Anda di halaman 1dari 9

den (to) sca || notes

green is the new white

Autobiografi

Browse & Click

Buku Tamu

eBook & Journal

Go Green

Seminar UpDates

Pola Penyebaran Abses Akibat Infeksi Odontogen


Posted on April 2, 2011 Updated on September 28, 2011
Manusia biasanya hidup berdampingan secara mutualistik dengan mikrobiota rongga mulut.
Gigi dan mukosa yang utuh merupakan pertahanan pertama yang hampir tidak tertembus
apabila sistem kekebalan hospes dan pertahanan selular berfungsi dengan baik. Apabila sifat
mikroflora berubah, baik kualitas maupun kuantitasnya, apabila sistem kekebalan dan
pertahanan selular terganggu, atau kombinasi dari hal-hal tersebut diatas, maka infeksi dapat
terjadi (Pedersen, 1996).
Dalam praktik sehari-hari dapat kita temukan infeksi yang dapat bersifat akut maupun kronis.
Infeksi akut biasanya ditandai dengan pembengkakn dan rasa sakit yang hebat dengan
manifestasi berupa malaise dan demam berkepanjangan. Infeksi kronis dapat berkembang
dari penyembuhan sebagian keadaan akut, serangan yang lemah atau pertahanan yang kuat
infeksi kronis ditandai dengan ketidaknyamanan dalam berbagai tingkatan dan bukan berupa
rasa sakit yang hebat (Roeslan, 1994).
Infeksi sendiri merupakan masuknya kuman patogen atau toksin ke dalam tubuh manusia
serta menimbulkan gejala sakit. Infeksi odontogen adalah infeksi yang awalnya bersumber
dari kerusakan jariangan keras gigi atau jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh
bakteri yang merupakan flora normal rongga mulut yang berubah menjadi patogen
(Soemartono, 2000). Penyebaran infeksi odontogen ke dalam jaringan lunak dapat berupa
abses. Secara harfiah, abses merupakan suatu lubang berisi kumpulan pus terlokalisir akibat
proses supurasi pada suatu jaringan yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Abses yang
sering terjadi pada jaringan mulut adalah abses yang berasal dari regio periapikal. Daerah
supurasi terutama tersusun dari suatu area sentral berupa polimorfonuklear leukosit yang
hancur dikelilingi oleh leukosist hidup dan kadang-kadang terdapat limfosit. Abses juga

merupakan tahap akhir dari suatu infeksi jaringan yang dimulai dari suatu proses yang
disebut inflamasi (Aryati, 2006).
Infeksi odontogenik dapat berasal dari tiga jalur, yaitu (1) jalur periapikal, sebagai hasil dari
nekrosis pulpa dan invasi bakteri ke jaringan periapikal; (2) jalur periodontal, sebagai hasil
dari inokulasi bakteri pada periodontal poket; dan (3) jalur perikoronal, yang terjadi akibat
terperangkapnya makanan di bawah operkulum tetapi hal ini terjadi hanya pada gigi yang
tidak/belum dapat tumbuh sempuna. Dan yang paling sering terjadi adalah melalui jalur
periapikal (Karasutisna, 2001). Infeksi odontogen biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu
adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa (Gambar 1), kemudian akan berlanjut
menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi
odontogen dapat terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis
menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. Foramen
apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses
infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur
gigi yang nekrosis tersebut (Cilmiaty, 2009).

Gambar 1 Ilustrasi keadaan gigi yang mengalami infeksi dapat menyebabkan abses
odontogen. (A) Gigi normal, (B) gigi mengalami karies, (C) gigi nekrosis yang
mengalami infeksi menyebabkan abses. Sumber : Douglas & Douglas, 2003
Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuatum, hematogen dan limfogen, yang
disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi nekrosis, dan
periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: (1) lewat
penghantaran yang patogen yang berasal dari luar mulut; (2) melalui suatu keseimbangan
flora yang endogenus; (3) melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital dan steril
secara normal (Cilmiaty, 2009). Infeksi odontogen menyebar ke jaringan-jaringan lain
mengikuti pola patofisiologi yang beragam dan dipengaruhi oleh jumlah dan virulensi
mikroorganisme, resistensi dari host dan struktur anatomi dari daerah yang terlibat
(Soemartono, 2000).
Rute yang paling umum penyebaran peradangan adalah melalui kontinuitas jaringan dan
spasia jaringan dan biasanya terjadi seperti yang dijelaskan di bawah ini. Pertama, nanah
terbentuk di tulang cancellous dan tersebar ke berbagai arah yang memiliki resistensi jaringan
paling buruk. Penyebaran pus ke arah bukal, lingual, atau palatal tergantung pada posisi gigi
dalam lengkung gigi, ketebalan tulang, dan jarak perjalanan pus (Gambar 2), (Fragiskos,
2007).

Gambar 2 Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess) tergantung


pada posisi apeks gigi penyebab. (A) Akar bukal : arah penyebaran ke bukal. (B) Akar
palatal : arah penyebarannya ke palatal. Sumber : Fragiskos, 2007
Inflamasi purulen berhubungan dengan tulang alveolar yang dekat dengan puncak bukal atau
labial tulang alveolar biasanya akan menyebar ke arah bukal, sedangkan tulang alveolar yang
dekat puncak palatal atau lingual, maka penyebaran pus ke arah palatal atau ke lingual
(Fragiskos, 2007).
Akar palatal dari gigi posterior dan lateral gigi seri rahang atas dianggap bertanggung jawab
atas penyebaran nanah ke arah palatal, sedangkan molar ketiga mandibula dan kadangkadang dua molar mandibula dianggap bertanggung jawab atas penyebaran infeksi ke arah
lingual. Inflamasi bahkan bisa menyebar ke sinus maksilaris ketika puncak apeks gigi
posterior ditemukan di dalam atau dekat dasar antrum. Panjang akar dan hubungan antara
puncak dan perlekatan proksimal dan distal berbagai otot juga memainkan peranan penting
dalam penyebaran pus. Berdasarkan hal ini (Gambar 3), pus di mandibula yang berasal dari
puncak akar di atas otot mylohyoid dan biasanya menyebar secara intraoral, terutama ke arah
dasar mulut. Ketika puncak ditemukan di bawah otot mylohyoid (molar kedua dan ketiga),
pus menyebar ke ruang submandibular dan terjadi pembengkakan ekstraoral (Fragiskos,
2007).

Gambar 3 Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess) tergantung


pada posisi apeks gigi penyebab. (A) Penyebaran pus kea rah sinus maksilaris (B)
Penyebaran pus pada rahang bawah tergantung pada posisi perlekatan otot mylohyoid.
Sumber : Fragiskos, 2007
Pada fase selular, tergantung pada rute dan tempat inokulasi dari pus, abses dentoalveolar
akut mungkin memiliki berbagai gambaran klinis, seperti: (1) intraalveolar, (2) subperiosteal,
(3) submukosa, (4), subkutan, dan (5) fascia migratory cervicofacial (Gambar 4 dan 5).
Pada tahap awal fase selular ditandai dengan akumulasi pus dalam tulang alveolar yang
disebut sebgai abses intraalveolar. Pus kemudian menyebar keluar setelah terjadi perforasi
tulang menyebar ke ruang subperiosteal. Periode ini dinamakan abses subperiosteal, dimana
pus dalam jumlah terbatas terakumulasi di antara tulang dan periosteal. Setelah terjadi
perforasi periosteum, pus kemudian menyebar ke berbagai arah melalui jaringan lunak.
Biasanya menyebar pada daerah intraoral membentuk abses di bawah mukosa, yang disebut

abses submukosa. Terkadang, pus menyebar melalui jaringan ikat longgar dan setelah itu
terakumulasi di bawah kulit, bentukan ini disebut abses subkutan. Sedangkan di waktu
lainnya, pus menyebar ke ruang fascia, membentuk abses serous yang disebut abses spasia
wajah (Fragiskos, 2007).

Gambar 4 Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi odontogen (A) Abses
intraalveolar (B) Abses superiosteal. Sumber : Fragiskos, 2007

Gambar 5 Ilustrasi rute perjalanan pus pada penyebaran infeksi odontogen (A) Abses
submukosa (B) Abses subkutan. Sumber : Fragiskos, 2007

Ali Taqwim, Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi Universitas Jember


Tentang iklan-iklan ini

Share this:

Cetak

Twitter1

Facebook1

Surat elektronik

Terkait
Prinsip Penatalaksanaan Infeksi Odontogendalam "Oral Surgery"
Peran Kelenjar Limfe Pada Infeksi Odontogendalam "Oral Surgery"
Insisi (Drainase) Ekstraoral pada Infeksi Odontogendalam "Oral Surgery"

This entry was posted in Oral Surgery and tagged Abses, Infeksi, Odontogen.

POTENSI ASAM LEMAK OMEGA-3 MINYAK IKAN LEMURU DALAM


MENGHAMBAT RESORPSI TULANG *)

Kegawatdaruratan Medis di Bidang Kedokteran Gigi Anak

Berikan Balasan

Hello Dento!!!

Dento Online

Follow @dentistalit <"


Buat Lencana Anda

Go! Go! Go!


Cari:

Acces the Orifice

Mendaftar

Masuk log

RSS Entri

RSS Komentar

WordPress.com

Reamer File

Endodontics & Dental Restorative (6)

Islam & Science (10)

Lomba, Event & Seminar (40)

Menulis Ilmiah (11)

Oral Biology (17)

Oral Medicine (11)

Oral Surgery (11)

Paediatric Dentistry (30)

Periodontology (12)

Prosthodontic (7)

Research Paper (9)

Skill Lab (1)

Tosca-Zone (19)

Uncategorized (20)

Material Update

2012 in review

Membuat Mind Map!!!

Bagaimana Merintis Jurnal Ilmiah

Deadline of Abstract Submission DREAM JOGJA 2012

Dental Research Exibition and Meeting 2012

Dento Blogger

free counter

Blogroll

Blog Dentistry Molar

Blog eco-dentistry

Blog ecodentistry-org

Blog Gelar S. Ramdhani

Blog HolisticDentistGreen

Blog P3KGB

Blog Putu Arya R.

Blog Trash-Free-Year

Go Green Indonesia

Go Green World

Pramoedya Ananta Toer

Website DEPKES

Website DIKTI

Website PSMKGI

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. Theme: Eventbrite Venue by Voce
Platforms.
We teamed up with Eventbrite
Ikuti

Ikuti den (to) sca || notes


Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.
Bergabunglah dengan 45 pengikut lainnya.
Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai