maka dibutuhkan keseimbangan dalam perkembangan
ekonomi di Kabupaten Alor, yaitu dengan menerapkan sistem duosentris (dua
pusat pengembangan), khususnya pada kegiatan perdagangan dan pelayanan
jasa. Wilayah bagian Selatan merupakan wilayah yang cenderung aman dari
bencana alam dan ketinggalan dalam pengembangan wilayah. Kota Buraga
selanjutnya diarahkan untuk menjadi pusat orientasi geografis perekonomian
Kabupaten Alor bagian Selatan, mempertimbangkan posisi strategis dan
fungsinya dalam melayani daerah-daerah hinterland nya.
Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pendidikan & Kesehatan
Pengembangan fasilitas pendidikan diarahkan mendukung program pemerintah
di bidang pendidikan, yaitu wajib belajar 9 tahun. Oleh karena itu penyediaan
fasilitas pendidikan dikonsentrasikan pada fasilitas SD dan SLTP. Hal ini juga
mendukung Tujuan Pengembangan Ruang di Kabupaten Alor, yaitu mendukung
kualitas sumberdaya manusia.
Fasilitas pendidikan SD akan disediakan pada setiap desa dan pusat-pusat
permukiman yang terpencil, dengan pertimbangan jaraknya dapat dijangkau
dengan aman oleh murid SD. Sedang fasilitas pendidikan SLTP, dapat
disediakan di desa-desa yang berperan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan
(DPP), yang dapat menampung lulusan SD dari pusat permukiman di daerah
terpencil. Untuk fasilitas pendidikan yang lebih tinggi, dapat disediakan di pusat
kecamatan, yaitu di ibukota kecamatan. Minimal setiap ibukota kecamatan
memiliki 1 (satu) fasilitas pendidikan setingkat SLTA. Bagi kota yang mempunyai
jumlah penduduk usia SLTA cukup besar, dapat disediakan lebih dari satu
SLTA.
Fasilitas pendidikan setingkat Perguruan Tinggi dapat disediakan setelah jumlah
kelulusan murid SLTA cukup besar. Sehingga untuk melanjutkan pendidikan
tidak perlu menuju wilayah lain. Untuk memenuhi kebutuhan, dapat disediakan
perguruan tinggi setingkat D3 dan S1.
Fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan oleh setiap wilayah kecamatan. Fasilitas
tersebut minimal setingkat Puskesmas dan Pustu, namun persebarannya yang
belum merata di setiap kecamatan maka dibutuhkan pengembangan lanjutan
untuk memenuhi kebutuhan minimal akan sarana kesehatan. Mengingat di
Kabupaten Alor sudah tersedia fasilitas Rumah Sakit tipe C, namun dari segi
kelengkapan fasilitas belum memadai, maka perlu adanya perbaikan standar
pelayanan dan peningkatan fasilitas kesehatan.
Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pariwisata
Jenis wisata yang akan dikembangkan adalah wisata minat khusus dan wisata
alam. Wisata minat khusus meliputi wisata seni-budaya, wisata pendidikan, dan
wisata lainnya yang sejenis, dan wisata alam meliputi kegiatan menyelam di
dasar laut, yaitu di area penyelaman (diving) di Selat Pantar dan Selat Kepa, di
sekitar area penyelaman ini akan dikembangkan sebagai kota wisata,
khususnya di Pulau Kepa, yang akan diikuti oleh pengembangan pariwisata di
daerah lainnya.

LAPORAN AKHIR

VI - 86

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

Pengembangan Kawasan Pertahanan dan Keamanan


Kawasan pertahanan keamanan mencakup perkantoran dan instalasi milik TNI
AD, TNI AU, TNI AL dan Kepolisian beserta fasilitas penunjangnya.
Konsep pengembangan kawasan ini adalah mengamankan kawasan dan
bangunan instalasi dan perkantoran Pertahanan dan Keamanan yang berada di
Kecamatan Kabola (Desa Maimol), sesuai dengan rencana tata ruang
pertahanan keamanan.
Strategi pengembangan Kawasan Budidaya yang harus dikembangkan secara
optimum tetapi tidak boleh meninggalkan prinsip keberlanjutan dalam jangka
panjang sebagai berikut:
1. Strategi (1) Pengembangan hutan produksi.
a. Mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap
memiliki fungsi perlindungan kawasan;
b. Melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir;
c. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan sebagai
hutan kerakyatan;
d. Pengolahan hasil hutan;
e. Kawasan hutan rakyat diberikan insentif untuk mendorong terpeliharanya
hutan produksi; serta
f. Pada kawasan hutan produksi yang dikonversi harus dilakukan pengganti
lahan untuk pengembangan hutan setidaknya tanaman tegakan tinggi
tahunan yang berfungsi seperti hutan, seperti perkebunan karet, cengkeh
dan komoditi lainnya.
2. Strategi (2) Pengembangan kawasan pertanian.
a. Pengembangan Pertanian dilaksanakan dengan pola intensifikasi dan
diversifikasi;
b. Luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Alor secara keseluruhan
tidak boleh berkurang;
c. Saluran irigasi tidak boleh diputus atau disatukan dengan drainase, dan
penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi harus dihindari;
d. Pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan sawah dan pertanian tanaman
pangan diberikan insentif dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan lain;
e. Pengembangan lumbung desa modern;
f. Pengembangan hortikultura dengan pengolahan hasil dan melakukan upaya
eksport;
g. Upaya pelestarian kawasan hortikultura dengan mengembangkan sebagian
lahan untuk tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi lindung;
h. Pengembalian lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan
seperti semula;
i. Peningkatan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan;
j. Pengembangan kemitraan dengan masyarakat;
k. Melakukan usaha kemitraan dengan pengembangan peternakan;
l. Memelihara kualitas embung-embung dan sungai untuk pengembangan
pertanian, peternakan, dan perikanan darat;
m. Pengembangan kawasan pertanian di lahan kering.
3. Strategi (4) Pengembangan kawasan peruntukan industri.

LAPORAN AKHIR

VI - 87

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

a.

Pengembangan dan pemberdayaan industri kecil dan home industry untuk


pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan;
b. Pengembangan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan
permukiman;
c. Peningkatan kegiatan koperasi usaha mikro, kecil dan menengah serta
menarik investasi;
d. Pengembangan kawasan industri secara khusus.
4. Strategi (5) Pengembangan kawasan pariwisata.
a. Mengembangkan obyek wisata andalan prioritas;
b. Mengkaitkan kalender wisata dalam skala regional;
c. Membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata;
d. Peningkatan promosi wisata;
e. Pengadaan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya.
5. Strategi (6) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan.
a. Pengembangan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter fisik,
sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;
b. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perdesaan;
c. Peningkatan kualitas permukiman perkotaan;
d. Pengembangan perumahan terjangkau;
e. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman perkotaan; serta
f. Pengembangan Kasiba/Lisiba mandiri.
6. Strategi (7) Penetapan kawasan konservasi budaya dan sejarah.
a. Pengamanan kawasan dan/atau benda cagar budaya dan sejarah dengan
melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs
purbakala;
b. Peningkatan partisipasi masyarakat;
c. Pemberian intensif bagi yang melestarikan benda cagar budaya, dan
memberikan disinsentif bagi yang melakukan perubahan;
d. Meningkatkan nilai manfaat melalui kegiatan penelitian dan pariwisata; serta
e. Pada bangunan bersejarah yang digunakan untuk berbagai kegiatan
fungsional dilakukan pemeliharaan dan larangan perubahan tampilan
bangunan.
C. Kebijakan Dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Dari Sudut Pertahanan
dan Perbatasan
Kebijakan penetapan kawasan Strategis Dari Sudut Pertahanan dan Perbatasan ini
merujuk pada kepentingan nasional dalam rangka menata kawasan pertahanan dan
perbatasan antar negara. Pengelolaan Kawasan di Perbatasan di Pulau Alor harus
disikapi secara menyeluruh dengan memperhatikan keterpaduan kebijakan di
tingkat nasional, khususnya dalam hal koordinasi internal guna memperjuangkan
kepentingan nasional.
Visi Pembangunan maritim ditinjau dari perspektif pertahanan adalah: Terwujudnya
keseimbangan pembangunan, kesejahteraan dan keamanan melalui pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkesinambungan,
memperhatikan aspek keseimbangan antar wilayah dan pelestariannya.
Misi Pembangunan Maritim ditinjau dari aspek Pertahanan adalah :

LAPORAN AKHIR

VI - 88

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

1.

2.

3.
4.
5.

6.

Mengembangkan kesadaran seluruh komponen kekuatan bangsa dalam


pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan yang berorientasi kepada
aspek pelestariannya.
Mengembangkan semangat dan kesadaran seluruh komponen kekuatan
bangsa akan arti pentingnya laut bagi pemenuhan kebutuhan keamanan dan
kesejahteraannya.
Mengembangkan semangat cinta laut melalui berbagai upaya secara seri dan
paralel pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya (seni, olahraga) dan militer.
Mengembangkan potensi wilayah laut dan pesisir yang didukung oleh
pendidikan kejuruan yang berciri kemaritiman.
Mengembangkan jaringan transportasi dan komunikasi laut sebagai jaringan
pengembangan kemampuan maritim diseluruh wilayah Indonesia, menjangkau
wilayah-wilayah terpencil dan perbatasan.
Mengembangkan potensi wilayah Kabupaten/Kota yang berhubungan baik
langsung maupun tidak langsung dengan pembangunan ekonomi maritim
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.
A. Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Pertahanan di Perbatasan
1. Penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat statis, disiapkan
sebagai ruang gelar permanen (deployment), dalam rangka membina,
membangun dan menyiapkan kekuatan agar dapat mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya. Agar masing-masing institusi TNI
membangun kawasan pertahanan sesuai kebutuhan dalam rangka
mengatasi/antisipasi ancaman keamanan di wilayahnya (tidak harus
membangun seluruh jenis kawasan pertahanan).
2. Dimensi Matra
a. Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Daratan, mengacu pada :
1 Ruang kawasan pertahanan bersifat dinamis, yang dapat
meliputi Daerah Pertempuran, Daerah Komunikasi, Daerah
Belakang, dan Daerah Pangkal Perlawanan.
2 Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi
pangkalan-pangkalan militer, daerah latihan, disposal area,
arsenal, daerah uji coba alut sista. Kawasan industri sistem
pertahanan, instalasi-instalasi militer dan garnisun militer.
b. Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Lautan
1 Ruang kawasan pertahanan bersifat dinamis, yang dapat
meliputi ruang wilayah pertahanan untuk mendukung gelar
penindakan (employment) dalam upaya penggunaan kekuatan.
2 Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi
Pangkalan TNI AL, Pangkalan Marinir, Pangkalan Udara TNI AL,
Pos TNI AL, daerah latihan, disposal area, arsenal, daerah uji
instalasi militer yang digunakan untuk gelar permanen
(deployment) dalam upaya pembinaan kekuatan.
c. Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Udara
1 Ruang kawasan yang bersifat dinamis yang dapat meliputi ADIZ
(Air Defence Identification Zone), Prohibited Area, Restricted
Area, Danger Area, sedangkan penggunaan ruang antariksa
mengikuti kebijakan pemerintah pusat.
2 Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi
Pangkalan Udara, Instalasi Satuan Radar, Instalasi Satuan
Rudal, Pos Tni AU, Detasemen TNI AU, daerah latihan, disposal

LAPORAN AKHIR

VI - 89

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

area, arsenal, daerah uji coba alut sista, kawasan industri sistem
pertahanan dan instalasi-instalasi militer
B. Strategi Penataan Ruang Kawasan Pertahanan, yang dilaksanakan
dengan dua pendekatan.
1. Strategi penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat dinamis
(daerah kegiatan militer dan daerah latihan militer), melalui pendekatan
kegiatan sehari-hari (day to day activity) dengan sasaran menyiapkan
ruang gelar penindakan/operasional militer untuk menghadapi
ancaman/gangguan nyata. Strategi ini disiapkan untuk jangka pendek
2-3 tahun dan dapat dirubah berdasarkan konteks strategis;
2. Strategi penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat statis,
melalui pendekatan geopolitik dan geostrategi, dengan sasaran
menyiapkan lokasi gelar kekuatan tetap dalam program pembangunan
jangka panjang 15- 20 tahun.
D. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Rencana pola ruang kawasan lindung yang ada di Kabupaten Alor meliputi,
Kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, serta kawasan
lindung lainnya.
Kabupaten Alor memiliki kawasan hutan lindung yaitu terletak di Pulau Kangge
Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pulau Pura,
Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Timur,
Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Pureman, dan Kecamatan Alor Timur.
Hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Alor seluas 51.357,52 Ha.
Kawasan Resapan Air di wilayah Kabupaten Alor, kawasan resapan air memiliki
luas sebesar 38.236,89 Ha yang terdapat hampir di semua wilayah Kecamatan,
yang meliputi Kecamatan Teluk Mutiara, Alor Barat Laut, Kabola, Alor Tengah Utara,
Mataru, Lembur, Alor Timur Laut, Alor Timur, Pureman, Alor Selatan, Alor Barat
Daya, Pantar, Pulau Pura, Pantar Timur, Pantar Tengah, Pantar Barat, dan Pantar
Barat Laut.
Kawasan perlindungan sempadan pantai berada di seluruh Kecamatan di
Kabupaten Alor, dengan luasan sempadan pantai 2.645,23 Ha.
Sempadan sungai dan sempadan Danau di Kabupaten Alor masing-masing dengan
luasan 2.257,98 ha dan 33,69 Ha .
Kabupaten Alor pada saat ini terdapat kawasan lindung taman wisata alam, yaitu
Taman Wisata Alam Tuti Adagae di Desa Kamot Kecamatan Alor Timur Laut
dengan luas 6.186,10 Ha.
Rencana pengembangan taman buru di Kabupaten Alor akan di arahkan di
Kecamatan Pantar Barat Laut tepatnya di Pulau Rusa dengan luas sekitar
1.390,40 Ha. Untuk kepentingan perburuan di dalam taman buru, persyaratan yang
diperlukan :
a. Kondisi jumlah individu satwa buru dalam populasi ;
b. Batas umur satwa yang boleh diburu ;
c. Lamanya perburuan dan wilayah jelajahnya;

LAPORAN AKHIR

VI - 90

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

d. Jumlah maksimum individu yang boleh diburu;


e. Jenis peralatan perburuan yang digunakan.
Untuk arahan pengembangan Taman Buru adalah
a. Untuk menunjang pengembangan taman buru di Kecamatan Pantar Barat Laut
direncanakan peningkatan sarana prasarana pendukung;
b. Penerapan persyaratan yang harus diterapak di taman buru seperti pembatasan
jumlah hewan yang diperbolehkan, jenis hewan yag diperbolehkan diburu, serta
jenis peralatan perbujuan.
Populasi satwa buru di dalam taman buru merupakan penentu utama terkait dengan
boleh atau tidak boleh dilakukan perburuan. Sebab meskipun satu jenis satwa telah
ditetapkan sebagai satwa buru tetapi jika jumlah populasinya berada dalam batas
yang rawan kepunahan, maka perburuan tidak dapat dilakukan. Meskipun diberi
predikat taman buru, yaitu tempat yang disediakan untuk menyalurkan kesenangan
berburu, namun jelas tidak diizinkan untuk memburu satwa-satwa yang bukan satwa
buruan yang telah ditetapkan.
Kawasan Konservasi Laut adalah suatu wilayah perairan laut, termasuk pesisir dan
pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan hewan di dalamnya, serta
termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial budayah di bawahnya, yang
dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif,baik dengan melindunmgi
seluruh atau sebagaian wilayah tersebut (UU No.5 /1990).
Potensi Perairan Kabupaten Alor
1. Memiliki kekayaan sumberdaya hayati laut yang tinggi
Terdapat 75 spesies karang keras dari 31 genus yang tergolong dalam
14 famili karang dengan tutupan karang hidup sebesar 34,95 % dalam
kondisi baik.
Terdapat 15 jenis dari 11 family mangrove Terdapat 7 Jenis lamun
Terdapat 1 jenis ikan langkah yaitu ikan Mola-mola (Sun Fish).
2. Merupakan jalur bermigrasi / perlintasan Mamailia laut dan Penyu
Teridentifkasi 11 Spesies Paus melintas dan 4 Spesies Lumba-lumba,
jenis penyu (penyu sisik dan penyu belimbing).
3. Jalur migrasi dan mencari makan ikan pelagis yang bernilai ekonomis tinggi
seperti ikan Tuna, Layaran,Tenggiri dan Cakalang.
4. Pemandangan pantai pesisir dan pemandangan alam bawah air yang indah
Tercatat ada 43 titik penyelaman dengan masing-masing keunikan alam
bawah airnya.
5. Adat Istiadat dan Kearifan Lokal masyarakat Pesisir Kabupaten Alor
Target yang akan dicapai dalam Konservasi perairan di Kabupaten Alor adalah
Perlindungan Habitat ekosistem laut (Terumbu karang, Lamun dan Mangrove).
Pembagian Zona Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Alor
a. ZONA INTI merupakan wilayah perlindungan, pelestarian dan area
RECOVERY/REHABILTASI alami ekosistem beserta habitat dan populasi
biota perairan laut dan pesisir pantai. Pada zona ini tidak diperkenankan

LAPORAN AKHIR

VI - 91

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

adanya pengembangan fisik, dan membatasi dengan ketat berbagai


macam kegiatan kecuali serta penelitian (dengan ijin khusus).
Tabel 5.5
Zona Inti Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Alor
NO

DESA

LOKASI

ZONA

LUAS (Ha)

Blangmerang

P. Lapang Utara

Inti

1,774.95

Kalondama Barat

P. Kambing

Inti

834.16

Halerman, Margeta, Manatang, Tribur

Tg. Margeta

Inti

1,176.55

Pante Deere, Alila, Lawahing

P. Sika-Alila Timur

Inti

1,292.58

Blangmerang

P. Batang

Inti

755.46

Kalondama Barat

P. Rusa

Inti

873.59

Kalondama Barat

Tg. Soyang

Inti

1,024.15

JUMLAH

7,731.44

Sumber : RTRW Kabupaten Alor

b. ZONA PERLINDUNGAN Zona ini membatasi secara ketat berbagai begai


macam kegiatan serta merupakan area REHABILITASI (RECOVERY)
secara alami, terutama untuk terumbu karang yang mengalami kerusakan
dan dalam tahap RECOVERY. Kegiatan yang diperbolehkan adalah wisata
bahari (Snorkling, Scuba Diving dan perahu kaca untuk melihat keindahan
bawah laut), dan penelitian (Dengan ijin khusus). Sebagai penyangga zona
inti. Pemanfaatan untuk wisata alam terbatas, pendidikan dan penelitian.
Tabel 5.6
Zona Perlindungan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Alor
NO

DESA

LOKASI

ZONA

LUAS (Ha)

Blangmerang

P. Batang

Perlindungan

464.53

Marisa

P. Kangge

Perlindungan

1,101.74

Kalondama Barat

P. Rusa

Perlindungan

1,342.73

Kalondama Barat

P. Kambing

Perlindungan

261.61

kalondama

Kalondama-Tude

Perlindungan

852.86

Beangonong, Lamma

Beangonong-Lamma

Perlindungan

379.44

Bagang, Maliang, Piringsina

Maliang-Bagang

Perlindungan

860.77

Kabir, Bana, Munaseli, Pandai, Batu

Tg. Munaseli

Perlindungan

1,377.43

Kabola

Kabola

Perlindungan

805.24

JUMLAH

7,446.35

Sumber : RTRW Kabupaten Alor

LAPORAN AKHIR

VI - 92

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

E. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


Kawasan budidaya di Kabupaten Alor dibagi menjadi beberapa peruntukan, yaitu;
hutan produksi, pertanian, perikanan, pertambangan, industry, pariwisata,
permukiman, RTH, dan pertanahan dan keamanan.
Berdasarkan jenisnya, hutan produksi yang ada di Kabupaten Alor terbagi 3 (tiga)
yaitu hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap, dan hutan produksi konversi.
1. Kawasan hutan produksi terbatas ditujukan untuk memanfaatkan hasil hutan
secara terbatas yang eksploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih.
Kawasan hutan produksi terbatas seluas 29.164,59 ha yang tersebar di
Kecamatan Alor Barat, Alor Selatan, Alor Timur, Alor Timur Laut, Mataru,
Pureman, dan Kecamatan Teluk Mutiara.
2. Kawasan hutan produksi, dilakukan dengan memanfaatkan hasil hutan yang
eksploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih maupun tebang habis.
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Alor seluas 21.478,02 ha, tersebar di
wilayah Kecamatan Alor Barat Laut, Pantar, Pantar Tengah, Pantar Barat Laut,
Pantar Tengah, Pantar Timur, dan Kecamatan Teluk Mutiara.
Pertanian Tanaman Pangan lahan basah (PTLB) adalah lahan yang sepanjang
tahun dapat ditanami padi dan palawija karena cukup air yang bersumber dari air
irigasi. Luas sawah irigasi di Kabupaten Alor sebesar 1.936.15 Ha. Kawasan
persawahan tersebar di Kecamatan Alor Barat Daya, Alor Barat Laut, Alor Selatan,
Alor Tengah Utara, Alor Timur, Alor Timur Laut, Lembur, Pantar, Pantar Tengah,
Pantar Timur, dan Kecamatan Teluk Mutiara.
Pertanian Tanaman Pangan lahan kering (PTLK) adalah lahan yang ketika musim
hujan ditanami padi dan saat musim kemarau ditanami padi gogo atau palawija
seperti; kacang hijau, kedelai, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Termasuk dalam
pertanian lahan kering adalah peruntukan tegalan, kebun campuran dan lahan
pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi atau sawah tadah hujan. Luas lahan
tanaman pangan pertanian kering di Kabupaten Alor 18.432.34 Ha atau sebesar
6,3 % yang tersebar di semua wilayah Kecamatan Kabupaten Alor.
Kawasan perkebunan di Kabupaten Alor adalah 106.170.60 Ha atau sekitar
36,20 % dari total luas wilayah Kabupaten Alor. Komoditi perkebunan utamanya
adalah kelapa, kemiri, kenari, jambu mente, yang tersebar di semua wilayah
kecamatan Kabupaten Alor.
Untuk rencana kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Alor dibagi menjadi
dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Untuk perikanan tangkap atau
perikanan laut mengacu kepada Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten
Alor yang akan dikembangkan sebagai berikut :
1. Zona Perikanan Berkelanjutan Perikanan Lokal (ZPB Lokal) dengan luas
238.215,93 Ha;
2. Zona Perikanan Berkelanjutan Perikanan Umum (ZPB Umum) dengan luas
129.580,18 Ha;
3. Pengembangan Pelabuhan Perikanan di Kalabahi di Kecamatan Teluk Mutiara;
4. Pengembangan kawasan perikanan di desa-desa pesisir;
5. Pengolahan hasil ikan pada setiap Kecamatan.
Sedangkan untuk Kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Alor lebih
dikembangkan kepada pengembangan budidaya air payau, Tambak dan
LAPORAN AKHIR

VI - 93

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

pengembangan budidaya rumput laut, dimana luasan kawasan ini 328,32 Ha,
dimana penyebarannya di Kecamatan Alor Barat Laut, Alor Timur, Pantar Barat,
Pantar Tengah, dan Kecamatan Teluk Mutiara.
Kabupaten Alor sudah dikenal sebagai daerah penghasil beberapa bahan
tambang, terutama bahan galian. Minat investor terhadap potensi bahan tambang
yang dimiliki oleh Kabupaten Alor cukup tinggi. Potensi bahan tambang dan galian di
Kabupaten Alor yang telah dikelola sejauh ini adalah tipe C berupa batu hitam.
Bahan tambang dan galian berupa batu hitam telah dikelola oleh beberapa
pengusaha dengan sistem pertambangan rakyat dan telah diekspor ke Jepang dan
Korea dengan jumlah produksi semakin meningkat pada setiap tahun.
Tabel 5.7
Potensi dan Informasi Peluang Investasi Sektor Pertambangan
di Kabupaten Alor
No.

Jenis Tambang

Luas Areal (Ha)

Lokasi

Desa Wakapsir (Kec. Alor Barat Daya).


Desa Halerman (Kec. Alor Barat Daya).
Desa Sidabui (Kec. Alor Selatan), Desa
Pido (Kec. Alor Timur Laut), Desa
Wakapsir Timur (Kec. Alor Barat
Daya).
Desa Wakapsir (Kec. Alor Barat Daya),
Pantai Baolang (Kec. Pantar).
Desa Kunem (Kec. Alor Selatan), Desa
Bukit Mas (Kec. Pantar).
Desa Tude (Kec. Pantar Barat).
Maukuru (Kec. Alor Timur), Waisika
dan Taramana (Kec. Alor Timur Laut).
Desa Aramaba (Kec. Pantar Barat).

1.

Urat kwarsa, biji timah

2.

Gypsum

3.

Emas

4.

Residu minyak bumi

5.

Barit dan emas

6.

Pasir 3 warna

7.
8.

Batu Burik
Kaolin

800

Sumber : Bappeda Kabupaten Alor

Kabupaten Alor juga menyimpan berbagai Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
yang berbentuk wisata budaya. Beberapa diantaranya berbentuk perkampungan
tradisional, yaitu Perkampungan Tradisional Takpala di Kecamatan Alor Tengah
Utara, Monbang dan Aneinfar di Teluk Mutiara, Bampalola di Alor Barat Laut,
Matalafang di Kecamatan Alor Timur Laut dan Perkampungan Bukbar di Desa
Tribur, Kecamatan Alor Barat Daya.
Berbentuk kekayaan alam yang sifatnya alamiah. Sebagian diantaranya merupakan
pantai, pulau, gunung. Wisata alam yang berupa pantai antara lain : di Kecamatan
Teluk Mutiara terdapat Pantai Mali, Pantai Maimol dan Pantai Daere. Di Kecamatan
Alor Barat Laut terdapat Pantai Sebanjar. Di Alor Timur terdapat Pantai Dulibala,
sedangkan di Pantar Barat terdapat Pantai Diddi.
Selain pantai, di Kabupaten Alor juga terdapat potensi wisata alam air mancur, yaitu
di Desa Kamot, Kecamatan Alor Timur Laut. Wisata alam ini potensinya berupa
sumber air panas bumi dengan kandungan belerang, sehingga dapat dijadikan

LAPORAN AKHIR

VI - 94

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

sarana menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Sementara di Kecamatan Pantar


Barat terdapat juga potensi wisata Gunung Api Sirung.
Beberapa pulau yang berada di Kabupaten Alor juga telah dimanfaatkan oleh
investor, baik dalam maupun luar negeri. Beberapa diantaranya berupa usaha
diving, home stay dan cottage. Pulau-pulau yang telah dijadikan obyek wisata
diantaranya Pulau Kepa, Pulau Bao Raja dan Pulau Pante Makasar. Dengan
dijadikan sebagai tempat diving yang dilengkapi dengan tempat peristirahatan, maka
banyak wisatawan domestik maupun manca negara yang datang ke Kabupaten
Alor, sehingga berdampak positif bagi pengembangan ekonomi lokal.
Disamping terdapat potensi obyek Wisata Budaya, Wisata Alam, Wisata Bahari, dan
aneka kerajinan lainnya yang diharapkan menjadi daya tarik pariwisata di
Kabupaten Alor di daerah ini ditemukan pula 2 keajaiban alam yang diharapkan
menjadi daya tarik wisata yakni terjadinya Dingin di Tanjung Kumbang, Desa Alor
Kecil, Kecamatan Alor Barat Laut dan Periuk Tumbuh di Maipey, Desa Subo,
Kecamatan Alor Selatan.
Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni
permukiman permukiman perdesaan dan perkotaan dengan luas keseluruhan
berikut pengembangannya seluas 5.327.50 Ha.
F. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertahanan Dan Keamanan
Kawasan strategis ini bertujuan untuk memenuhi kepentingan program nasional
dalam rangka menata kawasan pertahanan di perbatasan antar negara.
Pengelolaan Kawasan di Perbatasan di Pulau Alor harus disikapi secara
menyeluruh dengan memperhatikan keterpaduan kebijakan di tingkat nasional,
khususnya dalam hal koordinasi internal guna memperjuangkan kepentingan
nasional. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan di
Kabupaten Alor ditetapkan berhimpitan dengan Kawasan strategis Provinsi Nusa
Tenggara Timur yaitu pada Kawasan Alor Selatan dan sekitarnya atau pada 4
(empat) wilayah administratif Kecamatan yaitu Kecamatan Alor Timur, Pureman,
Alor Selatan dan Kecamatan Mataru.

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Di


Perbatasan di Pulau Alor.
1. Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Pertahanan di Perbatasan.
A. Penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat statis, disiapkan
sebagai ruang gelar permanen (deployment), dalam rangka membina,
membangun dan menyiapkan kekuatan agar dapat mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya. Agar masing-masing institusi TNI
membangun kawasan pertahanan sesuai kebutuhan dalam rangka
mengatasi / antisipasi ancaman keamanan di wilayahnya (tidak harus
membangun seluruh jenis kawasan pertahanan).
B. Dimensi Matra.
1) Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Daratan, mengacu pada :
a) Ruang kawasan pertahanan bersifat dinamis, yang dapat
meliputi Daerah Pertempuran, Daerah Komunikasi, Daerah
Belakang, dan Daerah Pangkal Perlawanan.
b) Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi
pangkalan-pangkalan militer, daerah latihan, disposal area,

LAPORAN AKHIR

VI - 95

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

arsenal, daerah uji coba alut sista. Kawasan industri sistem


pertahanan, instalasi-instalasi militer dan garnisun militer.
2) Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Lautan.
a) Ruang kawasan pertahanan bersifat dinamis, yang dapat
meliputi ruang wilayah pertahanan untuk mendukung gelar
penindakan (employment) dalam upaya penggunaan kekuatan.
b) Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi
Pangkalan TNI AL, Pangkalan Marinir, Pangkalan Udara TNI
AL, Pos TNI AL, daerah latihan, disposal area, arsenal, daerah
uji instalasi militer yang digunakan untuk gelar permanen
(deployment) dalam upaya pembinaan kekuatan.
3) Penataan Ruang Kawasan Pertahanan Udara
a) Ruang kawasan yang bersifat dinamis yang dapat meliputi ADIZ
(Air Defence Identification Zone), Prohibited Area, Restricted
Area, Danger Area, sedangkan penggunaan ruang antariksa
mengikuti kebijakan pemerintah pusat.
b) Ruang kawasan pertahanan bersifat statis, yang dapat meliputi
Pangkalan Udara, Instalasi Satuan Radar, Instalasi Satuan
Rudal, Pos TNI AU, Detasemen TNI AU, daerah latihan,
disposal area, arsenal, daerah uji coba alut sista, kawasan
industri sistem pertahanan dan instalasi-instalasi militer.
2. Strategi Penataan Ruang Kawasan Pertahanan, yang dilaksanakan
dengan dua pendekatan.
A. Strategi penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat dinamis
(daerah kegiatan militer dan daerah latihan militer), melalui pendekatan
kegiatan sehari-hari (day to day activity) dengan sasaran menyiapkan
ruang gelar penindakan / operasional militer untuk menghadapi
ancaman / gangguan nyata. Strategi ini disiapkan untuk jangka pendek
2-3 tahun dan dapat dirubah berdasarkan konteks strategis;
B. Strategi penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat statis,
melalui pendekatan geopolitik dan geostrategi, dengan sasaran
menyiapkan lokasi gelar kekuatan tetap dalam program pembangunan
jangka panjang 15- 20 tahun.

Kebijakan Pengelolaan Ruang Kawasan Pertahanan di Perbatasan di


Pulau Alor.
1. Kebijakan Perencanaan Penataan Ruang Kawasan Pertahanan;
A. Perencanaan
penataan
ruang
kawasan
pertahanan
tetap
memperhatikan kriteria dan pola pengelolaan kawasan lindung,
kawasan budi daya, dan kawasan tertentu, dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip Tata Ruang Kawasan untuk Fungsi
Pertahanan, sebagai berikut: Penataan Dislokasi Kekuatan;
B. Perkiraan /
(Kamnas);

Persepsi

Ancaman

terhadap

Keamanan

Nasional

C. Doktrin Pertahanan Negara (Hanneg) sebagai pedoman negara dalam


National Defence;

LAPORAN AKHIR

VI - 96

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

D. Sinkron dengan Penataan Ruang Wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota


dalam Konteks kepentingan Kesejahteraan;
E. Ketersediaan Sumber Daya Nasional;
F. Perencanaan daerah latihan perlu disertai dengan batas-batas yang
jelas, dan didasarkan pada pertimbangan taktis dan teknis militer,
pertimbangan
untuk
keselamatan
penduduk,
pembangunan
perekonomian, keselamatan pelayaran dan penerbangan serta
keamanan obyek vital; dan harus disosialisasikan kepada seluruh
masyarakat oleh Departemen Pertahanan.
2. Kebijakan Pemanfaatan/Penggunaan Ruang Kawasan Pertahanan;
A. Pemanfaatan / Penggunaan ruang kawasan pertahanan pada masa
damai, harus tetap mendukung fungsi utama kawasan, dan
mempertimbangkan aspek administrasi kawasan serta aspek kegiatan
kawasan;
B. Pemanfaatann / Penggunaan ruang kawasan pertahanan perlu dikaji
ulang terus menerus untuk merencanakan dislokasi dan
pengembangan kawasan pertahanan, agar tetap terwujudnya dampak
penangkalan;
C. Pemanfaatan / Penggunaan Ruang Kawasan Pertahanan pada masa
damai dapat dimanfaatkan untuk mendukung kepentingan
kesejahteraan, sedangkan pada kondisi darurat, semua tata ruang
nasional dapat digunakan untuk mendukung kepentingan pertahanan.
3. Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan/Penggunaan Ruang Kawasan
Pertahanan;
A. Pengendalian Pemanfaatan / Penggunaan Ruang Kawasan
Pertahanan dilaksanakan oleh Menteri Pertahanan (Menhan);
B. Pengendalian Pemanfaatan / Penggunaan ruang kawasan pertahanan
di kawasan perbatasan daratan, lautan dan udara diatur oleh peraturan
perundangan-undangan;
C. Pengendalian Pemanfaatan / Penggunaan ruang udara Nasional
adalah kewenangan pemerintah pusat.

Rencana Pembangunan Ruang Kawasan Pertahanan di Perbatasan di


Pulau Alor.
Konsep Strategi pengamanan kawasan perbatasan darat di Kabupaten Alor,
perlu dilanjutkan dengan pembangunan Kawasan Sabuk Pengamanan
(security belt) di sepanjang perbatasan (yang terdiri atas Lini I Luar selebar
4 Km, Lini I Dalam yaitu wilayah Kecamatan Pertama sepanjang
perbatasan, dan Lini II yaitu wilayah Kecamatan Kedua sepanjang
perbatasan) yang dilengkapi jalan patroli dan pos-pos pengaman perbatasan.
Lini-lini tersebut disusun secara berlapis memanjang sejajar garis perbatasan
yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing.
1. Lini Pertama, terdiri dari dua bagian yaitu Lini Luar dan Lini Dalam

LAPORAN AKHIR

VI - 97

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

A. Lini Luar. Merupakan garis/daerah yang memanjang sejajar dengan


batas negara (garis perbatasan), merupakan kawasan lindung yang
lebarnya sekitar 4 Km. Di daerah ini perlu dibangun :
1) Jalur jalan sepanjang garis perbatasan yang menghubungkan titiktitik strategis pemukiman, pos lintas batas, pos-pos keamanan, pos
imigrasi serta jalan penghubung lini kedua.
2) Penataan pemukiman dan pembinaan penduduk setempat di
daerah terpencil/suku-suku terasing.
B. Lini Dalam. Lini Dalam merupakan garis/daerah yang sejajar
memanjang dibelakang lini luar, yang kedalamannya sepanjang batas
kecamatan. Di daerah ini perlu dibangun:
1) Pembangunan pemukiman transmigrasi
menegakkan kedaulatan negara (Destranas)

TNI,

yang

dapat

2) Peningkatan kualitas dan kuantitas aparat desa, agar benar-benar


berfungsi.
3) Pembangunan jalan penghubung antar permukiman
menghubungkan pula dengan lini pertama dan lini kedua.

yang

4) Pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) guna mendapatkan


tenaga kerja yang terampil dan siap pakai untuk mengatasi
kekurangan tenaga kerja, industri rumah tangga dan membekali
masyarakat untuk dapat mandiri.
5) Peningkatan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dan keamanan swakarsa.
6) Pembangunan landasan pacu (airstrip) atau helipad.
7) Pembangunan pos patroli perbatasan.
2. Lini Kedua. Merupakan garis memanjang dibelakang garis lini pertama
(garis dalam) yang kedalamannya sampai batas Kabupaten. Di daerah ini
perlu dibangun :
A. Jalan penghubung lini pertama, (daerah lini luar dan daerah lini dalam)
dan Ibukota Kabupaten;
B. Pemukiman Transmigrasi;
C. Fasilitas pendidikan dan pelayanan masyarakat yang mendukung
daerah lini pertama yang lebih ditingkatkan kualitas maupun
kuantitasnya;
D. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) untuk
pengelolaan hasil pertanian, pertambangan maupun hutan industri;
E. Sentra-sentra perekonomian lainnya;
F. Lapangan terbang perintis dan pelabuhan laut / sungai sesuai situasi
kondisi.

LAPORAN AKHIR

VI - 98

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

VI.
A
AR
RA
AH
HA
AN
NP
PE
EN
NG
GE
EN
ND
DA
AL
LIIA
AN
NP
PE
EM
MA
AN
NF
FA
AA
AT
TA
AN
N
R
RU
UA
AN
NG
GK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
NS
ST
TR
RA
AT
TE
EG
GIIS
SW
WIIL
LA
AY
YA
AH
H
P
PE
ER
RB
BA
AT
TA
AS
SA
AN
N
Pemerintah daerah Provinsi/Kab/Kota harus melakukan pengendalian pemanfaatan ruang
di daerahnya. Berdasarkan Permen PU No. 15/PRT/M/2009 mengenai Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Provinsi, terdapat arahan pengendalian pemanfaatan
ruang Provinsi. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi adalah arahan
yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang terdiri dari indikasi arahan
peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif, serta
arahan pengenaan sanksi dalam rangka perwujutan rencana tata ruang wilayah
Provinsi.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi berfungsi untuk:
o

Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang wilayah


Provinsi

Menghindari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan pemanfaatan ruang

Menjaga keseimbangan dan peruntukan ruang

Sebagai alat pengendalian pengembangan kawasan

Mencegah dampak pembangunan yang merugikan

Melindungi kepentingan umum

6.1

ARAHAN PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATION)

6.1.1. PEMAHAMAN MENGENAI PERATURAN ZONASI


Peraturan zonasi menurut Dirjen Penataan Ruang, Departemen PU, 2006 merupakan
ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut mengenai
pemanfaatan lahan, dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Menurut Imazu, 2009
Peraturan zonasi adalah suatu perangkat peraturan yang dipakai sebagai landasan dalam
menyusun rencana tata ruang mulai dari jenjang rencana yang paling tinggi (rencana
makro) sampai kepada rencana yang sifatnya operasional (rencana mikro) disamping
juga akan berfungsi sebagai alat kendali dalam pelaksanaan pembangunan. mikiran yang
keliru apabila menganggap peraturan zonasi merupakan turunan dari suatu rencana atau
disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi bersifat universal dalam
arti dimungkinkan beberapa bagian wilayah memiliki peraturan zonasi yang sama.
Adapun fungsi peraturan zonasi adalah :
o

Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional.

Sebagai panduan teknis pemanfaatan lahan.

Sebagai instrumen pengendalian pembangunan

Berdasarkan acuan Permen PU No. 15/PRT/M/2009 ini arahan peraturan zonasi di


wilayah Provinsi. Arahan peraturan zonasi pada RTRW Provinsi terdiri dari:

LAPORAN AKHIR

VI - 99

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

1.

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan lindung Provinsi dan


kawasan budidaya pada tiap pola ruang wilayah Provinsi yang memiliki nilai
strategis.

2.

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem prasarana


Provinsi. Indikasi arahan peraturan zonasi pada kategori ini memberi arahan bagi
peraturan zonasi di sekitar sistem prasarana provinsi yang mencakup:
o
o
o
o

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk prasarana transportasi darat, laut dan
udara.
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem energi
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air dan
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem sarana lingkungan permukiman
(sistem persampahan regional)

Materi Arahan peraturan zonasi dalam RTRWP, paling tidak mencakup materi:
a.
b.
c.

d.
e.

Indikasi arahan peraturan zonasi sistem Provinsi sebagai ketentuan pemanfaatan


ruang sistem Provinsi;
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang berisi kegiatan yang
diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, terbatas, maupun yang dilarang;
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya,
mencakup arahan pengaturan Koefisien Dasar bangungan (KDB), Arahan
pengaturan koefisien lantai bangunan (KLB), arahan pengaturan Koefisien dasar
hijau (KDH).
Ketentuan sarana dan sarana minimum sebagai dasar fisik lingkungan, guna
mendukung pengembangan kawasan agar dapat berfungsi secara optimal.
Ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan wilayah
Provinsi dalam mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung, kawasan
budidaya, kawasan rawan bencana dan kawasan lainnya.

6.1.2. INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI KAWASAN STRATEGIS WILAYAH


PERBATASAN
Sesuai UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 36:
1.
2.
3.

4.
5.

Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.


Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang.
Peraturan zonasi ditetapkan dengan Peraturan daerah provinsi untuk arahan
peraturan zonasi sistem provinsi dan Peraturan daerah kabupaten/kota untuk
peraturan zonasi sistem kab/kota.
Pengaturan Zonasi untuk Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya memperhatikan
kualitas Lingkungan Hidup Strategis.
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi meliputi indikasi arahan peraturan
zonasi untuk struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis yang terdiri atas:
a. Sistem perkotaan;
b. Sistem jaringan transportasi;
c. Sistem jaringan energi;
d. Sistem jaringan telekomunikasi;
e. Sistem jaringan sumber daya air;
f. Kawasan lindung;
g. Kawasan budi daya;
h. Kawasan strategis.

LAPORAN AKHIR

VI - 100

LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

1.

JENIS PERUNTUKAN

Kawasan
Lindung

Hutan
Lindung

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

Kawasan hutan lindung


yang sudah ditetapkan
bersifat
mutlak
untuk
menjaga fungsi hidrologis,
sehingga
tidak
boleh
dikonversi atau diubah
untuk kepentingan lain
yang merupakan fungsi
hutan lindung

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI


KETENTUAN PERUBAHAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN
1) Pemanfaatan sbg
kawasan
budidaya
tanaman
obat,
tanaman
hias,
budidaya jamur,
lebah, dsb);
2) Pemanfaatan jasa
lingkungan
(pemanfaatan
jasa aliran air,
pemanfaatan air,
wisata
alam,
perlindungan
keanekaragaman
hayati, dsb);
3) Pemungutan hasil
hutan bukan kayu
(rotan,
madu,
getah, buah, dsb).

Sempadan
Pantai

1) Kawasan
Permukiman :
a)

LAPORAN AKHIR

Bentuk
pantai
landai
dengan
gelombang < 2 m,
lebar
sempadan
30 75 m;

1) Kegiatan
yang
berkaitan dengan
kelautan, seperti
pelabuhan,
perikanan
baik
yang telah ada
maupun
yang
baru;

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
1)

2)

Bangunan penunjang/
prasarana
kegiatan
pemanfaatan
hasil
hutan maksimum 2%
blok;
Bangunan
yang
diperlukan
untuk
menunjang
fungsi
hutan lindung dan
atau bangunan yang
merupakan
bagian
dari suatu jaringan
atau transmisi bagi
kepentingan
umum
dan kegiatan wisata
lain
yang
keberadaannya telah
mendapat persetujuan
Menteri
Kehutanan,
misal: Pos pengamat
kebakaran,
pos
penjagaan,
papan
petunjuk/penerangan,
patok
triangulasi,
tugu, tiang listrik,
serta jalan setapak
untuk pariwisata.

Pendirian
bangunan
terbatas untuk mendukung
kegiatan rekreasi dan
wisata
pantai
serta
kegiatan kelautan

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN

Kegiatan
pertambangan
dapat dilakukan dengan
persetujuan
Menteri
Kehutanan dan dilarang
pertambangan
dengan
membuka lahan.

Seluruh kegiatan yang


dapat menyebabkan
perubahan
bentang
dan
merusak
keseimbangan unsurunsur lingkungan

Kegiatan
perdagangan
dan jasa yang ramah
lingkungan

VI - 101

Semua jenis kegiatan


yang
dapat
menurunkan luas, nilai
ekologis dan estetika
kawasan

1)

Tidak mengurangi, mengubah


atau menghilangkan fungsi
utamanya;

2)

Mengubah bentang alam;

3)

Tidak menimbulkan dampak


negatif terhadap biofisik dan
sosial ekonomi;

4)

Tidak menggunakan peralatan


mekanis dan alat berat;

5)

Tidak membangun sarana dan


prasarana yang mengubah
bentang alam;

6)

Merusak keseimbangan unsurunsur lingkungan.

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

JENIS PERUNTUKAN

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

b)

Bentuk
pantai
landai de
ngan
gelombang > 2 m,
lebar
sempadan
50 100 m;

2) Kawasan
Nonpermukiman:

Sempadan
Sungai

LAPORAN AKHIR

a)

Bentuk
pantai
landai
dengan
gelombang < 2 m,
lebar
sempadan
100 200 m;

b)

Bentuk
pantai
landai
dengan
gelombang > 2 m,
lebar
sempadan
150 250 m;

c)

Bentuk
pantai
curam
dengan
gelombang < 2 m,
lebar
sempadan
200 250 m;

d)

Bentuk
pantai
curam
dengan
gelombang > 2 m,
lebar
sempadan
250 300 m.

1) Sungai bertanggul di
luar
kawasan
perkotaan min 5 m;

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI


KETENTUAN PERUBAHAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN

2) Kegiatan
perumahan yang
telah
ada
sekarang
ini,
namun
perlu
penataan sistem
prasarana
lingkungan agar
tidak mencemari
laut
dan
diusahakan ada
sempadan pantai
dengan
lebar
yang disesuaikan;
3) Kegiatan
untuk
melindungi pantai
dari abrasi atau
kerusakan
lainnya,
seperti
penanaman
tanaman
keras,
tanaman perdu,
dan pemasangan
beton (sea wall);

1) Budidaya
pertanian dengan
jenis
tanaman
yang diijinkan;

Mendirikan bangunan,
kecuali
bangunan
untuk
pengelolaan
badan
air
atau

VI - 102

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

JENIS PERUNTUKAN

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

2) Sungai bertanggul di
dalam
kawasan
perkotaan min 3 m;
3) Sungai tak bertanggul
di
luar
kawasan
perkotaan 50 - 100 m;
4) Sungai tak bertanggul
di dalam kawasan
perkotaan :
a) Kedalaman < 3 m,
sempadan 10 m;
b) Kedalaman 3 20
m, sempadan 15
m;
c) Kedalaman > 20
m, sempadan 30
m;

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI


KETENTUAN PERUBAHAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT

pemanfaatan air

2) Pemasangan
papan reklame,
papan
penyuluhan dan
peringatan, serta
rambu-rambu
pekerjaan;
3) Pemasangan
rentangan kabel
listrik,
kabel
telepon dan pipa
air minum;
4) Pemancangan
tiang
atau
pondasi
prasarana jalan/
jembatan
baik
umum maupun
kereta api;
5) Penyelenggaraan
kegiatankegiatan
yang
bersifat
sosial
dan masyarakat
yang
tidak
menimbulkan
dampak
merugikan bagi
kelestarian dan
keamanan fungsi
serta fisik sungai;
6) Pembangunan
prasarana
lalu
intas air dan
bangunan

LAPORAN AKHIR

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN

VI - 103

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

JENIS PERUNTUKAN

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI


KETENTUAN PERUBAHAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN

Tidak
diperbolehkan
seluruh kegiatan budidaya

Tidak diperbolehkan
seluruh
kegiatan
budidaya
yang
menganggu ekosistem
yang dilindungi

pengambilan dan
pembuangan air.

2.

Kawasan
Budidaya

Cagar Alam

Mempunyai
keanekaragaman
biota,
tipe ekosistem, gejala dan
keunikan
alam
bagi
kepentingan
plasma
nutfah, ilmu pengetahuan
dan pembangunan pada
umumnya

Kegiatan penelitian
dan pendidikan

Bangunan
penunjang
kegiatan penelitian dan
pendidikan dengan KDB
maks 2%

Kawasan
Suaka Alam
Laut

Melindungi
keanekaragaman
biota,
tipe ekosistem, gejala dan
keunikan
alam
bagi
kepentingan
plasma
nutfah,
keperluan
pariwisata
dan
ilmu
pengetahuan

Kegiatan penelitian,
pendidikan
dan
wisata alam

Kegiatan
pemanfaatan
sumber daya alam

Kawasan
Hutan
Bakau

Melestarikan hutan bakau


sebagai
pembentuk
ekosistem hutan bakau
dan
tempat
berkembangnya berbagai
biota
laut
disamping
sebagai pelindung pantai
dan pengikisan air laut
serta pelindung usaha
bididaya di belakangnya

Kegiatan pendidikan,
penelitian dan wisata
alam;

Hutan
Produksi

LAPORAN AKHIR

1) Usaha
pemanfaatan
kawasan
(budidaya

Pendirian
bangunan
hanya untuk menunjang
kegiatan
pemanfaatan

Seluruh kegiatan yang


menyebabkan
perubahan
bentang
alam dan ekosistem
dan
terganggunya
ekosistem

Kegiatan
perikanan
tambak harus dilengkapi
dengan
dokumen
lingkungan

Kegiatan
yang
mengurangi luas dan
mencemari ekosistem
bakau

Kegiatan
pertambangan
dengan
kelengkapan
dokumen lingkungan yang
sesuai dengan peraturan

Dilarang
mendirikan
bangunan selain untuk
pemanfaatan
hasil

VI - 104

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

JENIS PERUNTUKAN

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI


KETENTUAN PERUBAHAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN
tanaman
obat,
tanaman
hias,
budidaya jamur,
lebah, dsb);

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
hasil hutan

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN

perundang-undangan
yang berlaku

hutan

1) Peralihan peruntukan
suatu
areal
untuk
suatu
komoditas
pertanian lahan kering
menjadi
peruntukan
komoditas lain hanya
dimungkinkan
untuk
pemanfaatan dengan
syarat
mempunyai
fungsi sosio ekonomi,
dan estetika yang
lebih
baik
dari
komoditas pertanian
lahan kering yang ada;

1) Pembangunan
kawasan
terbangun lainnya
yang
menyebabkan alih
fungsi
lahan
pertanian;

2) Usaha
pemanfaatan
jasa lingkungan
(pemanfaatan
jasa aliran air,
pemanfaatan air,
wisata
alam,
perlindungan
keanekaragaman
hayati, dsb);
3) Usaha
pemanfaatan
hasil hutan kayu
dan bukan kayu;
4) Pemungutan
hasil hutan kayu
dan bukan kayu
Pertanian

1) Fungsi
utama
pertanian
yang
sifatnya produksi atau
untuk
kepentingan
subsistem
2) Pembatasan
perkembangan
permukiman
agar
fungsi utama tidak
berubah
menjadi
permukiman
perdesaan/ perkotaan
dengan tujuan agar
lahan
pertanian

LAPORAN AKHIR

1) Pertanian kering
dapat
ditanami
padi,
palawija,
sayuran;
2) Tanaman
pangan,
holtikultura,
peternakan
perikanan;

dan

3) Permukiman
petani
dengan
kepadatan
rendah.

VI - 105

2) Pemanfaatan
ruang
yang
mengganggu
fungsi
pertanian
lahan kering dan
fungsi
lindung/
konservasi.

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

JENIS PERUNTUKAN

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI


KETENTUAN PERUBAHAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN

produktif tetap dapat


dipertahankan;

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN

2) Perkebunan dengan
tanaman mendukung
fungsi lindung dan
tidak
mengganggu
fungsi hidrologi;

3) Mempertahankan
hutan yang masih ada
di blok kawasan.

3) Bangunan
yang
diperkenankan hanya
bangunan penunjang
usaha tani/ sawah
tadah
hujan/
pelayanan lingkungan;
4) Pertanian lahan basah
jika
memungkinkan
dibuat irigasi;
5) Kegiatan
pendukung
pertanian
kering;

lainnya
kegiatan
sawah

6) Industri kecil/ rumah


tangga yang berkaitan
dengan
pertanian
lahan kering;
7) Agrowisata yang tidak
mengganggu
fungsi
utama pertanian lahan
kering;
8) Jalan sesuai dengan
kebutuhan pertanian
lahan kering.
Perkebunan

LAPORAN AKHIR

Mempertahankan fungsi
yang mempunyai tingkat
gangguan
yang
lebih
rendah
terhadap

1) Permukiman
perdesaan,
agrowisata
dengan
KDB

1) Semua
pemanfaatan
budidaya
termasuk

VI - 106

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

JENIS PERUNTUKAN

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

konservasi air dan tanah


dibandingkan
fungsi
perkebunan.

KETENTUAN PERUBAHAN RUANG


PEMANFAATAN
DIIZINKAN

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT

maksimum 2%;

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
mendirikan
bangunan kecuali
yang
dikategorikan
dalam
boleh
bersyarat tersebut;

2) Peternakan.

2) Pengembangan
industri menengah
dan besar;
3) Permukiman
perkotaan;
4) Permukiman
perdesaan selain
perumahan rakyat
yang
terkait
langsung dengan
perkebunan.
Permukiman
Perkotaan

LAPORAN AKHIR

1)

Perumahan
kepadatan
rendah, sedang,
tinggi

2)

Fasilitas sosial/
umum/
lingkungan;

3)

Rekreasi indoor/
outdoor;

4)

Rumah sakit;

5)

Pendidikan;

6)

Jasa
dan
perkantoran;

7)

Perdagangan
eceran;

1) Diperkenankan
adanya
kegiatan
industri kecil/ kerajinan
yang
tidak
menimbulkan
pencemaran
lingkungan;
2) Pemanfaatan air tanah
dalam/ sumur bor
harus memperoleh izin
terlebih dahulu;
3) Pembangunan
perumahan
skala
besar
diwajibkan
menyediakan
lahan
pemakaman
sesuai
peraturan
daerah,
minimal 2% dari luas

VI - 107

Industri
menengah,
besar
dan
berat
dengan
tingkat
pencemaran sedang
hingga tinggi serta
industri
yang
menggunakan
air
baku cukup banyak.

Perubahan dari kawasan perumahan


menjadi kawasan pariwisata hanya
dimungkinkan bila KDH blok
permukiman lebih besar atau sama
dengan 60%.

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

JENIS PERUNTUKAN

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

KETENTUAN PERUBAHAN RUANG


PEMANFAATAN
DIIZINKAN
8)
9)

Pasar
tradisional;
Perdagangan
grosir;

10) Pergudangan;
11) Perbengkelan
12) Terminal, parkir,
prasarana
umum;
13) Wisata
perkotaan serta
sarana
sosial
ekonomi sesuai
kebutuhan.
Permukiman
Pedesaan

Pembatasan permukiman
pedesaan tidak berubah
menjadi
permukiman
perkotaan.

1) Perumahan
rakyat,
perumahan
berkepadatan
sangat rendah;
2) Perkebunan;
3) Pertanian lahan
kering (tanaman
pangan,
hortikultura);
4) Agroindustri
keluarga;
5) Intensifikasi
pekarangan bagi
penghijauan;.
6) Wisata budaya.

LAPORAN AKHIR

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN

areal;
4) Pengembangan
permukiman
perkotaan
harus
didasarkan
pada
penataan
sistem
prasarana dasar;
5) Wisata
perkotaan
serta sarana sosial
ekonomi
sesuai
kebutuhan
dan
mempertimbangkan
fungsi daya dukung
ruang yang ada;

1) Sarana dan prasarana


penunjang
permukiman kampung
dengan
memperhatikan fungsi
hidrolologi,
sosio
ekonomi,
sosio
kultural, dan estetika
yang lebih baik;
2) Industri
kecil/
kerajinan yang tidak
menimbulkan
pencemaran
lingkungan;
3) Sarana
sosialekonomi
kampung
yang
perkembangannya
dibatasi bagi petani

VI - 108

1) Pengembangan
industri menengah
dan besar/ industri
yang
membutuhkan
banyak air baku;
2) Pertambangan.

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

NO

JENIS PERUNTUKAN

KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG

INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI


KETENTUAN PERUBAHAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN

PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS

PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
atau
setempat.

Kawasan
Pertambang
an

Industri

Pariwisata

Kegiatan
industri
yang sesuai dengan
ketentuan

penduduk

Bangunan yang terkait


dengan
kegiatan
pertambangan

Pemanfaatan ruang di
kawasan
hutan
perlu
mendapat izin dari pihak
berwenang

Pembangunan perumahan
baru di sekitar kawasan
industri, kecuali industri
kecil/ UKM

Kegiatan industri yang


berdampak
penting
terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki dokumen
lingkungan.

Bangunan
pendukung
kegiatan pariwisata

PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN

Tidak boleh dilakukan


di
wilayah
yang
tertutup
untuk
kepentingan umum

1) Kegiatan
yang
merusak
situs
peninggalan masa
lampau dan nilai
budaya;
2) Pelarangan
pendirian
bangunan selain
pendukung
kegiatan
pariwisata

LAPORAN AKHIR

VI - 109

LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

6.1.3. ARAHAN PERIZINAN


Arahan Perizinan adalah arahan-arahan yang disusun oleh pemerintahan provinsi,
sebagai dasar dalam menyusun ketentuan perizinan oleh pemerintahan kabupaten/kota,
yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, yang digunakan sebagai alat dalam
melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah disusun dan ditetapkan. Arahan perizinan wilayah provinsi digunakan sebagai
dasar penyusunan ketentuan perizinan di wilayah kabupaten/kota.
Arahan perizinan wilayah Provinsi adalah arahan yang digunakan sebagai dasar
penyusunan ketentuan perizinan di Kabupaten/Kota. Arahan Perizinan Provinsi berfungsi
untuk:
o
o
o
o
o

Sebagai dasar bagi pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun ketentuan


perizinan
Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan
Menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang, peraturan zonasi,
standart pelayanan minimal, dan kualitas minimum yang ditetapkan.
Menghindari dampak negatif
Melindungi kepentingan umum

6.1.4. ARAHAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN STRATEGIS


WILAYAH PERBATASAN
Arahan perizinan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas :
1.

Izin pemanfaatan ruang yang mengacu pada kewenangan Pemerintah Provinsi


berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan Permendagri Nomor 147 tahun 2004
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah, antara lain meliputi :
o

Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur termasuk daerah


lintas kabupaten/ kota;

Pemanfaatan ruang Kawasan Strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur


berdasarkan RTRWP Nusa Tenggara Timur;

Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai arahan


indikasi peraturan zonasi untuk kawasan lindung provinsi dan kawasan budi
daya yang memiliki nilai strategis provinsi pada setiap pola ruang wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur dan untuk kawasan sekitar sistem jaringan
prasarana wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;

Pemanfaatan penataan ruang perairan diluar 4 (empat) mil sampai 12 (dua


belas) mil dari garis pantai;

Pemanfaatan investasi di kawasan strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur dan


kawasan lintas kabupaten/kota bekerjasama dengan pemerintah daerah,
masyarakat dan dunia usaha.

2.

Rekomendasi terhadap izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan oleh Pemerintah


Kabupaten/Kota pada kawasan strategis Provinsi Nusa Tenggara Timur;

3.

Pembatalan izin pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;

LAPORAN AKHIR

VI - 110

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

4.

Mekanisme perizinan terkait pemanfaatan ruang yang menjadi wewenang


Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akan mencakup pengaturan
keterlibatan masing-masing instansi perangkat daerah terkait dalam setiap perizinan
yang diterbitkan;

5.

Aturan-aturan tentang keterlibatan kelembagaan pengambil keputusan dalam


mekanisme perizinan atas izin yang akan dikeluarkan dan yang akan menjadi dasar
pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) perizinan;

6.1.5. SYARAT-SYARAT IZIN


Syarat-syarat izin pemanfaatan ruang sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang
No. 26 Tahun 2007, adalah :
o

Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masingmasing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (ps37 ayat 2).

Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum (ps 37 ayat 3).

Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin, dapat dimintakan


penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.

Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana
tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dengan memberikan ganti kerugian yang layak (ps 37 ayat 6).

Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang


dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang (ps 37
ayat 7).

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian
yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.

6.1.6. MEKANISME DAN KETERLIBATAN KELEMBAGAAN DALAM PERIZINAN


Proses pengurusan izin pemanfaatan ruang di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah :
a.

Penertiban perizinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang terutama adalah


izin peruntukan penggunaan tanah dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus
didukung oleh rekomendasi dari instansi yang bertanggung jawab di bidang Tata
Kota, Instansi Pertanahan, Komisi AMDAL dan Manajemen Lalu Lintas dengan
melengkapi :
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Mengisi formulir permohonan;


Fotocopy KTP;
Fotocopy Akte Pendirian Perusahaan;
NPWP/NPWPD;
Fotocopy Surat Bukti Kewarganegaraan RI;
Fotocopy Surat Izin Tetangga diketahui Lurah dan Camat;
Fotocopy Bukti Penguasaan / Sertifikat;
Fotocopy Tanda Lunas PBB;
Proposal Rencana Usaha yang dimohonkan;

LAPORAN AKHIR

VI - 111

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

o
o
o
o

Blanko Peninjauan Lokasi;


Peta Lokasi;
Lay Out Bangunan; serta
Surat Kuasa (apabila dikuasakan kepada orang lain).

b.

Membuat kajian tata ruang pada lokasi yang dimohonkan sesuai dengan Perda Tata
Ruang dan dikoordinasikan dengan Tata Kota, Instansi Pertanahan, Komisi AMDAL
dan Manajemen Lalu Lintas Provinsi Nusa Tenggara Timur Pemohon bersamasama dengan petugas dari Tata Kota, Instansi Pertanahan, Komisi AMDAL dan
Manajemen Lalu Lintas Provinsi Nusa Tenggara Timur serta dari Dinas/Instansi
terkait melaksanakan survey lapangan pada lokasi yang dimohonkan.

c.

Pada permohonan rekomendasi izin pemanfaatan ruang yang disetujui akan


dibuatkan Nota Perhitungan Retribusi, pemohon dapat melakukan penyetoran
retribusi izin pemanfaatan ruang ke DISPENDA Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Apabila permohonan ditolak, pemohon dapat mengambil seluruh berkas yang telah
disampaikan ke dinas yang mengurusi perijinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
setelah mendapat pemberitahuan perihal penolakan.

d.

Pengesahan rekomendasi izin pemanfaatan ruang dari Tata Kota, Instansi


Pertanahan, Komisi AMDAL dan Manajemen Lalu Lintas Provinsi Nusa Tenggara
Timur atas nama Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur.

e.

Pemohon dapat mengambil surat rekomendasi izin pemanfaatan ruang Tata Kota,
Instansi Pertanahan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

6.1.7. ARAHAN PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF


ARAHAN PEMBERIAN INSENTIF
Arahan insentif adalah upaya atau perangkat untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan kegiatan yang didorong perwujudannya dalam
rencana tata ruang. Arahan ini disusun berdasarkan:
o
o
o

Struktur dan pola ruang wilayah Provinsi dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis.
Indikasi arahan peraturan zonasi Provinsi
Peraturan perundangan sektor terkait lainnya.

Arahan insentif diberikan dalam bentuk:


o
o

Arahan insentif fiskal berupa arahan untuk pemberian keringanan atau pembebasan
pajak / retribusi daerah
Arahan insentif non fiskal berupa arahan untuk penambahan dana alokasi khusus,
pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan prosedur perizinan, sewa ruang,
urun saham, penyediaan infrastruktur, pengurangan retribusi, prasarana dan
sarana, penghargaan dari pemerintah kepada masyarakat, swasta, pemerintah
daerah, publisitas/ promosi.

Arahan insentif yang harus disusun dan dimuat dalam RTRW Provinsi, meliputi:
o
o

Arahan insentif terhadap pemerintah daerah Provinsi lainnya


Arahan insentif dari pemerintah daerah Provinsi terhadap pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi bersangkutan dan kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota lainnya.
Arahan insentif dari pemerintah daerah Provinsi terhadap masyarakat umum
(investor, lembaga komersial, perorangan dan lain sebagainya).

LAPORAN AKHIR

VI - 112

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

ARAHAN PEMBERIAN DISINSENTIF


Arahan disinsentif adalah merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi, atau
mengurangi pertumbuhan agar tidak terjadi kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan
lindung dan budidaya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Arahan ini disusun
berdasarkan:
o
o
o

Struktur dan pola ruang wilayah Provinsi dan / atau rencana tata ruang kawasan
strategis.
Indikasi arahan peraturan zonasi Provinsi
Peraturan perundangan sektor terkait lainnya.

Arahan disisentif diberikan dalam bentuk:


o

Arahan disinsentif fiskal berupa arahan untuk pengenaan pajak/retribusi daerah


yang tinggi dapat disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang.
Arahan disinsentif non fiskal berupa arahan untuk pembatasan penyediaan
infrastruktur, pengenaan kompensasi, pemberian penalti, pengurangan dana alokasi
khusus, persyaratan khusus dalam perizinan, pemberian status tertentu dari
pemerintah/pemerintah Provinsi.

Arahan disinsentif yang harus disusun dan dimuat dalam RTRW Provinsi, meliputi:
o

Arahan disinsentif dari pemerintah Provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota


dalam wilayah Provinsi dan kepada pemerintah daerah Provinsi lainya dapat
diberikan dalam bentuk:
Arahan disinsentif dari pemerintah daerah Provinsi terhadap masyarakat umum
(investor, lembaga komersial, perorangan dan lain sebagainya), yang diberikan
dalam bentuk:
ARAHAN PENGENAAN SANKSI

Arahan sanksi merupakan arahan ketentuan pengenaan sanksi administratif kepada


pelanggar pemanfaatan ruang yang akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah
Provinsi, Kabupaten dan Kota. Arahan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang
berfungsi:
o
o
o
o
o
o
o
o

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur dan pola ruang
wilayah Provinsi serta rencana kawasan strategis;
Pelanggaran indikasi arahan peraturan zonasi system Provinsi;
Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi yang tidak memiliki izin pemanfaatan ruang;
Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi yang telah memiliki izin pemanfaatan ruang
tetapi tidak sesuai dengan RTRW Provinsi;
Pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang sesuai RTRW Provinsi;
Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundangan-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh melalui prosedur yang benar;
Pemberian izin yang melanggar kaidah dan ketentuan pemanfaatan ruang.

Pengenaan Sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap


pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wliayah Provinsi
Nusa Tenggara Timur diberikan pada pelanggar pemanfatan ruang. Pengenaan Sanksi
Pelanggaran Pemanfaatan Ruang terdiri dari:
o

Sanksi administratif;

LAPORAN AKHIR

VI - 113

PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN

o
o

Sanksi Pidana;
Sanksi Perdata.
SANKSI ADMINISTRATIF

Arahan sanksi administratif dapat disusun berdasarkan indikasi:


o
o
o

Dampak yang ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang


Dampak pemberian jenis sanksi yang diberikan untuk pelanggar penataan ruang
Tingkat kerugian publik yang dapat ditimbulkan akibat pelanggaran penataan ruang

Sanksi administratif yang diberikan kepada pelanggar pemanfaatan ruang berupa:


o
o
o
o
o
o
o
o
o

Peringatan tertulis
Penghentian sementara kegiatan
Penghentian sementara pelayanan umum
Penutupan lokasi
Pencabutan izin
Pembatalan izin
Pembongkaran bangunan
Pemulihan Fungsi Ruang
Denda Administratif
SANKSI PIDANA DAN PERDATA

Prosedur pengenaan dan penerapan sanksi pidana pada pelanggaran pemanfaatan


ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dilaksanakan melalui proses peradilan.
UU No. 26 Tahun 2007 pasal 38 disebutkan bahwa pengenaan sanksi merupakan
tindakan penertiban yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. UU No. 26 Tahun 2007 pasal 40
disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang
diatur dengan peraturan pemerintah. UU No. 26 Tahun 2007 Bab XI Pasal 69-75,
diuraikan secara jelas tentang sanksi bagi pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang.

LAPORAN AKHIR

VI - 114

Anda mungkin juga menyukai