Anda di halaman 1dari 69

Chapter 1: Red letter day

Langit yang kelam mengawali sebuah hari yang kelam. Hujan pun turun, membasahi seluruh
rumah di jalan westerling. sebuah mansion megah berdiri tegap di ujung jalan westerling,
rumah kediaman keluarga Franz. mereka adalah keluarga yang paling dikenal di pemukiman
Westerling. mulai dari keramahtamahan mereka, kedermawanan mereka dan tentu, jabatan
mereka sebagai salah satu CEO dari sebuah perusahaan ternama.
Reynard menatap ke sebuah pohon besar dari balik jendela kamarnya yang kusam. pohon itu
berdiri tegap dengan ranting-ranting dan akar-akarnya yang kokoh, Reynard menggoreskan
pensilnya ke sebuah kertas kosong, dengan perlahan goresan itu membentuk sebuah gambar
pohon yang rimbun dan besar, di bawah pohon itu, seorang pemuda sedang bersender ke
batangnya yang kokoh.
Reynard kemudian menatap ke arah pohon itu lagi, rintik-rintik hujan turun, petir
menggelegar di angkasa. Reynard menghela nafasnya, ia berdiri dari tempat duduknya dan
melihat ke arah kalender.
"Hari minggu, hari yang seharusnya aku bersenang-senang...tetapi, perasaanku tidak enak
yah" dia kemudian mengambil tasnya dan mulai memasukkan baju dan beberapa barang
elektroniknya.
"Reynard"
Reynard menoleh dan melihat Ibunya-Alisa-Berdiri di pintu, menunggunya dengan pakaian
rapih "Ayo, kita berangkat sekarang"
"Baiklah!" Reynard berseru dengan penuh semangat. dia kemudian mengambil tas itu dan
mengenakannya di punggunya.
"Kita ke Willow mountain seperti tahun-tahun yang lalu?" Tanya Reynard
"Ya, kau benar. kenapa? kau bosan?"
"Tidak, hanya saja, perasaanku tidak enak..."
"Mungkin setelah kita disana kau akan merasa lebih baik"
Mereka pun sampai ke garasi, disana telah menunggu seseorang dengan baju jas berwarna
hitam, dia tersenyum dan menyeru "Ayo, kita berangkat"
"Alex...kau tidak sabaran sekali!" Seru Alisa
"Maaf, sayangku, aku hanya tidak sabar untuk merasakan sejuknya pegunungan Willow, bau
harum daging yang di bakar dengan bumbu barbeque" dia menghirup udara seakan-akan ia
sedang menghirup aroma sebuah daging barbeque panggang.
"Tapi ingat, kita jalan pelan-pelan saja. sekarang huan, dan aku tidak mau kita celaka"

"Tenang sayang" Kemudian Alex-sang ayah- masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi
pengemudi, Alisa dan Reynard mengikutinya.
Dengan perlahan mobil itu melaju, pintu gerbang rumah mereka perlahan terbuka secara
otomatis, suara gerungan mobil pun berderu di bawah derasnya hujan. Langit semakin gelap
dan hujan semakin deras ketika mereka memasuki jalan kecil dan berkelok yang mengarah ke
Willow mountain. hujan semakin deras dan kabut pun muncul, jalanan yang licin membuat
perasaan Keluarga Franz tidak tenang, di jalan ini sudah banyak memakan korban dan
kebanyakan para korban itu tergelincir ke jurang. Alex mencoba tetap tenang, pandangannya
mulai berkurang karena tebalnya kabut.
"Tebal sekali kabutnya, aku tidak bisa melihat apa-apa" Alex berkomentar.
"Lebih baik kita berhati-hati" Alisa membalas "Aku akan menyalakan radionya" Alisa
kemudian memutar tombol radio, mencari frekuensi yang tepat, dia berhenti ketika
mendengar sebuah alunan lagu yang ia kenal "Lagu ini...ini lagu ketika aku masih muda dulu
"Mengapa kau malah mendengarkan lagu? kan kau kusuruh mencari berita!" Sahut Alex.
"Sabar sedikit! aku kan juga sedang mencari!"
Reynard hanya menghela nafasnya melihat kedua orang tuanya bertengkar. dia menatap ke
luar jendela, pepohonan yang lebat mengiringi perjalanan mereka, dia kemudian tergelak
ketika melihat sebuah sekelebatan bayangan yang bergerak dari pepohonan.
Tiba-tiba saja rasa dingin menusuk ke badannya, bulu kuduknya berdiri ketika ia mendengar
suara lengkingan klakson mobil.
"ALEX! AWAS!"
Mobil keluarga Franz berusaha menghindari sebuah mobil yang sedang melaju dengan
kecepatan tinggi, Alex dengan cekatan membanting stir, ban mobilnya pun berdecit dan
meninggalkan sebuah tanda hitam di tanah. mobilnya pun berputar dan menghantam
pembatas jalan sampai hancur, mobil mereka pun sudah setengah keluar dari jalan dan
menggantung di sisi jurang.
Reynard mengerang, mengusap-usap kepalanya, ia mendengar suara derakan hebat dan ia
sadar bahwa mobilnya akan jatuh ke jurang. dengan perlahan mobil itu tergeser, batu-batu
kecil terlontar ke dalam jurang, mobil itu bergeser lagi. Reynard melihat kedua orang tuanya
terkulai lemas dengan luka di kepalanya. saat Reynard ingin menarik lengan ayahnya, mobil
itu pun tergelincir ke dalam jurang.
Reynard hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, udara terasa sesak, badannya terasa
melayang, ia kemudian menyilangkan tangannya di depan mukanya.
'Aku akan mati' pikirnya.
Mobil itu pun menghantam tanah berbatu yang keras, mobil itu seketika juga remuk. kacanya
berterbangan, pintunya lepas dan rangkanya pun bengkok menjadi tidak berbentuk. asap
mengepul dari rerongsokan mobil itu, Reynard merangkak keluar dari mobil itu dengan

badan penuh luka, dia menggengam sebuah senter yang ia ambil dari kotak di belakang kursi
pengemudi.
"Ayah...Ibu..." dia kemudian menoleh ke arah mobil yang telah hancur itu, dia terkejut
setelah mengetahui ia masih selamat dari kecelakaan yang pasti telah merenggut nyawanya
itu. dia kemudian terkejut ketika menyadari bahwa kedua orang tuanya telah menghilang. dia
berusaha berdiri, kakinya yang masih kaku ia paksakan untuk menopang tubuhnya, wajahnya
yang kusam dan penuh luka meringis ketika ia merasakan sebuah rasa sakit yang menusuk di
dadanya.
"AYAH! IBU!" Dia menyahut. suaranya bergaung di antara bebatuan. ia kemudian
merasakan Handphonenya bergetar di sakunya.
Dengan menahan rasa sakit, ia memasukkan tangannya ke sakunya dan menarik Handphone
itu keluar dan segera menjawab panggilan itu "Ayah?"
"Kau harus lari nak..."
"Halo? syukurlah ayah selamat...ayah dimana?"
"Kau harus lari nak....kau tidak bisa melawan mereka..."
"Apa? ayah?" Tiba-tiba saja panggilan itu terputus "Ayah? HALO! AYAH!"
Suara lengkingan keras yang datang dari arah belakangnya membuat darahnya bergelegak
naik ke kepalanya, jantungnya berdegup keras, ia pun tanpa pikir panjang mulai berlari
terseok-seok menembus kabut yang tebal. dia terus berlari dengan langkah yang gontai, dia
menahan sakit yang datang dari kakinya, nafasnya tersengal-sengal seperti serigala yang
sedang mengejar mangsanya. dia kemudian melihat seberkas cahaya di depannya.
"Mungkin itu ayah" ujarnya sambil terus berlari ke arah cahaya itu.
cahaya itu semakin terang, ia pun melindungi matanya dengan tangannya. ketika cahaya itu
memudar, ia terkejut melihat hamparan padang rumput yang luas.
"dimana aku sekarang"

Chapter 2: Welcome to the universe


Reynard hanya bisa terdiam, menganga melihat hamparan padang hijau yang luas. langit
yang cerah tanpa awan yang berkerlap-kelip dengan warna kehijauan, rumput-rumput
bergesekan ketika angin sejuk menerpanya. dengan langkah terseok-seok ia berjalan tanpa
arah, mematikan senternya, dia kemudian melihat handphonenya.
Dia mengerenyitkan dahinya dan berujar "Sebuah pesan?" dia kemudian membuka pesan itu,
tiba-tiba saja pesan itu menampilkan foto keluarganya yang sedang berdiri di depan sebuah
danau kecil yang terlihat usang dan rusak.
"Foto ini...foto 3 bulan yang lalu...tapi...mengapa kelihatan sudah usang?" Reynard bertanyatanya. dia kemudian memutuskan untuk menelfon ayahnya. dia menunggu suara ayahnya
muncul, tetapi yang ia dapatkan hanyalah suara statis panjang yang memekakkan telinga.
Dia menggelengkan kepalanya dalam kekecewaan dan menaruh handphonenya di sakunya.
dia menghela nafasnya dan kembali melanjutkan perjalanannya menyusuri padang rumput
yang luas. dia terus menyusuri padang itu tanpa tujuan dan entah berapa lama ia telah
menyusuri padang itu, dia mulai kehilangan harapan, dunia ini sangat berbeda, hamparan
padang hijau yang seperti tak berujung. tenggorokannya mulai kering, dadanya perih,
mukanya lusuh dan kotor, tatapannya kosong seperti hantu, badannya lemas seperti kain dan
pikirannya kacau bagai kepingan puzzle.
Reynard mulai panik, pikirannya sudah kacau, adrenalin mulai mengambil alih badannya. dia
haus, dia butuh air, dia kemudian melihat sebuah sungai yang di kelilingi oleh pohon yang
rindang. dia kemudian berlari ke arah sungai itu, dia kemudian tanpa ragu-ragu meminum air
sungai itu.
Dia kemudian mendengar suara derap langkah yang cepat, dia berhenti minum, menoleh
kebelakang, memeriksa apakah ada seseorang yang mengikutinya. ketika ia akan kembali
meminum air sungai itu, tiba-tiba saja seseorang menarik kerah bajunya dan melemparnya ke
sebuah pohon. dia menghantam pohon itu dengan keras, badannya langsung lemas, nafasnya
sesak, dia hanya bisa meringis kesakitan ketika sebuah mahkluk misterius mengangkatnya.
Reynard membuka matanya dan melihat sebuah mahkluk seperti naga yang tubuhnya ditutupi
oleh baju zirah yang keras dan tebal, sebuah pisau terselip di pergelangan tangannya.
Reynard meringis, badannya kaku dan perutnya membeku ketika mahkluk itu menempelkan
pisaunya yang tajam ke lehernya.
Reynard ingin berteriak, tetapi, dia mengurungkan niat itu karena ia tahu tidak akan ada yang
akan mendengarnya, ia hanya menggertakkan giginya ketika ia merasakan dinginnya besi
pisau itu.
"Kau ini...aku tidak pernah melihatmu" Mahkluk itu berujar dengan nada heran "Dari baumu
dan datamu...kau bukan digimon." Dia kemudian menekan earset yang menempel di
Helmnya "Markas, di sini scout 1, aku menemukan mahkluk aneh. dia bukan digimon pak.
baiklah"
"Bi-sa kah..kau melepaskan ku?" Reynard memohon.

"Kau akan kulepaskan saat kita sampai ke markas utama"


Reynard menggeliat, berusaha lepas dari cengkramannya, cakarnya yang tajam melukai
kulitnya, Reynard mengerang kesakitan, dia sudah tidak kuat lagi, nafasnya mulai tercekat
akibat kerasnya cengkraman mahkluk itu. penglihatannya mulai kabur, kepalanya terasa
pening dan badannya mulai lemas.
'Ayah...ibu...'
Tiba-tiba saja mahkluk itu mengerang dan melepaskan cengkramannya. Reynard jatuh ke
rumput, dia mengambil nafas yang dalam dan mulai terbatuk-batuk sambil mengusap-usap
lehernya yang terluka. Mahkluk itu kemudian menoleh kebawah dan meliaht sebuah pedang
mencuat dari perutnya, dia menggeram, menahan sakit yang amat sangat. dengan kekuatan
terakhirnya dia mengayunkan pisaunya kebelakang. sebelum pisau itu mengenai
penyerangnya, pedang itu membelahnya menjadi dua, mahkluk itu terbelalak dan jatuh ke
tanah, menghilang menjadi data-data kecil yang beterbangan di udara.
Reynard hanya diam melihat mahkluk yang berusaha membunuhnya yang kelihatannya
sangat kuat itu mati dalam sekejap mata, dia sekarang menatap ke sebuah mahkluk yang
mirip sekali dengan rubah yang berdiri dengan dua kaki dan mempunyai mata yang merah
seperti darah yang menatapnya dengan dingin dan tajam.
"Kau manusia bukan?" Mahkluk itu bertanya dengan nada yang dingin.
Reynard hanya bisa diam.
"Aku tanya" ujarnya dengan nada tinggi "kau manusia bukan?"
Reynard mengangguk.
"Bagus" ujar mahkluk itu, pedang yang berada di tangan kirinya tiba-tiba saja menghilang
dalam kedipan mata. "Ikut aku jika kau mau hidup" Mahkluk itu menarik kerah Reynard dan
menariknya.
"Berdiri" Suruh Mahkluk itu "Kau laki-laki bukan?"
Reynard berusaha berdiri, mahkluk itu pun menariknya dan membantunya berdiri, Reynard
kemudian beruajr "Terima kasih atas bantuanmu"
"Tak usah dipikirkan nak...aku juga kebetulan sedang berada disini"
"Namaku Reynard, senang berkenalan denganmu"
"Reynard, senang bertemu denganmu, namaku Black Renamon atau kau bisa panggil dengan
BK"
BK pun kemudian memperhatikan Reynard yang badannya penuh luka, ia kemudian berujar
"Kau harus segera di obati, lukamu cukup parah"

"Huh?" Reynard kemudian melihat tubuhnya yang penuh luka, ia menyadari dan terkejut
bahwa ia sangat beruntung masih bsia hidup setelah jatuh dari jurang yang tinggi itu dan
selamat dengan luka yang kecil.
"Aku akan membawamu ke Priestess, dia akan bisa menyembuhkanmu"
Reynard mengangguk dan segera mengikuti BK yang berjalan melewati sungai yang dangkal,
ia menghela nafasnya dan tersenyum, kemudian sebuah pikiran muncul di kepalanya, ia
kemudian bertanya "BK, apakah kau melihat manusia lain? mereka agak lebih tinggi dan tua
dariku"
"Manusia yang lain?"
"Orang tuaku"
"Aku sepertinya pernah melihat mereka, mereka pernah singgah sebentar di perkampungan
kami, walaupun hanya aku dan priestess yang melayani mereka"
Reynard tersenyum dan semangatnya mulai kembali ketika ia mendengar bahwa orang
tuanya pernah singgah di tempat BK, ia berfikir sejenak dan menyadari ia lupa akan satu hal
"omong-omong, dunia apa ini?"
"Ini? dunia ini adalah digital world, dunia dimana Digimon tinggal"
"Digimon?"
"Kau tidak tahu?"
Reynard menggelengkan kepalanya.
"Aku akan menjelaskannya ketika kita sampai ke desa, tetapi kita harus mencari tempat
beristirahat karena sebentar lagi akan gelap"
Mereka berjalan melalui hutan yang rindang dan lebat, dalam kedipan mata, kegelapan
menyelimuti digital world, bulan bersinar di gelapnya malam, suara serigala melolong di
gelapnya malam, Reynard dan BK beristirahat di sebuah gua kecil, api unggun menyala di
gelap dan dinginnya malam, menghangatkan suasana yang kelam.
Reynard menoleh sejenak ke arah BK yang sedang tertidur lelap, kemudian ia menatap ke
arah api unggun yang menyala redup, foto-foto ingatannya muncul di kepalanya. dia masih
mengingat hari yang harusnya menjadi hari yang bahagia di dalam hidupnya berubah menjadi
petaka, Reynard menghela nafasnya dan mendesah sedih. dia mengecek senternya dan
handphonenya.
"Sebuah pesan?" dia kemudian mengecek pesan itu dan membacanya, tiba-tiba saja sebuah
suara ibunya yang terdengar sedang menangis.
'Reynard...aku merindukanmu anakku....aku ingin kau cepat kembali....kami ingin kau berada
disini...Reynard....kami akan selalu menunggumu

'Reynard dengan perlahan berbaring, menutup matanya dan tertidur, meninggalkan kerasnya
dan sunyinya digital world...

Chapter 3: Closer to the edge


BK terbangun dari tidurnya, dia terduduk sesaat dan menatap ke arah api unggun yang telah
redup. BK kemudian berdiri dan menepuk pundak Reynard.
Kita harus melanjutkan perjalanan
Reynard membuka matanya, duduk, dan menguap sambil menggaruk-garuk kepalanya Ini
kan masih malam
Perasaanku tidak enak, aku merasa aka nada hal buruk yang menimpa kita jika kita berdiam
disini
Baiklah Gumam Reynard sambil mematikan api unggun dengan tanah.
Mereka berduapun melanjutkan perjalanan mereka di gelapnya malam, sinar senter
menerangi jalan mereka, dengan hati-hati mereka menyusuri hutan itu, memperhatikan pohon
yang tinggi dan besar yang mengelilingi mereka. Suara derikan jangkrik dan lolongan
serigala di kejauhan memecahkan kesunyian.
Reynard menengok kekiri dan kekanan, mengawasi jika ada hewan liar yang sedang
membuntuti mereka.
BK, kau tidak takut akan hewan liar? Kita berjalan di tengah malam seperti ini kan tidak
aman, mungkin saja ada Serigala atau Rubah yang akan menyerang kita
BK tiba-tiba saja menghentikan langkahnya, Reynard terheran melihat Bk tanpa sebab
menghentikan langkahnya, dia pun bertanya Ada apa BK? Mengapa kau tiba-tiba berhenti?
BK berputar menghadapnya, menunjuk ke mukanya sendiri dan berujar Memang aku
kelihatan seperti apa?
Ohhehe Reynard menelan ludahnya, melihat tubuh BK dengan matanya dan
membalas Kau seperti rubah ya?
Reynard menyeringai.
Memang aku rubah
Reynard dan BK terus melanjutkan perjalanan mereka menembus hutan, sudah berjam-jam
mereka berjalan, Reynard mulai ragu dengan BK.
apakah dia tahu jalan pulang? Pikirnya.
Mereka terus melanjutkan perjalanan, pohon-pohon mulai diselimuti selimut putih , angin
berhembus kencang, rasa dingin menusuk sampai ke tulang, Reynard mulai bergidik, giginya
mulai bergemertak di sunyinya malam, T-shit yang ia pakai sudah compang -camping
bersama jeansnya . BK, yang dilindungi oleh bulu tebal yang menutupi seluruh tubuhnya.
Reynard memperhatikan telapak kaki BK. Telapak kakinya besar dan hanya memiliki tiga

jari-yang lebih tepat disebut cakar-dia membayangkan bagaimana BK bisa tahan berjalan
kaki berkilometer jauhnya tanpa merasakan sakit di telapak kakinya sedikitpun.
Reynard membuang pikiran itu dan terus berjalan di belakang BK yang kelihatan berjalan
tanpa arah. Mereka terus berjalan, mereka pun keluar dari hutan itu dan melihat hamparan
padang salju yang luas dan kosong. di kejauhan, sebuah gunung menjulang tinggi.
"Desaku tidak jauh dari sini" Ujar BK dengan santai
Reynard mulai mengigil dan bertanya "BK, kau tidak merasa dingin?"
"Dingin? tidak sama sekali"
Reynard hanya menghela nafasnya, rasa dingin yang menusuk membuatnya risih, rasa dingin
di kakinya membuatnya mati rasa, salju-salju masuk ke celah di sepatunya. bibirnya mulai
membiru, Reynard merasa ia sedang di kurung di sebuah balok es yang besar. BK,
menghiraukan suara gertakan gigi Reynard yang terdengar jelas di kupingnya terus berjalan
menembus tebalnya selimut salju, walaupun ia merasa kasihan melihat kondisi Reynard.
Reynard mulai lemas, kakinya mulai tidak kuat menahan tubuhnya, rasa dingin menjalar ke
seluruh tubuhnya. ia berusaha untuk berjalan, tubuhnya sudah tidak kuat lagi, dia pun jatuh
terjerembab ke salju yang tebal dan dingin, mukanya terkubur disalju
BK kemudian berhenti dan menoleh, melihat Reynard yang terkapar, ia kemudian
memapahnya dan berujar "Sedikit lagi kita sampai"
Reynard membuka matanya yang lemah, Reynard kemudian tersenyum dan berfikir bahwa
dia tidak sendirian di tempat ini, walaupun mereka kelihatan bukan seperti manusia biasa.BK
terus berjalan, mendorong tubuhnya agar bisa menahan beban Reynard, dia terus menyeret
tubuhnya melalui padang salju. rasa dingin di kakinya dan salju yang menerpa wajahnya yang
mengaburkan pandangannya tidak membuat ia menyerah, ia terus menembus salju yang
dingin itu, untuk menyelamatkan seorang teman yang baru saja ia temui, ia tidak peduli
apapun yang terjadi, dia akan menyelamatkan Reynard.
Mereka pada akhirnya sampai di Desa Izuna. BK terus menyeret badannya, para Renamon
menatapnya dengan tatapan yang aneh. tiba-tiba saja, seorang perempuan dengan baju zirah
berwarna kuning keemasan berlari ke arahnya, BK menyerahkan Reynard ke tangan
perempuan itu. BK kemudian menarik nafasnya dalam-dalam ketika ia melihat Reynard
dibawa pergi oleh wanita itu ke arah sebuah kuil yang berada didekat pohon sakura besar.
BK kemudian menoleh ke arah rumahnya, sebuah rumah yang terbuat dari kayu yang bentuk
arsitekturnya seperti rumah jepang pada jaman edo. BK mengingat seseorang yang ia sangat
rindu...dia kemudian menggeser pintu rumahnya dan melihat sebuah Renamon sedang duduk,
di tangannya sebuah gelas yang berisi teh hangat menunggu untuk di minum. Dia menatap ke
arah halaman belakang rumah, rerumputan yang hijau di selimuti oleh salju, kolam kecil yang
menghiasinya pun airnya membeku seperti hatinya.
BK tersenyum, matanya menatap sayu. Rena menoleh ke arahnya dengan tatapan sedih, dia
menaruh gelasnya dan beranjak ke arahnya. BK menyapanya, Rena menghiraukannya

bagaikan dia tidak ada disitu, dia menutup pintu itu dan kembali duduk, mengambil teh
hangat itu dan menyeruputnya.
BK kemudian dengan berat hati duduk di sisi meja yang lain, sebuah teh telah siap di
depannya. Rena terus menatap kosong ke arah halaman, salju terus turun, rasa dingin
menusuk ke tulang. BK menatap ke arah gelasnya yang terisi oleh teh hangat yang berwarna
kecoklatan yang mengeluarkan uap hangat.
"Rena" BK berujar "Aku tahu aku jadi jauh darimu...aku minta maaf...aku ingin kau menger-"
Rena kemudian menaruh tehnya dan membalas dengan nada yang sedih dan pelan "Selamat
ulang tahun" Rena kemudian berdiri dan beranjak meninggalkan BK. dia pun menghela
nafasnya, menengadah, menatap ke arah langit-langit kayu yang keras dan dingin. dia
mengingat kejadian yang telah mengubah hidupnya secara drastis itu. BK kemudian menoleh
ke arah kamarnya yang tertutup rapat. ia menghampiri pintu kamaranya dan mencoba
membukanya.
Terkunci.
BK merasa heran, sebelum ia beranjak pergi dari desa dua hari yang lalu, pintu ini tidak
terkunci. dia mulai heran, setiap ia meninggalkan rumah, pasti pintu kamarnya selalu terkunci
tanpa sebab yang jelas. dia kemudian memeriksa sekitarnya, dia menggeledah sebuah kabinet
kecil dan menemukan kuncinya.
BK kemudian berbaring di futon yang tipis dan keras, menatap ke arah langit-langit, ia
kemudian menutup matanya dan tertidur. mengingat memori enam bulan lalu yang telah
mengubah hidupnya

Chapter 4: Requiem for a dream


Reynard membuka matanya, terbaring di futon, menatap ke arah langit-langit yang kusam.
dia menoleh dan melihat sebuah patung rubah berekor sembilan berwarna emas mengkilap
berdiri tegap di sisi ruangan yang dihiasi oleh untaian kertas putih dan dupa. dia kemudian
kembali menatap langit-langit itu.
'Aku jatuh ke jurang, orang tuaku menghilang, terjebak di tempat aneh, diserang mahkluk
aneh dan ditolong oleh manusia rubah. sekarang aku berbaring di suatu kuil yang berada di
tengah perkampungan manusia rubah. mempunya teman seekor manusia rubah, aku mungkin
berhalusinasi atau aku memang sudah gila?' pikir Reynard.
Reynard kemudian mengambil Hanpdhonenya dari sakunya, dia berpikir sejenak dan
mencoba untuk menelfon ayahnya.
"Ayo angkatlah" Gumamnya.
Yang ia dengar hanyalah suara statis panjang yang terdengar seperti kertas sedang diremas.
"Reynard?"
Reynard tersontak, dia tidak percaya ayahnya telah menjawab telfonnya "AYAH!"
"Aku mencintaimu anakku"
"Ayah kau dimana?"
"Maafkan ayah kau harus---jika aku lebih me----waktu itu, kau tidak----kami akan---istirahatlah----kami mencintaimu"
"Ayah?"
"Ingatlah nak..kau akan---kami menunggumu----"
"AYAH! HALO! AYAH!" Reynard menjauhkan handphoenya dari kupingnya, dia merasa
aneh, semua telfon dan foto yang ayahnya kirimkan seperti sebuah petunjuk, seperti ayahnya
memeberikannya sebuah puzzle yang menunggu untuk dipecahkan.
'Apa yang terjadi sebenarnya?'
Tiba-tiba saja handphonenya kembali berdering, dia kemudian menjawab telfon itu.
"Ibu?"
"Reynard...mengapa...mengapa"
"Ibu?"
"Apa yang telah kami perbuat hingga kau...----"

"Ibu!"
"Kami mencintaimu anakku"
Suara statis panjang melengking dari speaker handphonenya, Reynard terdiam, bertanyatanya apa yang sedang terjadi sekarang. dia kemudian berdiri, menaruh handphonenya di
sakunya, mengambil senternya dari saku jaketnya. ia kemudian melihat sekelilingnya,
ruangan itu tiba-tiba diselimuti kegelapan, patung rubah yang berada di sisi ruangan itu mulai
berpendar kemerahan, dinding kuil itu pun mulai terkelupas dan digantikan oleh dinding batu
yang keras dan tebal.
Reynard mulai berjalan menjauh dari dinding, jantungnya berdegup dan otaknya berusaha
untuk memahami apa yang sedang terjadi, dia ternganga, rasa dingin menusuk tulangnya. dia
kemudian mendengar sayup suara aneh yang terngiang di kupingnya. dia kemudian berjalan
dan berhenti ketika ia menemukan lorong panjang yang gelap yang ia ingat tidak ada
sebelumnya.
dia mulai berjalan, menyalakan senternya, cahaya senternya terpantul di dinding dan lantai
batu yang keras. suara langkah kakinya menggaung. dengan perlahan ia mulai mempercepat
langkahnya, suara aneh yang ia dengar sebelumnya makin keras terngiang di kupingnya.
Reynard menoleh kebelakang, dia merasa seperti ada yang mengikutinya, tiba-tiba saja suara
hantaman keras yang terdengar dari dinding membuatnya kaget. dia kemudian mulai berlari,
nafasnya tersengal-sengal, pikirannya kacau, jantungnya berdegup kencang, adrenalinnya
memuncak ketika suara hantaman itu terdengar lagi dari balik dinding batu itu. dia ingin
berteriak, suaranya tercekat di tenggorokannya, matanya terus mengawasi dinding yang mulai
berganti warna kemerahan.
secercah cahaya datang dari ujung lorong itu, Reynard terus memacu langkahnya ke arah
cahaya itu, dengan perlahan cahaya itu berubah menjadi sebuah pintu putih yang mengkilat.
keringat menetes dari dahinya, dia kembali menoleh dan menangkap sebuah bayangan aneh
yang berlari di dinding, suara cekikikan tawa datang dari bayangan itu.
'sedikit lagi'
Dia kemudian menjejakkan kakinya ke lantai, mengentakkan kakinya, ia jatuh ke
punggungnya, dia berhenti tepat di depan sebuah lubang besar yang memisahkannya dari
pintu itu. Reynard kemudian berdiri, mengintip ke dalam lubang itu, dia hanya bisa melihat
kegelapan yang pekat. dia kemudian mengambil langkah mundur, menghitung jarak
lompatannya, dia kemudian berlari dan melompat, tangannya menjorok ke depan, berusaha
meraih ujung lantai batu itu.
Senternya jatuh ke lubang yang gelap itu, tangannya berusaha menahan tubuhnya, tangan
kirinya terlepas, ia bergantung ke tangan kanannya yang mulai bergetar, jarinya mulai
tergeser, tangannya sudah tidak kuat lagi.
'Aku akan jatuh' Pikirnya sambil berusaha menahan tubuhnya.
Reynard menggertakkan giginya, berusaha sekuat tenaga menahan beban tubuhnya dengan
tangan kanannya yangmulai lemas. jarinya mulai gemetar dan melepas ujung lantai itu.

matanya terbelalak ketika ia menyadari ia telah terjatuh ke dalam lubang yang tidak berujung
itu.
Dia terus jatuh ke dalam kegelapan itu, dinding-dinding batu itupun mulai menunjukkan
serangkaian gambar mobil orang tuanya yang telah hancur berantakan di dasar jurang.
Reynard terus terjatuh, kegelapan mulai menyelimutinya, dia hanya bisa pasrah dan menutup
matanya.
TIba-tiba saja handphonenya berdering, dia membuka matanya, mengambil handphonenya
dari sakunya.
"Ayah?"
Dalam kedipan mata ia telah berbaring di futonnya lagi, dia menoleh, menatap ke arah patung
rubah yang berwarna keemasan itu. tangannya masih menggengam handphonenya dengan
erat, dia kemudian berdiri dan melihat sekelilingnya.
"apakah aku sedang bermimpi?"
Reynard kemudian mulai berjalan ke arah pintu kuil itu, dia menggesernya dan disambut oleh
pemandangan desa Izuna yang indah. rumah-rumah yang terlihat seperti rumah jepang apada
saat zaman edo terpampang, pohon sakura yang indah berdiri di tengah desa.
Dia kemudian meliaht seseorang yang ia sangat kenal-BK-yang sedang duduk di bawah
pohon sakura, mukanya muram, sebuah kalung tergantung di lehernya. disampingnya duduk
Manusia Rubah yang lain-Rena-, bentuk badannya lebih feminim dari BK, warna bulunya
emas dan matanya berwarna biru kristal. mereka duduk bersebelahan, tetapi mereka hanya
diam, mengacuhkan satu sama lain.
Reynard berjalan menghampiri mereka, BK menyapanya, Rena berdiri, meninggalkan BK
dan berjalan menghampiri Reynard.
"Jadi, kau manusia yang Priestess suruh aku asuh?" Rena berujar
"Asuh? aku bukan-"
"Aku tidak bisa mengidahkan perintah sang Priestess"
Reynard menghela nafasnya, dia kemudian melirik ke arah BK. BK membuang mukanya,
raut mukanya terlihat sedih.
"Sekarang, ikut aku, kau pasti lapar"
"Bagaimana dengan BK? kau mau meninggalkannya sendirian?"
Rena kemudian menunduk, dan menghela nafasnya "Dia..."
"Kenapa?"
"Nanti saja aku akan membicarakannya dirumah, kau harus makan"

Reynard mengangguk dan mengikuti Rena, meninggalkan BK duduk termangu di bwah


pohon Sakura yang indah.

Chapter 5: To sleep, perchance to a dream


6 bulan yang lalu
"BK"
"Ada apa Rena?"
Rena hanya tersenyum, menyenderkan kepalanya ke pundak BK. Rena menggengam tanga
BK dengan erat seakan-akan Rena takut akan kehliangan dia. BK tersenyum, buntutnya
dengan perlahan melingkar melingkar di pinggang Rena, angin dengan perlahan berhembus
burung bertengger di ranting-ranting pohon sakura yang kokoh itu.
"BK, bisakah kita seperti ini selamanya?"
BK melirik ke arahnya, tatapannya melembut "Tidak ada yang bertahan selamanya...tetapi,
aku akan berusaha mempertahankan hubungan kita selama mungkin"
Rena tersenyum bangga dan kembali menggeliat di pundaknya, BK pun tertawa karena rasa
geli yang ia rasakan di pundaknya. BK dengan halus mengelus pipinya, Rena berdecak pelan
dan mulai tertawa.
"Kau mau makan? aku bisa membelikanmu makanan di toko Kyu-Dama" BK menawarkan
sambil merujuk ke arah toko ramen yang berada disamping mereka.
"benarkah?"
BK mengangguk.
Mereka kemudian berdiri dan berjalan ke arah toko ramen, bergandengan tangan dengan erat.
BK dan Rena masuk ke toko itu, seekor Kyuubimon yang berdiri dibelakang sebuah konter
yang dihiasi olem macam-macam dekorasi.
"Ah, Kyuubi! teman lamaku!" sapa BK
Kyuubimon itupun menggeram "kau-" dia berhenti ketika ia melihat Rena berdiri disamping
BK yang sedang melihat-lihat tokonya. BK kemudian membisikkan Rena untuk mencari
tempat duduk. BK dengan gugup menghampiri Kyuubimon yang sedang menggeram ke
arahnya, dia kemudian tersenyum sambil mengetuk-ngetuk meja konter itu dengan jarinya
"Kyu, jadi begini, aku akan membayar semua hutangku besok, untuk sekarang...kau tahu
kan" BK mencoba menjelaskan situasinya.
Kyu pun menghela nafasnya, berdecak kesal, dia kemudian berujar "Oke, untuk HARI ini
kau kubolehkan berhutang..TETAPI, besok KAU harus membayarnya, mengerti?"
BK mengangguk senang.
Kyuubimon itupun menggeram pelan, mengibaskan salah satu buntutnya dan menyahut ke
arah Rena "Nona! Kau mau makan apa?"

Rena kemudian menoleh ke arah Kyuubimon itu "Aku?"


"Bukan, aku sedang memanggil tembok itu. ya kamu!"
Rena mendegus "Kasar sekali. Oke aku ingin semangkok ramen hangat dengan potongan
sirloin yang telah direbus bumbu lada hitam, irisan jamur dan ditaburi rempah-rempah
diginoir"
BK mengerenyitkan dahinya sambil ternganga tidak percaya, dia terkejut pesanan Rena
adalah menu termahal yang ada di restoran itu yang biasa disantap para priestess dan
asistennya.
"Pilihan yang bagus nona!" Kyuubi pun menoleh ke bahunya dan meliaht asistennya sedang
tertidur lelap di dapur
"Omi! satu ramen spesial!"
Asistennya pun tersontak bangun, air liurnya menetes, selama beberapa detik dia linglung dan
menguap. dia kemudian berjalan ke arah kompor, dia memakai celemeknya, menyiapkan air
untuk dimasak dan menyiapkabn bumbu-bumbu masakannya. dia kemudian mengambil
bangku kecil, dia kemudian duduk dan kembali tertidur.
"omi!"
Omi sang asisten pun kembali terbangun, dia kemudian menghampiri Kyuubi, menarik salah
satu bubtutnya dan menggunakannya untuk mengelap mukanya dan tangannya.
Kyuubi kemudian menggeram pelan dan mulai mengibas-ibaskan buntutnya sambil berujar
"Omi...jika kau tidak melepaskan buntutku sekarang juga...kau akan, pasti jadi rubah
panggang"
Omi kemudian berhenti mengelap tangannya ke buntut Kyuubi, melempar sebuah ejekan ke
Kyuubi dan kembali ke dapur untuk memasak. Kyuubi pun menggeram heabt dan
melemparkan sebuah bola api dari salah satu buntutnya ke arah Omi.
BK tertawa melihat aksi mereka, Kyuubi pun menggeram ke arah BK sambil menunjukkan
taringnya yang tajam.
"Kau temani sana pasanganmu, sangat tidak etis meninggalkan wanita seperti itu"
"Kami belum berpasangan" BK membantah, mukanya memerah "kami hanya teman dekat
saja, itu saja" ujarnya sambil menyembunyikan mukanya yang memerah.
"Biarpun aku sudah t-"
"Kau sudah bau tanah!" Sela Omi dari dapur.
"Diam kau!" Balas Kyuubi "yah, setidaknya aku masih mengerti, walaupun aku belum pernah
berhubungan dengan laki-laki sebelumnya"

"Kau kan tidak tertarik dengan lawan jenis!" Sela Omi lagi
"Sekali lagi kau menyahut, kau akan ku pecat!"
BK menyeringai dan kemabli ke tempat duduk Rena, mereka kemudian mulai berbincang dan
tertawa sambil menatap satu sama lain. mereka kemudian terlepas dari pandang-memandang
mereka ketika Omi meletakkan pesanan mereka di meja.
"BK, kau telah baik sekali kepadaku...tetapi aku tidak tahu kalau kakakku akan
menyetujuinya, dia selalu bilang aku masih terlalu muda"
"Aku masih bisa menunggu, toh, kakakmu tidak melarang kita untuk menjalin hubungan
kan?"
"Nanti aku akan bicarakan dengan kakakku tentang rencana kita"
BK mengangguk dan tersenyum, mereka kemudian kembali berbincang dan tertawa, dengan
perlahan BK menyodorkan tangannya kedepan dan menggengam tangan Rena. Kyuubi
mengawasi mereka dengan raut muka kesal, Omi kemudian bersiul dengan keras sambil
bersender di badan Kyuubi yang membuatnya kesal.
"Aku tahu Kyu..kau Iri kan" Ejek Omi
"Diam kau"
Rena dan BK menoleh ke arah mereka, Omi mengejek mereka denagn berpura-pura
berciuman, BK dan Rena pun mukanya memerah, Omu tertawa terkekeh-kekeh sambil
menepuk punggung Kyuubi. BK menoleh ke arah pintu dan melihat bahwa langit sudah
gelap, ia kemudian menarik Rena, mengucapkan terimakasih ke Kyuubi dan Omi, mereka
berduapun meninggalkan restoran itu. Suara derap langkah yang menggelegar menarik
perhatiannya, dia kemudian menoleh dan melihat sebuah bendera berkibar, bendera bagura
army.
"Rena...panggil kakakmu, bilang kepadanya bahwa bagura army telah datang kembali"
Rena mengangguk dan mulai berlari ke arah kuil, BK memicingkan matanya dan melihat
seorang perempuan berjubah ungu dengan pita-pita yang terikat dibajunya, BK langsung
mengenali perempuan itu, dia menggeram dan menyiapkan kuda-kuda,sebuah pedang muncul
di tangan kirinya. Puluhan Troopmon berdiri di belakang wanita itu, menodong BK dengan
senjatanya, perempuan itu menyeringai jahat.
"Baguramon telah memanggilmu"

Chapter 6: Theres darkness in everyones heart


"Jadi kau kesini untuk membawaku ke masa laluku?"
"Aku tidak memaksa, tetapi aku sarankan kau kembali menjadi tangan kanannya...agar
wajahmu yang imut itu tidak terluka"
BK berdecak marah, menggenggam pedangnya lebih erat sambil menggeram ke arah
Lilithmon yang sedang mengikir kukunya itu. BK tahu ia kalah jumlah, masing-masing
commandramon itu memegang senapan yang dapat merobek tubuhnya dengan mudah,
matanya terus mengawasi Lilithmon, dia sedang menunggu bawahan bagura itu lengah, dia
menyiapkan ancang-ancang untuk menyerang.
"BK, aku tidak pernah bisa mengerti jalan pikirmu...selalu saja keras kepala" Lilithmon
kemudian menjetikkan jarinya "Lagipula mengapa kau mau tinggal ditempat seperti ini?
kumuh, kotor dan-"
"INI ADALAH RUMAHKU!"
Lililithmon terkejut mendengar reaksi BK, dia menyeringai licik, Lilithmon kemudian
menjetikkan jarinya lagi, barisan commandramon itupun mulai maju.
"Mari kita lihat apakah kau seorang pengecut" Ujar Lilithmon.
BK menggeram hebat ketika kata itu sampai ke kupingnya, matanya terbelalak dan menyala
merah, seluruh ototnya menegang dan pikirannya dikuasai oleh amarah. Dia kemudian
meluncur ke arah kumpulan Troopmon itu. ketika para Troopmon itu melihat BK melaju ke
arah mereka, mereka melepaskan tembakan, BK dengan mudah mengindari ratusan peluru itu
dan berhasil menembus ke tengah-tengah kumpulan Commandramon itu. BK menyeringai
dan mengayunkan pedangnya sekuat tenaga, menghempaskan dan memotong para Troopmon
itu.
"Troopmonmu tidak ada apa-apanya, mereka sangat lemah....kau tahu kan aku biasa
membunuh satu Brigade Knightmon?"
"Kau cukup sombong untuk digimon sekalibermu.."
TIba-tiba saja sebuah pukulan mendarat di pipi BK, dia terpelanting ke tanah karena kuatnya
pukulan itu, seekor Sealsdramon berdiri di depannya , menekan dadanya dengan kakinya
yang membuatnya sesak nafas. Sealsdramon itupun mengangkatnya dan melemparnya ke
sebuah rumah, menjebol dindingnya dan mengubur BK di bawah puing-puing dinding itu.
BK bergeliat di balik puing-puing, dia merangkak keluar dan melihat seekor Viximon
kecilsedang menatapnya dari bawah meja, matanya berkaca-kaca dan badannya bergetar, BK
kemudian merangkak ke arahnya dah berusaha menenenangkannya.
"Hai..kau sebaiknya keluar dari sini, pergilah ke kuil, ayo"
Viximon itu malah menjauhi BK, dia menutupi tubuhnya dengan buntutnya dan menangis.

"Hey, ja-" BK terpotong ketika dia tertarik keluar dan terlempar, BK menahan nafasnya
ketika ia mulai jatuh dari udara dan menghantam tanah, darah keluar dari mulutnya.
Lilithmon mencekiknya dan mengangkatnya.
"Kau tahu...sau salah satu aset bagura yang paling berharga, sayang sekali kau harus mati"
BK hanya bisa menutup matanya, dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi ketika
Lilithmon memperlihatkan Nazar nailnya.
"Koyousetsu!"
Ratusan berlian tajam meluncur ke arah Lilithmon yang dengan segera menghindarinya, BK
terlepas dari cengkraman Lilithmon dan langsung menebas Sealsdramon yang sedang
terkejut. Tiba-tiba saja Rena muncul dari belakang BK dan melancarkan sebuah tendangan ke
arah Sealsdramon yang langsung merubah badannya menjadi data.
Lilithmon menggeram, badannya dipenuhi oleh aura gelap dan matanya bersinar merah, BK
dan Rena menatapnya, terkejut merasakan kekuatan yang mereka rasakan dari Lilithmon.
"Rena, mana kakakmu?" Tanya BK sambil menyiapkan ancang-ancang.
"Lilithmon telah menaruh semacam segel yang mengunci semua orang di dalam kuil"
"jadi hanya tinggal kita berdua disini?"
"Benar sekali"
Lilithmon tiba-tiba saja mengayunkan Nazar Nailnya, BK dan Rena menghindar tepat waktu,
Auranya semakin tebal dan tanah disekitarnya mulai terkelupas.
"ROWDY ROCKER!"
Lilithmon tiba-tiba saja terhempas ke tanah, seekor kadal merah berdiri di depannya,
memgang sebuah tongkat yang berbentuk seperti mic besar. sebuah bendera berkibar di
horizon, BK memicingkan matanya dan mulai menggeram.
XrossHeart.
"Taiki! Masalah sudah selesai!" Sahut Digimon merah itu.
Tiba-tiba saja, seorang manusia, diikuti oleh dua manusia lagi yang berlari ke arah Shoutmon,
BK mengenali mereka, para anggota XrossHeart yang hampir membunuhnya dahulu.
Seorang anak kecil berumur sekitar 12 tahun, Taiki dan partnernya yang selalu berteriak dan
energik, Shoutmon yang selalu menghalangi jalannya. sisa anggota mereka pun mengikuti
mereka, Dorulumon, seekor singa yang mempunyai bor untuk ekor, seekor kelinci pink kecil
memakai headphone, sebuah robot berwarna biru yang dikenal sebagai Balistamon, seorang
mantan demon lord, Beelzemon dan seorang manusia yang dari badannya mencuat sebuah
pistol dan kedua tangannya menggengam pistol, Revolvmon.

Rena dan BK dengan perlahan menghampiri mereka ketika Shoutmon mengikat Lilithmon
dengan tali yang mereka ambil dari badan Balistamon.
"Kalian, sudah kami bilang berkali-kali, desa kami netral" Ujar Rena.
Taiki berdiri, mendengus kesal "Aku tahu, kami kesini untuk mengejar Lilithmon, bukan
untuk-" Taiki terpotong ketika dia mendegar suara dentuman senjata dari belakangnya, dia
menoleh dan melihat Revolvmon, kedua buah pistolnya mengeluarkan asap.BK merasakan
rasa sakit yang menusuk di perutnya dan melihat darah mulai mengucur dari perutnya, dia
menyingkap bulunya yang mulai berwarna kemerahan itu dan meliaht dua lubang yang dia
akibatkan peluru yang di tembakkan Revolvmon, BK jatuh, Rena menangkapnya dan
menekan lukanya, Taiki dan Shoutmon menoleh ke arah Revolvmon, tidak percaya apa yang
baru saja temannya lakukan.
Air mata mulai menetes dari mata Rena ketika ia melihat wajah BK makin memucat, tangan
BK dipenuhi oleh darahnya sendiri "BK..bertahanlah, segelnya akan segera hilang dan kami
akan bisa mengobatimu" Rena mengelus kepalanya, badan BK mulai menjadi dingin, Rena
memeluknya lebih erat.
"Tidak apa...Rena...rasa sakitnya...sudah tidak terasa...la...gi.."
BK tersontak bangun dari tidurnya, dia membuka matanya dan menyadari ia tertidur di
bangku, ia menguap dan menoleh, asap hitam membunmbung dari kejauhan, sebuah bendera
hitam berkibar di gelapnya malam, BK memicingkan mata dan menggeram dan mulai berlari
ke arah kuil.
Reynard terbangun mendengar suara dentuman hebat dari luar desa, dia kemudian
membangunkan Rena dan mengajaknya keluar.
"Apa itu?" Tanya Reynard.
"Bagura, mereka akan menghancurkan desa ini, kau sebaiknya ke kuil dan berlindung disana"
balas Rena sambil mengepalkan tangannya, suara lonceng berdenting dari arah kuil, semua
warga keluar dari rumahnya dan menoleh ke arah horizon dan menggeram.
Reynard kemudian mulai berlari ke arah kuil ketika barisan Troopmon mulai mendekati desa
Izuna.
"Sepertinya hariku sedang buruk"

Chapter 7: A Dawning Sun


Reynard menggeser pintu kuil itu dengan perlahan, dia menjejakkan kakinya ke lantai kayu
yang usang itu, suara deritan yang muncul ketika dia melangkahkan kakinya di lantai yang
usang itu membuat bulu kudukknya bergidik, suara dentangan lonceng terus terngiang di
kupingnya ketika pintu kuil itu tertutup rapat, Reynard menoleh kebelakang, jantungnya
berdegup kencang, ia kemudian kembali menatap ke arah kegelapan yang pekat itu. dia
mengeluarkan senternya dan terus berjalan, suara langkah kakinya menggaung di tengah
kesunyian yang mencekam, udara menjadi pekat dan lembab, dunianya terasa berputar.
Suara degup jantungnya berdengung di kupingnya, keringat mulai bercucuran dari wajahnya,
dia tidak pernah nyaman dalam kegelapan, dia selalu takut di dalam kegelapan, seolah-olah
ada seseuatu yang akan menariknya ke dalam kegelapan itu. dia terus berjalan menembus
kegelapan, dia terus berjalan menyusuri kegelapan yang tidak berujung. dia tidak tahu sudah
berapa lama dia telah berjalan, senternya terus memancarkan cahaya yang mulai redup, suara
lonceng terus berdentang yang diiringi oleh suara sengalan nafas yang berat.
Dia kemudian jatuh tersungkur ketika dadanya terasa sesak, rasa sakit menjalar keseluruh
tubuhnya seperti aliran listrik, senternya jatuh ke lantaikayu yang rapuh dan berguling
beberapa saat dan berhenti tepat di depan muka Reynard, cahaya senter itu mulai meredup
dan mati. Reynard tidak bisa bergerak, badannya terasa sakit, kaku dan dingin. suara sengalan
nafas dan dentangan lonceng makin keras terngiang di kupingnya.
Tiba-tiba saja handphonenya berdering di saku jaketnya, handphonenya terus bergetar di
dalam sakunya dan bergeser keluar. dia mengambil handphone itu dan melihat layar
handphone itu.
AYAH
66996
"Reynard..."
Sebuah suara keluar dari speaker handphone itu.
"Sadarlah...kau harus berubah...kau harus---cari----"
Suara itu menghilang diikuti oleh suara statis yang panjang dan memekakkan telinga,
Reynard hanya bisa terdiam menatap handphonenya yang mengeluarkan seberkas cahaya
redup, badannya terasa sangat dingin, sakit, kepalanya terasa berputar ketika suara lonceng
kembali berdentang dengan keras.
Reynard
Reynard mendengar sayup suara di kupingnya, dia kemudian mulai mencari sumber suara itu
dengan menoleh.
REYNARD!

Reynard tersentak kaget, dia menatap ke arah atap kayu yang usang. dia merasa badannya
bergerak, bergeser dengan perlahan, badannya masih lemas dan pandangannya masih pudar.
kedua tangannya menggantung dan mengayun lemas, suara-suara ocehan digimon
disekitarnya membuatnya menoleh dan melihat seekor Renamon sedang duduk bersandar di
dinding, badannya penuh luka dan wajahnya terlihat pucat. Reynard tahu dia akan mati, dia
kemudian menoleh ke sisi lainnya dan melihat Renamon-Renamon dan Viximon-Viximon
kecil sedang berbaring, muka mereka lusuh dan kotor karena debu dan tanah yang menempel
di badan dan wajah mereka ketika mereka berlari kesini.
Semua Renamon dan Viximon itu identik, tak peduli berapa perbedaan umur mereka, mereka
semua identik. Reynard cukup sulit membedakan satu sama lainnya dari fisikmereka,
semuanya identik seperti Rena, semua memakai sarung tangan seperti Rena. suara lintingan
kalung terdengar di kupingnya, dia mendongak dan melihat wajah Rena yang sedang
tersenyum kepadanya ketika dia menyenderkan Reynard ke dinding yang keras dan dingin
itu
Rena kemudian berbalik dan berjalan ke arah pintu kuil, sebuah pedang menempel di
punggungnya, terikat oleh dua utas perban yang mengikat ujung gagang dan ujung pedang
itu, perban itu kemudian menyambung dan terikat di kedua pundak Rena. pedang itu cukup
besar dan panjang ukurannya, dari ujung gagang ke ujung pedang itu kira-kira 1.5 meter dan
sebuah lampu panjang berwarna merah yang memotong tengah pedang itu dengan apik dari
ujung pedang itu samapi ke gagangnya berpendar. sebuah nama terpatri di gagang itu, sebuah
nama yang Reynard dan Rena kenal.
BK the Blood hunter
Rena kemudian menghilang ketika seberkas cahaya merangsek masuk dari pintu kuil itu.
Reynard hanya bisa bersender ke dinding, kakinya sakit, kepalanya sakit, badannya sakit. dia
berusaha menyadari apa yang telah terjadi kepadanya. dia mengingat ia sedang berlari ke arah
kuil, suara dentuman ledakan di kejauhan...suara lonceng dan...sebuah ledakan.
Reynard kemudian mengangkat tangannya dan melihat jaketnnya dan bajunya telah robek
dan terbakar, dai mengangkat tangan kirinya, dia menoleh kebawah, baju dan jaketnya telah
rusak parah,gosong dan compang-camping, mulutnya kering dan tenggorokannya sakit. suara
detangan lonceng masih terngiang di kupingnya, Reynard hanya menatap kosong ke arah
langit-langit, suara-suara di sekitarnya perlahan mulai menghilang dan tergantikan oleh sayup
suara serak, perlahan sayup suara itu semakin kencang, Reynard dengan perlahan dapat
mengenali suara itu.
Rena.
Pintu kuil tiba-tiba saja terpental dan hancur menjadi serpihan-serpihan kecil yang terbakar,
Reynard kemudian menoleh ke arah pintu kuil itu, para digimon yang berada di dalam kuil
kemudian berlari ke ruangan kuil yang lain, seorang wanita kemudian berdiri di pintu masuk
kuil itu, dia tertawa sambil mencekik sebuah figur yang sangat Reynard kenal, seekor
Renamon berwarna kuning keemasan yang di lehernya menggantung sebuah kalung yin,
badannya penuh luka.
Tiba-tiba saja seorang wanita berbaju zirah kuning keemasan yang berambut kepang panjang
yang terbagi dua yang rambutnya sangat mirip dengan buntut rubah, dia berdiri beberapa

langkah dari wanita yang mencekik Rena. Wanita yang berdiri di pintu masuk itupun itu
kemudian melempar Rena ke lantai kayu yang usang itu, dia jatuh berdebam ke tanah, darah
menyembur keluar dari mulutnya.
Perempuan itupun tertawa, sebuah mahkluk kecil berwarna silver yang berbentuk
seperti...kotoran? duduk di punggungnya sambil menyerukan
"Tidak bagus! Tidak bagus! Dame!"
Wanita itupun kemudian mendekati Rena, dia menjetikkan jadinya, seekor WereGarurumon
menghampirinya membawa sebuah pedang yang sangat Reynard kenal, pedang milik Rena.
Wanita itu kemudian menyeringai dan mengambil pedang itu, dia menginjak dada Rena
dengan keras, Rena mulai kehilangan udara, Wanita itu kemudian mengangkat pedang itu,
mengarahkannya ke perut Rena, ia kemudian menatap ke arah wanita berbaju zirah kuning itu
"Sakuyamon...jika kau berani bergerak atau salah satu ada yang mau menjadi pahlawan, aku
akan menghujamkan pedang ini ke perutnya"
"Lilithmon..kau selalu memakai cara licik"
"Yang penting aku menang"
Suara ledakan tiba-tiba mengelegar, Lilithmon menyeringai hebat, Reynard dapat merasakan
aura jahat terpancar dari wanita ini. auranya sangat kuat, tangan Reynard berkeringat dan
kaku, jantungnya berdegup kencang.
'satu kesalahan kecil dapat membuat Rena terbunuh, aku harus mencari cara aga bisa
menyelamatkannya'
Suara derapan langkah yang cepat yang terdengar dari laur kuil membuat Lilithmon tertawa
kecil, dia tahu bahwa mereka telah datang.
"ROWDY ROCKER!"
"Pilihan yang salah"
Lilithmon melepas pedang itu, membiarkannya jatuh ke arah perut Rena yang dedang terkulai
lemas ditanah.

Chapter 8: From here to eternity


BK menggeram hebat ketika ia memendamkan kepalanya ke dada Rena yang telah penuh
dengan darah, BK menarik pedang yang tertancap di perut Rena. Lilithmon tertegun ketika
dia melihat BK berdiri dengan penuh amarah di depannya, Lilithmon mulai mengambil
langkah mundur ketika BK mendekatinya dengan pedang terhunus ke arahnya.
"Redemption"
Ketika kata itu terselip dari mulutnya, dia berlari ke arah lilithmon dan menghujamkan
pedang itu tepat ke dadanya. Darah menyembur keluar dan menutupi wajah BK, matanya
menyala merah penuh dengan amarah. Lilithmon pun jatuh berdebam ketanah, BK kemudian
mencabut pedang itu dan kembali menghujamkannya ke wajah Lilithmon, menghancurkan
wajahnya dan membelah kepalanya.
BK kembali menggeram dan menoleh ke arah tim Xrossheart yang terdiam tanpa kata,
kekuatan BK telah merobek semua keberanian mereka, Dia pun berdiri dan menghampiri tim
XrossHeart dengan langkah gontai, pedangnya masih ia genggam dengan erat.
Tiba-tiba saja knightmon keluar dari Xloader taiki dan mengayunkan pedangnya ke arah BK
yang dapat dengan mudah dielakkan oleh BK. Ia merunduk dan menghujamkan pedangnya
ke perut Knightmon dan memutar pedangnya, dia berputar dan memotong tubuh Knightmon
dengan mudah.
shoutmon kemudian bergabung dengan timnya dan berubah menjadi ShoutmonX4 yang
menghalangi BK dengan Taiki. BK dengan santainya menoleh ke atas dan berdecak kesal,
Shoutmon kemudian menghantamkan pedangnya seperti palu ke arah BK yang dengan cepat
ia hindari dengan melompat ke samping. Ia kemudian melompat dan mendarat di pundak X4
dan menghujamkan pedangnya ke pundak X4.
Reynard dengan lunglai berjalan keluar dari kuil, dia melihat BK sedang bertarung dengan
sebuah robot setinggi 5 meter yang berusaha memukulnya seperti lalat dengan tangannya
yang besar.
BK kemudian menarik pedangnya dan menghujamkannya ke leher X4 yang langsung
menghentikannya dan membuatnya jatuh menimpa toko Kyu-dama dan langsung
menghancurkannya menjadi puing.
Taiki hanya bisa berdiri terpaku, tidak dapat mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.
Seekor Digimon rookie dapat mengalahkan demon lord dan timnya dengan mudah, BK
kemudian menghampiri Taiki dan mencekiknya, mengangkatnya dan menghantamkannya ke
pohon sakura yang besar itu.
"aku mohon...jangan..." taiki memohon, air mata mulai berlinang dari matanya, dia baru
menyadari dan merasakan ketika dirinya diambang kematian dan tidak keberdayaan. Semua
rencana, pemikiran dan harapan kepada temannya sirna ketika dia melihat mayat temannya
yang telah tergolek tak berdaya.
"Nyawa...dibayar dengan nyawa..."

Reynard membeku ketika dia melihat BK akan menghujamkan pedangnya ke Taiki yang tak
lebih seumuran denganya. Dia berusaha memanggil BK, tetapi tidak dia endahkan, Reynard
kemudian melihat pedang Knightmon tergeletak di dekatnya.
Taiki hanya bisa menutup matanya ketika sang pencabut nyawanya terus mencekiknya
dengan erat, dia dapat merasakan cakar tajamnya menembus kulitnya dan merobek pembuluh
darahnya.
Reynard melaju ke arah BK, pedang terhunus ke arahnya, dia tidak akan membiarkan anak
itu mati. Dia akan menghentikan BK walaupun harus membunuhnya, ketika ia akan menusuk
BK, BK mengelak dan berputar menghindari serangan Reynard dan membiarkan pedangnya
menembus badan Taiki.
'tidak mungkin'
Reynard melepaskan pedang itu dan mulai menjauhi mayat Taiki yang terpaku di pohon
Sakura itu, darah mengalir dari tubuh Taiki dan membasahi batang pohon itu. Reynard
kemudian menatap ke arah telapak tangannya yang telah dipenuhi oleh darah.
Reynard tidak bisa mempercayai realita yang ada di depan matanya, dia telah membunuh
seseorang, tangannya yang telah penuh akan darah serasa terbakar. dia menatap ke arah BK
yang hanya berdiri di samping mayat itu, dia menyeringai bangga.
Reynard dapat merasakan kepala berdenyut hebat, rasa sakit tiba-tiba menusuk ke kepalanya.
dia mulai kehilangan kontrol atas badannya, pandangannya berputar-putar dan mulai
menggelap. dia berusaha menahan dirinya agar tidak jatuh, sayup suara berdengung di
kupingnya. dia menutup telinganya berusaha menahan suara itu agar tidak masuk ke
kupingnya, dia kemudian mengerang kesakitan ketika pandangannya menghilang.
Reynard kemudian membuka matanya dan disambut oleh pemandangan mengerikan. sebuah
desa yang dipenuhi oleh mayat dan darah, disana ia melihat BK berdiri di tengah-tengah
tumpukan mayat yang terbakar. dia menatap ke arah Reynard dan tersenyum, menyodorkan
tangannya ke arahnya.
"Ini tidak nyata!" Seru Reynard sambil mengalihkan pandangannya dari BK.
BK tertawa pelan, dia kemudian dengan perlahan menghampiri Reynard, telapak tangannya
si selubungi oleh api biru, matanya merah menyala. dia berjalan di antara tumpukan mayat
yang telah membusuk dan hangus oleh api, Reynard semakin menjauh dari BK, rasa takut
menjalar ke seluruh tubuhnya ketika BK semakin dekat dengannya.
Reynard semakin panik ketika BK berjarak beberapa langkah darinya, kakinya tersangkut ke
mayat dan ia pun kehilangan keseimbangannya, dia terjatuh tangannya menyorok kedepan
berusaha menggapai sesuatu untuk menahan jatuhnya. BK menyambar tangannya dan
menariknya ke dalam dekapannya.
BK dengan perlahan menghilang menjadi kepingan-kepingan kecil, Reynard membuka
matanya dan melihat dunianya mulai retak dan hancur menjadi keping-kepingan kecil. dia
kemudian melihat sebuah menara yang menjulang di tengah-tengah kabut yang tebal, sebuah
piramida kecil dengan ukiran mata yang terpatri di segala sisinya menatap ke arahnya.

Mata itu terus menata ke arahnya, mata itu terus mengawasinya, mata itu menatap ke dalam
jiwanya. Reynard kemudian menutup matanya dan mulai mendengar sayup suara. tiba-tiba
saja sayup suara itu terdengar semakin jelas, handphonenya yang ada dikantungnya pun
berdering keras.
'REYNARD!"
Reynard bangun di tengah-tengah padang rumput yang dingin dan lembab, dia berguling
kesamping dan melihat dari kejauhan desa Izuna telah terbakar, asap hitam membumbung
tinggi dari sana. suara langkah kaki yang datang dari belakangnya membuatnya kaget dan
dengan refleks ia berdiri menghadap Bk yyng telah berlumuran darah.
"Kita beruntung bisa selamat, untung saja aku bisa menumbangkan Shoutmon"
Reynard terenyak ngeri ketika ia mengingat bagaimana ia telah membunuh Taiki, dia
kemudian menatap ke arah telapak tangannya.
"tidak ada darah?" Reynard kemudian menoleh ke arah BK dengan raut muka penuh heran.
"Ada apa dengan wajahmu? kau kelihatan seperti orang tolol" Ujarnya santai.
"Apa maksudmu? kau baru saja membunuh Taiki!"
"Tai-siapa? hei, bung, kau pingsan selama beberapa jam, dan aku mohon jangan buat aku
kesal. hariku sudah cukup buruk"
"Kau telah membunuhnya!"
"nak, begini saja, desaku terbakar, aku kehilangan pasanganku dan aku mematahkan
lenganku jadi...aku mohon. DIAM!"
Suara dengungan keras yang datang dari arah langit membuat mereka berdua menoleh, BK
dan Reyanrd membeku ketika mereka melihat sebuah helikopter besar dengan 2 mesin jet
yang mendorongnya agar tetap melayang di atas mereka.
"apa lagi ini?" tanya BK ketika pintu pesawat itu terbuka dan muncul seorang wanita dengan
rambut emas panjang yang menyentuh punggungnya. sebuah bando dengan kuping rubah
yang berwarna kuning dan jaket bulu yang serasi dengan warna kuping di bandonya itu,
celana panjang ketat dan sepatu bot berwarna putih. Wanita itu membetulkan sarung
tangannya yang berwarna ungu yang menutupi lengannya dengan gambar yin-yang di
punggung tangannya itu.
BK berdiri dan menyipitkan matanya sambil mengendus-endus udara, dia mencium bau yang
sangat familiar yang memancar dari wanita itu. BK kemudian mengambil sebuah batu kecil
dan melemparkannya ke arah wanita itu, dengan refleks wanita itu menghindar, menjetikkan
lengannya, sebuah pistol kemudian bergeser keluar dari kerah lengan bajunya dan ia
kemudian menembakkanya ke arah BK.
BK yang tidak dapat menghindar hanya bisa pasrah menerima peluru bius yang menancap di
perutnya. BK mulai kehilangan kesadarannya, kakinya mulai kebas, pandangannya mulai

menghilang dan pada akhirnya dia tergolek di tanah. Reynard diliputi oleh rasa takut ketika
wanita itu mulai menodongkan pistolnya ke arah Reynard, dia kemudian berputar dan berlari
ke arah pepohonan. wanita itu kemudian mengeker dan melepaskan tembakan yang dengan
tepat mengenai punggung Reynard.
"Fox, kita turun dan kita naikkan mereka ke pesawat. Guild akan membayar mereka dengan
mahal"

Chapter 9
Meet The S-Team
Suara deruan mesin membangunkan BK dari tidurnya, tekstur lantai metal yang keras dan
dingin membuat tubuhnya tidak nyaman. Badannya terasa sakit dan pegal, dia terdiam sesaat
berusaha memahami dan mengingat apa yang terjadi, ia bangun di ruangan yang hanya
diterangi oleh sebuah lampu berbentuk lentera yang redup, di sekelilingnya banyak kandang
berbagai ukuran untuk menahan sesuatu.
Entah bagaimana caranya ia dapat sampai kesini, terkurung di dalam sebuah ruangan sempit
dikelilingi kandang-kandang yang dinodai oleh darah dan udara yang terasa pekat terus
menekannya. Suara nafasnya yang berat membuatnya semakin risih, dia tidak pernah
dikurung sebelumnya, ia tidak pernah sendirian sebelumnya, dia mulai melihat dan
mendengar suara-suara aneh.
'izuna...Rena...'
Kata-kata itu terus terngiang di kepalanya, memori-memori yang tersimpan di dalam otaknya
mulai muncul dan terngiang di kepalanya. Semua memori bahagia bersama teman dan
pasangannya, sebuah kebahagiaan yang tidak terkira ketika ia menjadi calon ayah.
Dia kemudian mengingat ia tertembak di bagian dadanya, ia menyingkap bulu dadanya yang
berwarna putih itu dan melihat bekas tusukan jarum tepat di dadanya. Suara derakan pintu
dapat terdengar, Kuping BK bergetar ketika ia menangkap suara langkah kaki, ketika ia
melihat sebuah bayangan di depannya, ia menggeram dan berusaha menerkam orang itu.
Dia menekan tubuhnya kedepan ketika orang itu masuk ke dalam jarak pandangnya, dia
terlontar beberapa meter sebelum ia tercekat, tertarik dan terjatuh ke tanah oleh sebuah rantai
yang terikat di kalung yang menempel di lehernya.
Ketika lampu menyinari orang itu, BK dapat melihat itu adalah wanita yang telah
menembaknya pada waktu itu. BK menggeram hebat ketika wanita itu menaruh sebuah piring
besi berisi gumpalan daging giling merah yang bertumpuk.
BK kemudian menarik piring itu ke arahnya, Wanita itu berjongkok di depannya, matanya
terus menatap ke arah BK, penampilannya cukup aneh bagi BK, dia mempunyai sepasang
kuping rubah yang mencuat dari kepalanya, sama seperti kupingnya, dia memakai jaket bulu
emas yang tekstur bulunya sama dengannya dan dia memakai baju Dalaman putih. Sepatunya
pun dilapisi oleh bulu, begitu juga dengan celana pendeknya, dia juga memakai sepasang
sarung tangan yang menutupi lengannya yang anehnya sama persis dengan sarung tangan
BK.
"makanlah, aku tahu kau lapar" sapa Wanita itu "kau tertdur selama 2 hari penuh...aku kira
kau tak akan bangun lagi setelah aku menembakmu"
BK melihat ada yang aneh dengan matanya, kedua bola matanya tidak mempunyai warna
yang sama, yang sebelah kanan biru kristal-sangat mirip dengan mata Rena pikirnyasementara mata kanannya merah ruby sama seperti matanya.

Wanita itu tersenyum dan mengulurkan tangannya ke pipi BK, dia terlihat ragu ketika ia
ingin mengusap pipinya, BK yang tidak tahu sama sekali tentang wanita ini mulai merasa
resah, tetapi dia tidak mau menjauhkan pipinya dari tangannya, ada sesuatu yang familiar
tentang wanita itu.
Ketika BK membiarkan wanita itu mengusap pipinya, ia pun tersenyum lebar. BK di lain hal
tidak ada keinginan untuk menepis tangan wanita itu, dia malah menikmatinya ketika rasa
geli yang bercampur dengan hangat menyelimuti pipinya.
"kau cukup lucu untuk seekor Renamon...dan kau cukup langka untuk ditemukan" ujar
wanita itu sambil mengusap-usap dagu BK yang membuatnya menggoyangkan buntutnya
seperti anjing.
BK kemudian menggeram pelan ketika wanita itu Memainkan tangannya di dadanya,
merasakan tekstur bulunya. BK hanya bisa menggeram pelan dan menutup matanya.
"Reina! Anak itu sud-" seorang pemuda menghampiri wanita itu dan berhenti ketika dia
melihatnya sedang mengelus-elus dada BK. "apa yang sedang kau lakukan?" pekik pemuda
itu.
Reina kemudian menarik tangannya dan berbalik ke arah pemuda itu dengan wajah merah
tomat. BK membuka matanya dan melihat pemuda yang sedang berdiri di depan Reina,
pemuda itu memakai jaket bulu berwarna hitam dengan sisi dan kerah yang putih, baju
dalaman putih yang sama seperti Reina, rambut hitam yang disisir kebelakang.
"Ah, Fox...maaf aku tadi sedang memeriksa kondisinya...kau tidak-"
"tidak usah meminta maaf, aku tahu itu. Sekarang sebaiknya kau memeriksa anak itu, aku
menemukan sesuatu yang menarik dari anak itu"
Reina kemudian memberi kecupan di bibir pemuda itu dan pergi meninggalkannya. Pemuda
itu kemudian berjongkok di depan BK, mata merah rubinya saling terkunci. BK merasakan
sesuatu yang sangat familiar dari pemuda ini, seperti ia pernah bertemu dia disuatu tempat.
"kau lebih baik jauh-jauh dari Reina...hewan" dengus Pemuda itu "namaku Fox...dan aku
akan senang hati akan mebunuhmu nanti"
BK menggeram dan berusaha menangkapnya tetapi tidak bisa karena kekangnya, Fox tertawa
sambil mengambil langkah mundur sambil mengoyangkan tangannya.
"tidak bisa teman...kau akan terkurung disini sampai kau membusuk"
"kau pikir aku bodoh?"
Fox mengerjap dan terdiam ketika dia melihat BK dapat berbicara.
"kenapa? Kau kaget?" ujar BK "baru pertama kali ya melihat seekor rubah bisa bicara?"
"tidak, aku terkejut saja kau masih hidup"

Fox menyeringai dan meninggalkan BK terkurung di dalam sana, dia kemudian menutup
pintu itu dan menutup pintunya. Sekali lagi BK diselimuti oleh kegelapan pekat dan hanya
ditemani oleh cahaya redup yang datang dari lampu lentera itu.
BK mulai memakan makanan yang menumpuk di piring besi itu, dia menjilat tumpukan
makanan itu, rasa manis, pahit dan asin tercampur di makanan itu menciptakan sebuah rasa
yang membuatnya mual.
Dia harus memakan makanan itu jika tidak dia akan jatuh pingsan karena kelaparan, ketika
makanan itu masuk kedalam perutnya ia merasa mual, muak dan terhina. Bangsa Renamon
yang selalu menjungjung tinggi kehormatan sekarang diperlakukan seperti hewan.
BK sudah tidak peduli lagi dengan namanya kehormatan, ia sudah kehilangan semua yang
berarti di hidupnya. Ia merasa dirinya akan menagis setia ia menelan makanan itu, dia telah
menjadi peliharaan para manusia.
Amarah mulai berkumpul di dalam kepalanya, dirinya tidak bisa menerima semua hal ini, ia
tidak pantas untuk dikekang seperti hewan. Ia kemudian mencoba membuka kalung besi yang
terikat di lehernya, ia menarik kalung itu dengan sekuat tenaga, suara derakan yang keluar
dari kalung itu membuatnya yakin bisa membuka kalung itu, ia terus menariknya, ototnya
menegang dan matanya menyala merah dengan amarah.
Crkck crck crkxk clang!
Kalung itu pun terbelah dua dan jatuh dengan suara lintingan ke lantai besi yang keras dan
dingin. BK menggeram hebat ketika ia membuka pintu besi itu, dia disambut oleh pemuda
tadi-Fox-yang sedang memegang sebuah katana yang sisi tajamnya menyala merah oleh
beam plasma.
"kau...bagaimana kau bisa keluar?" tanya Fox dengan penuh heran, dia dikekang oleh kalung
besi Veridium yang tahan terhadap hantaman Iridium cannon, dapat dipecahkan oleh BK
hanya dengan kekuatan tangannya saja.
"mudah, aku hanya perlu merobek kalung itu seperti kertas"
Fox seketika mengayunkan katananya ke arah BK yang dengan cepat mengelak, dia kembali
mengayunkan pedangnya, BK merunduk dan menangkap tangan Fox. Dia memutar
tangannya dan menyikut perutnya dengan keras, Fox mengerjap kesakitan, dia menjatuhkan
pedangnya dan jatuh ke lututnya.
BK kemudian menarik lengannya dan menghantamkannya tepat ke wajah Fox, mematahkan
hidungnya dan meninggalkan bekas lebam di wajahnya. Setelah menerima hantaman itu Fox
jatuh tersungkur di lantai, hidungnya mengeluarkan darah yang mengalir ke mulutnya.
"sudah kubilang jangan macam-macam denganku" ujar BK sambil mengelap tangannya yang
terkena cipratan darah dengan jaket Fox.
BK kemudian berdiri dan menendang Fox yang tengah meringis kesakitan karena hidungnya
yang patah akibat pukulan BK. Fox mengerjap pelan ketika dia berguling dan berusaha

berdiri ke kakinya yang masih lemas, kepalanya masih berkunang-kunang ketika ia sudah
dapat berdiri di kakinya.
Kaujangan harap aku akan tumbang dengan mudah Ujar Fox sambil menyiapkan kudakuda.
BK dengan senang hati menerima tantangannya dengan menabrakan tubuhnya ke arahnya,
Fox kehilangan pijakannya dan kembali terjatuh ke lantai. BK kemudian menarik kerah
jaketnya dan mengangkatnya, kakinya menggelantung lemas dan darah masih mengalir dari
hidungya.
Satu kata bijak untukmu nakjangan pernah membangunkan rubah yang sedang tidur
BK kemudian melemparkan Fox ke lantai dan meninggalkannya, dia berjalan menyusuri
koridor itu, bangku-bangku tertata rapih merapat ke dinding, 4 buah tabung yang dapat
memuat satu orang, di dalam tabung itu terdapat beberapa layar kecil dan sebuah bangku
berwarna merah.
BK menoleh ke arah pintu yang ada di sampingnya, dengan rasa penuh penasaran ia
membuka pintu itu dan melihat Reina yang sedang membuka bajunya, wajah BK memerah
dan jantungnya berdegup kencang.
Reina merasakan ada sesuatu yang mengintipnya, dia menoleh dan melihat moncong BK
yang muncul dari balik pintu. Wajah Reina memerah, darahnya naik ke kepalanya seperti
dihisap oleh kekuatan yang besar. Dia mengambil sepucuk pistol yang tergetak di kasurnya
dan menembak pintu itu, BK langsung menutup pintu itu dan membeku, dia baru saja melihat
seorang wanita telanjang dan ditembak olehnya!
"WULFE! RENAMON ITU LEPAS" Reina berteriak dari dalam kamarnya, BK kemudian
langsung berlari ke arah kamar selanjutnya untuk menghilangkan jejaknya. Dia membuka
pintu itu dan bersembunyi di dalam kamar itu.
"hey, nak...kau salah masuk kamar sepertinya"
BK menoleh dan disambut oleh seorang pria bertubuh tegap yang mengenakan rompi
berwarna putih keabu-abuan yang ditutupi oleh corak garis biru seperti kamuflase militer,
rambut putih dengan mata biru dan sebuah guratan di mata kirinya dan sedang menodongkan
sebuah harpoon gun ke arah BK dan sambil mengigit sebuah rokok.
BK dengan perlahan mengangkat tangannya, dia tahu dia tidak bisa melakukan manuver
karena sempitnya kamar ini, di sisi kanan ada sebuah tempat tidur tingkat yang menempel di
dinding dan di sebelah kiri sebuah lemari besar berisi baju dan senjata yang terbuat dari besi
menempel kuat.
"kau susah bermanuver disinikan? Kamar ini sempit...sangat sempit untuk bermanuver, jadi
kau pilih harpoon ini menancap di kepalamu atau kau ingin menyerah?"
Wolfe menggiring BK keluar dari kamar, ia terus menodongkan harpoon itu ke wajah BK
yang tengah berkeringat dingiin. Reina kemudian menangkap BK dan memaksanya untuk

tiarap, BK terus meronta dan melepaskan dirinya, dia melempar Reina dari punggungnya
dan berjongkok ketika Wulfe menembakkan harpoonya yang lalu menancap di dinding.
Dengan cekatan ia menepis harpoon gun itu dari tangan Wulfe, Wulfe yang pertahanannya
terbuka pun menangkap tangan BK ketika ia melempar sebuah pukulan yang mengarah ke
wajahnya ia memutar tangan BK dan menghantamkan dengkulnya ke perut BK.
BK terbatuk dan terdiam sesaat ketika dengkul itu menghantam perutnya dengan keras,
napasnya seketika juga menghilang dan ia langsung lemas, menggunakan kesempatan
ini,Wulfe mengangkatnya ke bahunya, ia berlari pendek, mendorong tubuhnya ke udara dan
kemudian menghatamkan BK dan dirinya ke lantai.
BK merasa seperti dia baru ditabrakkan ke tebing keras dengan kecepatan tinggi,
Punggungnya terasa sangat sakit dan kaku, tulangnya serasa remuk dan nafasnya terasa sesak
sekali. Wulfe berdiri dan membetulkan rompinya dan menginjak dada BK sambil
menyalakan rokoknya kembali, ia mengambil nafas yang dalam-asap-asap rokok terhisap-dan
menghebuskannya ke wajah BK sambil tersenyum.
"terkadang untuk menyelesaikan masalah memang lebih baik dengan tangan kosong" ejeknya
sambil duduk di dada BK yang langgsung membuat BK tidak bisa bernapas. Dia kemudian
berdiri dan mengambil sebuah kalung dari kantong belakangnya, ia memasang kalung itu
dileher BK.
"kalung ini akan memastikan dirimu tidak akan bandel lagi" ujar Wulfe sambil
mengencangkan kalung itu dan mengaktifkan sensor pelacak yang ada di kalung itu. Dia
kemudian mensinkronkan kalung itu dengan alat pelacak yang ada di jam tangannya.
BK hanya bisa menggeram kesakitan sambil terbatuk-batuk karena dadanya terasa sangat
sesak. Wulfe kemudian membantu Reina untuk berdiri, setelah Reina dapat berdiri ia
menepuk pundak Reina dan menyeringai.
"dia cukup bagus untuk menjadi hunter"
"apa maksudmu, Wulfe"
"kita membutuhkan orang yang mirip sepertimu. Walaupun dia bukan ORANG, dia mirip
denganmu mau dilihat dari sudut manapun. Ego, kuat, menjunjung tinggi harga diri dan
mempunyai mata yang sama dengan mata kirimu"
"Fox juga sama mempunyai mata merah"
aku juga punya mata merah jika aku kurang tidur
"lucu sekali Wulfe, aku tertawa sekarang"
Mereka berdua berputar dan melihat Fox sedang berjalan gontai sambil menutup hidungnya
yang patah dan berdarah dengan tangannya. Reina dan Wulfe menatap ke arahnya dengan
penuh heran, beberapa saat yang lalu ia sehat bugar dan tidak bisa diam sekarang ia datang
dengan wajah penuh memar dan luka.

Reina berpikir apa yang baru saja ia lakukan hingga ia babak belur seperti ini? Dilain hal
Wulfe sedang menahan tawa melihat juniornya babak belur yang pastinya ia dihajar oleh
Renamon yang sedang mengamuk itu.
ketika Fox menyingkirkan tangannya dari hidungnya yang patah, tawa Wulfe meledak, ia
tertawa seperti orang gila sambil menunjuk-nunjuk Fox yang terlihat gusar. Wulfe kemudian
menutupi hidungnya dan berpura-pura meringis kesakitan.
"lihat aku, hidungku patah dan berdarah dan aku dianiyaya oleh seekor rubah yang bisa
berjalan dengan 2 kaki"
Fox menggeram dan mendekati Wulfe yang sedang mengejeknya, dia kemudian menoleh ke
arah BK yang sedang terkapar di lantai, Wulfe masih tertawa sambil menepuk-nepuk pundak
Fox.
"jika aku tidak lemas, aku akan meninjumu sampai hidungmu patah" Geram Fox sambil
menyeka darah yang ada di mulutnya dengan lengan jaketnya. Dia kemudian berjalan sambil
menyeimbangkan dirinya yang lingilung ke arah ruang medis.
"baiklah, hal pertama yang kita harus lakukan adalah menyembunyikan mahkluk ini" ujar
Rena sambil menunjuk ke arah BK "dia bau darah, keringat, apek dan amis"
Wulfe dan Fox memandang ke arah Reina dengan penuh tanya apa yang akan dikatakannya
selanjutnya. Wulfe pun bertanya
"lalu?"
Reina menyilangkan tangannya dan tersenyum licik, dia pasti akan menyiksa anak buahnya
yang polos itu "yang jelas kita harus memandikannya"
Fox menaikkan alis matanya seraya terkejut atas pernyataan Reina yang menurutnya gila.
Sangat gila hingga ia seakan-akan akan memandikan peliharaanya, dia berpikir beberapa saat
dan kemudian menyilangkan tangannya juga
"ehh...sayang, bukan maksudku mengejek...tapi dia kan buruan kita"
"buruan? Siapa bilang ia buruan kita?"
"kau menangkapnya kan?"
"aku menyelamatkannya, bukan menangkapnya"
"tunggu...kau membawa kami ke Izuna bukan untuk berburu?"
Wulfe kemudian mendengus "mungkin Reina ingin membuka ternak Renamon, secara bulu
Renamon harganya dan permintaanya sedang meroket tajam" Wulfe menyilangkan tangannya
juga "kita tinggal mencari Renamon perempuan dan mengawinkan mereka" ujar Wulfe
sambil menangkat tangannya hingga sejajar dengan mata Reina dan Fox, ia kemudian
mengaitkan jarinya dan menekuk-nekuknya.

"ide bagus kan?"


Fox menggeram dan menepak tangan Wulfe dengan kesal "seharusnya kita tidak membawa
badut ini" geramnya sambil menunjuk Wulfe.
"dan kita harusnya membawa ibunya agar bisa disusui ketika dia merengek" balas Wulfe
sambil mengemut-emut ibu jarinya.
"lebih baik mana, badut apa bayi?"
"dua-duanya menyebalkan" sela Reina sambil memisahkan mereka berdua "jadi siapa yang
mau memandikannya?"
Wulfe kemudian berpura-pura sakit perut dengan memegang perutnya "sepertinya aku kena
diare, aku harus pergi dulu" dengan alasan konyol yang membuat Reina dan Fox ternangaga
heran, Wulfe masuk ke kamarnya.
Reina menoleh ke arah Fox
"hidungku patah dan berdarah, sebaiknya aku pergi ke ruang medis" dengan itu Fox
menyelinap keluar dari pandangan Reina dan masuk ke ruang medis yang bersebelahan
dengan Kamar Wulfe.
Mereka semua meninggalkan Reina dan BK sendirian, Reina menatap ke arah BK yang
sedang mendesah kesakitan. Nafasnya tersengal-sengal karena dadanya terasa sesak,
sepertinya dia menderita memar dalam pikirnya sambil mengusap-usap dagunya.
Reina dapat merasakan sebuah rasa familiar memancar darinya, sebuah bau hormon yang
menusuk hidungnya yang mulai menghipnotis pikirannya. Dia merasa kasihan atas
kondisinya, ia dapat merasakan betapa sakitnya kehilangan semua yang ia sayangi.
Karena dia pernah merasakan hal yang sama. Hal yang sama persis dengannya, kehilangan
kedua orang yang ia cintai dan kehilangan tempat tinggalnya, di matanya masih terlihat
kobaran api yang menyelimuti desa tempat tinggalnya.
Reina kemudian memapahnya ke ruang mandi yang berada di ujung koridor tepat disamping
ruangan penyimpanan. Mahkluk yang ia papah terasa berat tetapi hangat dan ia seperti tidak
mau melepasnya.
Ia kemudian meletakan jarinya di pembaca sidik jari yang menempel di pintu ruang mandi
itu. Ketika mesin itu selesai memindai jari Reina, pintu itu pun bergeser terbuka dan
memperlihatkan sebuah ruangan kecil berarsitektur seperti kamar mandi jepang dengan
sebuah ofuro yang terletak di ujung ruangan yang dapat memuat 2 orang.
Reina dengan perlahan meletakkan BK di dalam Ofuro yang terisi air hangat tersebut dan
menyederkannya ke sisi Ofuro. Reina kemudian dengan perlahan membuka bajunya, dia
kemudian menggantungkan baju, jaket dan celananya di dalam sebuah loker yang
tersembunyi di dalam dinding disamping Ofuro tersebut.

Dia kemudian mengambil handuk yang berada di meja kecil yang ada di dekat pijakan untuk
masuk ke dalam Ofuro, dia memendamkan dirinya dan mengambil sebuah spons dan sikat
untuk membersihkan BK.
Entah kenapa Reina merasa sangat simpati ke Renamon ini, ia bahkan tidak mengenalnya
sama sekali, entah semenjak bertemu dengannya sisi lembutnya muncul. Reina yang terkenal
oleh teman-temannya tomboy dan pemberani sekarang luluh di hadapan Renamon hitam
yang harusnya menjadi buruannya.
BK yang tengah setengah sadar mulai merasakan sesuatu yang lembut tengah mengusap-usap
pipinya. Dia merasakan kelembutan dan kehangatan itu merayap turun ke leher dan
kedadanya yang ditutupi oleh bulu itu.

BK dapat melihat sayup-sayup wajah Reina, dia berusaha menyadari apa yang terjadi,
berpikir dan langsung mendorong Reina hingga Reina tenggelam di dalam Ofuro itu. Spontan
wajah BK memerah dibalik bulu yang menutupi wajahnya itu, pupilnya melebar hebat ketika
ia menyadari bahwa ia sedang dimandikan oleh seorang wanita cantik yang tidak sama sekali
dia kenal.
apa yang kau lakukan? Tanya BK sambil bersender dengan penuh takut di sisi Ofuro
tersebut Kaukau bukan pasangankukau bukan Reina dan kau juga bukan Renamon.
Dan kau baru saja memandikanku"
Reina yang baru keluar dari air itu terbatuk-batuk mengeluarkan air, ia kemudian mengambil
nafas yang dalam. Reina kemudian menyadari handuk yang menutupi tubuhnya telah
melorot, memperlihatkan bagian dadanya yang menonjol menembus handuk itu.
BK langsung membuang mukanya ke arah pintu, menahan rasa malu yang mengumpul di
dalam dirinya, wajahnya makin memerah setiap detiknya dan ia serasa ingin meledak!
"kau jauh-jauh dariku"
"kenapa?"
"aku tidak suka kau"
"mengapa?"
"kau terlalu frontal"
Mereka berdua terdiam sesaat sambil mengunci pandangan ke satu sama lain, mata mereka
saling bertatapan dan dapat terlihat di mata mereka, mereka sudah ditakdrikan untuk bertemu.
BK kemudian dengan perlahan keluar dari Ofuro tersebut dan berjalan mundur menuju pintu
kamar mandi, BK sudah menyiapkan tangannya di handle berbentuk L yang terbuat dari besi
berwarna silver tersebut.
"matamu...bagaimana kau bisa mendapat mata seperti itu..."

"ini dari orangtuaku"


"mereka manusia?"
"sudah pasti"
Reina kemudian beranjak keluar dari Ofuro tersebut, handuknya masih terlilit disekitar
tubuhnya, dia memegang sebuah sikat di tangan kirinya dan handuk di tangan kanannya. Dan
Reina memang benar-benar berniat untuk memandikannya.
BK dengan spontan menekan handle itu kebawah dan membanting pintu keluarnya, dia
menoleh ke kiri dan ke kanan, dan memutuskan untuk berlari ke arah pintu yang ada di ujung
koridor, sebuah blast door berdiri di antara jendela yang disegel dengan sebuah pelat besi
yang dikhusukan untuk menahan udara.
Dia kemudian mulai berlari ke arah pintu itu dengan kecepatan tinggi dan ia bahkan
menjatuhkan kakinya ketanah dan berlari dengan 4 kaki seperti rubah. Reina terus
membuntutinya dan berusaha menangkapnya dan Reina hanya ditutupi oleh handuk.
BK terus berlari dan mempercepat langkahnya ketika Reina mengerjarnya seramb berteriakteriak memanggil Fox dan Wulfe yang sedang tertidur. BK kemudian kembali berlari dengan
dua kaki, membelokkan badannya hingga pundaknya berada di depan.

Reina hanya dengan melihatnya saja pun tahu apa yang akan dilakukannya, dia akan
mendobrak pintu itu.
"Jangan KAU KELUAR!"
Reina kemudian menolakkan tubuhnya kedepan dan menjulurkan kedua tangannya dan
berhasil menangkap buntut BK yang langsung membuat BK kehilangan keseimbangan,
berputar dan menghantam pintu dengan punggungnya hingga terbuka. Reina yang terlempar
ketika ia melepaskan buntut BK dan mendarat di atas tubuh BK yang sedang berbaring
telentang.
Reina beberapa saat terdiam membeku ketika ia sadar ia sedang berbaring diatas BK yang
hanya bisa menengadah ke langit dan berusaha menutupi wajah merahnya. Angin dingin
berhembus dan Reina baru tersadar ketika mereka telah berbaring di luar compound, di simak
oleh ratusan hunter yang sedang berlalu lalang di dalam nest yang sedang membawa barangbarang untuk persiapan berburu.
"ckckckc, kalian harusnya bermain di dalam kamar, bukan di depan umum" seru Wulfe yang
sedang mengucek-ngucek matanya sambil menguap dan berdiri di bibir pintu "Reina, kau
fetish Renamon ya?" ejeknya sambil tersenyum licik.
Fox yang sedang berdiri di samping Wulfe yang sedang senang mengejek Reina menemukan
sebuah handuk yang tergeletak di dekat kakinya dan mengambilnya, ia kemudian menoleh ke
arah Reina yang sedang berbaring di atas BK bertelanjang bulat, bahkan ia dapat melihat
bokongnya dengan jelas.

Reina yang sadar handuknya telah lepas pun memerah, dia menarik buntut BK yang besar
Dan tebal untuk menutupi bokongnya yang tidak ditutupi sehelai kain pun, dia mendekap BK
lebih erat dan memendamkan wajahnya ke dada BK yang ditutupi oleh bulu tebal.
ini benar-benar memalukan

CHAPTER 10
a fresh start

Cahaya matahari yang terik masuk dari sela-sela atap yang bolong dan menyinari Sebuah kipas tua
menggantung di langit-langit Bar the sins of our father, disana berkumpul Hunter yang datang dari
penjuru Terynar Continent. Mulai dari yang pemula sampai yang ternama, bahkan ada yang sampai
terkenal di real world. Suara gaduh yang biasa menggema di dalam bar itu membuat pagi hari di kota
Terynar terasa hidup, di dalam bar itu informasi beterbangan di udara di balikkata-kata yang keluar
dari mulut para hunter, tetapi yang bisa mendapat informasi itu hanyalah orang dengan
pendengaran yang tajam
Meja-meja berbaris rapih di bar itu, mereka membentuk sebuah garis vertikal yang dimulai dari meja
yang dekat pintu masuk yang berdiri tepat di sampingnya, barisan meja itupun dipecah menjadi dua
sisi yang saling bersebelahan yang dimulai dari kedua belah sisi pintu yang seakan-akan meja itu
memberi jalan bagi pendatang yang baru masuk.
Reina dan timnya sedang menunggu pesanan mereka di meja yang berada 3 meja jauhnya dari meja
bartender. Suara gaduh yang terngiang di kupingnya membuatnya pusing, terlebih jika suara gaduh
itu adalah gosip mengenainya tentang kejadian tadi pagi.
"begini saja, kau menembakku dengan peluru bius, aku dan rubah gila itu ditangkap oleh kalian, aku
baru saja bangun dan kalian MEMAKSAKU ikut dengan tim berburu kalian?" Reynard menyahut
sambil menekan jari telunjuknya ke meja berkali-kali "itu gila"
Reina memutar-mutar garpunya dengan wajah risih, dia menatap ke garpu yang mengkilat itu
dengan tatapan kosong seraya membalas pernyataan Reynard tentang pilihannya.
"Kami menyelamatkanmu, bukan menangkapmu"
"Jadi mengapa kalian menembakku"
"Hei aku dan anak cengeng ini tidak ikut-ikutan ya" sela Wulfe serambi menunjuk ke arah Fox
dengan garpunya yang duduk disampingnya.
Reina kemudian berdecak kesal dan menjawab pertanyaan Reynard dengan nada tinggi "ingat, kau
harusnya berterimakasih kepadaku karena telah menyelamatkanmu dari tempat itu!"
"Seharusnya kau meninggalkan aku disana!
"Benarkah?"
Reynard terdiam ketika Reina membalas kata-katanya yang tadi, dia menunduk malu dan
mengepalkan tangannya, dia tidak mau dilihat lemah oleh orang-orang asing ini, dia bingung harus
menjawab apa karena ia tahu sebenarnya ia tidak bisa melakukan apa-apa.
"omong-omong bisakah kau menceritakanku bagaimana kau bisa sampai kesini" ujar Reina "dan kau
pasti bukan dari sekitar sini kan? Aku bisa melihat dari gaya berpakaianmu"

Reynard kemudian menarik nafas yang dalam dan menceritakan semuanya kepada Reina, suara
mereka berbaur dengan yang lain dan menjadi untaian sebuah harmoni informasi yang melayang di
dalam bar itu. Reina dan yang lainnya mendengarkan dengan seksama ketika Reynard menceritakan
bagian dimana ia bisa masuk ke digital world. Wulfe sesekali mencairkan suasana dengan melawak di
tengah-tengah cerita.
Ketika Reynard sampai di bagian ia dimana pertama kali bertemu BK dan Rena, raut wajah Reina
terlihat sedih dan sesekali terisak, Reynard berhenti bercerita dan menanyakan Reina mengapa dia
terlihat sedih.
"aku berhalusinasi, jatuh pingsan dan bangun di hutan diluar padang salju yang dingin, aku
berargumen dengan BK, kalian datang menodongkan senjata ke arah kami dan menembak kami
dengan peluru bius" Reynard menghakiri ceritanya.
"jadi...kau kesini tidak menggunakan port?" ujar Reina, seorang pelayan wanita datang membawa
nampan penuh makanan dan minuman, dia kemudian berhenti di meja mereka, berdiri disamping
Wulfe dan menaruh makanan dan minuman itu satu persatu di meja mereka.
Ketika pelayan itu akan meninggalkan meja mereka, Wulfe dengan cepat menangkap tangan pelayan
itu dan mengecup tangannya.
"hei, nona, siapa namamu?"
"edgar
Senyuman Wulfe menghilang dari wajahnya digantikan dengan seringai gugup, dia melepaskan
tangan pelayan itu dan menyuruhnya pergi.
"kenapa o'Wulfe, kau mendapat kenalan banci lagi?" ujar Fox sambil menyikut lengannya "janganjangan kau homo ya?"
"diam" geram Wulfe sambil menyendok sebuah makanan dengan raut wajah kesal.
"port?" Reynard bertanya sambil mengaduk-aduk makanannya dengan sendoknya.
Reina mengunyah makanannya beberapa kali dan menelannya sebelum menjawab pertanyaan
Reynard, dia kemudian menunjuknya dengan garpunya "Port, tempat dimana satu-satunya kau bisa
MASUK ke dalam digital world"
"Port?"
"Place of repositioning and transfer, setiap negara mempunyai 1 Port di kota-kota besar atau di kota
kapital" Reina menelan makanannya dan melanjutkan "biasanya Port berada di dekat bandara,
karena mereka juga memakai ARK; sejenis pesawat yang dapat menampung ratusan Diver untuk
dikirim ke digital world"
Reina kembali menyendok makanannya dan membawanya kedalam mulutnya, dia mengigit mulut
sendok itu beberapa saat dan melepaskannya ketika makanan itu tertarik oleh langit-langit mulutnya
dan jatuh kelidahnya. Dia mengunyah untuk beberapa saat dan menelannya, dia kemudian
mengambil segelas air dan meminumnya.

Reynard menelan makanannya dan bertanya dengan penuh antusias


"apakah Port di digital world ada?"
"setahuku sih ada...tapi terakhir kali dioperasikan 2 tahun yang lalu..."
"2 tahun yang lalu?"
Wulfe menjorokkan tangannya kedepan, mendirikan jari telunjuknya dan menggoyanggoyangkannya sambil menyelesaikan mengunyah makanannya.
"Biar aku" ujarnya hampir tidak jelas dan menyemburkan potongan-potongan makanan dari
mulutnya "ARK pada saat kejayaanya sangat diagungi oleh para pendatang dan Hunter, setiap hari
banyak pendatang datang dari Real world berusaha mencari kehidupan disini, dan saat itulah zaman
kolonial mencapai puncaknya." Wulfe berhenti dan mengambil nafas "Perusahaan besar mulai
tertarik menanam saham dan membuka bisnis wisata, berburu, pertambangan dan xenologi. Selama
sepuluh tahun para Terynar membangun sebuah monumen the all seeing eye, konon monumen itu
adalah sebuah AI yang mengontrol semua aktivitas di Terynar city...walaupun hal itu belum bisa
dibuktikan karena itu hanylah sebuah konspirasi belaka"
Wulfe kemudian menghela nafasnya dan merilekskan tubuhnya "perlahan para pendatang baru
mulai menghilang satu persatu, dan di Real World...para pendatang dan investor mulai khawatir dan
mulai berhenti datang ke digital world...ARK pun diberhentikan semenjak itu, para ahli mulai
menginvestigasi penyebab para pendatang banyak yang menghilang, mereka menemukan
digimonlah yang menjadi penyebabnya..dan semenjak itulah Hunter dan Guild berdiri untuk
membersihkan digimon dari Center continent"
"jadi...Digimon yang jadi sumber masalahnya?" Seru Reynard "tapi mereka terlihat beradab, modern
tak jauh beda dengan kita"
"nak, kau harus tau ada dua tipe digimon" Ujar Wulfe sambil mengangkat 2 jarinya, dia menekuk
salah satu jarinya "Digimon liar" dia menekuk jarinya yang terakhir "Digimon Beradab"
Reynard mulai mengerti maksudanya "seperti Desa Izuna?"
"itu digimon beradab...contoh Renamon, mereka hidup dalam tradisi jepang kuno...arsitektur
mereka dari jaman edo, mereka bahkan enggan menerima teknologi baru" tukas Reina sambil
mengambil segelas air "ada yang bilang digimon itu adalah jiwa manusia" dia kemudian menenggak
segelas air itu.
Wulfe berdecak di antara kunyahannya, dia kemudian menambahkan "ketika surga dan neraka
penuh oleh manusia, mereka yang tidak dapat tempat dibuang ke dalam sebuah dunia ciptaan
manusia dimana mereka dapat bereinkarnasi dan membuat sebuah dunia baru" dia kemudian
mengatur posisi duduknya dan menaikkan kedua kakinya ke atas meja layaknya bos yang membuat
Reina, Reynard dan Fox risih "pada saat teknologi sedang berkembang pesat di era perang dunia dan
perang dingin negara-negara adidaya membuat sebuah program: Data Link, sebuah komputer yang
dapat mentransfer kesadaran sang subjek ke dalam network line"

Fox melanjutkan "program itu awalnya sukses, tetapi lama kelamaan para subjek yang mereka kirim
mulai keluar kendali" ia kemudian menarik bangkunya kedepan "pada tahun 2000 program itu
mengacaukan seluruh komunikasi di dunia, Y2K"
"aku tahu Y2K"
Reina kemudian menyelesaikan makanannya dan melanjutkan "semenjak itu, hypnos, badan
inteligen yang menekuni fenomena di digital world, digimon-digimon mulai bermunculan di dunia
nyata"
"tetapi Hypnos dibubarkan setelah 4 tahun menjaga dunia dari digimon liar...." timpal Wulfe
"dan tidak lama DATS didirikan" ujar Fox.
"dan dibubarkan kembali setelah berjalan selama 5 tahun" tambah Reina.
Reynard yang mendengar penjelasan mereka mulai mengerti walaupun masih agak sedikit bingung,
"dan sampai sekarang mereka masih masuk ke dunia manusia?" tanya Reynard dengan penuh
keingintahuan.
"coba saja kau periksa tanggal berapa sekarang" ujar Wulfe
"handphoneku rusak"
"Reina" panggil Wulfe, Reina menoleh "coba cek tanggal berapa sekarang"
Reina mengambil sebuah PDA dari sakunya dan memencet layar PDA itu secara halus dengan jarinya,
ketika jarinya menyentuh PDA itu, kamera kecil yang ada di belakang PDA itu memancarkan cahaya,
sebuah gambar hologram bola dunia yang terbelah menjadi dua, masing-masing bagian bola dunia
itu menunjukkan waktu yang berbeda.
"tanggalnya tidak muncul...dan indikator waktunya juga aneh" ujar Reina menunjuk ke arah
indikator hologram itu, indikator jam itu yang seharusnya menunjukkan angka-angka malah
menunjukkan serangkaian kode-kode angka yang tidak dapat dimengerti.
"mungkin PDA mu rusak" ujar Fox sambil menyenderkan dirinya di bangkunya.
"tidak mungkin, aku baru membetulkannya kemarin" jawab Reina "Wulfe, bagaimana dengan
PDAmu?"
"kan sudah kubilang, aku menjual PDAku" Wulfe membalas pertanyaanya sambil meregangkan
badannya "anakku butuh uang untuk membayar iuran sekolahnya"
Reina merasa tersinggung atas jawaban Wulfe "memang gajimu kurang?"
"Sangat"
Setelah mereka selesai makan siang, mereka kemudian meninggalkan secarik kertas bill yang
dibawahnya terselip beberapa lembar Dorufran. Mereka kemudian menghampiri sebuah papan
pengumuman yang dipenuhi oleh pamflet-pamflet hunting request yang datang dari bermacam-

macam kalangan, mulai dari pedagang, ilmuwan bahkan permintaan Viscount. Billboard itu
dikhusukan untuk hunting group menengah ke atas yang biasanya di request oleh para pedagang,
Guard dan ketua desa yang bermukim di luar outer ring. Untuk kelas hunting group menegah ke
atas, request yang datang biasanya di berikan oleh Guild Clerk, dan biasanya Request itu datang dari
petinggi-petinggi Terynar, bahkan ada Request dari Teryn itu sendiri.
Reina memilih-milih request yang ada di papan pengumuman itu, Reynard sendiri juga mengikuti
Reina, Wulfe dan Fox duduk di kursi yang ada di meja bartender, mereka sedang menggoda seorang
Clerk Wanita yang sedang sendirian.
Reynard menelan ludahnya dan bersiap melontarkan sebuah pertanyaan ke Reina yang sedang sibuk
memilih Kertas Request yang menempel di board itu. Ketika Reina menemukan Request yang cocok,
ia mencabut kertas yang menempel di board itu dan bersiul. Reynard membuka mulutnya dan
menggaruk kepalanya.
"Jadi kapan kau bisa membantuku mencari orang tuaku?" Reynard akhirnya memberanikan diri
untuk bertanya yang dibalas Reina dengan tatapan dingin.
Reynard mengurungkan niatnya bertanya lebih lanjut. wanita ini memang menyebalkan, mereka
berlaga seperti nenek sihir! Erang Reynard dalam pikirannya, Reina melirik ke arahnya, raut
wajahnya berubah marah, Reynard menaikkan salah satu alis matanya dalam kebingungan, dia
kemudian menyadari Reina dapat membaca pikiran orang!
"kau sedang memikirkan: wanita gila yang memakai bando kuping rubah, jaket bulu kuning
keemasan dan celana pendek yang ujungnya di selimuti bulu itu seperti nenek sihir kan?"ujar Reina
sambil terus melirik ke arah Reynard, dia kemudian berputar ke arah Reynard dan mencondongkan
wajahnya ke arah Reynard hingga hidung mereka menempel. "Nak, kau harusnya menunjukkan rasa
terimakasih karena aku sudah menyelamatkan nyawamu. Ingat, kami bukan yayasan untuk anak
hilang. Kami Hunter dan kami mencari nafkah dengan memburu digimon dan KAU harus ikut dengan
kami!"
Reynard hanya bisa diam penuh takut setelah terkena semburan amarah Reina, Reynard kemudian
menjauh dari Reina dan mengelus dadanya, beruntung ia tidak kena tampar. Reina yang melihat Fox
sedang bermesraan dengan wanita lain membuat amarahnya memuncak, dia menghampiri Fox dari
belakang, dia mengalungkan kedua tangannya di leher Fox dan mencekiknya.
Wulfe menahan tawa ketika ia melihat Fox sedang berusaha melepaskan ikatan maut Reina yang
dapat membunuhnya, wajah Fox penuh keringat dingin, tangannya menrik tangan Reina yang
mengikat lehernya dengan sekuat tenaga, Fox juga mengeluarkan suara pekikan tinggi pelan yang
terdengar seperti suara tikus yang sedang diinjak buntutnya.
Reina menjatuhkan Fox dari bangkunya dan mencengkramnnya dengan keras, Fox terus berusaha
melepaskan cekikan Reina, Reina memendamkan wajah Fox ke lantai kayu yang kotor, Fox semakin
susah bernafas.

"Aku dapat mematahkan lehermu sayang" ujar Reina dengan dingin, dia terus mencekik Fox dan
setiap detik berlalu cekikannya semakin keras.
Fox berusaha bicara tetapi yang keluar hanyalah erangan pelan dari mulutnya. Dia kemudian mulai
mengayun-ayunkan tangannya seperti orang yang tenggelam, ia mengumpulkan semua tenaganya
dan menarik cekikan Reina, cekikannya mengendur sedikit, Fox tanpa buang-buang waktu berteriak
dalam suara serak.
"Maafkan aku!"
Reina setelah mendengar permintaan maaf Fox, melepaskan cekikannya dan berdiri, membersihkan
debu dari jaketnya dengan menepuk-nepuknya. Fox yang baru saja lepas dari tangan kematian,
menarik nafas dalam-dalam, dia terbatuk-batuk dan berguling menatap ke arah langit-langit.
Reina kemudian menyambar kertas Request yang ada di meja itu, tanpa melihat isi kertas itu Reina
memasukkanya ke saku jaketnya, Reina bersiul memanggil timnya-termasuk Reynard-Wulfe menarik
Fox kekakinya dan memapahnya, Reynard membuntuti mereka dan menoleh ke belakang,
meninggalkan meja bartender yang diatasnya tergeletak gelas wine yang setengah kosong dan
sebuah kertas request berwarna hijau yang tertera sebuah tulisan.
request level: 1
Bring 1 Chrome Ore
Reward: 10K Dorufran
Suara deruan mesin sedan menggaung di gedung-gedung, Reynard menatap ke arah langit yang di
penuhi oleh garis cahaya biru yang menyambung seperti rel, Sebuah tram berjalan di rel itu, dia
masih asing dengan tempat ini. Kota ini begitu maju tekhnologinya, semua yang masih menjadi
ide/konsep di dunia nyata disini sudah terelalisasi dengan baik, mobil yang berjalan dengan energi
magnet, Kereta yang menggunakan Levitasi magnet yang dapat melayang di udara dan dikontrol
dengan komputer dan berjalan di sebuah trek yang hanya seberkas cahaya biru, udara kota ini terasa
segar tanpa polusi. Orang-orang lebih memilih berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan,
jalanan terasa lapang untuk kendaraan, walaupun pejalan kaki membludak dan seperti tidak
terkendali, tetapi mereka sangat tertib dan tahu aturan. Tempat ini seperti tokyo dan times square
digabung menjadi satu, papan-papan iklan hologram bermunculan di dinding-dinding bangunan,
toko-toko buka 24 jam yang menjual dari makanan hingga perlengkapan berburu seperti senjata dan
armor.
Suara desingan mesin jet terngiang di udara setiap detiknya, pesawat hanya yang bisa menjadi alat
transportasi keluar-masuk daerah kota ini karena kota ini duduk di balik tembok yang melindunginya
dari serangan dunia luar, temboknya pun membentuk formasi bintang david, di setiap sudut itu
berdiri sebuah menara yang di atasnya terpasang sebuah senjata anti-udara besar yang berbentuk
seperti kapsul memanjang yang di ujungnya menempel masing-masing 3 laras yang besarnya seperti
satu gerbong kereta yang dapat memuntahkan 1000 peluru/detik.

Di titik pusat kota itu berdiri sebuah menara yang menjulang setinggi 200 lantai, di ujung menara itu
berdiri sebuah piramid yang di setiap sisinya terpatri gambar mata yang seakan-akan mengawasi
seluruh isi kota.
Mereka pun sampai ke sebuah gedung berbentuk kubah dengan 4 pilar yang mengelilinginya. Reina
memarkir mobilnya di dalam sebuahh garasi yang terletak di belakang gedung itu, pintu garasi
itupun terbuka dan memperlihatkan ratusan kendaraan terparkir disana. Reina kemudian memarkir
mobilnya di samping sebuah Van berwarna hitam berstrip merah. Reina mematikan mesin mobilnya,
suara dengungan kecil keluar dari mesinnya selama beberapa detik dan ketika suara itu menghilang,
mobil itu perlahan mendarat di tanah.
"Aku merasa sedang hidup di dalam sebuah game sekarang ini" Reynard berujar mengekspresikan
kekagumannya melihat betapa canggihnya teknologi di dunia ini "Mobil terbang? kereta yang
melayang? pesawat berlalu lalang?" Reynard menoleh ke arah Wulfe "Jetpack?"
"Kuda terbang saja ada"
Fox tertawa di belakang Reina mendengar gurauan Wulfe yang meninggalkan Reynard makin
bertanya-tanya. Mereka pun turun dari mobil mereka, suara deruman mesin menggaung di dalam
garasi itu, mereka berjalan ke arah cahaya yang masuk dari pintu garasi yang menganga lebar itu.
Fox kemudian berjalan disamping Reina, berusaha meminta maaf akan kejadian yang baru saja
terjadi di bar itu, dia tahu Reina sangat marah pada dirinya.
"Reina...aku minta maaf...." ujar Fox pelan, Reina hanya diam tanpa kata, matanya terus menatap ke
arah jalan, wajahnya terlihat dingin tanpa ekspresi yang membuat Fox makin merasa bersalah.
Reina terus mengacuhkan setiap permintaan maaf Fox yang terlontar keluar dari mulutnya, Fox tidak
dapat mengerti perasaanya, tidak ada orang yang mengerti perasaanya. Bagi Fox kejadian tadi pagi
hanyalah lelucon semata, baginya itu adalah sebuah sayatan dalam di hatinya.
"Reina, aku bisa menjelaskannya"
Reina terus mengacuhkannya, dia mengepalkan tangannya berusaha memendam amarahnya.
Mereka pun keluar dari garasi itu, berbelok ke arah kanan dimana banyak Hunter keluar masuk,
pintu utama untuk dapat masuk ke Compound.mereka berjalan diantara Ratusan hunter yang
datang dan pergi dari compound, pakaian mereka terlihat aneh dan nyentrik, tidak ada hunter yang
pakaiannya sama, masing-masing dari mereka mempunyai ciri khas sendiri, wajah mereka terlihat
segar walaupun mereka membawa senjata yang besar dan berat di punggung mereka.

Mereka pun masuk ke dalam kompleks Compound, ribuan Compound menempel di dinding Kubah
itu, bentuk container Compound mereka seperti sarang lebah, berbentuk Hexagonal. Mereka
kemudian masuk ke dalam sebuah Compound yang terletak tidak begitu jauh dari pintu masuk,
Wulfe kembali mengejek Fox yang membuatnya semakin geram, Reynard pun ikut tertawa bersama
Wulfe, dia sudah mulai merasa nyaman dengan orang-orang ini.

Reina berdiri di depan pintu Compoundnya, sebuah pemindai kartu menempel di handle pintu itu,
dia mengambil sebuah kartu dari sakunya dan menggesekkan kartunya ke pintu itu, sebuah bulatan
kecil yang ada di pintu itu yang sejajar dengan wajah Reina menyala dan memancarkan cahaya biru
yang memindai wajah Reina.
Ketika sinar itu menghilang, pintu itu tergeser terbuka, ruangan itu masih belum berubah semenjak
tadi pagi, bekas kekacauan Reina dan BK masih bisa terlihat di lantai dan dinding ruangan, bahkan
harpoon yang Wulfe tembakkan masih menancap di dinding. Ketika mereka masuk ke ruangan itu,
suara erangan pelan terngiang di kuping mereka, sebuah suara erangan minta tolong yang datang
dari kamar Reina.
Dalam sekejap semua orang Bersiaga, Reina menyuruh yang lain bersiaga di luar kamarnya, lampu
kamarnya mati, gelap dan udara sangat dingin, suara erangan itu makin keras terdengar.
Reina menekan sebuah saklar yang ada di belakangnya, lampu kamar itu menyala dan membuatnya
tercengang. Sebuah lemari jatuh menimpa sebuah mahkluk hitam berbulu-BK-yang jatuh disamping
kasurnya, Reina kemudian bersiul, memanggil Wulfe dan Fox.
Tawa Wulfe dan Fox melebar melihat kondisi BK yang tertimpa lemari kayu itu, Reynard penasaran
dan mengintip ke dalam ruangan, tak ayal dia mengikuti Wulfe dan Fox, menahan tawa yang tidak
dapat ia kontrol dan tertawa seperti orang gila.
Suasana makan malam di Compound Reina tidak begitu mengasyikan, dingin, hampa dan tanpa
keceriaan sedikitpun. Piring-piring hanya berisi sebuah tumpukan bubur berwarna putih, sebuah
daging steik yang setengah matang yang terletak disampping bubur itu dan beberapa brokoli.
Fox masih menjauhi Reina yang masih marah kepadanya akibat kejadian di bar itu, Wulfe seperti
biasa merokok dan bergurau tentang bagaimana rasa masakan Reina yang sangat buruk. Reina dilain
hal, sedang menyuapi BK yang duduk disampingnya walaupun BK terlihat enggan untuk disuapi,
entah karena rasa makanannya yang tidak enak atau memang dia tidak suka disuapi.
Reynard menahan mualnya ketika bubur itu masuk ke tenggorokannya, rasanya seperti masakan
kucing yang gosong, dia tidak berani mengkomplain tentang rasanya karena dia tahu, Reina akan
mengamuk dan menceramahinya.
BK menggelengkan kepalanya berkali-kali ketika Reina memaksakan agar dia memakan bubur itu.
Reina menatap matanya sambil tersenyum, menahan sendoknya di depan bibir BK.
"aku tahu kau lapar, ayo makan" Paksa Reina
"tidak" jawab BK simpel
"jangan sampai aku mengubah pikiranku"
"aku bilang tidak" ancam BK pelan, dia menggeram
"kau akan mati jika kau tidak mau makan, ketika aku membawamu kesini aku menginjeksimu dengan
Bio-gel, sekarang badanmu sedang mengalami perubahan biologis secara cepat, wireframe datamu
sekarang dengan perlahan menjadi tulang kalsium dan mulai dilapisi oleh jaringan otot, syaraf,

pembuluh darah dan daging yang perlahan mengantikan kulit datamu. Coremu akan dibungkus oleh
jantung yang memompa darah ke seluruh pembuluh darahmu, gigimu akan mengeras, matamu akan
dilapisi oleh cairan pelindung mata, lidahmu akan mulai sangat peka dan kau akan bertambah tua"
BK langsung diam, matanya terbelalak dan nafasnya tercekat kaget. Reina tersenyum dan
menyuruhnya membuka mulutnya, dengan terpaksa BK membuka mulutnya dan disuapi oleh Reina
seperti bayi.
"bagus, ayo makan lagi"
Fox mendengus kesal melihat Reina sangat mesra dengan BK, dia melempar sendoknya dengan kesal
ke lantai hingga terpental membentur meja dan jatuh berleting di dekat kaki Reynard. Wulfe dan
Reynard menatap ke arahnya dengan kaget, Reina mengacuhakannya dan terus menyuapi BK yang
terlihat tersiksa oleh kelakuan Reina.
Wulfe kemudian menyelesaikan makanannya dan berdiri, dia meregangkan badannya sambil
bersendawa, Reynard menatap jijik ke arahnya karena bersendawa kencang sehabis makan tanpa
menutupinya adalah perbuatan yang tidak sopan dan tidak berkelas.
"Bisakah kau sopan sedikit? Kelakuanmu seperti orang kampung" ujar Reynard kesal, dia mengambil
sebuah tisu yang terletak di tengah meja makan dan membersihkan mulutnya dari sisa-sisa makanan
dengan tisu itu.
Kau anak bangsawan ya?
Bagaimana kau tahu?
Lihat saja, hanya membersihkan sisa makanan saja memakai tisu! Pch, sok terhormat padahal sama
bodohnya dengan rakyat biasa
Reynard mengamuk mendengar perkataan Wulfe yang baru saja keluar dari mulutnya, ia berdiri
sambil menggebrak meja dengan penuh amarah. Wulfe melihat amukan Reynard dengan santainya
menunjuk ke arahnya.
Nak, orang-orang sepertimu, bangsawan, orang kaya dan pejabat hanya bisa membuat orang
susah
CUKUP! Erang Reynard, dia menggeram dan meninggalkan Wulfe yang hanya menyeringai lebar.
Semua yang ia pikirkan tentang orang-orang ini berubah drastis, dia mulai menyukai mereka tetapi
mereka malah mengolok-oloknya.
Reynard masuk ke ruang medis dan menguncinya dari dalam, lampu neon yang dilapisi oleh kaca
menggantung di langit-langit, alat-alat medis tertata rapih di dalam sebuah loker kaca, obat-obatan
tersusun rapih di rak kedua, bermacam-macam Gel berwarna yang mempunya khasiat bermacammacam yang dapat diinjeksikan lewat suntikan berbentuk tabung yang ujungnya terdapat sebuah
jarum kecil.

Dia kemudian berbaring di sebuah kasur empuk yang disinari oleh lampu neon, dia mengesekgesekkan kakinya ke lantai yang dingin dan halus yang terbuat dari batu granit murni. Dia kemudian
melepaskan sepatunya dan berbaring di atas kasur yang empuk itu, dia menatap kea rah langit-langit
yang asing itu dan mulai berfikir apa yang terjadi dengan orang tuanya saat ini.
Dia menatap kea rah meja kayu yang terletak disampingnya, Handphonenya berbaring disana, pecah
dan rusak parah. Raut wajah Reynard berubah sedih, Handphone itu hanyalah satu-satunya alat
komunikasi dengan orang tuanya. Dia kemudian menutup matanya, menyerah kepada rasa
kantuknya dan bergulling menghadap ke tembok.
Selamat malan, Reynard ujarnya ke dirinya sendiri, tak lama ia pun masuk ke dalam alam bawah
sadarnya yang menyimpan berbagai macam hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat.
Tanpa ia sadar, esok hari adalah hari yang mengubah hidupnya secara drastis.

CHAPTER 11
A bad first impression

Reina berdiri di geladak observasi, memandangi pemandangan langit yang dipenuhi oleh
partikel-partikel biru yang disinari oleh matahari yang menggantung di atas sana. Cahaya
matahari yang masuk ke ruangan itu di filter oleh sebuah kaca film yang merubahnya menjadi
warna kebiruan. Reina merenung sambil menggengam secarik kertas Request berwarna
merah, wajahnya terlihat murung dan kusut seperti ia sedang menunggu eksekusi mati. Suara
sengalan nafasnya menggaung di ruangan yang sunyi senyap itu, dia duduk di sebuah bangku
yang ada dibelakangnya, dia mengusap-usap wajahnya, bando kuping rubah, jaket bulu
dengan baju t-shirt putih polos, sebuah celana pendek dengan ujungnya diselimuti oleh bulu
dan sepatu bot yang juga diselimuti oleh bulu layaknya sepatu orang eskimo, dia terlihat
seperti cosplayer yang muncul di ajang-ajang festival jepang.
Akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganjal dipikirannya, sesuatu yang berat dan penting,
sebuah hal sepele dapat menjadi besar apalagi itu menyangkut masa depannya.
'memasuki continent 3'
Suara Wulfe terngiang melalui speaker pesawat, DSV ANGEL sebuah pesawat kelas Frigate
yang seukuran kapal Ferry dengan peralatan yang biasanya dipakai dalam misi pengintaian,
persenjataan biasanya diberikan dalam kuantitas minim karena pesawat kelas ini tidak bisa
digunakan dalam peperangan, walaupun ada yang dipakai tetapi sudah dimodifikasi yang
biasanya dipakai oleh para pedagang atau tentara bayaran. Bentuk pesawat yang elips
membuatnya sangat aerodinamis dengan pad-pad yang menghantarkan energi listrik yang
dapat membuat pesawat itu melayang tanpa bahan bakar konvensional.
Sudah 2 hari semenjak mereka berangkat dari Terynar menuju DSV Jakarta, perjalanan
sangat mulus tanpa hambatan sedikitpun. BK hanya diam di dalam kamarnya, meringkuk di
kasurnya, entah kenapa dia tidak mau keluar dari kamarnya, terkadang ia berlari ke kamar
mandi dan muntah-muntah. Sepertinya ia mabuk udara.
Wulfe dan Fox sebagai pilot cukup santai, mereka bahkan sambil bermain kartu ketika
mengemudikan pesawat, cukup bodoh tetapi mereka juga berpengalaman mengemudikan
pesawat. Reynard memutar-mutar di ruang kargo, ruang itu tidak seperti yang ia kira, penuh
dengan kotak-kotak berisi suplai atau barang-barang buruan. Malah ruangan ini kosong dan
hanya ada sebuah APC Mako dengan sebuah turret yang menempel di atap kendaraan itu. Dia
kembali ke ruangan utama, disambut oleh BK yang sedang tergolek lemas di sofa, wajahnya
pucat dan ia seperti sekarat.
"hei, BK. Kau terlihat...pucat?" tanya Reynard sambil menepuk-nepuk pipinya
"hah...oh....aku hanya...sedikit pusing..." jawab BK sambil menggeliat di sofa.
Reynard hanya mengangguk dan meninggalkannya di sofa, kuping BK melipat dan bergetar
pelan ketika pesawat itu berguncang pelan, BK tak lama pun kembali memuntahkan cairan
hijau dari mulutnya.

"harusnya aku tidak makan tadi pagi" ujar BK muak.


Reynard pun menghampiri sebuah pintu besi bulat dengan sebuah panel hologram yang
mencuat di tengah-tengah pintu itu, dia menyentuh panel itu dan pintu itu mengeluarkan
sebuah suara derakan pelan, piringan yang ada di belakang panel itu berputar dan berhenti
ketika sebuah suara desisan pelan muncul dari pintu itu. Dengan perlahan pintu itu menggeser
ke samping, cahaya kebiruan merangsek keluar dari celah pintu itu, Reynard terkesima
dengan pemandangan dari Geladak ini, langit luas yang biru dengan partikel-partikel biru
yang melayang-layang di angkasa, filter kaca merubah warna cahaya yang masuk ke ruangan
ini menjadi biru.
Perasaan sejuk menyelimuti Reynard ketika pintu dibelakangnya tertutup rapat, sistem
pendingin udara yang membuat ruangan ini sejuk selama 24 jam, ruangan yang lapang yang
dihiasi dengan pot-pot yang berisi tumbuhan hijau dan sebuah bangku untuk menikmati
pemandangan. Reina sedang duduk merenung disana, wajahnya kelihatan murung dan
matanya menatap kosong ke arah liontin yang sedang ia genggam, secarik kertas yang kusut
tergenggam di tangan kirinya.
Reynard diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, Reina tidak menyadarinya ia ada disana
walaupun suara pintu yang terbuka itu cukup bising, Reina tetap diam seperti ia tenggelam
dalam dunianya sendiri. Setetes air mata jatuh ke arah liontin itu, sebuah gambar Renamon
yang menggendong seekor Viximon kecil yang tersenyum menempel di liontin itu,
terlindungi oleh bentuk liontin yang seperti telur dan dilindungi oleh kaca safir.
Reina menoleh ke arah Reynard dan menghapus air matanya dengan tanganya, dia tersenyum
dan berdiri dari bangkunya sambil menyelipkan liontin itu ke dalam bajunya. Reynard
dengan perlahan menghampirinya, sudah beberapa hari Reynard bersama mereka dan dia
masih belum mengenal orang-orang ini walaupun dia sudah dekat dengan Wulfe karena dia
senang mengejeknya.
"Reina, maaf jika aku menggangu masa berkabungmu" Ujar Reynard sopan.
"tidak apa, omong-omong bagaimana kabar BK?"
"BK? Dia mabuk udara...dan sekarang ia sedang berbaring di sofa sekarang ini"
Reina tersenyum, dia kemudian berdiri dan berjalan menghampiri kaca observasi itu. Dia
menyilangkan tangannya, masih menggengam kertas request di tangannya.
"Aku ingin memberitahumu mengapa kita pergi ke Continent 3..." Ujar Reina sambil
menatap Reynard dari pantulan kaca. "kertas Request yang aku ambil...adalah misi untuk
memburu Examon"
"Examon?"
Reina terlihat terkejut, tak lama ia kembali tenang dan tersenyum kecil "aku lupa kau adalah
pendatang baru..." dia berputar ke arah Reynard "kau ingin tahu Examon?"
"aku hanya tahu sedikit tentang dunia ini...sedikit informasi tidak masalah"

Senyuman Reina semakin melebar mendengar nada antusiasme di ucapannya.


"Examon, sang ksatria naga yang agung. Pelindung langit digital World, sisik merah yang
sekeras adamantium yang tidak dapat di hancurkan, sayap yang dapat membentang sepanjang
ratusan meter dan dapat dipakai sebagai tameng untuk melindungi dirinya, badannya sebesar
gunung Everest dan tidak ada yang bisa melawannya. Dia memegang sebuah tombak yang
dapat menembakkan peluru berisi Virus yang dapat merontokkan badanmu bahkan jika kau
terkena anginnya saja"
Reynard menelan ludahnya "apakah dia benar-benar sebesar seperti itu?"
"tidak, dia hanya seukuran Wargreymon dan sayapnya bisa melingkari badannya seperti
tameng"
"dan Wargyemon sebesar apa?"
"sama seperti kita, kecuali tingginya 4 meter dan badannya penuh dengan otot"
"oh...kita akan memburunya?"
"apa lagi? Berjabat tangan dan mengajak mereka makan?"
"memang kau tidak bisa membatalkan kontraknya?"
"bisa-bisa saja....cuma ada biaya pembatalannya dan itu akan merusak reputasi tim kita"

Ketika pesawat mereka menembus sebuah awan yang tebal, mereka disambut oleh
pemandangan yang menakjubkan. Sebuah pesawat sepanjang 1 Kilometer yang bentuk
kepalanya seperti piringan Elips yang memanjang kebelakang dengan 4 mesin yang
menempel di bagian belakang pesawat itu, 2 mesin di atas dan 2 mesin lagi menempel di
bawah. Meriam-meriam kecil menempel di seantero pesawat itu, sebuah meriam besar
menggantung di bagian depan pesawat itu yang berdenyut merah.
Mereka terbang menuju sebuah kota yang ada tertutupi oleh bayangan pesawat itu, cahaya
lampu bersinar dari kejauhan, mereka kemudian melewati bagian bawah DSV Jakarta yang
dipenuhi oleh meriam-meriam yang siap membumihanguskan setiap lawan yang ia temukan.
Suara gemuruh mesin raksasa dapat terasa di dalam pesawat mereka, 4 buah Ion Drive
Engine yang dapat mendorong pesawat itu kedalam kecepatan supersonik dalam waktu
kurang dari 10 menit. Wulfe mematikan mesin pesawatnya, Fox mengencangkan sabuk
pengamannya dan memberitahukan ke semua kru mereka akan mendarat dengan cara FallingEntry, Reynard, Reina dan BK tanpa ragu langsung mencari barang yang dapat mereka
pegang karena dipastikan mereka akan terpental.
"mengaktifkan G-Manipulator, menyalakan Gravitasi buatan"

Wulfe menekan sebuah tombol yang ada di atasnya, dengan cepat Gravitasi diluar kapal dan
di dalam kapal pun dipisahkan. Wulfe mematikan semua mesin pendorong, beberapa detik
mereka menggantung di udara dan perlahan moncong pesawat itu mulai terdorong kebawah
dan tidak lama pesawat itu terjun bebas ke tanah. Suara gemuruh angin dapat terdengar di
kokpit, lampu-lampu menyala seperti lampu parade malam hari, sebuah layar Hologram tibatiba muncul dan tirai besi melindungi kaca kokpit mereka. Sebuah pencitraan gambar 3
dimensi dari luar muncul dari layar hologram itu, sebuah tanda panah dan gerbang-gerbang
pemandu yang berbentuk seperti cincin muncul di layar itu, Wulfe mengambil kemudi dan
berusaha mengikuti garis pemandu itu.
Pesawat mereka berguncang hebat akibat turbulensi dan tekanan angin, Pad-Pad yang
menempel di pesawat mereka pun memercikkan listrik dan menyala hidup, antena
komunikasi mereka bergoyang hebat, pesawat mereka menembus melewati sebuah kumpulan
pesawat yang sedang berpatroli tanpa lecet sedikit pun.
"Fox, naikkan tenaga Pad sampai 80%"
Fox mengangguk dan menaruh tangannya di sebuah tuas yang ada diatasnya, ia mendorong
tuas itu sampai mentok dan memutarkan jarinya di piringan hologram yang muncul di
depannya.
Sebuah gerbang terbuka tidak begitu jauh di depan mereka yang mengarah jauh ke dalam
tanah. Wulfe berusaha menahan pesawatnya tetap lurus, dia membalikkan tuas-tuas kecil
yang ada di sampingnya, tiba-tiba saja sebuah sirip mencuat dari bawah pesawat itu yang
berperan sebagai rem udara. Mereka terus meluncur dengan kecepatan tinggi, rem udara itu
mulai bergetar karena kencangnya angin yang menghantamnya, pesawat itu meluncur ke
gerbang itu bagaikan elang yang terjun untuk menangkap mangsanya, suara semilir angin
yang kencang menembus lapisan besi kapal itu dan terdengar hingga ruang utama walaupun
pelan, pesawat itu melesat masuk ke gerbang itu tanpa hambatan yang langsung disambut
oleh kegelapan yang pekat. Listrik menyambar ke dinding terowongan itu secara konstan,
memberikan gaya tolakan yang menahan pesawat membentur dinding, terowongan itu cukup
sempit dan pesawat itu hanya memiliki jarak 2 meter dari dinding terowongan yang dipenuhi
oleh kabel-kabel itu.
Wulfe membanting kemudinya ke kiri ketika dia melihat terowongan itu menunjukkan
sebuah belokan tajam, sisi belakang pesawat itu menabrak dinding terowongan dengan
kencang hingga mengguncang seisi pesawat itu.
"Wulfe! Kau hampir membunuh kita!" Ujar Fox sambil mengecek kondisi kapal dengan
geram "kerusakan kecil di bodi belakang" dia menghela nafasnya.
"maaf, aku tidak melihatnya" Wulfe meminta maaf kepada Fox sambil mengusap-usap
kepalanya yang terbentur panel "sistem navigasi pesawat ini memang harus diganti" dia
memajukan sebuah tuas yang ada di samping paha kirinya, ia menginjak pedal gas dalamdalam dan pesawat itu kembali melaju melewati terowongan yang berkelak-kelok seperti trek
roller-coaster.
Seberkas cahaya muncul dari ujung terowongan itu, pesawat mereka melesat menuju cahaya
itu dan meninggalkan kegelapan di belakangnya. Mereka pun menembus cahaya itu dan
menemukan mereka melayang di atas kota yang berada jauh di dalam tanah, terowongan-

terowongan kecil yang menyambung dari satu gedung ke gedung yang lainnya yang terbuat
dari kaca anti-peluru yang berfungsi sebagai satu-satunya jalan yang menyambungkan
mereka dari apartemen ke pusat kota yang dilidungi oleh kubah, sebuah sistem filtrasi besar
menggantung di langit-langit yang menjadi satu-satunya sumber oksigen di kota Eden.
Mereka kemudian mendaratkan pesawat mereka yang terlihat seperti sebuah galangan yang
telah usang dan tidak terurus. Wulfe dan Fox melepas seatbelt mereka dan menghampiri
Reynard, Reina dan BK yang menahan kepala mereka, Reina menampar Wulfe dengan keras
yang meninggalkan Wulfe terbengong heran.
"Jangan....kau....melakukan....hal....itu lagi" Ujar Reina geram sambil menahan mualnya.
Reynard menggaruk-garuk kepalanya ketika ia disodorkan sebuah baju kulit ketat dengan
pelat besi yang melindungi dada, lengan dan kakinya, sebuah tabung oksigen kecil menempel
di sebuah kerangka yang menahan tabung itu yang menempel di pundaknya. Reynard
mengenakan baju kulit yang ketat itu, warna hitam dengan motif strip kuning seperti
penyelam, sebuah helm half-face dengan visor hijau skotlet yang berpendar ketika gelap,
ketika Reynard dan lainnya selesai mengenakan armor mereka, mereka memanjat masuk ke
Mako yang duduk di ruang kargo.
Suasana interior Mako sangat sempit dan sesak dengan bangku-bangku yang saling
berhadapan yang tidak terasa nyaman sama sekali, senjata-senjata menggantung di dinding
dekat pintu. Fox kali ini duduk di kursi penumpang, digantikan oleh Reina yang duduk di
kursi pengemudi, Wulfe sebagai pengontrol meriam, BK duduk di seberang Reynard.
Dia memakai seperti sebuah sarung tangan besi dengan ujung cakar yang tajam, pundaknya
dilindungi oleh pelat besi yang berbentuk setengah lingkarang yang tebal dan berat, sebuah
pelat besi menempel dan terikat ke pelat besi yang lainnya di punggungnya yang memiliki 2
buah penahan senjata berbentuk pelat magnet kecil yang tersembunyi dibalik pelat besi itu.
Dia memakai seperti sebuah celana ksatria yang menutupi pahanya sampai pergelangan kaki,
sebuah earset di kuping kirinya dan sebuah monocle digital yang ia kenakan di mata
kanannya.
Kendaraan mereka meloncat keluar dari ruang kargo dan mendarat dengan keras di tanah
yang berbatu, suspensi kendaraan itu menahan getaran dan 6 ban kendaraan yang tebal itu
mampu melewati jalanan berbatu tajam sekalipun. Mereka melaju melewati jalan berbatu
yang tandus dan gelap, lampu sorot Mako menyala dan menyinari jalan yang ada di
depannya, di kejauhan kota yang bersinar dalam kegelapan yang dipenuhi oleh pepohonan
dan saluran air yang bersih dan jernih, kota itu terlihat seperti sebuah surga dunia yang
melayang di dalam kegelapan.
"kau tahu, perasaanku tidak enak sekarang ini" Tukas Reynard yang mengekspresikan
kecemasannya "kira-kira sekuat apa kendaraan ini?"
"dia dapat menahan selongsong tank yang ditembakkan dari jarak dekat sekalipun, jika
lapisan luar tertembus, sistem Firewall akan hidup dan dapat menahan serangan selama 15
menit sebelum overload"
"Firewall? Seperti anti-virus saja memakai Firewall"

"memang sistem kerjanya seperti itu. Lagipula aku tidak bisa menjelaskan bagaimana cara
kerjanya, yang jelas Firewall ini memproteksi kita dari bahaya, itu saja"
BK menggeliat di bangkunya berusaha mencari tempat yang nyaman untuk buntutnya yang
melipat tidak karuan. Fox memandangnya dengan tatapan sinis, BK memperhatikan
tatapannya yang tajam ke arahnya.
"kau cemburu?" Ujar BK polos
"siapa? Aku?" Fox tertawa pelan dan menggeram "Untuk apa cemburu dengan digimon yang
harusnya diburu?"
"mata merahmu itu, Reina juga...seingatku manusia tidak ada yang mempunyai pigmen mata
seperti itu. Tidak natural"
"memang kenapa, kau merasa yang hanya punya warna mata seperti itu?"
"matamu mirip Black Renamon, mirip denganku dan klanku" BK mencondongkan badannya
ke arah Fox dan mengendusnya "baumu juga...."
Tiba-tiba saja Mako berguncang hebat, BK terlontar dari kursinya dan menabrak Fox tepat di
wajahnya, mematahkan kembali hidungnya yang kembali mengeluarkan darah. Reynard
tersungkur di lantai, tangannya terkilir dan dahinya terluka karena membentur ujung bangku
yang keras.
"Kalian tidak apa-apa? Apakah ada yang terluka?" Tanya Reina cemas
"hidungku patah!" sahut Fox sambil memegang hidungnya yang patah dan mengeluarkan
darah.
"tanganku terkilir dan kupikir dahiku terluka!" timpal Reynard sambil memegangi dahinya
yang berdarah.
BK mendorong dirinya dan menopang dirinya ke dinding sambil memegangi moncongnya
yang penuh dengan darah, hidungnya patah.
"Wulfe, status!"
Wulfe memunculkan sebuah layar hologram di depannya yang mencitrakan sebuah gambar 3
dimensi dari Mako. Bagian samping belakang Mako berkedip merah.
"kerusakan di bagian samping! Aku mendeteksi Digimon di dekat sini!"
"tidak mungkin ada digimon dibawah sini, Firewall menyala 24 jam terus-menerus!"
Ribuan peluru menghujani Mako, dari kegelapan muncul sebuah digimon berbentuk
dinosaurus dengan moncong tank, kaki tank dan dua tangan yang berbentuk meriam
berkepala tiga. Digimon itu terus menghujani Mako dengan peluru dan tembakan meriam,
Reina menginjak gasnya dalam-dalam sambil memajukan sebuah tuas yang ada di panel yang
ada di atasnya.

Mako langsung melaju keluar dari area tembakan, Wulfe mengarahkan meriam itu ke arah
digimon yang menyerang mereka itu. Suara dengungan kencang datang dari dinamo meriam
itu, garis-garis biru yang menghiasi meriam itu berdenyut dan berdetak kencang.
"hapus!"
Sebuah sinar membelah Digimon itu dan perlahan menghapus badannya dengan perlahan.
Suara desisan yang diikuti oleh asap yang mengepul di area bekas tembakan meriam itu.
Wulfe mengecek radarnya, memastikan tidak ada digimon lagi yang akan menyerang mereka,
ketika radar itu memastikan tidak ada digimon lagi yang akan menyerang mereka, Mako
kembali melaju dengan kencang ke arah sebuah gerbang emas.
"Disini Mako memanggil Angelo" Reina berusaha mengontak Penjaga Gerbang "Mako ke
Angelo, ganti"
Reina memandang Wulfe dan mengangkat kedua bahunya, Reina merasakan ada yang tidak
beres disini. Kota ini terlalu sepi tidak seperti biasanya ramai penuh oleh orang-orang yang
berlalu-lalang, tidak ada suara mesin pesawat, langkah kaki maupun suara obrolan sama
sekali. Wulfe memindai apakah masih ada tanda kehidupan di kota itu, setelah menunggu
beberapa menit sebuah gambar 3 dimensi kota itu muncul di depan Wulfe, menunjukkan
titik-titik merah dan biru yang saling bertumpang tindih satu sama lain, beberapa titik hijau
terlihat ada di dalam beberapa bangunan dan gorong-gorong, selain 3 titik berwarna itu ada
seperti sebuah titik hitam yang belum pernah Wulfe lihat sebelumnya.
"titik merah berarti musuh, biru berarti penjaga dan warga yang telah tewas sepertinya
sementara hijau adalah tamers..entah mereka masih hidup atau tidak" ujar Wulfe sambil
mengobservasi peta itu "Tapi, apa titik hitam ini?" dia menunjuk ke arah titik hitam itu.
"mau tidak mau kita harus menjebol Airlocknya untuk mengetahui hal itu" Reina memainkan
gasnya dan membalikkan beberapa tuas "Wulfe pindahkan semua tenaga ke Firewall bagian
depan, konstrenkasikan kekuatan mesin di pendorong belakang"
"aye-aye" Wulfe pun menjalankan semua perintah Reina, peta hologram itu berubah menjadi
papan dengan tuas-tuas digital, Wulfe menggerakkan tuas-tuas itu dan sebuah dinding biru
transparan menebal di moncong Mako, mesin pendorong Mako menyala merah dan
menembakkan pendorong pendek.
"kalian semua sebaiknya berpegangan kepada sesuatu di belakang sana" tukas Reina sambil
memainkan gasnya. Reynard, BK dan Fox langsung memakai seatbelt dan
mengencangkannya agar tidak terpental, Reina langsung menekan gasnya dalam-dalam dan
Mako itu melesat menghantam sebuah pintu Airlock yang tebal dan menjebolnya. Mako itu
kemudian melintir keluar kendali dan menabrak sebuah pembatas jalan hingga
mempenyokkan bodi sampingnya.
Reina menyenderkan kepalanya ke bantalan kursi itu, dia mengambil nafas dalam-dalam dan
merilekskan tubuhnya sebelum ia melepas kemudi Mako. Suara desisan pintu hidrolik
menggema di dalam kendaraan itu ketika pintu belakang kendaraan itu terbuka secara
perlahan.

"Reina, tempat ini bukan seperti tempat berburu" Ujar Reynard heran "dan tempat ini terlalu
'manusia' untuk tempat tinggal digimon"
Reina keluar dari APC itu diikuti oleh yang lainnya, dia menyelipkan dua buah pistol di
pinggangnya, Wulfe memanggul Harpoon gun kesayangannya, Fox mengibas-ibaskan Beam
Katananya yang mendesis mencari mangsa, BK membawa dua buah Sub-machinegun di
punggungnya dan sebuah pedang yang terselip di antara Sub-machinegun itu.
Wulfe mengusap-usap Mako di bagian samping yang menabrak pembatas jalan,
kerusakannya ringan dan tidak terlihat ada bagian vital yang rusak dari kendaraan itu. Mereka
terhalang oleh sebuah gerbang brankas yang tertutup rapat, Reina mencari-cari panel kontrol
untuk membuka pintu itu, BK memperhatikan sebuah saluran udara yang ada jauh di atas
gerbang itu, Dapat terlihat bahwa ia sedang memikirkan sesuatu.
"sial, seseorang sengaja merusak panel kontrolnya" Ujar Reina geram ketika ia memencetmencet tombol yang ada di panel yang tersembunyi di balik sebuah mayat penjaga, dia
terluka cukup parah, badannya dipenuhi luka sayatan dan matanya mengeluarkan darah yang
cukup banyak.
Mereka berdiam cukup lama disitu, mengecek mayat itu dan menemukan sebuah rekaman
video yang cukup rusak. Reina mengeluarkan PDAnya, menghancurkan kaset rekaman itu
menjadi kepingan data dengan Converter dan menyerapnya dengan PDAnya.
"festival malam ini berjalan dengan lancar seperti sebelumnya, tetapi aku mempunyai
perasaan yang tidak enak semenjak ada laporan infestasi di saluran pembuangan 4, mereka
menemukan benda pink yang berbentuk seperti gumpalan daging yang membusuk...fast
forwarding. Entah mengapa aku bisa ditugaskan kebawah sini, 2 orang pekerja menghilang
disini beberapa hari yang lalu...bisa saja mereka tersesat atau terhisap oleh kipas ventilasi
dan terpotong-potong+*"^*)^$-k-ERROR"
Reina kembali memasukkan PDAnya ke saku jaketnya, dia berlutut dan mengecek tubuh
mayat itu, dia menemukan sebuah EMP pistol dan dua buah sikring cadangan untuk pistol itu.
Ketika Reina sibuk mengecek tubuh itu, kuping BK berkedut menangkap suara dari balik
pintu tebal itu.
"aku dapat mendengar suara...dari balik pintu ini...suara lolongan minta tolong, dia seperti
kesakitan" BK berputar menghadap yang lainnya "kita harus menolongnya"
"Dengan apa?" Balas Reynard "pintu ini setidaknya setebal pintu brankas bank kalau dilihatlihat, dan tidak ada manusia disini yang bisa menjebolnya. Mako sekalipun tidak bisa"
BK menyeringai, menyuruh mereka semua menjauh dari pintu "aku bukan manusia" dia
melebarkan tangannya dan menutup matanya. Tiba-tiba saja ratusan serpihan berlian hitam
melayang disekitarnya, perlahan serpihan-serpihan itu berubah merah dan mengarah ke arah
pintu itu.
"Purgatorium!"

Serpihan-serpihan itu menghujam ke arah pintu itu dan dengan perlahan menembus lapisan
baja yang tebal, BK memukul udara dan membuka tangannya, serpihan-serpihan itu
memercikkan listrik kecil dan meledak ketika BK mengepalkan tangannya, meledakkan dan
mementalkan pintu itu hingga menghantam sebuah dinding.
Tanpa rasa takut akan bahaya yang menanti mereka di dalam sana, mereka pun beranjak ke
dalam sebuah aula yang dipenuhi oleh mayat-mayat yang terlihat kurus kering, tidak ada luka
seperti mayat yang mereka temui di pintu gerbang, semuanya bersih tidak ada sama sekali
bekas luka seakan-akan mereka benar-benar mati kekurangan nutrisi. Bekas cakaran di
dinding dan beberapa bekas tembakan senjata api menandakan terjadinya pertarungan disini,
BK menengadah ke atas dan melihat sebuah pemandangan yang sangat menjijikan.
Sebuah gumpalan pink yang mengeluarkan bau yang sangat menyengat menempel di langitlangit aula itu, berdenyut seperti jantung dan menyebar dengan perlahan, beberapa mayat
dapat terlihat terpendam di dalam gumpalan itu masih menggeliat dan hidup. BK melipat
telinganya setelah ia mendengar suara lolongan minta tolong dari balik gumpalan itu, Reina,
Wulfe, Reynard dan Fox hanya bisa menahan kesedihan mereka.
Bukankah..seharusnya kitamenolong mereka? Usul Reynard Mereka masih hidup kan?
Wulfe menggelengkan kepalanya dalam kesedihan, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi
tentang mereka.
Reina, bilang kepadaku kita bisa menolong orang-orang ini Ujar Reynard sedih, suaranya
mulai serak Reinakita bisa menolong mereka kan?"
Reina mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke arah gumpalan pink itu, Wulfe dan
Fox mengikutinya, BK hanya menyeringai dan menutup matanya rapat-rapat.
"Reina...apa yang kau lakukan?" Tanya Reynard ketika mereka mengokang senjata mereka
"Reina....kumohon jangan"
Reina membalasnya dengan tatapan dingin, suara rintihan pelan keluar dari gumpalan itu,
Reynard dapat merasakan orang itu takut, suara rintihan takut itu menusuk ke dalam otaknya.
Dia menggelengkan kepalanya ketika Reina mengencangkan pegangannya, ketika Reina
menekan pelatuk pistolnya, Reynard melihat hal yang paling memutar hatinya.
Suara dentuman senjata yang ditembakkan ke arah manusia yang menggantung di langitlangit itu, cairan merah kental menetes keluar dari gumpalan itu, lolongan penuh siksa terus
terngiang di kuping Reynard.
Berhenti! Aku mohon berhenti! Tolong aku, aku tidak mau mati!
Suara lolongan tolong itu terus terngiang di kupingnya, dia dapat merasakan betapa sakitnya
setiap peluru yang menghujam mereka, Reina terus menghujani mereka dengan peluru
sampai lolongan itu berhenti. Reynard membuka helmnya dan membantingnya, air mata
mengumpul di matanya dan mulai menetes ke lantai. Kejadian yang ia saksikan adalah suatu
kejadian yang seharusnya tidak dialami oleh anak seumurnya, hal itu langsung
mentraumatisir dirinya, dirinya melihat Reina sebagai monster yang kejam dan yang lainnya
pun sama, tidak punya perasaan.

"Reynard, kau mungkin melihatku sebagai mosnter sekarang ini...tetapi aku melakukannya
karena terpaksa" Reina mencoba menenangkan Reynard, berdiri tepat di bawah gumpalan itu
sambil mengisi ulang amunisinya. Reynard menjauh dari Reina dan timnya, ia berjalan
mundur perlahan menghampiri Mako dimana ia dapat mengunci dirinya di dalam sana dan
aman dari berbagai macam bahaya.
"Reynard...aku berjanji setelah kita menjemput temanku dari sini dan menangkap Examon,
aku akan membantumu mencari orang tuamu"
"tidak...aku tidak mau...kalian semua pembunuh! Aku tidak mau berteman dengan
pembunuh!"
"Reynard...dengarkan aku-" Suara langkah kaki yang berat dan cepat yang terdengar dari
ventilasi memotong pembicaraannya, suasana langsung berubah tegang ketika suara itu
makin keras terdengar "Reynard kembali kesini sekarang juga" sergah Reina.
Reynard menggelengkan kepalanya, dia berputar dan berlari menuju Mako. Wulfe mencoba
mengejarnya sambil memanggil-manggil namanya, ketika Reynard sampai di Mako, sebuah
mahkluk menjebol ventilasi dan mendarat tepat di depannya, mementalkannya hingga
menghantam dinding. Ketika kepulan debu mulai pudar, mereka dapat langsung
mengidentifikasi mahkluk berkaki dua dengan sebuah sayap yang besar, tangan dengan cakar
yang tajam dan wajah yang rata yang hanya terlihat gigi-gigi tajam.
Wulfe tanpa ragu menembakkan harpoonnya ke arah monster itu beberapa kali hingga
menancap di kepalanya. Monster itu mencabut harpoon yang menancap di tubuhnya dan
melemparkannya ke arah Wulfe yang langsung menghindar dengan berguling ke samping.
BK berlari ke arah monster itu sambil menghunuskan kedua buah sub-machinegunnya
kedepan, monster itu berusaha menangkapnya dengan mengayunkan tangannya ke arahnya,
ketika dia melihat tangannya akan menghantam dirinya, ia menjatuhkan dirinya dan
menyelodor melewati kaki monster itu sambil menembakkan sub-machinegunnya hingga
monster itu jatuh dan menahan dirinya dengan tangan besarnya.
Melihat kesempatan ini Fox berlari dan menggunakan tangan monster itu sebagai pijakan, ia
memanjat ke pungung monster itu dan berkali-kali menghujamkan katananya ke tengkuk
monster itu hingga ia meraung keras. Reina menyilangkan tangannya dan mengarahkan
senjatanya ke arah monster itu, dia menghujani monster itu dengan ribuan peluru yang
merobek kulitnya dengan mudah.
Reynard mengerang penuh sakit, punggungnya terasa seperti habis dihantam dengan balok
kayu yang besar. Dia perlahan membuka matanya dan melihat Reina dan timnya sedang
berusaha menjatuhkan monster yang sangat besar itu, Reynard berusaha berdiri walaupun
rasa sakit masih menjalar di seluruh tubuhnya.
Suara desisan datang dari atasnya, Reynard mendongak ke atas dan melihat semacam
mahkluk seperti panther dengan badan yang hanya dilapisi oleh kulit berwarna pink yang
berdenyut menjijikan, buntutnya menganyun-ayun dan memanjang, Reynard langsung berlari
menjauh dari mahkluk itu, buntut mahkluk itu menyambar kaki Reynard dan
mencengkramnya dengan keras.

LEPASKAN! Erangnya panik, dia berusaha melepaskan ikatan mahkluk itu dengan
menendang-nendangkan kakinya, Reynard berusaha meraih sebuah pagar, tangannya hanya
berjarak beberapa centimeter dari pagar itu.
Tiba-tiba saja mahkluk itu menyentakkan buntutnya, melepaskan pegangan Reynard dan
menariknya, Reynard mencakar lantai besi berusaha mencari pegangan untuk dirinya, dia
mencakar lantai seperti orang gila, keringat bercucuran dari wajahnya.
BK mendengar teriakan Reynard, ia melihat Reynard sedang diseret kedalam sebuah ventilasi
yang ada jauh di atas gerbang itu. BK mengejar mahkluk itu, dia memanjat tembok yang
dipenuhi oleh pipa-pipa itu dengan gesit dan tanpa hambatan, BK berhasil menagkap tangan
Reynard yagn berkeringat dan penuh dengan luka.
BK, kumohon
BK sekuat tenaga menahan Reynard agar tidak dibawa kedalam kegelapan itu. BK menahan
dirinya di sebuah pipa yang mencuat dibawa ventilasi itu, tarikan mahkluk itu semakin kuat
dan Reynard tersiksa atas rasa sakit yang ditimbulkannya.
Mahkluk besar itu melihat BK dalam posisi yang terbuka, ia mencabut harpoon yang
menancap di badannya dan melemparkannya ke arah BK yang sedang dalam posisi yang
tidak berdaya. Harpoon itu menancap dan merobek lengan kiri BK hingga putus.
BK melihat Reynard ditarik ke dalam ventilasi itu dengan pasrah, suara teriakan Reynard
terngiang di kupingnya, ia tidak dapat merasakan tangan kirinya lagi. Suara menjadi kabur
dan menjadi bisikan-bisikan pelan ketika ia menghantam tanah dengan keras.
BK!
Suara terakhir yang ia dengar hanyalah suara seseorang yang memanggilnya.

Chapter 12
The Fall

=BK Renamon=

BK berbaring di padang rumput yang luas. Angin berhembus pelan, menerpa wajahnya dengan angin
sejuk dan agak lembab. Dia bangun dan berdiri di kakinya, buntutnya bergoyang-goyang menjaga
keseimbangannya. Di horizon ia melihat sebuah pohon sakura yang berdiri tegap di padang rumput
yang hijau itu, dia merasa ada sesuatu yang menariknya kesana.
Dia memacu langkahnya dengan perlahan, bunga sakura melayang-layang di udara dan menerpa
wajahnya. Suara nyanyian yang indah dan pelan membuat kupingnya bergetar. Sebuah suara yang
sangat ia kenal. Dia terus berjalan meenembus padang rumput itu, matahari bersinar dengan cerah
tanpa awan.
Setelah dia sampai ke pohon itu, dia disambut dengan sebuah pemandangan yang sangat
mengejutkannya. Rena duduk disana, menggendong seekor Viximon yang sedang tidur di dalam
dekapannya. Rena berhenti menyanyi ketika melihat BK di depannya.
"Rena?"
Rena hanya tersenyum sambil mengelus kepala Viximon itu dengan lembut. Sebuah liontin
mengalung di leher Viximon itu, BK menghampiri mereka dan berdiri di depan mereka. Ia kemudian
merunduk dan jongkok hingga menyamai tinggi Rena yang sedang duduk.
"Reina...bangunlah"
"Reina?"
Suara dengungan kencang membangunkan BK yang sedang berbaring di ruangan medis DSV Angel,
lampu neon yang menyorot ke matanya membuat ia buta sementara, terlebih lagi matanya sangat
sensitif terhadap perubahan cahaya. BK bangun dari kasurnya dan duduk di ujung kasur itu,
kepalanya masih pusing dan pandangannya masih kabur.
Mengapa aku bisa disini..bukankah..BK berusaha mengingat kejadian di EDEN. Pertarungan singkat
yang cukup berat masih dapat ia ingat dengan jelas, setiap gerakan dan tembakan, setiap langkah
dan lompatan dan tatapan mata Reynard. Dia mengusap dengan dahinya dengan dengan tangan
kirinya, dia menggerakkan jari-jarinya yang tidak nampak. Beberapa saat dia baru menyadari bahwa
ia telah kehilangan tangan kirinya di pertarungan itu.
BK menatap ngeri ke arah tangan kirinya yang telah di bungkus oleh perban itu. Suara pintu mekanis
yang tergeser terbuka membuatnya menoleh, Reina berdiri di pintu itu dengan tatapan sedih
bercampur kesal.

***Reynard***

"jadi kau bekerja untuk wanita jalang itu?"


Reynard hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan wanita yang menemukannya tergeletak
tak berdaya di central park, sudah badannya yang penuh luka yang telah diobati oleh Seekor
Renamon yang mengiringi wanita itu. Mereka bersembunyi di dalam sebuah gudang yang telah
dialihfungsikan sebagai tempat singgah, senjata dan suplai makanan bertumpuk di atas meja, kotak
P3K berserakan di lantai dengan isinya yang telah dikuras habis.
"aku tidak percaya kau mau bekerja untuknya.." ujar Wanita itu dengan nada sedikit meledek, dia
menaruh sebuah alat yang terlihat seperti mainan anak-anak yang biasa di mainkan oleh anak-anak
dilingkungan rumahnya.
Sebuah jaket coklat menggantung di sebuah bangku, kartu-kartu berwarna hijau dengan gambargambar monster dan chip berserakan di bantalan bangku itu. Reynard mengecek kondisi tubuhnya
yang telah babak belur, kakinya terkilir karena tarikan mahkluk itu. Reynard merasa beruntung bisa
lolos dari cengkraman mahkluk itu.
"kau lapar?" Renamon itu menawarkan sebuah roti keju yang terbungkus dalam plastik.
Reynard tanpa pikir panjang menyambar roti itu dan membuka plastik pembungkus dengan kasar.
Tenaganya cukup terkuras ketika dia berusaha bertahan dari monster itu, dia memakan roti itu
seperti orang yang kelaparan.
"umurmu terlalu muda untuk menjadi hunter, nak" ujar wanita itu sambil meminum sebotol air
mineral jernih "kau diming-imingi gaji yang besar? Atau kau babu yang baru dibelinya dari pasar
gelap?"
Reynard berhenti mengunyah dan menelan sisa roti yang ada dimulutnya sebelum menjawab
pertanyaanya "dia menolongku...dan aku berhutang budi padanya.."
"kau berhutang budi padanya?" Wanita itu menggelengkan kepalanya "kau akan menjadi babunya
seumur hidup nak jika kau terikat hutang olehnya" wanita itu menutup botol itu kembali dengan
rapat dan menyeka daerah mulutnya yang basah.
"sepertinya kau sangat kenal dengan Reina..."
"namae wa Ruki makino desu, aku adalah sepupu dari Reina Reindhard"

***Reina***

Reina berdiri di ruangan observasi yang telah ditata ulang, bangku yang ada di ruangan itu di lepas
dan disimpan. Setelah menghabiskan beberapa jam bercengkrama dengan BK dan menenangkannya

dia memutuskan untuk pergi kesini karena dia mengingat ada suatu panggilan yang ia penuhi. Tibatiba saja suara Wulfe terngiang melalui speaker memberitahukan ada transmisi masuk ke dalam
jaringan komunikasi pesawat itu.
"biarkan transmisi itu masuk Wullfe"
"tapi transmisi ini mungkin sebua vi-"
"sambungkan saja!"
"baiklah"
Tiba-tiba saja ruangan itu menjadi gelap, kaca observasi tertutup oleh pelindung besi. Ruangan
langsung menjadi gelap gulita dan sunyi. Setelah beberapa saat, sebuah proyektor muncul dari
langit-langit dan membanjiri Reina dengan laser berpola petak-petak, memindai badannya dengan
cepat dan sunyi. Ketika cahaya itu menghilang Reina mendapati dirinya sedang berdiri di dalam
sebuah ruangan dengan ribuan monitor yang memenuhi ruangan itu, menampilkan video live
kehidupan kota di kota Terynar yang sesak dan ramai. Setiap sudut kota itu termonitor dari ruangan
itu.
"Reina Reindhard. Kau sudah menangkap sang ''tamer'?"
Reina menunduk menatap ke lantai dan menjawab dengan nada sedikit bergetar
"Belum. arkadimon menghalangiku...dan jumlah mereka sangat banyak"
Pria itu menghisap rokoknya sebelum melanjutkan pembicaraanya
"bukankah aku sudah mengirim beberapa brigade hunter kesana?"

***Fox***

Wulfe bersiul sambil menekan tombol-tombol navigasi yang langsung melambatkan laju pesawat itu
hingga kecepatan 'melayang'. Fox mengerenyitkan dahinya ketika dia melihat empat buah Frigate
melaju ke arah DSV Jakarta dengan persenjataan lengkap.
"masih marah dengan si Rubah hitam?"
"siapa?"
"kau tahu lah"
"aku membencinya"
"karena Dia merebut Reina darimu?"
"itu salah satu alasannya....aku masih punya 2 alasan lain untuk membunuhnya"

"katanya kau membencinya. Kenapa jadi mau membunuhnya?"


"1 alasan untuk benci, alasan lain untuk membunuh"
"Kau saja membunuh kelinci saja tidak bisa"
Fox menatapnya dengan raut wajah jengkel, dia merasa telah dipermainkan oleh Wulfe. wulfe dilain
hal malah tertawa senang telah berhasil membuat jengkel Fox. Hal itu biasa dilakukannya ketika
dalam penerbangan panjang untuk melepas ketegangan dan tensi, Wulfe juga selalu membawa taser
dengan voltase yang bisa diatur yang ia selipkan di saku jaketnya. Biasanya ia gunakan untuk
melumpuhkan musuh, mencas aki atau PDAnya dan bahkan dia menggunakannya untuk menjahili
Fox yang selalu terlihat kesal.
Wulfe menempelkan taser itu di tengkuknya menyanyikan lagu london bridge yang ia revisi sedikit,
Wulfe menekan tombol autopilot dengan kakinya dan terus menyanyikan lagu itu hingga Fox
menggeram hebat.
"Fox's going to falling down, falling down. Fox is going to falling down"
"Wulfe...apa maksudnya ini"
"selamat ulang tahun"
ZAP!

***Garu Wulferian***

Empat buah pesawat Frigate menembus kawanan pesawat Figther yang terbang dengan formasi
anak panah. Suara dengungan kencang yang menderu dari pesawat itu membuat semua yang
mendengarnya dilingkupi kengerian. The four horsemen of apocalypse, sebutan untuk skuadron
Frigate yang terkenal telah menghabiskan setengah dari pasukan digital world dan
membumihanguskan hampir seluruh continent 3. Pesawat mereka terbang sepertiburung hantu di
malam hari, tak terlihat dan tak terdengar oleh radar pesawat manapun.
The four horsemen of apocalypse itu pun terbang rendah melewati deteksi radar DSV Jakarta yang
sedang dalam masa perawatan. Mereka menyelinap melewati pertahanan DSV Jakarta dan
menyelinap masuk melalui terowongan menuju kota Eden. Mereka melewati terowongan yang
gelap dan berkelak-kelok itu dengan mudah bahkan dengan banyaknya jumlah mereka tidak menjadi
masalah.
The eye memerintahkan kita untuk mencari Tamer itu...jangan sampai gagal
Pesawat itu mendarat di galangan tempat dimana DSV Angel sebelumnya berlabuh, mereka
menangkap residu-residu lonjakan energi listrik di udara di sekitar mereka. Ketika mereka merapat
dan mematikan mesin kapal mereka, mereka mengirimkan 6 buah APC yang berisikan prajurit-

prajurit terlatih mereka. APC tersebut melaju dengan cepat dan tanpa suara, menembus masuk ke
dalam Eden tanpa masalah.
Mereka berhenti di depan Airlock yang terkunci rapat. Bekas pertarungan masih terlihat baru dan
darah yang berceceran pun masih segar. Prajurit-prajurit itu keluar dari APC, mengenakan Armor
hitam metalik yang memantulkan cahaya manapun ketika mengenai Armor mereka dan nyaris
membuat mereka tidak terlihat dalam kondisi cahaya redup.
Seorang hunter dengan jaket kulit yang dilapisi oleh kevlar dengan serat Chrome digizoid yang
ditutupi oleh bulu-bulu bercorak loreng biru dan putih. Namanya adalah Garu Wulferian, hunter
bayaran yang sangat terlatih dan mengabdi kepada The eye dengan penuh hormat. Ia Menyeruak
dari kawanan prajurit itu, di punggungnya menempel sebuah pedang berkepala dua yang
menyerupai taring sabretooth yang sangat tajam.
Dia kemudian mengitari ruangan itu dan menyuruh timnya menyapu aula utama. Dia mengitari
ruangan itu sejenak, memeriksa cipratan darah, mayat dan bekas tembakan dan harpoon yang
menancap di dinding dan lantai. Dia menengadah, menatap dengan penuh tanda tanya ketika
melihat sebuah harpoon yang menancap ke dinding yang penuh dengan darah dan bulu. Darah itu
juga terciprat ke dinding di sekitarnya dan berakhir di lantai dimana ia menemukan sepotong tangan
digimon yang tergeletak bersimbah darah.
Ini tangan Renamon...tapi kenapa bulunya hitam? Dan mengapa ia memakai sarung tangan
beremblem hunter guild? Garu bertanya-tanya, tidak pernah ada sebelumnya digimon memakai
bagian Armor dari Hunter, bahkan mereka menganggap itu adalah hal yang menjijikan. Dia
mencabut sarung tangan berpelat besi dengan cakar yang tajam itu dari tangan itu. Dia juga
menemukan hal yang lebih aneh. Biasanya jika digimon mati atau bagian tubuhnya putus, maka
mereka akan menghilang dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, biasanya dalam waktu 2-3 jam
mereka akan menghilang secara utuh.
Mengapa tangan ini..terlihat membusuk?
Tanpa pikir panjang ia langsung mengontak Frigatenya dan meminta tim peneliti untuk mengambil
sampel ini. Dia menyelipkan sarung tangan itu ke sakunya dan langsung menyusul anak buahnya.

***Ruki***

Ruki, Renamon dan Reynard terus berlari dari kejaran Arkadimon yang mengamuk dan kelaparan.
Jalanan yang terbuka lebar membuat mereka menjadi sasaran empuk bagi Arkadimon-arkadimon
itu. Mereka berlari ke arah terowongan darurat yang menyimpan satu-satunya harapan mereka.
Sebuah shuttle yang akan membawa mereka kembali ke permukaan. Sebuah rencana brilian dari
otak Ruki Makino yang sedang panik dan tertekan. Berlari menembus kawanan Arkadimon yang
lapar.
Reynard mulai merasa dadanya sesak dan letih, mereka berlari dari kejaran mahkluk-mahkluk ini
lebih dari 2 jam. Dia memaksakan tubuhnya yang sudah babak belur itu ke batasnya, dia bisa

merasakan tubuhnya akan meledak. Renamon memberhentikan langkahnya, membiarkan Reynard


melewatinya. Dia berpuatr dan menyilangkan tangannya seakan-akan ia akan melempar kunai ke
kumpulan Arkadimonyang terus menyerbu ke arahnya.
"Koyousetsu!"
Ratusan berlian melayang di depannya dan meluncur ketika Renamon mengayunkan tangannya
keluar seperti melempar kunai. Berlian-berlian yang tajam itu melaju dengan kecepatan tinggi ke
arah Kumpulan Arkadimon itu, merobek dan menembus badan arkadimon-arkadimon itu.
Arkadimon yang lebih kecil langsung tumbang, yang sedang melambat dan yang berukuran besar
sama sekali tidak terganggu oleh serangannya.
Tidak lama berlian-berlian itu mulai bergetar tak terkendali dan meledak dengan hebat. Asap
mengepul dari area ledakan itu, menghalangi pandangan Renamon maupun para Arkadimon itu.
Ledakan itu melukai Arkadimon-arkadimon itu. Tetapi Renamon tahu bahwa ledakan itu tak akan
menghentikan Arkadimon-arkadimon itu.
Ruki sampai ke pintu terowongan darurat, dia memasukkan kode ke layar hologram yang muncul
didepannya. Reynard menyambar pistol Ruki yang menempel di pahanya, dia mnyalakan laser
pembidik dan membidik ke arah Arkadimon yang tengah mengejar Renamon. Ruki berkonsentrasi
keras untuk membuka pintu itu dalam waktu yang sangat sempit, lima kombinasi kode sudah salah.
Waktu semakin menipis ketika kawanan Arkadimon itu semakin mendekat.
5820 pasti bisa!
Harapan Ruki memuncak ketika dia menekan tombol enter di layar hologram itu.
Beep!

***Wulfe***

DSV ANGEL mendarat di galangan Teryn yang penuh dengan pesawat yang datang maupun pergi.
Mereka merapatkan pesawat mereka di galangan nomor 13, ketika mesin ANGEL mati dengan
sepenuhnya, capit-capit magnet menahan pesawat itu ditempatnya. Setelah pengecekan singkat,
Reina dan timnya turun dari pesawat itu sambil memapah BK yang terluka parah. Tim medis dengan
cepat mengambil BK dari tangan Wulfe dan membawanya ke rumah sakit. hunter-hunter dan
merchant yang berlalu-lalang di tempat itu menyaksikan kejadian itu dengan penuh tanya. Tidak ada
sejarahnya Hunter menyelamatkan Digimon yang terluka, jika hal itu terlihat atau terdengar oleh
guild. Tim yang bersangkutan akan dicabut semua izin memburu.
Reina dan timnya menembus kerumunan orang itu, beberapa hunter menatapnya dengan
pandangan sinis. Setelah mereka menembus kerumunan itu, mereka masuk ke elevator dengan
santai, Reina memencet tombol dan pintu elevator itupun tertutup dan mulai bergerak turun.
Fox meninju wajah Wulfe, meninggalkan memar di pipinya. Wulfe meringis sambil mengusap-usap
pipinya yang memar itu, Fox mengibas-ibaskan tangannya, bersiap-siap melancarkan pukulan

lainnya. Wulfe meludah, dia bersiul dan bersikap santai, dari wajahnya tidak terlihat tanda-tanda dia
marah ke Fox.
Malah Wulfe melemparkan sebuah pertanyaan yang makin memprovokasi Fox lebih jauh.
"you mad?"
Reina kemudian memisahkan mereka berdua dengan mengacungkan kedua buah pistolnya ke wajah
mereka. Wulfe bersiul senang dan menyeringai bahagia, walaupun sudah bertahun-tahun bekerja
dengan tim Reina, dia tidak pernah merasa sama sekali bosan mengerjai Fox.
"omong-omong, Reina. Kau terlihat sangat dekat sekali dengan BK, kau seperti...tertarik denganya"
Wulfe melontarkan pertanyaan ke Reina dan juga semakin jauh memprovokasi Fox.
"BK?" Reina menurunkan senjatanya, dia menjetikkan pergelangan tangannya dan pistol itu langsung
menghilang dalam kedipan mata "memang kenapa? Kau punya masalah dengan itu?"
"AKU sih tidak bermasalah dengan hal itu, tetapi DIA yang bermasalah" ujar Wulfe sambil merujuk
Fox yang semakin geram setiap detiknya. Suasana yang awalnya sejuk menjadi panas oleh amarah
Fox yang semakin membara setiap detiknya. Wulfe semakin menyeringai ketika dia melihat Reina
sedang berfikir untuk menjawab pertanyaanya yang cukup berat.
"Wulfe, kau melakukan ini dengan maksud tertentu kan?" Geram Fox
"tak salah kan jika aku bertanya?" balas Wulfe.
"kau cerdik seperti serigala" tandas Fox
"Kau juga Gay seperti rubah" ejek Wulfe
Wulfe tertawa karena dia tahu dia telah menang, Fox tidak bisa membalas ejekannya. Reina
kemudian berputar ke arah Wulfe, mencengkram kedua pundaknya dan berbisik yang jika Fox
dengar akan membuat masalah yang cukup berat.
Nanti malam, datang ke kamarku. Aku ingin mengobrol denganmu
Ketika lift sudah sampai ke lantai dasar, pintu lift itu menggeser terbuka dengan suara desisan pelan.
Reina keluar lebih dahulu, puluhan orang telah menunggu lift itu. Ketika mereka semua keluar,
orang-orang itu langsung menyerbu ke dalam lift itu. Ketika mereka keluar dari lobby, seorang
hunter berjaket hitam menabrak Wulfe dengan sengaja. Wulfe menoleh dan melihat hunter itu
menghilang ditelan kerumunan orang yang keluar-masuk dari lobby.

***Fox***

Fox terdiam di ruangan makan. Sebuah pikiran menggangunya selama akhir-akhir ini yang membuat
ia tidak fokus dalam tugasnya. Suara bisikan reporter yang keluar dari speaker TV makin
membuatnya geram. BK. Setiap dia mendengar nama itu perutnya menjadi mual, panas dan terasa

tegang. Apa yang telah BK perbuat hingga ia di beri perhatian lebih oleh Reina, apa yang telah ia
lakukan hingga ia di sayang oleh Reina?. Fox yang sudah berpacaran dengan Reina hampir setahun
saja belum pernah di beri perhatian seperti itu.
"sial!" Fox menggebrak meja makan dengan penuh emosi, tangannya mengepal kuat dan uratnya
menonjol. Nafasnya tersengal-sengal seperti anjing yang sedang mengamuk. Matanya terbelalak
dengan penuh amarah. Dia ditinggal sendiri oleh Reina dan Wulfe untuk mengecek kondisi BK, Fox
memutuskan untuk tidak ikut karena ia tidak mau bertemu dengan BK.
"BK, BK, BK. Pch! Apa yang spesial dari rubah dungu itu!" Fox bertanya kepada dirinya sendiri "dia
tidak tampan, dia sombong, dia tidak modis dan bahkan dia bukan manusia!"
Fox kemudian memindai semua bangku dengan matanya dan mengingat semua mantan anggota
yang pernah duduk disana. Di seberangnya adalah kursi Reina, dia selalu memakan sebuah sup
hangat di pagi hari dan ditemani secangkir teh. Wulfe biasa duduk disamping Fox, selalu
menjahilinya dengan banyolan yang selalu meramaikan suasana, dia biasa memakan daging steik
setengah matang dengan bumbu thousand island dan campuran beberapa rempah-rempah,
minumnya segelas air putih dingin. Selera Wulfe memang aneh, sangat aneh.
Kemudian dia menoleh ke arah bangku yang ada diseberang Wulfe. Ruki Makino, sang mantan
Tamer dan penyelamat digital world. Rambut yang mirip seperti nanas membuatnya mendapat
julukan 'kepala nanas' dari Wulfe dan selalu membuat Fox tersenyum mengingatnya. Yang biasa ia
makan adalah teriyaki dan segelas teh di pagi dan siang hari sementara coke di malam hari.
Disampingnya duduk Renamon yang selalu menatap ke arah Reina dengan tajam seolah-olah Reina
adalah ancaman, Renamon cukup misterius, dia selalu menyendiri dan lebih suka bermeditasi di
kamarnya. Dia makan ikan air tawar di pagi dan siang hari, sementara ikan salmon di malam hari.
Anehnya dia selalu meminum teh yang rasa dan baunya sama dengan teh yang diminum Reina
setiap harinya.
Dan duduk di bangku terakhir di seberang Renamon adalah Exa Cross. Hunter misterius, tertutup
dan sangat jago dalam hal bertarung jarak dekat. Dia selalu mengenakan jaket berwarna abu-abu
perak yang menutupi rompi berwarna merah metalik yang berbentuk seperti sisik. Ia juga selalu
membawa meriam yang selalu ia bawa kemana-mana di punggungnya. Dia tiba-tiba saja menghilang
secara misterius beberapa bulan yang lalu.
Aneh...tempat ini biasa penuh oleh mereka dan sekarang tempat ini sepi. Kami sudah bekerja keras
untuk mencapai tingkat 1 di guild...bahkan kami sering mendapat permintaan langsung dari Teryn.
Entah kenapa tidak banyak yang mencoba melamar masuk ke tim kami....dan ketika ada yang lulus
dalam tes, Reina menolak mereka dengan mentah-mentah. Dan terkadang Reina menjalani misi
yang dirahasiakan dari kami. Terkadang ia pulang dengan badan penuh luka, keesokan harinya ia
pulang dengan tangan yang diperban dan terkadang dengan luka memar di sekujur tubuhnya. Dan
aku tahu itu bukan luka bekas bertarung dengan digimon. Aku hanya takut ia mendapat pekerjaan
untuk membunuh seseorang. Batin Fox berbicara. Fox menggelengkan kepalanya mencoba
menghilangkan pikiran yang membuat bulu kuduknya bergidik, lagipula dia tidak memiliki bukti yang
kuat untuk menuduhnya.

"sebaiknya aku tidur" sergah Fox sambil berdiri dari bangkunya dengan gontai.dia membuka pintu
kamarnya dan mendapati kamarnya telah berantakan. Baju berserakan, bantal bergelimpangan dan
lemarinya telah berantakan. Seseorang telah mengacak-acak ruangan ini. Fox bertanya-tanya apa
motif orang yang tega telah mengacak-acak kamarnya? Orang ini pasti sedang mencari sesuatu, dan
dilihat dari hasil kekacauan ini dia tidak menemukan apa yang dia cari.
Tetapi bagaimana cara orang ini masuk? Semua pintu terkunci dan jendela terlalu kecil untuk
dilewati kecuali...mata Fox terbelalak ketika dia mendongak, panel langit-langitnya telah bergeser
dan dapat terlihat bekas orang menjebolnya.
"Brengsek!"

***Taiki Kudou***

Taiki menggebrak meja rapat dengan penuh amarah. Hanya dalam waktu beberapa minggu mereka
telah kehilangan enam zona ke tangan bagura dan manusia. Setelah kemenangannya dalam
mengalahkan bagura empire, teman-temannya pergi meninggalkannya pulang ke dunia manusia.
Taiki memutuskan untuk tetap disini membantu Shoutmon 'menjaga' Digital world. Sisa-sisa dari
kerajaan bagura mulai bersatu, para manusia pendatang juga makin berkembang dengan pesat,
bahkan mereka sudah mempunyai pasukan yang cukup untuk menguasai digital world. Kepalanya
terus didera oleh pertanyaan oleh anggota rapat yang lain yang semakin panik tiap harinya melihat
dengan perlahan teritori mereka mulai ditelan oleh musuh-musuh mereka.
"Kita harus bertindak!" seru Gaioumon, salah satu anggota senior yang cukup di hormati itu.
"Bertindak dengan apa? Pasukan kita telah dibabat habis oleh mereka! Continent 3 saja di
bumihanguskan oleh mereka!" balas VictoryGreymon
"aku juga mendapat laporan bahwa Arkadimon telah menyerang salah satu koloni mereka yang ada
dibawah tanah. Tak ada yang selamat" MetalGarurumonX membaca laporan yang ia dapat dari
Scoutnya yang ia kirim kesana.
"mereka akan kembali menyerang kita dan menganggap Arkadimon bagian dari kita!" Seru Justimon
yang dilanda kepanikan.
"Justimon ada benarnya juga. Mereka akan kembali menyerang kita dan menganggap Arkadimon
adalah salah satu dari kita" BanchouLeomon membenarkan pernyataan Justimon "memikirkan
tentang Arkadimon saja telah membuatku merinding"
Mereka semua menoleh ke arah Taiki yang sedang memikirkan rencana untuk menyelesaikan
masalah ini. Bagura masih bisa mereka kalahkan karena mereka telah mengeluarkan hampir semua
pasukan mereka menyerbu desa Izuna beberapa waktu yang lalu. salah satu Jenderal mereka mati
mengenaskan yang langsung menjatuhkan moral mereka. Taiki juga kehilangan Knightmon oleh
Black Renamon itu.

"Black Renamon"
Ruangan itu langsung berubah sunyi ketika nama itu terselip keluar dari mulut Taiki yang bergetar.
Semua Anggota rapat hanya menunduk ketakutan mendengar nama itu.
"Ada yang tahu siapa Black Renamon itu?" Taiki bertanya kepada anggota Rapat.
Pada awalnya tidak ada yang berani menjawab mendengar nama yang sangat tabu itu.
VictoryGreymon berdiri, keringat dingin membasahi wajahnya dan bulu kuduknya masih berdiri
karena mendengar nama itu. Dia meletakkan pedangnya di meja rapat yang lebar dan besar itu, dia
kemudian menarik nafas yang dalam dan mulai menceritakan asal-usul Black Renamon.
"Pada saat Digimon diciptakan, mereka dibuat bedasarkan data yang menjadi cetak biru bentuk dan
sifat mereka. jiwa mereka-kita-dibuat dari jiwa manusia yang tersesat di digital world. digimon ada
yang terlahir jahat dan ada yang terlahir tidak. black digimon yang lahir dengan Core Virus biasanya
mengucilkan diri mereka dari masyarakat, tidak pernah bertingkah dan selalu diam.
BlackWargreymon contohnya, dia hanyalah sebuah boneka yang dikontrol oleh Kaiser, tetapi
sebetulnya ia sama sekali tidak jahat. Black Renamon dilain hal adalah Digimon yang sangat licik dan
kejam, mereka ambisius dan tidak memandang siapa musuh mereka. Mereka konon menyerang
DEVA dan hampir berhasil membunuh Zhuqiaomon jika tidak dihalangi oleh Azulongmon yang
datang tepat waktu. Lebih dari ribuan pasukan DEVA dikalahkan oleh empat BlackRenamon. Mereka
jugalah yang telah menghancurkan tampuk pemerintahan Format city di continent 4 yang
mengakibatkan perang sipil yang berlangsung berpuluh-puluh tahun lamanya. Azulongmon
kemudian memerintahkan sebuah hal yang langsung menggetarkan seluruh Digital World.
Pembantaian Ras Black Renamon"
"mereka memburu Black Renamon ke seluruh penjuru Digital World dan membantai mereka
tanpa belas kasih seperti yang Black Renamon lakukan dulu. Pada awalnya mereka kewalahan
menghadapi kekuatan Black Renamon yang cukup besar, tetapi setelah digempur habis-habisan di
Terminal Forest, jumlah mereka semakin berkurang dan satu-persatu dari mereka tumbang. Setelah
6 bulan pertarungan,mereka masuk ke kota dan mulai membantai seluruh Black Renamon disana,
tidak memandang yang sudah dewasa maupun yang masih bayi. Semuanya dibantai, darah
berceceran ditanah dan mayat bergelimpangan. Ketika mereka selesai membunuh semua nya,
mereka membakar desa itu dan meninggalkan sebuah bendera peringatan. Tetapi, mereka tidak
tahu satu ekor masih hidup dan di selamatkan oleh Bagura. Dia dilatih oleh Bagura sendiri, dilatih
untuk menjadi mesin pembunuh yang sempurna"
"kalian tahu kan semua perjuangan kita untuk menumpas Bagura sangat sulit, terlebih ketika
pertarungan di Nosferatu Plain. Aku yakin Revolvmon mengingat jelas kejadian dimana satu peleton
Commandramon kita dihabisi oleh empat grup Troopmon yang di komandani oleh Black Renamon,
Revolvmon hampir mati jika Taiki tidak datang tepat waktu. Setelah itu Bagura menyerang sebuah
desa di Zona 10, disana mereka membantai seluruh penghuni desa dengan darah dingin. Setelah
penyerangan di desa itu, Black Renamon itu menghilang tanpa jejak" VictoryGreymon menyudahi
ceritanya.
Taiki semakin yakin Black Renamon yang Revolvmon 'bunuh' 6 bulan yang lalu dan yang membunuh
Knightmon dan hampir membunuh dirinya itu beberapa hari yang lalu itu adalah mantan kaki tangan

Bagura. Dia menelan ludahnya, berharap semua ini tidak nyata, dia benci untuk mengatakannya
tetapi dia harus memberitahu yang sebenarnya.
"Dia masih hidup...dan dia telah membunuh Knightmon...dan juga hampir membunuhku" Ujar Taiki
sambil menunjukkan guratan bekas cakar yang ada di lehernya.
Taiki kemudian menghela nafasnya dalam-dalam dan kembali duduk di kursinya yang empuk.
Sebuah gambar hologram muncul di depan mereka, menunjukkan peta Digital World yang dipenuhi
oleh petak-petak berwarna Merah, Abu-abu, Ungu dan Biru. Taiki hanya bisa melihat petak
merahnya mulai dimakan oleh petak berwarna biru yang makin meluas tiap harinya.
Dia harus meminta bantuan.

Anda mungkin juga menyukai