I.
P
PE
EN
ND
DA
AH
HU
UL
LU
UA
AN
N
1.1. LATAR BELAKANG
Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki perhatian yang tinggi
terhadap penataan ruang, hal tersebut tampak pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009 2013, yang
telah dilegalkan melalui Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2008. Salah satu dari
delapan misi pembangunan adalah untuk Meningkatkan pembangunan yang berbasis tata
ruang dan lingkungan hidup. Melalui misi ini pemerintah ingin menunjukkan pentingnya
penanganan masalah penataan ruang yang merupakan salah satu matra dalam
perencanaan pembangunan daerah, serta masalah lingkungan hidup yang erat kaitannya
dalam mendukung kehidupan masyarakat sehari-hari. Tujuan dan program strategis yang
hendak dicapai dari misi tersebut adalah meningkatkan konsilidasi perencanaan tata
ruang wilayah, yang memiliki indikator berkembangnya model perencanaan dan
pemanfaatan ruang secara optimal dan terkonsolidasinya perencanaan tata ruang
provinsi, lintas kabupaten/kota dan lintas negara berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Pemerintah Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur, melalui Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur akan melakukan
penyusunan Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan. Kawasan tersebut merupakan salah
satu Kawasan Strategis lainnya yaitu berupa Kawasan Pendukung Strategis Perbatasan
sebagai Penunjang Kawasan Strategis Nasional perbatasan darat dan laut dengan
Negara Timor Leste dan Australia dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2010-2030, yang bersifat lintas administrasi wilayah.
Didalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mengemukakan bahwa beberapa Prinsip Dasar suatu dokumen Rencana Tata Ruang
adalah instrumen untuk mengarahkan investasi, melindungi dan menjaga keharmonisan
lingkungan, memberikan output sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, menjaga dan
memperbaiki kualitas lingkungan, memberikan pertambahan nilai, mengkoordinasikan
pelaksanaan pembangunan lintas sektoral wilayah administratif yang bersangkutan,
mencegah dampak negatif pembangunan pemanfaatan ruang, pemberdayaan
masyarakat perdesaan, konservasi sumber daya alam, pelestarian warisan budaya lokal
serta penyediaan stok lahan abadi.
Undang-Undang Nomor 26 tersebut menyatakan pula bahwa perencanaan tata ruang
dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Rencana umum tata ruang secara berhierarki terdiri atas Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Rencana rinci tata ruang trerdiri dari
rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;
rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan rencana detail tata ruang
kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Arahan Kawasan
Strategis terdiri atas Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Provinsi, yaitu :
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
2. Tersedianya data, fakta dan analisis tentang RTR Kawasan Strategis Wilayah
Perbatasan;
3. Tersusunnya Dokumen RTR Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan;
4. Tersusunnya Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur tentang RTR Kawasan
Strategis Wilayah Perbatasan yang sesuai dengan arahan regulasi terbaru;
5. Mencapai indikator program Konsolidasi perencanaan tata ruang wilayah, yaitu :
o Berkembangnya model perencanaan dan pem ruang secara optimal
o Terkonsolidasinya perencanaan tata ruang provinsi dan lintas kabupaten/kota
berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi
1.4. RUANG LINGKUP PEKERJAAN
1.4.1 RUANG LINGKUP LOKASI
Kawasan Strategis Wilayah Perbatasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
1.4.2 RUANG LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup kegiatan meliputi:
Penyusunan Laporan Pendahuluan;
Survei data primer dan sekunder;
LAPORAN RINGKASAN
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Jaring Aspirasi;
Penyusunan Laporan Fakta dan Analisis;
Penyusunan Laporan Akhir dan Rencana;
Penyusunan buku peta.
LAPORAN RINGKASAN
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
II.
T
TIIN
NJJA
AU
UA
AN
NT
TE
ER
RH
HA
AD
DA
AP
PK
KE
EB
BIIJJA
AK
KA
AN
NR
RU
UA
AN
NG
G
P
PE
EN
NG
GE
EM
MB
BA
AN
NG
GA
AN
NK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
NS
ST
TR
RA
AT
TE
EG
GIIS
SW
WIILLA
AY
YA
AH
H
P
PE
ER
RB
BA
AT
TA
AS
SA
AN
N
22..11..11 SSIIISSSTTTEEEM
M
R
K
O
T
A
A
N
A
S
O
N
A
L
MP
PEEER
RK
KO
OT
TA
AA
AN
NN
NA
AS
SIIIO
ON
NA
AL
L
Penetapan sistem perkotaan nasional merupakan bagian dari Rencana Struktur Ruang
Wilayah Nasional yang ditetapkan dalam RTRWN. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menyebutkan bahwa
sistem perkotaan nasional terdiri dari PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat
Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Selain sistem perkotaan nasional
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
PKN
Kupang
(I/C/1)
PKW
Soe
( II / B )
Kefamenanu
( II / B )
Ende
(I/C/1)
Maumere
( II / C / 1 )
Waingapu
( II / C / 1 )
Ruteng
( II / C / 1 )
Labuan Bajo
(I/C/1)
PKSN
Atambua
(I/A/2)
Kalabahi
(I/A/2)
Kefamenanu
( I / A / 2)
:
:
Tahapan Pengembangan
Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan
A / 1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
A / 2 : Pengembangan Baru
A / 3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi Yang Berbasis Otonomi Daerah
Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional
C / 1 : Pengembangan / Peningkatan fungsi
C / 2 : Pengembangan Baru
C / 3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana
D / 1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam
D / 2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana
LAPORAN RINGKASAN
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
22..11..22 SSIIISSSTTTEEEM
M
A
R
N
G
A
N
R
A
N
S
P
O
R
T
A
S
A
S
O
N
A
L
M JJA
AR
RIIIN
NG
GA
AN
NT
TR
RA
AN
NS
SP
PO
OR
RT
TA
AS
SIII N
NA
AS
SIIIO
ON
NA
AL
L
Substansi Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional dalam RTRWN yang juga terkait
langsung dengan Kota Kupang adalah Sistem Jaringan Transportasi Nasional, baik
untuk sistem transportasi darat, transportasi laut maupun transportasi udara.
Dalam hal Transportasi Darat, dengan stastusnya sebagai PKN maka Kota Kupang
dituntut untuk mengembangkan jaringan jalan nasional dengan fungsi jalan arteri primer.
Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhierarki berdasarkan
kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan :
a. Antar-PKN;
b. Antara PKN dan PKW; dan/atau
c. PKN dan/atau PKWdengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan
primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional/nasional.
Selanjutnya untuk Tranportasi Laut, RTRWN mengaturnya melalui tatanan
kepelabuhanan dan alur pelayaran. Provinsi NTT, termasuk perairan laut Kota Kupang,
dalam pengaturan alur pelayaran nasional berada dalam Alur Lintas Indonesia Timur.
Sementara dalam tatanan kepelabuhanan nasional, RTRWN mengatur pelabuhan
sebagai simpul transportasi laut nasional dengan menetapkan statusnya dalam
Pelabuhan Internasional dan Pelabuhan Nasional. Provinsi NTT yang merupakan provinsi
kepalauan yang memiliki banyak pelabuhan, namun tidak semua memiliki status
pelabuhan internasional dan pelabuhan nasional yang tercantum pengembangan
kepalabuhanannya dalam RTRWN. Gambaran pengembangan tatanan kepelabuhanan
dalam RTRWN dalam dilihat pada Tabel : 2.2.
Tabel : 2.2
KEBIJAKAN TATANAN KEPELABUHANAN LAUT
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
PROVINSI
Nusa Tenggara Timur
PELABUHAN
INTERNASIONAL
Tenau Kupang
(I/1)
PELABUHAN
NASIONAL
Maumere
(I/3)
Waingapu
(I/3)
Gambaran di atas menunjukkan bahwa Pelabuhan Tenau Kota kupang memiliki status
sebagai Pelabuhan Internasional. Dan sebagai pelabuhan internasional maka Tenau
LAPORAN RINGKASAN
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
memiliki fungsi sebagai Pelabuhan Samudera yang dijadikan sebagai pusat kegiatan
eksport import terutama ke Kawasan Timur Indonesia (KTI) maupun ke wilayah barat.
Fungsi dan peran pelabuhan ini erat kaitannya dalam upaya peningkatan pertumbuhan
dan pemerataan ekonomi dengan industri pengekspor hasil produksi yang akan diekspor.
Dengan adanya pergeseran pertumbuhan ekonomi ke wilayah Pasifik, diharapkan akan
menguntungkan bagi Provinsi NTT dalam upayanya meningkatkan pertumbuhan
ekonominya, karena letaknya di wilayah timur Indonesia dan mempunyai jarak yang relatif
dekat dengan negara-negara yang berada di wilayah pasifik.
Untuk Tranportasi Udara, RTRWN mengaturnya melalui tatanan kebandarudaraan dan
ruang udara untuk penerbangan. RTRWN mengatur tatanan kebandarudaraan dalam 2
jenis bandar udara yaitu bandar udara umum dan bandar udara khusus. Bandar udara
umum terdiri atas bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer, bandar udara
pusat penyebaran skala pelayanan sekunder, bandar udara pusat penyebaran skala
pelayanan tersier dan bandar udara bukan pusat penyebaran. Sedangkan bandar udara
khusus dikembangkan untuk menunjang pengembangan kegiatan tertentu dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang kebandarudaraan. RTRWN
mengatur tatanan kebandarudaraan Provinsi NTT sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel : 2.3
KEBIJAKAN TATANAN KEBANDARUDARAAN
DALAM WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN RTRWN
STATUS BANDAR UDARA
PROVINSI
PRIMER
Nusa Tenggara Timur
SEKUNDER
El Tari Kupang
(I/3)
TERSIER
Wai Oti Maumere
( IV / 5 )
H. Aroeboesman Ende
(I/5)
Mau Hau Waingapu
(I/5)
Haliwen Atambua
( IV / 5 )
Dari Tabel : 2.3 terlihat bahwa Bandar Udara El Tari yang terletak di Kota Kupang
memiliki status sebagai bandar udara pusat penyebaran sekunder. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa berlainan dengan sistem transportasi darat dan laut yang menjadi
LAPORAN RINGKASAN
10
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
KAWASAN LINDUNG
:
:
Tahapan Pengembangan
Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional
A / 1 : Suaka Alam Laut
A / 2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
A / 3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
A / 4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
A / 5 : Taman Hutan Raya
A / 6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional
B / 1 : Suaka Alam Laut
B / 2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
B / 3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
B / 4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
B / 5 : Taman Hutan Raya
B / 6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Hutan Lindung Nasional
LAPORAN RINGKASAN
11
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
D
E
F
2.1.4
:
:
:
KAWASAN ANDALAN
Kawasan Kupang dan sekitarnya
LAPORAN RINGKASAN
SEKTOR ANDALAN
Pertanian (IV/A/2)
Industri (II/D/2)
Pariwisata (I/E/2)
Perikanan laut (I/F/2)
Pertambangan (III/C/2)
Kehutanan (III/H/2)
Pariwisata (II/E/2)
Industri (III/D/2)
Perikanan (I/F/2)
Pertanian (IV/A/2)
Perkebunan (III/B/2)
Pariwisata (I/E/2)
Pertanian (IV/A/2)
Perkebunan (IV/B/2)
12
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
PROVINSI
KAWASAN ANDALAN
Kawasan Sumba
SEKTOR ANDALAN
Industri (IV/D/2)
Perikanan (III /F/2)
Perkebunan (IV/B/2)
Perikanan (II/F/2)
Pertambangan (III/C/2)
Pariwisata (II/E/2)
Pertanian (IV/A/2)
Pertanian (IV/A/2)
Pariwisata (II/E/2)
Perkebunan (III/B/2)
Perikanan (III/F/2)
Pariwisata (II/E/2)
Perikanan (III/F/2)
Pertambangan (IV/C/2)
Pariwisata (II/E/2)
Perikanan (III/F/2)
Pariwisata (IV/E/2)
Tahapan Pengembangan
LAPORAN RINGKASAN
13
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
2.1.5
KAWASAN STRATEGIS
KABUPATEN / KOTA
Kabupaten Ngada
Kabupaten Nagekeo
Kabupaten Kupang
Kabupaten Timor Tengah Utara
Kabupaten Belu
Kabupaten Kupang
Kabupaten Timor Tengah Utara
Kabupaten Belu
Kabupaten Alor
:
:
Tahapan Pengembangan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi
A / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
A / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup
B / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
B / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya
C / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
C / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Pendayagunaan
Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
LAPORAN RINGKASAN
14
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
D / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
D / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan
Keamanan
E / 1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
E / 2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Sebagaimana disebutkan dalam RTRWN bahwa sebagai kota dengan status PKN, Kota
Kupang dapat memainkan peran dan fungsi sebagai simpul utama kegiatan ekspor impor
atau pintu gerbang ke kawasan internasional, sebagai pusat kegiatan industri atau jasajasa berskala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, ataupun sebagai pusat
utama pelayanan lintas batas antar negara di kawasan perbatasan. Dan bila melihat
bahwa kawasan strategis nasional yang berada dalam wilayah Provinsi NTT berkaitan
erat dengan kawasan pengembangan ekonomi dan kawasan perbatasan, maka peran
dan fungsi Kota Kupang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terdekat bagi kawasan
strategis nasional di Provinsi NTT adalah menjalankan fungsi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor impor atau pintu gerbang ke kawasan internasional, serta sebagai pusat
utama pelayanan lintas batas antar negara di kawasan perbatasan.
2.1.6
NO
LINGKUP
PUSAT
PERAIRAN
WILAYAH
PENGEMBANGAN
(LAUT/TELUK/SELAT)
KAWASAN
LAPORAN RINGKASAN
15
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Balikpapan, Makasar
Pulau Laut, Tarakan - Nunukan, Bontang Mahakam, Tel. Palu barat, Sulsel
Denpasar
6 Teluk Tolo-Kepulauan
Sula-Laut Banda
Kendari
7 Teluk Bone
Sultra, Sulsel
Makassar, Kendari
8 Teluk Tomini
Menado, Gorontalo
9 Laut Sulawesi
Menado, Ternate
Maluku
11 Papua Utara
Papua
Jayapura, Biak
12 Halmakera-Kepala
Burung- Teluk Bintuni
Ternate, Sorong
13 Papua Selatan
Papua, Maluku
Merauke, Timika
Sumber :
3.1.
Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebagai Provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis pada pengembangan
potensi sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan, bertumpu
pada masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek
mitigasi bencana.
3.2.
KEBIJAKAN
DAN
STRATEGI
PENATAAN
RUANG
PROVINSI
NUSA
TENGGARA TIMUR
Kebijakan penataan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur, meliputi :
a. pengembangan dan arahan kegiatan di kawasan bencana alam geologi
b. pengembangan sistem pusat kegiatan perkotaan dan perdesaan, melalui
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan secara merata di pulau-pulau utama,
menciptakan konstelasi ruang yang berhirarki guna meningkatkan produktivitas dan
daya saing wilayah;
c. peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana utama yaitu pelayanan jaringan
prasarana transportasi darat, transportasi udara, transportasi laut dan penyeberangan
yang terpadu dan terintegrasi antar pulau guna meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan umum dan pelayanan sosial, serta mendorong pengembangan
pariwisata alam dan budaya lokal;
d. peningkatan kualitas kinerja dan jangkauan prasarana lainnya yaitu telekomunikasi,
energi, sumber daya air, dan prasarana pengelolaan lingkungan untuk mendukung
kegiatan dan aktivitas masyarakat;
e. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga
mencegah kerusakan lingkungan hidup, dengan memperhatikan faktor-faktor
keseimbangan hidrologis, keseimbangan flora dan fauna, keseimbangan cagar
budaya, dan perlindungan terhadap dampak lingkungan lainnya;
LAPORAN RINGKASAN
16
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
f.
LAPORAN RINGKASAN
17
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
18
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
19
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Penataan ruang wilayah Provinsi bertujuan untuk mewujudkan Provinsi Nusa Tenggara
Timur sebagai Provinsi kepulauan dan maritim yang berbasis pada pengembangan
potensi sumber daya alam dan budaya lokal yang terpadu dan berkelanjutan, bertumpu
pada masyarakat berkualitas, adil dan sejahtera, dengan tetap memperhatikan aspek
mitigasi bencana.
3.4.
KEBIJAKAN DAN
TENGGARA TIMUR
STRATEGI
PENATAAN
RUANG
PROVINSI
NUSA
LAPORAN RINGKASAN
20
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
21
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
22
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
23
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
j.
LAPORAN RINGKASAN
24
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
III.
T
TIIN
NJJA
AU
UA
AN
NK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
NS
ST
TR
RA
AT
TE
EG
GIIS
SW
WIILLA
AY
YA
AH
H
P
PE
ER
RB
BA
AT
TA
AS
SA
AN
N
TINJAUAN INTERNAL WILAYAH KAWASAN PERBATASAN
Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah negara yang secara geografis
berbatasan langsung dengan negara tetangga, di daratan, di lautan, maupun di
udara, yang batasnya ditetapkan sesuai fungsi pertahanan & keamanan negara,
pertumbuhan ekonomi & kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan
hidup .
Kawasan perbatasan negara di Provinsi NTT adalah wilayah kecamatan dan atau
wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis berbatasan dengan
negara Timor Leste dan Australia.
3.1.1. Lingkup Wilayah Perbatasan
1. Perbatasan darat
Kawasan perbatasan darat dengan RDTL secara administrasi meliputi 4
Kabupaten yaitu :
1) Kabupaten Kupang
2) Kabupaten Timor Tengah Utara
3) Kabupaten Belu.
4) Kabupaten Malaka
2. Perbatasan laut
Kawasan perbatasan Laut Wilayah NTT dengan RDTL secara administrasi
meliputi 12 Kabupaten :
1) Kabupaten Kupang
2) Kabupaten Belu
3) Kabupaten TTU
4) Kabupaten Malaka
5) Kabupaten Alor
6) Kabupaten TTS
7) Kabupaten Sumba Timur
8) Kabupaten Sumba Tengah
9) Kabupaten Sumba Barat
10) Kabupaten Sumba Barat Daya
11) Kabupaten Rote
12) Kabupaten Sabu
LAPORAN RINGKASAN
25
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
3. Pulau Terluar
No
Nama
Pulau
Perairan
Wilayah Administrasi
(Kabupaten)
Negara Terdekat
Alor
Selat Ombai
Alor
Timor Leste
Batek
Laut Sawu
Kupang
Timor Leste
Ndana
Samudara Hindia
Rote Ndao
Australia
Dana
Samudara Hindia
Sabu Raijua
Australia
Mangudu
Samudara Hindia
Sumba Timur
Australia
b)
c)
d)
Sarana dan prasarana perhubungan darat maupun laut ke pintu perbatasan Timor
Leste cukup baik sehingga akses kedua pihak relatif mudah dan cepat.
Potensi sumber daya alam di wilayah perbatasan NTT tidak terlalu besar. Kondisi
masyarakat umumnya miskin dengan tingkat kesejahteraan rendah dan bertempat
tinggal di wilayah tertinggal dan terisolir. Mata pencarian utama adalah pertanian
lahan kering. Saat ini kondisi masyarakat Indonesia di wilayah perbatasan lebih
baik dari warga Timor Leste.
Perbatasan Negara
Kawasan Perbatasan Negara adalah wilayah negara yang secara geografis
berbatasan langsung dengan negara tetangga, di daratan, di lautan, maupun
di udara, yang batasnya ditetapkan sesuai fungsi pertahanan dan keamanan
negara, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, serta
kelestarian lingkungan hidup.
Kawasan perbatasan negara di Provinsi NTT meliputi wilayah kecamatan dan
atau wilayah kabupaten/kota yang secara geografis dan demografis
berbatasan dengan negara Timor Leste dan Australia. Kawasan tersebut
mencakup Kabupaten Kupang, Alor, Belu dan Timor Tengah Utara dengan
Timor Leste serta Kabupaten Rote Ndao yang berbatasan dengan Australia.
LAPORAN RINGKASAN
26
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
27
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
28
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
29
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
30
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
IV.
A
AN
NA
ALLIIS
SA
AP
PO
OT
TE
EN
NS
SII D
DA
AN
NK
KA
AJJIIA
AN
NK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
NS
ST
TR
RA
AT
TE
EG
GIIS
S
W
WIILLA
AY
YA
AH
HP
PE
ER
RB
BA
AT
TA
AS
SA
AN
N
4.1.
Kawasan Lindung
Kawasan Penyangga
Kawasan Budi Daya tahunan
Kawasan Budi Daya tanaman semusim
Kawasan Pemukiman
Kawasan Perindustrian
Kawasan Pertambangan
Kawasan Pariwisata
1. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung adalah suatu wilayah yang karena keadaan dan sifat fisiknya
mempunyai fungsi lindung terhadap tanah, air, flora dan fauna yang didalamnya tidak
diperkenankan untuk dibudidayakan. Dalam hubungan ini konsepsi dasar
pengembangan, aspek konservasi dan rehabilitasi pada dasarnya ditujukan untuk :
A. Melestarikan lingkungun dengan mempertahankan kawasan lindung yang meliputi
hutan lindung, hutan suaka alam, kawasan jalur pengamanan aliran sungai/aliran
air dan sumber mata air dan areal lindung lainnya di luar kawasan hutan yang di
dalamnya tidak diperkenankan adanya budi daya. Kawasan lindung perlu
dipertahankan sebagai areal bervegetasi tetap.
B. Melestarikan hutan suaka alam/hutan wisata dengan memperhatikan
keanekaragaman fauna, flora, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi
kepentingan pengawetan plasma nutfah, ilmu pengetahuan, wisata dan bagi
pembangunan pada umumnya.
C. Membina kawasan lindung yang masih merupakan areal perkebunan dengan
memperhatikan azas konservasi tanah dan air. Kawasan Lindung ini terbagi
kepada :
a. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Dibawahnya.
Hutan Lindung
Penetapan suatu wilayah sebagai hutan lindung didasarkan kepada kelayakan
fisiknya menjadi hutan lindung seperti diatur dalam SK. Menteri Pertanian
Nomor 837/Kpts/Um/11/1980. (lihat Tabel : 4.1). Dalam hubungan ini, suatu
31
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN RINGKASAN
32
LAPORAN RINGKASAN
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
33
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
LAPORAN AKHIR
VI - 34
LAPORAN AKHIR
VI - 35
Sistim reboisasi menganut sistim penutupan vegetasi tetap, antara lain dengan
menggunakan jenis pohon yang berdaur panjang (lebih dari 10 tahun), sehingga
penebangan dapat dilakukan pada interval yang tidak terlalu pendek.
Perkebunan
Penetapan kawasan Perkebunan yang berfungsi sebagai kawasan penyangga
diisyaratkan dengan ketentuan, antara lain;
Tinggi tempat kurang dari ketinggian 2.000 meter dpl.
Kemiringan lereng kurang dari 40%
Kedalaman tanah efektif lapisan atas lebih dari 30 cm.
Berdasarkan kriteria standar teknis yang digunakan dalam penetapannya, maka
pengaturan pelaksanaan usaha budi daya perkebunan antara lain sebagai berikut;
Ditetapkan kepada setiap unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan mulai
dari sesuai untuk setiap jenis komoditi tanaman perkebunan dengan mengingat
pengendalian erosi dan run off dan fungsi hidrologis.
Bangunan yang diperbolehkan terbatas pada bangunan yang dapat menunjang
unit usaha produksi perkebunan dengan persyaratan khusus. yaitu; meliputi
pabrik, perumahan karyawan, gudang dan bedeng, pembibitan. Hal ini karena
eratnya kaitan dengan tata air (run off, peresapan air kedalam tanah)
Lokasi bangunan diarahkan pada lahan dengan struktur tanah stabil dengan
kemiringan lapangan yang memungkinkan dibangun kontruksi bangunan tanpa
memberikan dampak negatif kelestarian lingkungan.
Usaha Tani Campuran (Agroforestri)
Kriteria standar teknis yang digunakan dalam penetapan kawasan usaha tani
campuran adalah sama seperti untuk usaha perkebunan. Sehubungan dengan itu
penetapan pelaksanaannya pada kawasan ini adalah sebagai berikut; Ditujukan untuk
unit lahan yang mempunyai nilai kesesuaian lahan mulai tidak sesuai sampai dengan
sangat sesuai untuk semua jenis tanaman pada pola Agroforestry.
Penetapannya pada suatu unit lahan, harus menunjang fungsi lindung terhadap
tanah dan air guna pengaturan hidrologis
Dalam penetapan pilihan komoditas tanaman, selain mempertimbangkan
kesesuaian dan kemampuan lahan serta konservasi tanah, juga perlu
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi.
3. Kawasan Budi Daya Tanaman Tahunan
Kawasan Budi Daya Tanaman Tahunan adalah suatu wilayah budi daya pertanian
dalam arti luas, yang diusahakan dengan tanaman tahunan. Pada kawasan tersebut,
penggunaan lahannya sesuai atau seharusnya memperhatikan kemampuan dan
kesesuaian lahan dengan tetap mengacu kepada kriteria umum kawasan penyangga
dengan kelerengan lapangan antara 15 45%. Penggunaan lahan yang
diperkenankan dalam kawasan budi daya tanaman tahunan meliputi :
Hutan Produksi Tetap/Bebas
Wilayah hutan secara fisik teknis layak di tetapkan sebagai hutan produksi tetap
apabila total nilai skoring kemampuan lahannya sebesar 124 atau kurang, di luar
hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan konversi lainnya dengan kelerengan
lapangan antara 15 45 %. Hutan produksi tetap/bebas.
LAPORAN AKHIR
VI - 36
VI - 37
6. Kawasan Perindustrian
Kriteria standar teknis penetapannya diatur dalam Keputusan Presiden RI No 32
tahun 1990. Dalam hal ini suatu kawasan industri adalah kawasan yang diperuntukan
bagi industri berupa tempat pemusatan kegiatan industri apabila memenuhi syarat
sebagai berikuti;
Tidak terletak di kawasan lindung,
Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah, khususnya sawah yang
memperoleh pengairan dari jaringan irigasi
Tidak boleh terletak pada lahan yang berpotensi untuk pembangunan jaringan
irigasi yaitu lahan usaha tani dengan fasilitas irigasi.
Tersedia sumber air dan bahan baku yang cukup
Tidak menimbulkan dampak sosial negatif.
7. Kawasan Pertambangan
Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang diperuntukan bagi pertambangan baik
pada wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan
pertambangan. Adapun kriteria lokasinya sesuai dengan ketetapan Departemen
Pertambangan dan Energi untuk daerah masing-masing yang mempunyai potensi
bahan tambang bernilai tinggi.
LAPORAN AKHIR
VI - 38
8. Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang di peruntukan bagi kegiatan pariwisata,
dengan potensi persyaratan sebagai berikut:
Mempunyai potensi obyek lokasi yang dapat menarik wisatawan;
Tempat bermukimnya masyarakat dengan kebudayaan bernilai tinggi dan diminati
oleh wisatawan;
Mampu meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan ekonomi
masyarakat setempat.
4.2.
LAPORAN AKHIR
VI - 39
oleh wilayah perbatasan. Lebih khusus lagi, pengembangan kawasan perbatasan ini akan
ditekankan pada tiga aspek utama sebagaimana ciriciri kawasan perbatasan, yaitu:
LAPORAN AKHIR
VI - 40
LAPORAN AKHIR
VI - 41
dijadikan sebagai payung seluruh kebijakan dan strategi yang berlaku secara nasional
untuk seluruh kawasan perbatasan.
Secara umum dalam pengembangan kawasan perbatasan diperlukan suatu pola atau
kerangka penanganan kawasan perbatasan yang menyeluruh (holistic), meliputi berbagai
sektor dan kegiatan pembangunan, serta koordinasi dan kerjasama yang efektif mulai dari
Pemerintah Pusat sampai ke tingkat Kabupaten/Kota. Pola penanganan tersebut dapat
dijabarkan melalui penyusunan kebijakan dari tingkat makro sampai tingkat mikro dan
disusun berdasarkan proses partisipatif, baik secara horisontal di pusat maupun vertikal
dengan pemerintah daerah. Sedangkan jangkauan pelaksanaannya bersifat strategis
sampai dengan operasional.
Adapun kebijakan umum pengembangan kawasan perbatasan antarnegara terdiri dari
tujuh kebijakan, yakni:
1. Menata batas kontinen dan maritim perbatasan antarnegara dalam rangka menjaga
dan mempertahankan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Memberi perhatian lebih besar kepada kawasan perbatasan sebagai halaman depan
negara dan pintu gerbang internasional bagi kawasan Asia dan Pasifik.
3. Mengembangkan kawasan perbatasan dengan pendekatan kesejahteraan dan
keamanan secara serasi.
4. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di kecamatan-kecamatan yang
berbatasan langsung secara selektif dan bertahap sesuai prioritas dan kebutuhan.
5. Meningkatkan perlindungan sumberdaya alam hutan tropis dan kawasan konservasi,
serta mengembangkan kawasan budidaya secara produktif bagi kesejahteraan
masyarakat lokal.
6. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) melalui pembangunan di bidang
pendidikan, kesehatan, perhubungan dan informasi.
7. Meningkatkan kerjasama pembangunan di bidang sosial, budaya, keamanan dan
ekonomi dengan negara-negara tetangga.
4.2.6. Strategi Umum Pengembangan Kawasan Perbatasan
Kebijakan pengembangan kawasan perbatasan, baik darat dan laut, perlu dijabarkan ke
dalam strategi umum yang dilaksanakan melalui upaya-upaya: (1) penyelarasan kegiatankegiatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui anggaran pembangunan
sektoral dan daerah, yang diarahkan bagi pengembangan kawasan pertumbuhan, dan
pengembangan wilayah terpadu kawasan perbatasan; (2) pembentukan lembaga
pengembangan kawasan perbatasan nasional yang bertugas menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan berbagai kegiatan pengembangan kawasan perbatasan di tingkat
pusat; (3) keberpihakan dan perhatian yang lebih besar kepada sektor-sektor di pusat
terhadap kawasan perbatasan; dan (4) pemberian dukungan dan fasilitasi pengembangan
kawasan perbatasan oleh instansi pusat dan pihak investor dalam maupun luar negeri.
Sedangkan strategi umum pengembangan kawasan perbatasan tersebut adalah:
1. Penetapan garis batas antar Negara
2. Peningkatan sarana dan prasarana perbatasan melalui pembangunan pos-pos lintas
batas beserta fasilitas bea cukai, imigrasi, karantina dan keamanan, serta sarana dan
prasarana fisik lainnya.
LAPORAN AKHIR
VI - 42
LAPORAN AKHIR
VI - 43
4.3.
LAPORAN AKHIR
VI - 44
LAPORAN AKHIR
VI - 45
LAPORAN AKHIR
VI - 46
4.4.
LAPORAN AKHIR
VI - 47
Kegiatan lintas batas yang sering terjadi adalah lintas batas tradisional melalui jalan
masuk yang dahulu pernah digunakan sebagai jalan biasa sewaktu Timor Leste masih
menjadi salah satu Provinsi Indonesia, seperti yang ada di perbatasan antara Kabupaten
TTU (Provinsi NTT) dan Oekussi (Timor Leste). Untuk memfasilitasi warganya di Oekussi
mengunjungi wilayah Timor Leste lainnya, Pemerintah Timor Leste mengusulkan adanya
ijin bagi warga Oekussi untuk menggunakan prasarana jalan dari Oekussi ke wilayah
utama Timor Leste. Namun usulan ini masih belum ditanggapi oleh pihak Republik
Indonesia Potensi sumberdaya alam yang tersedia di wilayah perbatasan NTT pada
umumnya tidak terlalu besar, mengingat kondisi lahan di sepanjang perbatasan tergolong
kurang baik bagi pengembangan pertanian, sedangkan hutan di sepanjang perbatasan
bukan merupakan hutan produksi atau konversi serta hutan lindung atau taman nasional
yang perlu dilindungi.
Kondisi masyarakat di sepanjang perbatasan umumnya miskin dengan tingkat
kesejahteraan yang rendah dan tinggal di wilayah terisolir. Sumber mata pencaharian
utama masyarakat di wilayah perbatasan adalah kegiatan pertanian lahan kering yang
sangat tergantung pada hujan. Kondisi masyarakat di wilayah Indonesia ini saat ini pada
umumnya bahkan masih relatif lebih baik dari masyarakat Timor Leste yang tinggal di
sekitar perbatasan. Dengan demikian, wilayah perbatasan di NTT khususnya di lima
kecamatan yang berbatasan langsung dengan Timor Leste maupun daerah NTT secara
keseluruhan perlu diperhatikan secara khusus karena dikhawatirkan akan terjadi
kesenjangan yang cukup tajam antara masyarakat NTT di perbatasan dengan
masyarakat Timor Leste, khususnya penduduk Belu yang sebagian besar masih miskin.
4.4.1. Potensi Pengembangan Investasi di Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara
Timur
Kawasan perbatasan di Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di Kabupaten Kupang, Alor,
Belu dan Timor Tengah Utara dengan Negara Timor Leste serta Rote Ndao yang
berbatasan dengan Negara Australia serta terdapat 5 kabupaten prioritas di kawasan
perbatasan, 5 pulau terluar dimana 2 diantaranya rawan dari sisi HANKAM (Pulau Batek
dan Pulau Dana). Potensi sumber daya alam yang tersedia dikawasan perbatasan NTT
pada umumnya tidak terlalu besar, mengingat kondisi lahan di sepanjang perbatasan
tergolong kurang baik bagi pengembangan pertanian. Sedangkan hutan di sepanjang
perbatasan bukan merupakan hutan produksi atau konversi serta hutan lindung atau
taman nasional yang perlu dilindungi.
Potensi unggulan sektoral di NTT yang berpeluang untuk dikembangkan dan
mendapatkan investasi lebih difokuskan dan diarahkan pada sector:
1. Sektor pertanian tanaman pangan dengan konsentrasi untuk tanaman jagung untuk
bahan baku tanaman ternak.
2. Sector kelautan dengan konsenterasi pada cabang usaha budidaya rumput laut.
3. Sector peternakan dengan konsentrasi pada cabang usaha
-
Pembesaran ternak ruminansia besar dan sedang seperti sapi, kerbau dan kuda;
4. Sektor indutsri dengan konsenterasi pada cabang usaha industry pembuatan pakan
ternak.
LAPORAN AKHIR
VI - 48
V.
K
KO
ON
NS
SE
EP
PD
DA
AN
NA
AR
RA
AH
HA
AN
NP
PO
OLLA
AR
RU
UA
AN
NG
GK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
N
S
T
R
A
T
E
G
I
S
W
I
L
A
Y
A
H
P
E
R
B
A
T
A
S
A
N
STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
Untuk mewadahi pola ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana
pola ruang RTRW provinsi dan RTRW Kabupaten / Kota;
Sebagai alokasi ruang untuk kawasan budi daya bagi berbagai kegiatan strategis
untuk pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, pertahanan dan keamanan,
serta kawasan lindung bagi pelestarian lingkungan dalam Kawasan Strategis Provinsi;
Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun; dan
Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang skala besar, sedang dan
kecil oleh pemerintah daerah provinsi.
Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah provinsi yang dinilai mempunyai
pengaruh sangat penting terhadap wilayah provinsi bersangkutan; dan
5.1.
5.1.1. INTEGRASI
LAPORAN AKHIR
VI - 49
Strategi :
1. Memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian hutan
untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup;
2. Meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan di bawahnya berupa
kawasan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan;
3. Memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam,
rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup serta penetapan kawasan lindung spiritual;
4. Memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam, pelestarian
alam, dan cagar budaya;
5. Menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan pengawasan
kegiatan perusakan lingkungan terutama pada kawasan yang berpotensi
menimbulkan bencana alam, serta pengendalian untuk kegiatan manusia secara
langsung;:
6. Memantapkan wilayah kawasan lindung geologi yang terdiri dari cagar alam geologi,
kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah disertai dengan pemantapan zonasi di kawasan dan wilayah
sekitarnya serta pemantapan pengelolaan kawasan secara partisipatif; dan
7. Memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha pelestarian alam.
Kebijakan 2 :
Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem agropolitan
serta minapolitan berbasis perikanan dan ekowisata dan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Strategi:
1. Mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan produktivitas lahan
dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;
2. Menetapkan dan pengembangan kawasan hutan rakyat
penyediaan hutan oleh rakyat;
dalam mendukung
LAPORAN AKHIR
VI - 50
Strategi :
1.
Menentukan zoning tata ruang di dalam kawasan pesisir dan laut yang potensial
untuk dikembangkan;
2.
3.
4.
5.
Kebijakan 4 :
Mempertahankan fungsi dan peran kawasan pertahanan dan keamanan di Rote Barat
Daya dan Pulau Ndana, Kabupaten Rote Ndao
Strategi :
1. Mendukung penetapan kawasan strategis Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan
dan Keamanan;
2. Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan peruntukkannya;
3. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di
sekitar kawasan yang mempunyai fungsi khusus pertahanan dan kemanan sebagai
zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan budidaya terbangun;
4. Menetapkan jarak bebas aman kawasan khusus militer dengan guna lahan lainnya
terutama permukiman;
5. Memberikan hak pengelolaan kepada masyarakat atau pemerintah berdasarkan
kerjasama, harus sesuai ketentuan yang disepakati sehingga menguntungkan kedua
belah pihak;
6. Mengendalikan kawasan sekitar kawasan militer secara ketat; dan
7. Menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
B. Rencana Pola Ruang
B.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai
sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.
Penetapan kawasan lindung di Kabupaten Rote Ndao pada dasarnya merupakan
penetapan fungsi kawasan agar wilayah yang seharusnya dilindungi dan memiliki fungsi
perlindungan dapat dipertahankan, untuk mempertahankan ekosistem sebagai kawasan
perlindungan sekitarnya. Kawasan yang menjadi kawasan lindung adalah :
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan perlindungan bawahannya, meliputi : kawasan resapan air dan kawasan
bergambut.
LAPORAN AKHIR
VI - 51
3. Kawasan perlindungan setempat, yang meliputi : kawasan sekitar mata air, sempadan
sungai, sekitar waduk/telaga, kawasan sekitar rawa dan sempadan sungai.
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi : kawasan suaka
alam, suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan margasatwa laut,
cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan
taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam
laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
5. Kawasan Rawan Bencana Alam.
Kawasan Hutan Lindung
Hasil inventarisasi dari dinas perhutani, Kawasan hutan lindung di Kabupaten Rote
Ndao yaitu seluas 9469.25 ha atau 7.39 % dari luas Kabupaten Rote Ndao yaitu yang
terdiri dari luas daratan 1.280,10 km2 dan luas lautan 2.376 km2, dimana lokasi hutan
lindung menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Rote Ndao yang diharapkan dapat
meningkatkan fungsi serapan air. Persebaran terbesar antara lain pada Kecamatan
Rote Timur, Kecamatan Rote Barat Laut, Kecamatan Lobalain dan Kecamatan Pantai
Baru.
Berbagai kerusakan telah terjadi pada hutan lindung di wilayah-wilayah tersebut
berupa :
Alih fungsi hutan lindung menjadi kawasan pertanian.
Sebagian besar areal kawasan telah mengalami degradasi, akibat penebangan
yang tidak terkontrol, dan usaha reboisasi yang belum berhasil dengan baik.
Akibatnya pada tahun 2010 luas lahan dalam kawasan hutan di Kabupaten Rote
Ndao yang termasuk ke dalam kategori kritis adalah 33443 ha.
kegiatan
budidaya,
kecuali
yang
tidak
LAPORAN AKHIR
VI - 52
LAPORAN AKHIR
VI - 53
LAPORAN AKHIR
VI - 54
Kecamatan Lobalain
LAPORAN AKHIR
VI - 55
Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara
alamiah maupun buatan manusia;
2.
3.
Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat
pusat-pusat permukiman penduduk;
Mengandung satwa baru yang dapat dikembangbiakkan sehingga memungkinkan
perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga dan
kelestarian satwa;
4.
LAPORAN AKHIR
VI - 56
produksi terbatas tidak boleh dilakukan alih fungsi penggunaannya, ini disebabkan
hutan produksi terbatas di dasarkan atas kondisi fisik lahan yang masuk dalam
kategori kawasan konservasi.
Peruntukan Hutan Produksi Tetap
Hutan produksi tetap pada dasarnya hasil hutan dapat dikelola seoptimal mungkin,
tetapi tetap memberlakukan prinsip dasarnya yakni apa yang diambil dari alam harus
diganti dengan hal yang serupa kepada alam sehingga pengambilan hasil hutan harus
dilaksanakan secara bergilir dan dilakukan penanaman kembali sebagai bagian dari
upaya pelestarian sekaligus mempertahankan kualitas alam.
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan kriteria kawasan yang dapat
diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Hutan
rakyat seringkali dibangun dalam bentuk campuran antara tanaman-tanaman
kehutanan dengan tanaman pertanian jangka pendek.
Tabel 5.1
Luasan Hutan Rakyat pada Masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
KECAMATAN
LUAS (Ha)
TOTAL LUAS
1580
1467
3356.6
453.5
0
0
1291
1113
9261.1
LAPORAN AKHIR
VI - 57
sebesar 3672 Ha atau 3,11% dari luas total Kabupaten Rote Ndao. Kawasan
persawahan menyebar dari hulu hingga hilir di Kabupaten Rote Ndao namun dominan
terdapat di Kecamatan Rote Barat Daya, Rote Barat Laut, Rote Tengah, Pantai Baru
dan Rote Timur.
Kawasan Pertanian Lahan Kering
Pertanian lahan kering adalah lahan yang ketika musim hujan ditanami padi dan saat
musim kemarau ditanami padi gogo atau palawija seperti kacang hijau, kedelai, kacang
tanah, ubi kayu. Termasuk dalam pertanian lahan kering adalah peruntukan tegalan,
pekarangan, ladang dan lahan pertanian yang tidak mendapat layanan irigasi atau
sawah tadah hujan. Luas lahan pertanian berupa pertanian tanah kering di Kabupaten
Rote Ndao sebesar 23851 Ha atau sebesar 18.63% dari luas total Kabupaten Rote
Ndao.
Kawasan Peruntukan Perkebunan
Luas kawasan perkebunan di Kabupaten Rote Ndao adalah 23757.75 Ha atau sekitar
18.56% dari total luas wilayah Kabupaten Rote Ndao. Komoditi perkebunan utamanya
adalah Kelapa, Kapuk, Jambu Mete dan Lontar.
Potensi
Pengembangan
Perikanan Budidaya
Komoditas Unggulan
Budidaya Rumput Laut
Budidaya Kerapu
Budidaya Tambak
Perikanan Tangkap
Industri Perikanan
Pariwisata Bahari
Industri Garam
Budidya Mutiara
Pelagis Besar
Demersal
Pelagis kecil
Pelabuhan Perikanan
Pembekuan ikan
semi caragenan dan
tepung rumput laut
pengolahan ikan
tradisional
Pariwisata Pantai
taman laut/terumbu karang
Sport fishing
Tambak garam
Pengolahan garam
beryodium
Pusat kegiatan
semua wilayah Pesisir
Londalusi,Daiama,Bolatena, Tesabela,Tungganamo,Kioen,
oebou,daudolu,oelua,boni,tolama, oeseli
Londalusi,sotimori,daiama, serubeba,tungganamo,tesabela,
kioen,onatali,baadale,namadale, daudolu,netenain,oelua,batutua,
oetefu, dolasin,oelasin,
daiama,oebou,pulau dengka
semua wilayah Pesisir
semua wilayah Pesisir
semua wilayah Pesisir
metina,londalusi
metina
metina
londalusi,metina,namodale, tesabela,metina,namodale,oelua,
daudolu,batutua,ndao,nuse
daiama,boa,nemberala,sedioen, oenggaut,leli
ndao,nuse,leli,edalode,nusakdale, sonimanu,batulilok
semua wilayah Pesisir
Londalusi,sotimori,daiama, serubeba,tungganamo,tesabela,
kioen,onatali,baadale,namadale, daudolu,netenain,oelua,batutua,
oetefu,dolasin,oelasin,
Tesabela, namodale, metina
LAPORAN AKHIR
VI - 58
LAPORAN AKHIR
VI - 59
dengan belum adanya pemanfaatan ruang laut dan pesisir yang mengalokasikan ruang
laut untuk kegiatan yang saling mendukung dan memisahkannya dari kegiatan yang bisa
merusak. Oleh sebab itu perlu diupayakan adanya suatu perencanaan/penataan ruang
wilayah pesisir dan laut yang bersifat terpadu dan berkelanjutan.
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan memiliki wilayah daratan dan wilayah laut
sejauh 12 (dua belas mil laut), diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah kewenangan provinsi untuk
kabupaten/kota. Kewenangan daerah terhadap sumberdaya pesisir dan lautan meliputi
kewenangan dalam:
Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut.
Pengaturan kepentingan administratif.
Pengaturan tata ruang.
Penegakan hukum yang menjadi wewenangnya.
Pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil yang secara ekologis terpisah dari pulau
induknya (mainland) dan memiliki batas yang pasti, terisolasi dari habitat lain, sehingga
mempunyai sifat insuler. Keterisolasian suatu pulau akan menambah keanekaragaman
organisme yang hidup dan dapat membentuk kehidupan yang unik di pulau tersebut.
Potensi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Rote Ndao memiliki 102 buah pulau
kecil, terdiri dari 96 buah pulau tidak berpenghuni dan 6 buah pulau berpenghuni.
Disamping itu memiliki kawasan ekosistim terumbu karang seluas 714 Ha, vegetasi
mangrove 1.232 Ha, padang lamun 1.429,6 Ha dan termasuk dalam Kawasan Konservasi
Perairan Nasional (KKPN) Laut Sawu (Zona 3) seluas 2.953.964,37 Ha.
Pulau-pulau kecil pada umumnya memiliki potensi sumberdaya alam daratan (terestrial)
yang sangat terbatas, tetapi sebaliknya memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup
besar, dimana potesi perikanan di pulau-pulau kecil didukung oleh adanya ekosistem
seperti terumbu karang, padang lamun (seagras) dan mangrove yang perlu dilestarikan.
Maka arahan pelestarian ekosistem kelautan adalah sebagai berikut:
Hutan Mangrove/Bakau
Menjaga kelangsungan pola-pola alamiah, skema aktivitas siklus pasang surut serta
limpasan air tawar. Untuk struktur pesisir dan pola pengembangan yang berpotensi
mengubah pola-pola alami tersebut, harus didesign untuk menjamin bahwa pola tersebut
tetap terpelihara dengan cara:
Memelihara pola-pola temporal dan spasial alami dari salinitas air permukaan dan
air tanah. Pengurangan air tawar akibat perubahan aliran, pengambilan atau
pemompaan air tanah seharusnya tidak dilakukan apabila menganggu
keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir.
Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan
sedimentasi.
Menjaga batas maksimum untuk seluruh hasil panen yang dapat diproduksi.
Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena tumpukan minyak dan bahan
beracun lainnya harus memiliki rencana-rencana penanggulangan.
Mengembangkan ekosistem hutan mangrove terjadi mekanisme hubungan antara
ekosistem mangrove dengan jenis-jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun
dan terumbu karang.
LAPORAN AKHIR
VI - 60
LAPORAN AKHIR
VI - 61
LAPORAN AKHIR
VI - 62
suaka margasatwa Pulau Ndana yang merupakan habitat rusa sebagai salah satu
hewan endemik di wilayah perencanaan.
Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Rote Ndao sebesar 7.157,23 Ha yang
tersebar di seluruh wilayah pesisir Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao
Taman Wisata Alam dan taman wisata alam laut di Kabupaten Rote Ndao yang terdiri
dari Pulau Ndana, Pantai Nemberala, Pantai Boa, Batu Termanu, Pantai Leli, dan
Pulau Doo, Pantai Mulut Seribu, Pemandian Oemau, Pantai Vei, Pantai Tesabela,
Pantai Tongga, Pantai Oeseli, HUS Ndeo & Danau Oendui.
ARAHAN
SERTA STRATEGI
PEMANFAATAN RUANG
LAPORAN AKHIR
VI - 63
perkembangan yang ada dari kebijakan Provinsi Nusa Tenggara Timur cukup besar dan
diikuti oleh keberadaan Kabupaten Belu dan Timor Tengah Selatan serta Distrik Ambenu
dapat menjadi market maupun demand dari produk-produk domestik kabupaten Timor
Tengah Utara.
Tinjauan keterkaitan antara wilayah dalam konstelasi dengan perbatasan antar kabupaten
dapat diuraian secara rinci berdasarkan sektor yang dikembangkan antara lain:
Arahan Pengembangan Fungsi Penggunaan Lahan
Kawasan Lindung
Kebijakan wilayah untuk penggunaan lahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan
Kabupaten Belu terutama terkait dengan Kawasan Lindung dan Perlindungan sehingga
tercipta keselarasan Fungsi Penggunaan Lahan dan dapat mengendalikan bahayabahaya bencana alam.
Untuk Kabupaten Timor Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Timor Tengah Selatan, wilayah yang perlu dilindungi sehingga tercipta keserasian dan
keberlanjutan ekosistem adalah Cagar alam Mutis Timau. Cagar Alam Mutis Timau
merupakan kawasan mata air yang mengalir ke Kabupaten Timor Tengah Selatan dan
Timor Tengah Utara.
Sedangkan untuk perlindungan lain adalah perlindungan sungai dan daerah rawan
bencana banjir dan longsor.
Kawasan Budidaya
Untuk pengembangan lahan, Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara secara regional
disiapkan untuk pengembangan lahan basah. Kawasan yang dipilih untuk
pengembangan Kawasan Lahan basah yaitu yang berbatasan dengan Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS) dan Kabupaten Belu.
Sementara untuk pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut masuk dalam SWPLTSelat Ombai dengan Sub Pusat Atapupu yaitu untuk wilayah Kabupaten Timor Tengah
Utara (Pantai Utara) dengan potensi kegiatan utama perikanan, pariwisata Bahari dan
Jasa Kelautan.
Pengembangan Ekonomi Wilayah
Pengembangan Wilayah di Kabupaten Timor Tengah Utara terkait Pengembangan
Ekonomi Wilayah sangat dipengaruhi oleh wilayah-wilayah yang ada diperbatasannya.
Wilayah tersebut memberikan kontribusi perkembangan. Wilayah Kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS) dan Belu merupakan wilayah penghasil tanaman pangan
sehingga sumbangsih Kabupaten Sekitar untuk mensupply hasil pertanian sangat
penting. Seperti bahasan sebelumnya tentang Fungsi Penggunaan Lahan bahwa
wilayah sekitar Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan lahan pertanian dan sebagai
pensupply beras untuk Kabupaten Timor Tengah Utara.
Arahan Pengembangan Transportasi
Untuk mendukung perkembangan kegiatan Ekonomi maka perlu Prasarana Penunjang
Pengembangan Ekonomi, Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan wilayah
perlintasan antara Barat ke Timur dari P. Timor. Jalur tersebut menghubungkan antara
Kupang TTS - TTU Belu. Untuk Menghubungkan Jalur Kupang TTS TTU Belu
tersedia Jalan Nasional dengan Kualitas yang Baik. Perkembangan kegiatan ekonomi
LAPORAN AKHIR
VI - 64
wilayah dapat menguntungkan wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara sebagai Kota
perlintasan. Arus Aliran Barang dan Orang yang bergerak cukup besar sehingga
perkembangan Kabupaten Timor Tengah Utara untuk pelayanan ke Kabupaten TTS
dan Kabupaten Belu dapat ditunjang oleh kelengkapan fasilitas yang dimiliki.
Untuk Sarana Transportasi yang dapat mengakses Kabupaten Timor Tengah Utara,
melalui jalan darat terlintasi Jalan Nasional untuk jalur Kupang TTS TTU Belu.
Untuk Jalur Udara Akses Kabupaten Timor Tengah Utara melalui El Tari Kupang dan
Haliwen Atambua.
Sedangkan untuk Jalur Akses Laut, Selain dilayani oleh Pelabuhan Tenau Kupang juga
oleh Pelabuhan Atapupu Belu, dan untuk Layanan lokal Pelabuhan Wini dapat
difungsikan untuk pelayanan laut.
Pengembangan transportasi diarahkan untuk memperluas jaringan jalan dan
peningkatan mutu pelayanan jalan daerah maupun memperluas jaringan perhubungan
laut (pelabuhan Wini). Sehingga interaksi dari kota Kefamenanu ke desa-desa
perbatasan dapat diintensifkan.
Sistem transportasi sebagai unsur pengembangan wilayah, hendaknya ditujukan tidak
saja untuk menjembatani kegiatan koleksi-distribusi barang, tetapi juga sebagai
investasi publik untuk melayani interaksi sosial dan
pelayanan
masyarakat.
Pengembangan sistem transportasi di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara untuk
membuka daerah-derah terisolasi dibagian selatan, utara, barat, tengah dan timur,
melalui pembukaan jalan baru maupun peningkatan jalan yang sudah ada serta
pembangunan terminal regional dan terminal lokal.
Strategi pengembangan kawasan Prioritas/Perbatasan di Kabupaten Timor
Tengah Utara
Untuk pengembangan Kawasan Perbatasan yang sangat strategis di Kabupaten
Timor Tengah Utara dapat ditinjau dari :
1. Pusat Pelayanan dan Pengembangan Kawasan Perbatasan
Pusat Pelayanan dan Pengembangan Kawasan perbatasan yang dimaksud
adalah suatu kawasan yang mempunyai fungsi sebagai pelayanan lokal,
regional, nasional dan internasional. Kawasan yang potensi dikembangakn
adalah sebagai pusat pelayanan dan pengembangan kawasan perbatasan
adalah Desa Humusu C (Wini), Napan (Miomaffo Timur) dan Kecamatan Mutis
serta Pusat-pusat Pelayanan lainnya perlu disiapkan dengan sistem clasterclaster sesuai dengan tingkat aksesibilatas desa-desa perbatasan.
Ketiga Pusat utama pelayanan dan pengembangan kawasan tersebut
dihubungkan oleh jalan nasional sekaligus jalan utama kawasan yang
menghubungkan kawasan dengan wilayah luar Negara, sedangkan antara pusat
utama dengan pusat pelayanan di bawahnya dan antar pusat pelayanan sendiri
dihubungkan oleh jalan Provinsi atau Kabupaten (jalan arteri dan kolektor
kawasan).
Pusat Pelayanan utama maupun pusat pelayanan di bawahnya, masing-masing
mengemban fungsi dan peran yang diharapkan dari pusat utama kawasan
perbatasan adalah sebagai berikut :
Berfungsi sebagai pusat kawasan perbatasan dan pelayanan keimigrasian dan
lintas batas.
LAPORAN AKHIR
VI - 65
Sebagai pusat pemasaran dan bea cukai sekaligus merupakan pusat koleksi
dan distribusi bagi desa-desa (wilayah) sekitarnya
Berperan penting dalam pengkaitan kawasan regional dan nasional serta
kawasan wilayah internasional, yakni dalam rangka komersialisasi pertanian,
penyebaran jasa percukaian. Sehingga untuk menunjang peran tersebut,
dibutuhkan fasilitas bea cukai, pelayanan lintas batas, perbankan, industri kecil
(agroindustri), pertukangan serta fasilitas sosial ekonomi budaya dan lapangan
kerja non pertanian yang berfungsi menunjang wilayah belakang.
Memberikan fasilitas dan pelayanan kebutuhan dasar untuk rumah tangga
(berupa fasilitas sosial, ekonomi dan budaya) serta fasilitas dan pelayanan
penunjang kegiatan pertanian.
Penyedia fasilitas dan pelayanan untuk merangsang tumbuhnya industri kecil
(agroindustri) serta produktivitas pertanian. Sehingga untuk menunjang peran
tersebut, sangat dibutuhkan upaya pengembangan fasilitas perekonomian
seperti pasar dan koperasi.
Rencana Alokasi Pola Ruang
Pola dan intensitas pengelolaan fisik di desa-desa perbatasan diarahkan guna
membentuk fisik kawasan efesien dan mengefektifkan penyelenggaraan kegiatan
dalam kawasan.
A. Kawasan Lindung
Lokasi penentuan kawasan lindung yang memiliki kemiringan lereng
>40%
Lokasi kawasan perlindungan setempat teridentifikasi antara lain
sempadan pantai dan sempadan sungai.
B. Kawasan Lingkungan Rawan Non Lindung
Kawasan ini meliputi kawasan rawan bencana alam, kawasan terdegradasi
dan kawasan peka polusi. Untuk Kawasan Wini perlindungan terhadap
rawan erosi daerah pantai dan perlu adanya pelestarian hutan mangrove
sebagai penahan gelombang. Kawasan terdegradasi seperti akibat erosi
berat, bekas penambangan, akibat endapan lumpur dan intrusi air laut.
C. Kawasan Budidaya
Untuk kegiatan pertanian yang didapat dikembangkan adalah
pengembangan pertanian lahan basah dan lahan kering, lokasi berada di
daerah datar hingga landai serta berada sebelah sungai.
D. Kawasan Permukiman
Pada umumnya kondisi alam kawasan perbatasan cukup curam maka
perkembangan permukiman akan bersifat linier mengikuti kondisi jaringan
jalan. Kawasan yang boleh dikembangan untuk permukiman setelah 1 km
dari buffer zone sesuai aturan Undang-Undang.
E. Kebutuhan Elemen di Kawasan Perbatasan
Fasilitas Keamanan, penyediaan fasilitas keamanan merupakan syarat
mutlak mengingat posisi Kawasan Perencanaan sebagai titik perbatasan
yang membutuhkan pengamanan ekstra. Fasilitas keamanan berupa Pos
penjagaan dan pelengkapannya
Fasilitas Imigrasi
LAPORAN AKHIR
VI - 66
ARAHAN
SERTA STRATEGI
PEMANFAATAN RUANG
LAPORAN AKHIR
VI - 67
LAPORAN AKHIR
VI - 68
2.
3.
VI - 69
LAPORAN AKHIR
VI - 70
4.
5.
6.
LAPORAN AKHIR
VI - 71
Mengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa
secara berhirarki, meliputi:
1. Membentuk pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat dusun
terutama pada permukiman perdesaan yang berbentuk klaster;
2. Mengembangkan pusat kawasan perdesaan secara mandiri;
3. Mengembangkan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi melalui
desa pusat pertumbuhan; dan
4. Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan
secara berjenjang.
LAPORAN AKHIR
VI - 72
LAPORAN AKHIR
VI - 73
VI - 74
LAPORAN AKHIR
VI - 75
10. mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
11. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan
dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak
sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana
kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan;
12. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;
dan
13. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang
terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap
memelihara
dan
meningkatkan
kualitas
nilai
serta
keanekaragamannya.
C. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Rencana pola ruang kawasan lindung mencakup kawasan hutan lindung, kawasan
yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan
setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan
rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya.
Kawasan hutan lindung yang direncanakan di Kabupaten Belu berdasarkan
ketetapan SK Mentri No. 423 seluas 50.153,78 Ha. Tersebar pada hampir seluruh
kecamatan antara lain Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Atambua Barat,
Kecamatan Atambua Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Lamaknen,
Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan, Kecamatan
Nanaet Duabesi, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan
Kobalima Timur. Adapun nama-nama kawasan hutan lindung itu antara lain Selie,
Tukubesi, Bifennasi-Sonmahole, Lakaan Mandeu, dan Fatukasar.
Tabel 5.3
Luasan Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Belu
NO
1
3
4
5
6
KAWASAN HUTAN
KECAMATAN
Selie
Kobalima
Tukubesi
Tasifeto Timur
Kakuluk Mesak, Atambua Barat,
Tasifeto Barat, Laenmanen, Sasita
Mean
Nanaet Dubesi, Raimanuk, Malaka
Timur, Lamaknen, Lasiolat
Bifennasi-Sonmahole
Lakaan Mandeu
Fatusakar
Kobalima Timur
Total
LUAS (HA)
853.8
268.95
15.591.27
31.166.16
2.273.6
50.153.78
LAPORAN AKHIR
VI - 76
LAPORAN AKHIR
VI - 77
Di Kabupaten Belu, kawasan cagar alam adalah Cagar Alam Maubesi seluas
3.246 Ha yang terletak di Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat,
dan Kecamatan Kobalima.
Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Belu direncanakan di bagian pantai
utara dan selatan yang memiliki hutan bakau yang terdapat di kecamatan Malaka
Tengah seluas 3.125 Ha, Kecamatan Kobalima seluas 3.246 Ha, Kecamatan
Malaka Barat seluas 2.042,3 Ha, Kecamatan Tasifeto Timur seluas 226 Ha dan
kecamatan Kakuluk Mesak seluas 553,7 Ha.
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Belu berupa rumah-rumah adat seperti :
a. Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat;
b. Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen;
c. Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan;
d. Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur;
e. Ksadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur;
f. Perkampungan Adat Kamanasa dan Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan
Malaka Tengah;
g. Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman;
h. Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua;
i. Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen.
Bencana tanah longsor yang terjadi merupakan akibat dari penggundulan
kawasan hutan. Kawasan yang menjadi daerah rawan bencana tanah longsor ialah
sebagian besar kecamatan di Kabupaten Belu kecuali Kecamatan Wewiku,
Kecamatan Weliman, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah.
Kawasan rawan banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan
sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Wilayah
Kabupaten Belu dan Malaka yang rawan banjir meliputi Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Kobalima, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku dan Kecamatan
Malaka Tengah.
Wilayah Kabupaten Belu yang rawan terhadap abrasi pantai ini yaitu Desa SilawanKecamatan Tasifeto Timur dan Desa Jenilu-Kecamatan Kakuluk Mesak. Adapun
salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi pantai adalah dengan
penanaman kembali hutan mangrove yang telah rusak.
D. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 Pasal 63, menyatakan
bahwa rencana pengembangan kawasan budidaya terdiri atas kawasan hutan
produksi, kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan
industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, dan kawasan andalan.
Tabel 5.4
Luasan Kawasan Budidaya di Kabupaten Belu
No
LAPORAN AKHIR
Kawasan Budidaya
Luasan (Ha)
4,328.94
31,946
56,436
19,244.59
3,360
VI - 78
Kawasan Pesisir
Total
2,609.12
3,635
121,559.65
Kawasan hutan produksi Kabupaten Belu dan Malaka secara keseluruhan adalah
seluas 4.328,94 Ha atau 1,93 % dari luas wilayah Kabupaten Belu secara
keseluruhan. Adapun distribusi hutan produksi terbatas diarahkan di Kecamatan
Sasitamean, Kecamatan Laenmanen dan Kecamatan Io Kufeu dengan luasan
kurang lebih 155,88 Ha; kawasan hutan produksi tetap diarahkan di Kecamatan
Tasifeto Barat dengan luasan kurang lebih 199,51 Ha dan Kecamatan Rinhat
dengan luasan kurang lebih 2.241,97 Ha; dan kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi diarahkan di Kecamatan Laenmanen dengan luasan kurang lebih 1.140
Ha.
Luasan kawasan pertanian lahan basah (tanaman pangan) Kabupaten Belu
adalah 31.946 Ha (0,13 % dari luas Kabupaten Belu), dimana terletak di Daerah
Irigasi Malaka, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan
Malaka Barat, Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto
Timur, Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen. Selain lahan pertanian lahan
basah yang telah ada, direncanakan pula kawasan pertanian lahan basah di sekitar
daearah irigasi malaka seluas 10.000 Ha yang terdapat di Kecamatan Malaka Barat,
Malaka Tengah, dan Kobalima.
Kawasan pertanian lahan kering yang ada di Kabupaten Belu dan Malaka memiliki
luasan 56.436 Ha dari luas Kabupaten Belu keseluruhan dimana daerah lahan
kering/tegalan diarahkan di seluruh kecamatan dekat dengan permukiman
penduduk dan pada lereng permukaan lahan yang relatif landai. Areal tanam padi
ladang ini juga terdapat di beberapa kecamatan yaitu: Malaka Barat, Malaka
Tengah, Kobalima, Tasifeto Barat, Tasifeto Timur, Raimanuk dan Lamaknen. Untuk
jagung baboto terdapat di Kecamatan Malaka Timur.
Kawasan hortikultura yang ada di Kabupaten Belu terdiri dari tanaman buah-buahan
dan sayur-sayuran. Adapun perinciannya dapat dilihat di bawah ini:
Buah-buahan:
LAPORAN AKHIR
VI - 79
Sayur-sayuran:
LAPORAN AKHIR
VI - 80
LAPORAN AKHIR
VI - 81
Salah satu penunjang ekonomi Masyarakat Belu dan Malaka adalah ternak,
beberapa jenis ternak telah dibudidayakan oleh masyarakat secara turun
menurun. Adapun lokasi sebaran jenis yang telah dibudidayakan masyarakat
sebagai berikut :
Ternak hewan besar (Kuda, Sapi, Kerbau) dan kecil (Kambing, Babi) terdapat di
Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah,
Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat,
Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen.
Ternak unggas (Ayam Kampung dan Itik) terdapat di Kecamatan Malaka Barat,
Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur,
Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakulukmesak, Kota
Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen.
ARAHAN
SERTA STRATEGI
PEMANFAATAN RUANG
d.
Hutan Lindung
Kawasan Resapan Air
Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan Sungai
2. Sempadan Pantai
Kawasan Rawan Bencana
1. Kawasan Berisiko Lonsor
2. Kawasan Berisiko Banjir
3. Kawasan Berisiko Tsunami
4. Kawasan Berisiko Gerakan Tanah (Gempa)
5. Kehadiran Sesar Aktif
6. Kawasan Berisiko Perusakan Lingkungan (Kebakaran Hutan)
Wilayah Kabupaten Alor termasuk dalam kawasan yang merupakan daerah rawan
bencana Tsunami, bencana Gempa dan bencana Longsor. Oleh karena itu
Rencana Tata Ruang Wilayah serta Konsep Kebijakan Wilayah setempat diarahkan
untuk mengantisipasi bencana-bencana tersebut.
Untuk kawasan perlindungan setempat, konsep pengembangannya adalah:
a.
LAPORAN AKHIR
VI - 82
b.
LAPORAN AKHIR
VI - 83
LAPORAN AKHIR
VI - 84
LAPORAN AKHIR
VI - 85
LAPORAN AKHIR
VI - 86
LAPORAN AKHIR
VI - 87
a.
LAPORAN AKHIR
VI - 88
1.
2.
3.
4.
5.
6.
LAPORAN AKHIR
VI - 89
area, arsenal, daerah uji coba alut sista, kawasan industri sistem
pertahanan dan instalasi-instalasi militer
B. Strategi Penataan Ruang Kawasan Pertahanan, yang dilaksanakan
dengan dua pendekatan.
1. Strategi penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat dinamis
(daerah kegiatan militer dan daerah latihan militer), melalui pendekatan
kegiatan sehari-hari (day to day activity) dengan sasaran menyiapkan
ruang gelar penindakan/operasional militer untuk menghadapi
ancaman/gangguan nyata. Strategi ini disiapkan untuk jangka pendek
2-3 tahun dan dapat dirubah berdasarkan konteks strategis;
2. Strategi penataan ruang kawasan pertahanan yang bersifat statis,
melalui pendekatan geopolitik dan geostrategi, dengan sasaran
menyiapkan lokasi gelar kekuatan tetap dalam program pembangunan
jangka panjang 15- 20 tahun.
D. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Rencana pola ruang kawasan lindung yang ada di Kabupaten Alor meliputi,
Kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, serta kawasan
lindung lainnya.
Kabupaten Alor memiliki kawasan hutan lindung yaitu terletak di Pulau Kangge
Kecamatan Pantar Barat Laut, Kecamatan Pantar Tengah, Kecamatan Pulau Pura,
Kecamatan Alor Barat Daya, Kecamatan Alor Selatan, Kecamatan Alor Timur,
Kecamatan Alor Timur Laut, Kecamatan Pureman, dan Kecamatan Alor Timur.
Hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Alor seluas 51.357,52 Ha.
Kawasan Resapan Air di wilayah Kabupaten Alor, kawasan resapan air memiliki
luas sebesar 38.236,89 Ha yang terdapat hampir di semua wilayah Kecamatan,
yang meliputi Kecamatan Teluk Mutiara, Alor Barat Laut, Kabola, Alor Tengah Utara,
Mataru, Lembur, Alor Timur Laut, Alor Timur, Pureman, Alor Selatan, Alor Barat
Daya, Pantar, Pulau Pura, Pantar Timur, Pantar Tengah, Pantar Barat, dan Pantar
Barat Laut.
Kawasan perlindungan sempadan pantai berada di seluruh Kecamatan di
Kabupaten Alor, dengan luasan sempadan pantai 2.645,23 Ha.
Sempadan sungai dan sempadan Danau di Kabupaten Alor masing-masing dengan
luasan 2.257,98 ha dan 33,69 Ha .
Kabupaten Alor pada saat ini terdapat kawasan lindung taman wisata alam, yaitu
Taman Wisata Alam Tuti Adagae di Desa Kamot Kecamatan Alor Timur Laut
dengan luas 6.186,10 Ha.
Rencana pengembangan taman buru di Kabupaten Alor akan di arahkan di
Kecamatan Pantar Barat Laut tepatnya di Pulau Rusa dengan luas sekitar
1.390,40 Ha. Untuk kepentingan perburuan di dalam taman buru, persyaratan yang
diperlukan :
a. Kondisi jumlah individu satwa buru dalam populasi ;
b. Batas umur satwa yang boleh diburu ;
c. Lamanya perburuan dan wilayah jelajahnya;
LAPORAN AKHIR
VI - 90
LAPORAN AKHIR
VI - 91
DESA
LOKASI
ZONA
LUAS (Ha)
Blangmerang
P. Lapang Utara
Inti
1,774.95
Kalondama Barat
P. Kambing
Inti
834.16
Tg. Margeta
Inti
1,176.55
P. Sika-Alila Timur
Inti
1,292.58
Blangmerang
P. Batang
Inti
755.46
Kalondama Barat
P. Rusa
Inti
873.59
Kalondama Barat
Tg. Soyang
Inti
1,024.15
JUMLAH
7,731.44
DESA
LOKASI
ZONA
LUAS (Ha)
Blangmerang
P. Batang
Perlindungan
464.53
Marisa
P. Kangge
Perlindungan
1,101.74
Kalondama Barat
P. Rusa
Perlindungan
1,342.73
Kalondama Barat
P. Kambing
Perlindungan
261.61
kalondama
Kalondama-Tude
Perlindungan
852.86
Beangonong, Lamma
Beangonong-Lamma
Perlindungan
379.44
Maliang-Bagang
Perlindungan
860.77
Tg. Munaseli
Perlindungan
1,377.43
Kabola
Kabola
Perlindungan
805.24
JUMLAH
7,446.35
LAPORAN AKHIR
VI - 92
VI - 93
pengembangan budidaya rumput laut, dimana luasan kawasan ini 328,32 Ha,
dimana penyebarannya di Kecamatan Alor Barat Laut, Alor Timur, Pantar Barat,
Pantar Tengah, dan Kecamatan Teluk Mutiara.
Kabupaten Alor sudah dikenal sebagai daerah penghasil beberapa bahan
tambang, terutama bahan galian. Minat investor terhadap potensi bahan tambang
yang dimiliki oleh Kabupaten Alor cukup tinggi. Potensi bahan tambang dan galian di
Kabupaten Alor yang telah dikelola sejauh ini adalah tipe C berupa batu hitam.
Bahan tambang dan galian berupa batu hitam telah dikelola oleh beberapa
pengusaha dengan sistem pertambangan rakyat dan telah diekspor ke Jepang dan
Korea dengan jumlah produksi semakin meningkat pada setiap tahun.
Tabel 5.7
Potensi dan Informasi Peluang Investasi Sektor Pertambangan
di Kabupaten Alor
No.
Jenis Tambang
Lokasi
1.
2.
Gypsum
3.
Emas
4.
5.
6.
Pasir 3 warna
7.
8.
Batu Burik
Kaolin
800
Kabupaten Alor juga menyimpan berbagai Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
yang berbentuk wisata budaya. Beberapa diantaranya berbentuk perkampungan
tradisional, yaitu Perkampungan Tradisional Takpala di Kecamatan Alor Tengah
Utara, Monbang dan Aneinfar di Teluk Mutiara, Bampalola di Alor Barat Laut,
Matalafang di Kecamatan Alor Timur Laut dan Perkampungan Bukbar di Desa
Tribur, Kecamatan Alor Barat Daya.
Berbentuk kekayaan alam yang sifatnya alamiah. Sebagian diantaranya merupakan
pantai, pulau, gunung. Wisata alam yang berupa pantai antara lain : di Kecamatan
Teluk Mutiara terdapat Pantai Mali, Pantai Maimol dan Pantai Daere. Di Kecamatan
Alor Barat Laut terdapat Pantai Sebanjar. Di Alor Timur terdapat Pantai Dulibala,
sedangkan di Pantar Barat terdapat Pantai Diddi.
Selain pantai, di Kabupaten Alor juga terdapat potensi wisata alam air mancur, yaitu
di Desa Kamot, Kecamatan Alor Timur Laut. Wisata alam ini potensinya berupa
sumber air panas bumi dengan kandungan belerang, sehingga dapat dijadikan
LAPORAN AKHIR
VI - 94
LAPORAN AKHIR
VI - 95
Persepsi
Ancaman
terhadap
Keamanan
Nasional
LAPORAN AKHIR
VI - 96
LAPORAN AKHIR
VI - 97
TNI,
yang
dapat
yang
LAPORAN AKHIR
VI - 98
VI.
A
AR
RA
AH
HA
AN
NP
PE
EN
NG
GE
EN
ND
DA
AL
LIIA
AN
NP
PE
EM
MA
AN
NF
FA
AA
AT
TA
AN
N
R
RU
UA
AN
NG
GK
KA
AW
WA
AS
SA
AN
NS
ST
TR
RA
AT
TE
EG
GIIS
SW
WIIL
LA
AY
YA
AH
H
P
PE
ER
RB
BA
AT
TA
AS
SA
AN
N
Pemerintah daerah Provinsi/Kab/Kota harus melakukan pengendalian pemanfaatan ruang
di daerahnya. Berdasarkan Permen PU No. 15/PRT/M/2009 mengenai Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Provinsi, terdapat arahan pengendalian pemanfaatan
ruang Provinsi. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi adalah arahan
yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang terdiri dari indikasi arahan
peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif, serta
arahan pengenaan sanksi dalam rangka perwujutan rencana tata ruang wilayah
Provinsi.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi berfungsi untuk:
o
6.1
LAPORAN AKHIR
VI - 99
1.
2.
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk prasarana transportasi darat, laut dan
udara.
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem energi
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air dan
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem sarana lingkungan permukiman
(sistem persampahan regional)
Materi Arahan peraturan zonasi dalam RTRWP, paling tidak mencakup materi:
a.
b.
c.
d.
e.
4.
5.
LAPORAN AKHIR
VI - 100
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
NO
1.
JENIS PERUNTUKAN
Kawasan
Lindung
Hutan
Lindung
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
Sempadan
Pantai
1) Kawasan
Permukiman :
a)
LAPORAN AKHIR
Bentuk
pantai
landai
dengan
gelombang < 2 m,
lebar
sempadan
30 75 m;
1) Kegiatan
yang
berkaitan dengan
kelautan, seperti
pelabuhan,
perikanan
baik
yang telah ada
maupun
yang
baru;
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
1)
2)
Bangunan penunjang/
prasarana
kegiatan
pemanfaatan
hasil
hutan maksimum 2%
blok;
Bangunan
yang
diperlukan
untuk
menunjang
fungsi
hutan lindung dan
atau bangunan yang
merupakan
bagian
dari suatu jaringan
atau transmisi bagi
kepentingan
umum
dan kegiatan wisata
lain
yang
keberadaannya telah
mendapat persetujuan
Menteri
Kehutanan,
misal: Pos pengamat
kebakaran,
pos
penjagaan,
papan
petunjuk/penerangan,
patok
triangulasi,
tugu, tiang listrik,
serta jalan setapak
untuk pariwisata.
Pendirian
bangunan
terbatas untuk mendukung
kegiatan rekreasi dan
wisata
pantai
serta
kegiatan kelautan
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
Kegiatan
pertambangan
dapat dilakukan dengan
persetujuan
Menteri
Kehutanan dan dilarang
pertambangan
dengan
membuka lahan.
Kegiatan
perdagangan
dan jasa yang ramah
lingkungan
VI - 101
1)
2)
3)
4)
5)
6)
NO
JENIS PERUNTUKAN
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
b)
Bentuk
pantai
landai de
ngan
gelombang > 2 m,
lebar
sempadan
50 100 m;
2) Kawasan
Nonpermukiman:
Sempadan
Sungai
LAPORAN AKHIR
a)
Bentuk
pantai
landai
dengan
gelombang < 2 m,
lebar
sempadan
100 200 m;
b)
Bentuk
pantai
landai
dengan
gelombang > 2 m,
lebar
sempadan
150 250 m;
c)
Bentuk
pantai
curam
dengan
gelombang < 2 m,
lebar
sempadan
200 250 m;
d)
Bentuk
pantai
curam
dengan
gelombang > 2 m,
lebar
sempadan
250 300 m.
1) Sungai bertanggul di
luar
kawasan
perkotaan min 5 m;
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
2) Kegiatan
perumahan yang
telah
ada
sekarang
ini,
namun
perlu
penataan sistem
prasarana
lingkungan agar
tidak mencemari
laut
dan
diusahakan ada
sempadan pantai
dengan
lebar
yang disesuaikan;
3) Kegiatan
untuk
melindungi pantai
dari abrasi atau
kerusakan
lainnya,
seperti
penanaman
tanaman
keras,
tanaman perdu,
dan pemasangan
beton (sea wall);
1) Budidaya
pertanian dengan
jenis
tanaman
yang diijinkan;
Mendirikan bangunan,
kecuali
bangunan
untuk
pengelolaan
badan
air
atau
VI - 102
NO
JENIS PERUNTUKAN
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
2) Sungai bertanggul di
dalam
kawasan
perkotaan min 3 m;
3) Sungai tak bertanggul
di
luar
kawasan
perkotaan 50 - 100 m;
4) Sungai tak bertanggul
di dalam kawasan
perkotaan :
a) Kedalaman < 3 m,
sempadan 10 m;
b) Kedalaman 3 20
m, sempadan 15
m;
c) Kedalaman > 20
m, sempadan 30
m;
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
pemanfaatan air
2) Pemasangan
papan reklame,
papan
penyuluhan dan
peringatan, serta
rambu-rambu
pekerjaan;
3) Pemasangan
rentangan kabel
listrik,
kabel
telepon dan pipa
air minum;
4) Pemancangan
tiang
atau
pondasi
prasarana jalan/
jembatan
baik
umum maupun
kereta api;
5) Penyelenggaraan
kegiatankegiatan
yang
bersifat
sosial
dan masyarakat
yang
tidak
menimbulkan
dampak
merugikan bagi
kelestarian dan
keamanan fungsi
serta fisik sungai;
6) Pembangunan
prasarana
lalu
intas air dan
bangunan
LAPORAN AKHIR
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
VI - 103
NO
JENIS PERUNTUKAN
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
Tidak
diperbolehkan
seluruh kegiatan budidaya
Tidak diperbolehkan
seluruh
kegiatan
budidaya
yang
menganggu ekosistem
yang dilindungi
pengambilan dan
pembuangan air.
2.
Kawasan
Budidaya
Cagar Alam
Mempunyai
keanekaragaman
biota,
tipe ekosistem, gejala dan
keunikan
alam
bagi
kepentingan
plasma
nutfah, ilmu pengetahuan
dan pembangunan pada
umumnya
Kegiatan penelitian
dan pendidikan
Bangunan
penunjang
kegiatan penelitian dan
pendidikan dengan KDB
maks 2%
Kawasan
Suaka Alam
Laut
Melindungi
keanekaragaman
biota,
tipe ekosistem, gejala dan
keunikan
alam
bagi
kepentingan
plasma
nutfah,
keperluan
pariwisata
dan
ilmu
pengetahuan
Kegiatan penelitian,
pendidikan
dan
wisata alam
Kegiatan
pemanfaatan
sumber daya alam
Kawasan
Hutan
Bakau
Kegiatan pendidikan,
penelitian dan wisata
alam;
Hutan
Produksi
LAPORAN AKHIR
1) Usaha
pemanfaatan
kawasan
(budidaya
Pendirian
bangunan
hanya untuk menunjang
kegiatan
pemanfaatan
Kegiatan
perikanan
tambak harus dilengkapi
dengan
dokumen
lingkungan
Kegiatan
yang
mengurangi luas dan
mencemari ekosistem
bakau
Kegiatan
pertambangan
dengan
kelengkapan
dokumen lingkungan yang
sesuai dengan peraturan
Dilarang
mendirikan
bangunan selain untuk
pemanfaatan
hasil
VI - 104
NO
JENIS PERUNTUKAN
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
hasil hutan
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
perundang-undangan
yang berlaku
hutan
1) Peralihan peruntukan
suatu
areal
untuk
suatu
komoditas
pertanian lahan kering
menjadi
peruntukan
komoditas lain hanya
dimungkinkan
untuk
pemanfaatan dengan
syarat
mempunyai
fungsi sosio ekonomi,
dan estetika yang
lebih
baik
dari
komoditas pertanian
lahan kering yang ada;
1) Pembangunan
kawasan
terbangun lainnya
yang
menyebabkan alih
fungsi
lahan
pertanian;
2) Usaha
pemanfaatan
jasa lingkungan
(pemanfaatan
jasa aliran air,
pemanfaatan air,
wisata
alam,
perlindungan
keanekaragaman
hayati, dsb);
3) Usaha
pemanfaatan
hasil hutan kayu
dan bukan kayu;
4) Pemungutan
hasil hutan kayu
dan bukan kayu
Pertanian
1) Fungsi
utama
pertanian
yang
sifatnya produksi atau
untuk
kepentingan
subsistem
2) Pembatasan
perkembangan
permukiman
agar
fungsi utama tidak
berubah
menjadi
permukiman
perdesaan/ perkotaan
dengan tujuan agar
lahan
pertanian
LAPORAN AKHIR
1) Pertanian kering
dapat
ditanami
padi,
palawija,
sayuran;
2) Tanaman
pangan,
holtikultura,
peternakan
perikanan;
dan
3) Permukiman
petani
dengan
kepadatan
rendah.
VI - 105
2) Pemanfaatan
ruang
yang
mengganggu
fungsi
pertanian
lahan kering dan
fungsi
lindung/
konservasi.
NO
JENIS PERUNTUKAN
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
2) Perkebunan dengan
tanaman mendukung
fungsi lindung dan
tidak
mengganggu
fungsi hidrologi;
3) Mempertahankan
hutan yang masih ada
di blok kawasan.
3) Bangunan
yang
diperkenankan hanya
bangunan penunjang
usaha tani/ sawah
tadah
hujan/
pelayanan lingkungan;
4) Pertanian lahan basah
jika
memungkinkan
dibuat irigasi;
5) Kegiatan
pendukung
pertanian
kering;
lainnya
kegiatan
sawah
LAPORAN AKHIR
Mempertahankan fungsi
yang mempunyai tingkat
gangguan
yang
lebih
rendah
terhadap
1) Permukiman
perdesaan,
agrowisata
dengan
KDB
1) Semua
pemanfaatan
budidaya
termasuk
VI - 106
NO
JENIS PERUNTUKAN
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
maksimum 2%;
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
mendirikan
bangunan kecuali
yang
dikategorikan
dalam
boleh
bersyarat tersebut;
2) Peternakan.
2) Pengembangan
industri menengah
dan besar;
3) Permukiman
perkotaan;
4) Permukiman
perdesaan selain
perumahan rakyat
yang
terkait
langsung dengan
perkebunan.
Permukiman
Perkotaan
LAPORAN AKHIR
1)
Perumahan
kepadatan
rendah, sedang,
tinggi
2)
Fasilitas sosial/
umum/
lingkungan;
3)
Rekreasi indoor/
outdoor;
4)
Rumah sakit;
5)
Pendidikan;
6)
Jasa
dan
perkantoran;
7)
Perdagangan
eceran;
1) Diperkenankan
adanya
kegiatan
industri kecil/ kerajinan
yang
tidak
menimbulkan
pencemaran
lingkungan;
2) Pemanfaatan air tanah
dalam/ sumur bor
harus memperoleh izin
terlebih dahulu;
3) Pembangunan
perumahan
skala
besar
diwajibkan
menyediakan
lahan
pemakaman
sesuai
peraturan
daerah,
minimal 2% dari luas
VI - 107
Industri
menengah,
besar
dan
berat
dengan
tingkat
pencemaran sedang
hingga tinggi serta
industri
yang
menggunakan
air
baku cukup banyak.
NO
JENIS PERUNTUKAN
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
Pasar
tradisional;
Perdagangan
grosir;
10) Pergudangan;
11) Perbengkelan
12) Terminal, parkir,
prasarana
umum;
13) Wisata
perkotaan serta
sarana
sosial
ekonomi sesuai
kebutuhan.
Permukiman
Pedesaan
Pembatasan permukiman
pedesaan tidak berubah
menjadi
permukiman
perkotaan.
1) Perumahan
rakyat,
perumahan
berkepadatan
sangat rendah;
2) Perkebunan;
3) Pertanian lahan
kering (tanaman
pangan,
hortikultura);
4) Agroindustri
keluarga;
5) Intensifikasi
pekarangan bagi
penghijauan;.
6) Wisata budaya.
LAPORAN AKHIR
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
areal;
4) Pengembangan
permukiman
perkotaan
harus
didasarkan
pada
penataan
sistem
prasarana dasar;
5) Wisata
perkotaan
serta sarana sosial
ekonomi
sesuai
kebutuhan
dan
mempertimbangkan
fungsi daya dukung
ruang yang ada;
VI - 108
1) Pengembangan
industri menengah
dan besar/ industri
yang
membutuhkan
banyak air baku;
2) Pertambangan.
NO
JENIS PERUNTUKAN
KETENTUAN
PEMANFAATAN RUANG
PEMANFAATAN
DIIZINKAN TERBATAS
PEMANFAATAN
DIIZINKAN BERSYARAT
atau
setempat.
Kawasan
Pertambang
an
Industri
Pariwisata
Kegiatan
industri
yang sesuai dengan
ketentuan
penduduk
Pemanfaatan ruang di
kawasan
hutan
perlu
mendapat izin dari pihak
berwenang
Pembangunan perumahan
baru di sekitar kawasan
industri, kecuali industri
kecil/ UKM
Bangunan
pendukung
kegiatan pariwisata
PEMANFAATAN
TIDAK DIIZINKAN
1) Kegiatan
yang
merusak
situs
peninggalan masa
lampau dan nilai
budaya;
2) Pelarangan
pendirian
bangunan selain
pendukung
kegiatan
pariwisata
LAPORAN AKHIR
VI - 109
LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN KAJIAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH PERBATASAN
2.
3.
Pembatalan izin pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur;
LAPORAN AKHIR
VI - 110
4.
5.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masingmasing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (ps37 ayat 2).
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum (ps 37 ayat 3).
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana
tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dengan memberikan ganti kerugian yang layak (ps 37 ayat 6).
Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian
yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.
LAPORAN AKHIR
VI - 111
o
o
o
o
b.
Membuat kajian tata ruang pada lokasi yang dimohonkan sesuai dengan Perda Tata
Ruang dan dikoordinasikan dengan Tata Kota, Instansi Pertanahan, Komisi AMDAL
dan Manajemen Lalu Lintas Provinsi Nusa Tenggara Timur Pemohon bersamasama dengan petugas dari Tata Kota, Instansi Pertanahan, Komisi AMDAL dan
Manajemen Lalu Lintas Provinsi Nusa Tenggara Timur serta dari Dinas/Instansi
terkait melaksanakan survey lapangan pada lokasi yang dimohonkan.
c.
d.
e.
Pemohon dapat mengambil surat rekomendasi izin pemanfaatan ruang Tata Kota,
Instansi Pertanahan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Struktur dan pola ruang wilayah Provinsi dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis.
Indikasi arahan peraturan zonasi Provinsi
Peraturan perundangan sektor terkait lainnya.
Arahan insentif fiskal berupa arahan untuk pemberian keringanan atau pembebasan
pajak / retribusi daerah
Arahan insentif non fiskal berupa arahan untuk penambahan dana alokasi khusus,
pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan prosedur perizinan, sewa ruang,
urun saham, penyediaan infrastruktur, pengurangan retribusi, prasarana dan
sarana, penghargaan dari pemerintah kepada masyarakat, swasta, pemerintah
daerah, publisitas/ promosi.
Arahan insentif yang harus disusun dan dimuat dalam RTRW Provinsi, meliputi:
o
o
LAPORAN AKHIR
VI - 112
Struktur dan pola ruang wilayah Provinsi dan / atau rencana tata ruang kawasan
strategis.
Indikasi arahan peraturan zonasi Provinsi
Peraturan perundangan sektor terkait lainnya.
Arahan disinsentif yang harus disusun dan dimuat dalam RTRW Provinsi, meliputi:
o
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur dan pola ruang
wilayah Provinsi serta rencana kawasan strategis;
Pelanggaran indikasi arahan peraturan zonasi system Provinsi;
Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi yang tidak memiliki izin pemanfaatan ruang;
Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi yang telah memiliki izin pemanfaatan ruang
tetapi tidak sesuai dengan RTRW Provinsi;
Pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang sesuai RTRW Provinsi;
Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundangan-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh melalui prosedur yang benar;
Pemberian izin yang melanggar kaidah dan ketentuan pemanfaatan ruang.
Sanksi administratif;
LAPORAN AKHIR
VI - 113
o
o
Sanksi Pidana;
Sanksi Perdata.
SANKSI ADMINISTRATIF
Peringatan tertulis
Penghentian sementara kegiatan
Penghentian sementara pelayanan umum
Penutupan lokasi
Pencabutan izin
Pembatalan izin
Pembongkaran bangunan
Pemulihan Fungsi Ruang
Denda Administratif
SANKSI PIDANA DAN PERDATA
LAPORAN AKHIR
VI - 114