Anda di halaman 1dari 23

1

RENCANA PENELITIAN
Judul Penelitian

: Formulasi Stabil Gel Ekstrak Daun Binahong (Anredera


cordifolia)

Nama Mahasiswa

: Achmad Zufadli

NIM

: F.120.50

Pembimbing

: Muhammad Farid Hasyim, S.Si, M.Si.

BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Sediaan farmasi semi padat meliputi salep, pasta, emulsi krim, gel, dan busa
yang kaku. Sifat umum sediaan ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau
dihilangkan. Pelekatan ini disebabkan oleh sifat rheologis plastik sediaan ini, yang
memungkinkan sediaan semi padat tersebut tetap bentuknya dan melekat sebagai
lapisan tipis sampai ada suatu tindakan, yaitu dengan sesuatu kekuatan dari luar, yang
mengakibatkan bentuk sediaan semi padat ini akan rusak bentuknya dan mengalir
(Lachman, 2008).
Gel adalah sistem semipadat dimana fase cairnya dibentuk dalam suatu
matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam dan gom sintesis) yang tingkat
ikatan silang fisiknya yang tinggi telah dibicarakan. Polimer-polimer yang biasa

digunakan untuk membuat gel gel farmasetik meliputi gom alam tragacanth,
pektin, carragen, agar, asam alginat, serta bahan bahan sintesis dan semisintesis
seperti metil-selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan Carbopol yang
merupakan polimer vinil sintesis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat
dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan
sifat mengembang dari gel.Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang
jernih dan tembus cahaya yang mengandung zat zat aktif dalam keadaan terlarut.
(Lachman,2008)
Gel disukai karena kandungan airnya cukup besar, sehingga nyaman dan
terasa dingin pada kulit, mudah dioleskan, tidak berminyak, mudah dicuci, lebih
jernih, elegan, elastis, daya lekat tinggi namun tidak menyumbat pori, serta pelepasan
obatnya baik. Gel didefinisikan sebagai suatu sistem semi padat yang terdiri dari
suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik kecil atau molekul organik
besar yang dapat meresap cairan.
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, Heartleaf maderavine, madevine,
Deng san chi) adalah tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah maupun dataran
tinggi dan mempunyai banyak khasiat dalam meyembuhkan berbagai macam
penyakit ringan maupun berat. Tanaman ini sudah lama ada di Indonesia tetapi baru
akhir-akhir ini saja menjadi alternatif bagi sebagian orang untuk dijadikan obat alami
untuk menyembuhkan atau mengurangi beberapa penyakit ringan maupun berat.

Daun binahong diketahui mengandung triterpenoid, steroid, glikosida,


dan terbukti mengandung asam ursolat yang berkhasiat sebagai wound healing
(Astuti dkk, 2011; Yuliani, 2012).
Gel yang akan dibuat adalah gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekulmolekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari
fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik
menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya
tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah
untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Gel hidrofilik
umummnya mengandung komponen bahan pengembang, air, humektan dan bahan
pengawet (Voigt, 1994).
Berdasarkan hal diatas maka peneliti ingin membuat formulasi gel stabil dari
ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) dengan konsentrasi 4% dan membuat
formulasinya dengan variasi konsentrasi corbomer yang berbeda .

A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka timbul permasalahan:
1. Apakah ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia) dengan
konsentrasi 4% dapat menghasilkan gel yang stabil ?
2. Dengan variasi carbopol (karbomer) manakah yang menghasilkan
gel yang stabil untuk bahan aktif ekstrak daun binahong (Anredera
cordiflia) ?
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk membuat formulasi Gel dari Ekstrak Daun Binahong yang stabil.
2. Untuk mengetahui variasi carbopol (karbomer) yang stabil serta baik
digunakan sebagai basis gel.
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini yaitu :
1. Sebagai acuan untuk membuat

formulasi gel stabil dari ekstrak daun

binahong
2. Sebagai tugas akhir sebagai Mahasiswa Akademi Farmasi Sandi Karsa
Makassar dalam meraih gelar Ahli Madya Farmasi.
3. Sebagai uji lanjutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. URAIAN TANAMAN
1. Morfologi Tumbuhan
Berupa tumbuhan menjalar, berumur panjang (perenial), bisa mencapai
panjang +/- 5 m. Akar berbentuk rimpang, berdaging lunak. Batang lunak, silindris,
saling membelit, berwarna merah, bagian dalam solid, permukaan halus, kadang
membentuk semacam umbi yang melekat di ketiak daun dengan bentuk tak beraturan
dan bertekstur kasar. Daun tunggal, bertangkai sangat pendek (subsessile), tersusun
berseling, berwarna hijau, bentuk jantung (cordata), panjang 5 - 10 cm, lebar 3 7
cm, helaian daun tipis lemas, ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi
rata, permukaan licin, bisa dimakan. Bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai
panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah
lima helai
tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,5 - 1 cm, berbau harum. Perbanyaan
Generatif (biji), namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara
vegetative melalui akar rimpangnya
1.1 Sistematika Tumbuhan
Nama Latin tanaman binahong adalah Basella rubra Linn. Tanaman ini
mudah tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Tumbuh baik pada kondisi
setengah teduh atau teduh. Jadi tidak perlu terkena sinar matahari berlebihan.

Mengingat tanaman binahong tumbuhnya merambat, tentu saja kita harus


menyiapkan rambatannya. Sarana rambatan (ajir) bisa bermacam-macam mulai
dari lurus tegak hingga dibuat bertali-tali. Sekarang ini mulai banyak yang
menanam, disamping sebagai tanaman obat, juga tanaman hias daun.
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Basellaceae

Genus

: Anredera

Spesies

: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.

1.2 Nama Daerah


Binahong, dengan nama Latin Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, yang juga
memiliki beberapa nama daerah lain seperti Binahong, gandoa (sunda), gendola
(bali), lembayung (minangkabau), uci-uci (jawa), kandula (madura), tatabuwe
(sulawesi utara). (Bargumono, 2013)
1.3 Kandungan Kimia
Kandungan yang terdapat dalam daun binahong antara lain adalah
antimikroba. Antimikroba pada daun binahong sangat reaktif terhadap beberapa
kuman penyebab infeksi pada luka bakar maupun luka karena terkena benda
tajam. Manfaat daun binahong untuk kesehatan ini, karena dalam daun binahong
mengandung asam askorbat yang mampu meningkatkan daya tahan ubuh

terhadap infeksi dan mempercepat penyembuhan. Selain itu juga mengandung


senyawa saponin, alkaloid dan polifenol. (Sri Mulyaningsih).
1.4 Indikasi
Khasiat Daun Binahong
Daun binahong merupakan tanaman yang mempunyai jenis sangat berkhasiat
untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Untuk penggunaannya dapat dimasak
dengan segelas air dan dapat juga diminum dengan ampasnya (mudahnya lagi
dapat dijus atau diblender). Khasiat dari daun ini dapat digunakan sebagai obat
herbal yang luar biasa mujarab ampuh.
Daun ini dapat digunakan untuk pengobatan luar, dengan cara menumbuk
daun dan batang hingga halus kemudian oleskan pada bagian yang sakit. Dari
bahan tadi dapat menyembuhkan memar karena terpukul atau jatuh, rematik,
terkena api (panas), pegal linu, menghaluskan kulit, nyeri urat. Beberapa
penyakit yang dapat disembuhkan dengan daun binahong:
1) Kategori Penyakit Berat
a. Penyakit batuk/muntah darah, yaitu ambil 10 lembar

daun untuk

diminum setiap hari


b. Paru-paru/bolong, yaitu dengan mengambil 10 lembar daun untuk direbus
kemudian diminum setiap hari.
c. Sesak napas, yaitu ambil 7 lembar daun diminum setiap hari.
d. Penyakit kencing manis, yaitu ambil 11 lembar daun dan diminum setiap
hari.

e. Borok akut pengobatannya dengan 12 lembar daun diminum setiap hari.


f. Patah tulang dengan 10 - 20 lembar daun yang diminum setiap hari.
g. Darah rendah dengan 8 lembar daun diminum setiap hari. Radang ginjal,
ambil 7 lembar daun diminum setiap hari.
h. Gatal-gatal/eksim kulit dengan 10 - 15 daun diminum setiap hari.
i. Gegar otak ringan/berat, yaitu dengan 10 lembar daun diminum setiap
hari.
2) Kategori Penyakit Ringan
a. Buang air besar/disentri diobati dengan 10 lembar daun diminum setiap
hari.
b. Ambeien berdarah pengobatan dengan 16 lembar daun diminum setiap
hari.
c. Habis bedah/operasi dengan 20 lembar daun diminum setiap hari.
d. Jerawat diobati dengan 8 lembar daun diminum setiap hari.
e. Usus bengkak, yaitu dengan 3 lembar daun diminum setiap hari.
f. Kecelakaan pengobatan dengan 10 lembar daun diminum setiap hari.
Kurang nafsu makan dengan mengonsumsi 5 lembar daun yang diminum
setiap hari. (Bargumono, 2013)
B. URAIAN EKSTRAKSI
Ekstrasi adalah kegiatan penarikan kandungan senyawa kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Beberapa
metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu: (Depkes, 2000).

1. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan pengadukan pada temperatur kamar.
Maserasi yang

dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut

maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan


pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan
seterusnya disebut remaserasi.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu
baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada
temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pelembaban bahan,
tahap

perendaman

(penetesan/penampungan

antara,

tahap

perkolasi

ekstrak)

terus-menerus

sampai

sebenarnya
diperoleh

perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.


3. Refluks
Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat
pada temperatur titik didihnya ( 250o C), selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.
4. Digesti

10

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada


temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50C.

5. Sokhletasi
Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin baik.
6. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air
pada temperatur 90C selama 15 menit.
7. Dekok
Dekok adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90C selama 30 menit. (Ditjen POM,1989)
C. GEL
1. Uraian Gel
Gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil
yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium

11

Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif
besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma
Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat
jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu
sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket. Jika
massanya banyak mengandung air, gel itu disebut jelly.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul
makro yang terdispersi dan cairan. (Ditjen POM, 1995).
2. Sifat Gel
Gel memiliki sifat yang khas:
a. Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi
larutan yang menyebabkan terjadinya pertambahan volume. Pelarut akan
berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut
dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna jika terjadi ikatan silang
antara polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan
komponen gel berkurang.
b. Sineresis, yaitu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa
gel. Cairan yang terjerat akan ke luar dan akan berada di atas permukaan
gel. Pada saat pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis sehingga
terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi
berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat

12

terbentuknya

gel.

Adanya

perubahan

pada

ketegaran

sel

akan

mengakibatkan karakter antar matriks berubah, sehingga memungkinkan


cairan bergerak menuju permukaan, sinerisis dapat terjadi pada hidrogel
maupun organogel.
c. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan
mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam
tergantung dari komponen pembentuk gel (Lieberman, 1997).
Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk
gel. Bentuk struktur gel antara lain struktur kumparan acak, heliks, batang, dan
bangunan kartu. Sediaan farmasi umumnya menggunakan gel dengan struktur
kumparan acak yang terbentuk dengan mekanisme interaksi antar polimer.
Pembentukan gel sangat tergantung dari konsentrasi polimer dan afinitas pelarut
terhadap polimer (Lieberman, 1997).
Ada tiga macam sifat pelarut dalam struktur gel, yaitu: pelarut yang bebas
terperangkap di dalam struktur tiga dimensi gel. Berdasarkan ketiga sifat pelarut
tersebut di atas, maka pembentukan gel tergantung dari konsentrasi polimer dan
aktivitas pelarut terhadap polimer. Pelarut yang biasa digunakan untuk gel adalah air
(hidrogel) dan pelarut organic (organogel). Xerogel adalah basis gel yang padat
dengan kandungan komponen pembentuk gel dalam pelarut dengan jumlah minimum
yang diperoleh dengan menguapkan pelarutnya (Lieberman, 1997).
3. Keunggulan Gel

13

Keunggulan gel pada formulasi:


a. Waktu kontak lama
Kulit mempunyai barrier yang cukup tebal, sehingga dibutuhkan waktu
yang cukup lama untuk zat aktif dapat berpenetrasi.
b. Kadar air dalam gel tinggi
Jumlah air yang banyak dalam gel akan menghidrasi stratum corneum
sehingga terjadi perubahan permeabilitas stratum corneum menjadi lebih
permeabel terhadap zat aktif yang dapat meningkatkan penetrasi zat
aktif.
c. Resiko timbulnya peradangan ditekan
Kandungan air yang banyak pada gel dapat mengurangi resiko
peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya lipida pada pori-pori,
karena lipida tersebut merupakan makanan bakteri jerawat (Lieberman,
1997).
D. FORMULASI GEL
Dalam membuat formulasi suatu sediaan gel yang baik perlu diperhatikan
adalah kesesuaian sifat bahan-bahan yang dipilih, yaitu:
1. Gelling agent yang dipilih harus bersifat inert, aman, tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam formulasi
2. Penggunaan polisakarida memerlukan pengawet (rentan terhadap mikroba)
3. Viskositas sediaan harus tepat, mudah digunakan
4. Konsentrasi polimer sebagai gelling agent harus tepat (antisipasi sineresis)
5. Inkopamtibilitas terjadi antara obat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet,
dan surfaktan bersifat anionik (inaktivasi/pengendapan bahan kationik).

14

6. Penampilan gel, perlu diperhatikan apakah gel transparan atau berbentuk suspensi
partikel koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut yang cukup banyak
membentuk gel koloid yang mempunyai struktur tiga dimensi.
7. Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak menimbulkan perubahan
viskositas saat disimpan di bawah temperatur yang tidak terkontrol.
8. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat penyimpanan
dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat menimbulkan syneresis
(air mengambang diatas permukaan gel)
9. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya adhesi antar
pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
Suatu gel terdiri dari bahan aktif, gelling agent dan zat tambahan. Profil
dari bahan-bahan yang digunakan dalam formula gel ini adalah sebagai berikut
a. Propilen glikol
Rumus molekul : C3H8O2
Cairan bening, tidak berwarna, kental dan agak manis.
Propilenglikol pada penggunaan topikal berfungsi sebagai humektan.
Propilenglokol secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol,
gliserin atau air.

Dapat bercampur dengan etanol dan air.

Konsentrasi yang digunakan sebagai peningkat penetrasi 1-10%


b. Metil Paraben
Metilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih
dari 101,0 % C8H8O. Digunakan sebagai zat tambahan, zat

15

pengawet. Kelarutan: larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton;
mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida; larut
dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih (Ditjen POM,
1979: 378). Penggunaan metilparaben antara 0,02-0,3 % (Rowe et.al,
2003).
c. Aquadest
Rumus molekul : H2O
Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara
penyulingan, pertukaran ion osmosis terbalik atau murni digunakan
dalam sedian-sedian yang membutuhkan air terkecuali untuk
parenteral aquades tidak dapat digunakan. (Farmakope Ed IV).
d. Carbopol 940 P (Carboksipolimetilen)
Nama lain carbopol adalah acritamer, acrylic acid polymer,
carbomer. Dengan rumus molekul (C3H4O2)n. untuk jenis carbopol
940 mempunyai berat molekul monomer sekitar 72 gr/mol dan
carbopol ini terdiri dari 1450 monomer. Carbopol merupakan salah
satu jenis gelling agent digunakan sebagian besar di dalam cairan
atau sediaan formulasi semisolid berkenaan dengan farmasi sebagai
agent pensuspensi atau agent penambah kekentalan. Digunakan pada
formulasi krim, gel dan salep dan kemungkinan digunakan dalam

16

sediaan obat mata dan sediaan topikal lain. Carbopol bersifat stabil
dan

higroskopik,

penambahan

temperatur

berlebih

dapat

mengakibatkan kekentalan menurun sehingga mengurangi stabilitas.


Carbopol mempunyai viskositas antara 40.000 60.000 cP
digunakan sebagai bahan pengental yang baik memiliki viscositasnya
tinggi, menghasilkan gel yang bening. Carbopol digunakan untuk
bahan pengemulsi pada konsentrasi 0,1- 0,5%B, bahan pembentuk
gel pada konsentrasi 0,5-2,0%B, bahan pensuspensi pada konsentrasi
0.51.0 % dan bahan perekat sediaan tablet pada konsentrasi 5 10
% (Rowe, et. al., 2003). Dalam medium berair, polimer seperti
carbopol 940 ini yang dipasarkan dalam bentuk asam bebas, mula
mula terdispersi secara seragam. Setelah tidak ada udara yang
terjebak, gel dinetralkan dengan basa yang cocok. Muatan negative
pada sepanjang rantai polimer menyebabkan polimer tersebut
menjadi terurai dan mengembang. Dalam sistem berair, basa
sederhana anorganik, seperti sodium, ammonium, atau potassium
hidroksida atau garam basa seperti sodium carbonat dapat digunakan.
pH dapat diatur pada nilai yang netral, sifat gel dapat dirusak oleh
netralisasi yang tidak cukup atau nilai pH yang berlebih. Amina
tertentu seperti TEA biasanya digunakan dalam produk kosmetik
(Libermann,1996).

Carbopol

940

akan

mengembang

jika

didispersikan dalam air dengan adanya zat-zat alkali seperti TEA

17

(trietanolamin) atau diisopropilamin untuk membentuk suatu sediaan


semipadat (Lachman, et.al.,1989 dalam Puryanto,2009).

e. TEA (Trietanolamina)
Trietanolamina (TEA) merupakan struktur trietanolamina,
dietanolamina monoettanolamina. Mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai
trietanolamina. TEA berupa cairan kental, tidak mewarna hingga
kuning pucat,bau mirip amoniak,higroskopik,mudah larut dalam air
dan etanol (95%)P, larut dalam klorofom (Depkes RI, 1979).
TEA bereaksi dengan asam mineral membentuk garam kristal
dan ester, dengan asam lemah yang lebih tinggi, tea membentuk
garam dalam air mempunyai karakteristik sabun, berubah warna dan
presipitasi dapat terjadi dengan adanya logam berat. Memiliki pH 8
trietanolamina di digunakan sebagai elmugator 2-4% (Rowe R et
al,2009).
f. Etanol
Etanol dengan konsentrasi 94,9 96,0 v/v di gunakan sebagai
pelarut,berbentuk

cairan

yang

tidak

bewarna,

jernih,mudah

menguap,mudah bergerak, bau khas, rasa pedas, mudah terbakar

18

dengan memberikan warna biru yang tidak berasap, sangat mudah


larut dalam air, kloroform dan eter (Depkes RI,1979).

E. EVALUASI KESTABILAN SEDIAAN GEL


Evaluasi kesetabilan gel bertujuan untuk mengetahui kestabilan sebelum dan
sesudah penyimpanan, evaluasi ini meliputi uji homogenitas, uji kemampuan
proteksi, pengujian pH dan uji daya sebar (Banker, 1979).
1. Uji Organoleptis
Merupakan parameter fisik untuk mengetahui kesetabilan gel dengan
mengamati perubahan bentuk, bau, dan warna.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah menentukan ada atau tidak nya partikel kasar
yang terdapat dalam sediaan, adanya penggumpalan pada sediaan akan
berpengaruh pada zat aktif yang diserap.
3. Uji Kemampuan Proteksi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel dalam menghalangi
adanya zat berpengaruh dalam kestabilan gel.
4. Pengujian pH
Pengujian ini di lakukan untuk mengetahui nilai pH dalam gel supaya
tidak berbahaya saat di gunakan.
5. Uji Daya Sebar

19

Pengujian yang bertujuan melihat kemampuan daya sebar yang


menggambarkan kemampuaan menyebar saat gel dioleskan pada kulit.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu penelitian ini akan di lakukan pada bulan Juni 2015 di
laboratorium Farmasetika Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar dan
laboratorium Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar ( Pusat Kegiatan
Penelitian).
C. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Alat-alat yang digunakan antara lain, alat-alat gelas, alat maserasi,

mortir dan alu, viskometer (Brookfield ), termometer, timbangan analitik

(Mettler Toledo ), penangas air, homogenaizer

(WiseStir ), climatic

chamber (MMM CLIMACE ), Ph meter (HANA ).


Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia), aquadest, metil paraben, etanol 96%,
karbopol, trietanolamin, propilenglikol.
D. PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN SAMPEL
Sampel daun binahong (Anredera cordifolia) diperolah dari desa Camba,
kabupaten Maros. Daun Binahong dicuci, bertujuan untuk membersikan

20

sampel dari sisa-sisa tanah/kotoran yang masih melekat dan memisahkannya


dengan

bagian

tumbuhan

yang

tidak

diinginkan.

Dilakukan

proses

pengeringan, hal ini bertujuan untuk memperoleh simplisia yang

dapat

disimpan lebih lama. Setelah proses pengeringan, dilakukan proses ekstraksi


dengan metode maserasi hingga menghasilkan ekstrak.
E. RANCANGAN FORMULA

FORMULASI
II

III

Ekstrak Daun
Binahong

4%

4%

4%

Karbopol 940

0,5%

1,25%

2%

TEA

0,5%

1%

2%

0.2%

0,2%

0,2%

10%

10%

10%

100

100

100

BAHAN

Metil Paraben
Propilenglikol

Air suling

F. CARA PEMBUATAN FORMULA


Cara pembuatan gel yaitu carbopol di masukkan kedalam air panas, biarkan
selama beberapa menit hingga mengembang, lalu diaduk hingga terbentuk massa
gel dan ditambahkan metil paraben. Ekstrak daun binahong dilarutkan dalam
propilenglikol hingga larut sempurna, kemudian dicampurkan kedalam basis gel
dan di aduk hingga homogen. Terakhir ditambahkan trietanolamin lalu diaduk
dengan pengaduk elektrik hingga homogen.

21

G. PENGUJIAN FORMULA
Setiap jenis evaluasi dilakukan sebelum dan setelah kondisi penyimpanan
dipercepat yaitu penyimpanan pada suhu 5o C dan 35o C secara bergantian setiap 48
jam (1 siklus) selama 10 siklus.
Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi pengamatan kejernihan, warna dan bau.
Gel yang stabil harus menunjukkan karakter yang sama berupa warna, bau dan
kejernihan yang sama setelah penyimpanan dipercepat.
Homogenitas
Sediaan gel yang dihasilkan dioleskan pada sekeping kaca kemudian diamati
apakah terdapat bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Gel yang
stabil harus menunjukkan susunan yang homogen baik sebelum maupun setelah
penyimpanan dipercepat.
Pengukuran viskositas
Viskositas diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield, spindel no 6
dengan kecepatan 50 putaran per menit (rpm).
Sineresis
Uji sineresis dilakukan dengan mengamati apakah terbentuk lapisan cairan di
permukaan gel setelah penyimpanan dipercepat. Gel yang stabil tidak boleh
menunjukkan sineresis.
Pengukuran pH
Pengukuran pH dari formula yang dibuat dengan cara mencelupkan kertas pH
universal ke dalam gel setelah tercelup dengan sempurna, pH universal tersebut
dilihat perubahan warnanya dengan menggunakan standar pH universal.
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data dari hasil evaluasi kestabilan gel dikumpulkan, ditabulasi, dan dianalisis
statistik.

22

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1997. Formulasi Obat Topikal, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat; Jakarta: UI-Press;
2005.
Astuti, S. M., A. M. Sakinah, M., Andayani, R., Risch, A., 2011, Determination of
Saponin Compound From Anredera cordifolia Steen. (Binahong) to
Potential Treatment for Several Disease, Journal of Agricultural Science, 3
(4), 224-232.
Bargumono. HM. 33 Tanaman TOKA (Tanaman Obat, Kosmetika, Aromatika).
Leutikaprio. 2013
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1979, Farmakope Indonesia,
ed.III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995. Farmakope Indonesia,
ed. IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Ida Nur dan Noer Fauziah Sitti, 2012. Uji Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Lidah
Buaya (Aloe Vera L.). Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 16, No.2
Juli 2012, hlm. 79 84. Universitas Islam Makassar. Makassar.
Lachman L, Lieberman HA, and Kanig JL. 1970, The theory and practice of
industrial pharmacy. Philadelphia: Lea & Febiger; 1970. p. 1092-1120

23

Mulyaningsih Sri. ANALISIS PEMANFAATAN DAUN BINAHONG (Anredera


cordifolia, Steenis.) SEBAGAI ANTIMIKROBA.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C.(eds), 2006, Pharmaceutical Excipients.
Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. Electronic
version.

Anda mungkin juga menyukai