IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
Umur
Berat
Pekerjaan
Agama
Alamat
No. CM
Tanggal Masuk RS
Tanggal Operasi
: Ny. W
: 23 tahun
: 70 kg
: Ibu Rumah Tangga
: Islam
: Jl. Goa Ria Kalang Tubun
: 120300
: 11 Mei 2015 pukul 16.41
: 11 Mei 2015
KEADAAN UMUM
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi
: GCS 15 (E4M6V5)
: 160/90 mmHg
: 110 x/ menit
: 37,1oC
: 25x/ menit
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri perut tembus ke belakang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan nyeri perut tembus ke belakang, pelepasan
darah (+), lender (+), air ketuban (+) sejak pukul 13.30 WITA. Riwayat ANC (+),
riwayat operasi section caesarea tahun 2011 dengan janin letak lintang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat batuk lama disangkal
Riwayat asma atau sesak nafas disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Pasien tidak sedang dalam pengobatan suatu penyakit tertentu dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan apapun.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata :
Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor 2,5 mm,
Mulut
:
Bibir kering (+), pucat (-), pecah-pecah (-).
Leher
: Deformitas (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorak
: Inspeksi
: dinding dada simetris (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus normal kanan kiri, krepitasi (-)
Auskutasi
: vesikuler, BT : Rh +/+, Wh -/-, suara jantung S1
dan S2 normal, Bising : (-)
Abdomen
: TFU 39 cm, LP 101 cm, presentasi kepala, HIS 3x10 (30-35), DJJ
128 x/m, TBJ 3939 gr
Ekstremitas :
Status Lokalis : Edema tungkai +/+
Deformitas -/-
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
HB
: 12,7 g/dl
WBC
: 22,5 x103
RBC
: 4,9 x103
HCT
: 39,8 %
PT
: 12 detik
APTT : 31 detik
Ureum : 26 mg/dl
Kreatinin
: 1,30 mg/dl
SGOT/SGPT : 29/15 U/L
Albumin
: 2,9 g/dl
GDS
: 226 mg/dl (high)
HbA1c : 6,0%
Gol. Darah
:O
HBsAg : non reaktif
Urinalisis
:
Glukosa
Protein
Blood
Lekosit : +2
: +/: +3
: +3
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan
fisik serta laboratorium, maka:
Diagnosa pre-operatif : Impending gagal
napas ec edema paru ec PEB
Status operatif
: ASA PS III
TINDAKAN ANESTESI
Keadaan pre-operarif : Pasien wanita, 23 tahun
dengan diagnosa Inpartu kala II + PEB. Keadaan umum
pasien baik, tensi 160/ 90 mmHg, nadi 110 x/ menit,
pernapasan 25 x/ menit, suhu afebris.
Jenis Anestesi : anestesi regional, blok sub-arachnoid
Persiapan praanestesi :
Persiapan khusus
: pemberian oksigen 2 lpm
dengan nasal kanul
Premedikasi yang diberikan : Midazolam 2 mg
TINDAKAN ANESTESI
RUANG PACU
Pasien dipindah ke ruang pemulihan dan diobservasi
- Airway : Clear
- Breathing : Vesikuler 22 x/ menit, BT : Rh +/+, Wh -/- Circulation :
TD : 140/80 mmHg
HR : 90 x/ menit
- VAS : 0/10
Pasien langsung dipindahkan ke ruang ICU untuk
mendapatkan pengawasan yang lebih intensif.
ICU Hari I
Awasi tanda vital
Oksigen via ventilator, RR 12 x/ menit
IVFD RL 1500 cc/ 24 jam
F : puasa 8 jam
A : Morfin 1 mg/ jam/ sp
S : Midazolam 2 gr/ jam/ sp
T : (-)
H : Head up 30 derajat
U : Omeprazole 40 g/ 12 jam/ iv
G : target GDS 120 180 mg/dl
ICU Hari II
F : Peptisol 4 x
A : Morfin 1 mg/ jam/ sp
S : (-)
T : (-)
H : Head up 30 derajat
U : Omeprazole 40 g/ 12 jam/ iv
G : target GDS 120 180 mg/dl
F : Peptisol 4 x
A : (-)
S : (-)
T : (-)
H : Head up 30 derajat
U : (-)
G : target GDS 100 - 180 mg/dl
DEFINISI
Preeklampsia adalah kelainan malfungsi
endotel pembuluh darah atau vaskular yang
menyebar luas sehingga terjadi vasospasme
setelah usia kehamilan 20 minggu, mengakibatkan
terjadinya penurunan perfusi organ dan
pengaktifan endotel yang menimbulkan terjadinya
hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai
proteinuria 300mg per 24 jam atau 30mg/dl (+1
pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat
pengambilan urin sewaktu.
FAKTOR RESIKO
Usia
Paritas
Faktor Genetik
Diet/gizi
Tingkah laku/sosioekonomi
Hiperplasentosis
Mola hidatidosa
Obesitas
Kehamilan multiple
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Penurunan kadar angiotensin II dan
peningkatan kepekaan vaskuler
Hipovolemia Intravaskuler
Vasokonstriksi pembuluh darah
MANIFESTASI KLINIK
Edema paru biasanya terjadi pada pasien
preeklampsia berat dan eklampsia dan merupakan penyebab
utama kematian.
Edema paru bisa diakibatkan oleh kardiogenik
ataupun non-kardiogenik dan biasa terjadi setelah
melahirkan. Pada beberapa kasus terjadinya edema paru
berhubungan dengan adanya peningkatan cairan yang
sangat banyak.
Hal ini juga dapat berhubungan dengan penurunan
tekanan onkotik koloid plasma akibat proteinuria,
penggunaan kristaloid sebagai pengganti darah yang hilang,
dan penurunan albumin yang dihasilkan oleh hati.
KLASIFIKASI (ACOG)
Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai
berikut:
Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolik 15
mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan
darah normal.
Proteinuria kuantitatif 300 mg perliter dalam 24 jam atau
kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter atau midstream.
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
peningkatan tekanan sistolik 30 mmHg dan
diastolik 15 mmHg atau tekanan darah
meningkat 140/90 mmHg pada preeklampsia
ringan dan 160/110 mmHg pada preeklampsia
berat. Selain itu kita juga akan menemukan
takikardia, takipneu, edema paru, perubahan
kesadaran, hipertensi ensefalopati, hiperefleksia,
sampai tanda-tanda pendarahan otak
Tinjauan Pustaka
Kriteria Masuk ICU
Pasien prioritas 1
Pasien sakit kritis, tidak stabil, yang membutuhkan terapi
intensiv, ex: bantuan ventilasi, infus kontinu, obat vasoaktif.
Pasien prioritas 2
Pasien tidak dalam keadaan kritis tapi kondisinya
membutuhkan pemantauan intensif. Ex : pasien dengan
penyakit dasar jatung, paru, dan ginjal dengan komplikasi
medis berat/ mengalami pembedahan besar.
Pasien prioritas 3
Pasien sakit kritis, tidak stabil, penyakit primer maupun akut
terjadi secara bersamaan yang mempersulit kesembuhan
pasien. Ex : pasien dengan metastase ganas dan komplikasi
infeksi
Terapi Cairan
4 x 10 = 40
2 x 10 = 20
1 x 50 = 50 +
110 cc/jam
110 : 4 = 28 tetes/menit
Dampak Pasca
Pembedahan
Pembedahan menimbulkan efek bifasik pada tubuh manusia
1. Intra op trauma jaringan produksi sejumlah input
nosiseptif
2. Post op terjadi respon inflamasi memberikan input
noksius
NYERI PASCA
BEDAH
Tipe nyeri pascabedah adalah:
Nyeri nosiseptif
Nyeri somatik
Nyeri viseral
Tinjauan Pustaka
Manajemen Nyeri Pasca Bedah
Analgesik non-narkotik :
1.NSAID > analgesik, anti inflamasi
2.Ketorolak : ketorolak 30 mg IM = 10 mg morfin = 100
petidin. Efek analgesia dimulai 10 menit setelah penyuntikan
dan berlangsung 4-6 jam
3.Klonidin : dikombinasi dengan opioid atau analgesik atau
dengan analgesik lokal. Diberikan 4-6 mcg/kg/iv sesaat
sebelum oprasi
Lanjutan
Terapi Adjuvant
1. Kortikosteroid : mempertinggi taraf alam
perasaan yang sedang menurun, bersifat anti
inflamasi, anti emetik, meningkatkan nafsu
makan.
2. Anti-Konvulsan : meringankan nyeri neuropatik
3. Anti-Depresan : meringankan nyeri neuropatik
4. Neuroleptik : membantu sindrom nyeri kronik,
anti emetik, anti konstipasi
5. Psikostimulan : mengurangi sedasi dari opioid
Terapi Cairan
Tujuan : fasilitasi vena terbuka, pemberian cairan
pemeliharaan, nutrisi parenteral dan koreksi terhadap
kelainan akibat terapi yang lain
Tinjauan Pustaka
Manajemen Nutrisi
Pemberian makan berlebihan tidak meningkatkan
manfaat nutrisi malah memiliki efek yang
merugikan.
TERIMA
KASIH