Anda di halaman 1dari 31

AGRESI

Secara luas agresi bisa didefinisikan sebagai:


Suatu tindakan yang ditujukan untuk
menyakiti atau menghukum orang lain.
Dalam kehidupan sosial sehari-hari, tindakan 2
agresif muncul sebagai hasil peningkatan
keadaan emosional karena adanya rasa
marah yang tidak bisa dikendalikan lagi.
Reflective Anger bentuk tingkah laku
yang normal. Bila berada dalam tingkat
moderat, akan menghasilkan reaksi yang
adaptif.

Bila terlalu kuat, akan menyebabkan


munculnya bentuk2 tingkah laku yang
maladaptive
Dalam bentuk reflektif ini, rasa marah bisa
diredakan dengan memberikan informasi
yang berlawanan dengan informasi yang
menimbulkan frustasi.
Hubungan frustasi dan Agresi
Rasa marah disebut normal, bila terdapat
perbandingan yang proposional antara:
- Frustasi yang diderita
- Intensitas reaksi agresif yang ditampilkan.

Menurut Freud
Agresi merupakan reaksi yang mendasar yang
akan muncul bila seseorang mengalami frustasi.
Frustasi timbul bila kegiatan sesorang untuk
mencari kesenangan atau menjauhi keadaan
yang tidak menyenangkan dihambat.
Eksperimen kelompok Yale
Dollard & Miller cs hendak melihat aspek2
kepribadian manusia seperti ekspresi, arousal,
dan pengendalian rasa marah.

Kesimpulannya:
1.Setiap kali mengalami frustasi, organisme
akan menunjukkan peningkatan
kecenderungan untuk bertingkah laku agresi.
2.Tingkah laku agresi selalu tampil sebagai
konsekuensi dari adanya frustasi.
Kesimpulan ini memunculkan banyak kritik:
1.Karl Menninger butir (2) dianggap terlalu
mengada2.
Contoh: orang yang jari kakinya terinjak bisa
marah, padahal itu bukan suatu keadaan
yang membuat frustasi.

Kritik ini mendorong kelompok Yale untuk


merubah definisi tentang frustasi dan
memasukan RANGSANG RASA SAKIT
sebagai salah satu keadaan yang bisa
menimbulkan frustasi.
2. Selain tingkah laku agresif, Frustasi bisa
menimbulkan bentuk-bentuk tingkah laku
lain, misalnya:
- Reaksi menarik diri
- berfantasi yang sifatnya regresif
- Tingkah laku primitive = regresi
- Reaksi2 non agresif yang lain

Miller memperbaiki rumusannya dalam butir


(1), yaitu:Frustasi akan menggugah berbagai
jenis respons, salah satunya adalah yang
bersifat agresif.
Teori frustasi agresi yang pada umumnya bisa
diterima orang, pokoknya mengatakan
bahwa:
Kemungkinan munculnya tingkah laku agresif
merupakan fungsi dari intensitas frustasi yang
diderita, yang ditentukan oleh 3 faktor, yaitu:
1.Kekuatan motif, yang muncul dan kemudian
terhambat
2.Besarnya hambatan
3.Jumlah motif yang tampil dan kemudian
terhambat.

Kapan frustasi menimbulkan tingkah


laku agresif?
Dari definisi frustasi ada beberapa hal inti,
yaitu:
- Adanya suatu motif yang dihambat
- Adanya penghalang yang memisahkan
motivasi dari tujuan.
Eksperimen Lewin, CS
Sejumlah anak dibiarkan bermain dalam satu
ruangan, kemudian diturunkan suatu layar
yang memisahkan anak dari permainan yang
menarik. Reaksi yang muncul antara lain
memukul pemisah, memukul eksperimenter.

Ekperimen child dan waterhouse:


Tujuan: untuk mengetahui gejala umum
mengenai hal-hal yang akan terjadi
bilamana seorang mengalami frustasi.
Sesorang yang mendapat tugas yang
membutuhkan konsentrasi untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dan
kemudian pada mereka disajikan kondisi
yang membuat mereka frustasi, maka akan
muncul reaksi:
1.Frustasi akan menghambat daya berpikir,
atensi, kemampuan menyusun rencana dan
proses mental lainnya yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan tugas tersebut
(regresi)

2.Bila hambatan itu menimbulkan aktivitasaktivitas yang tidak relevan dengan yang
dibutuhkan untuk merampungkan tugas
semula, maka aktivitas yang tidak relevan
ini akan bertahan (distraksi)
Contoh: bila seorang manager memberikan
larangan untuk merokok pada para
pegawainya dengan cara sedemikian rupa
sehingga menimbulkan frustasi, maka
manager itu dapat meramalkan bahwa
produksi akan menurun karena mereka
akan menghabiskan waktu untuk mencari
jalan mengelakkan peraturan tsb.

Frustasi juga mempunyai efek meningkatkan


motivasi. Intensitas tingkah laku untuk
mencapai goal akan meningkat bila tingkah
laku menuju goal dihambat. Berati ada
peningkatan tingkah laku (termasuk tingkah
laku agresif)
Reaksi-reaksi agresi yang tidak Langsung
Eksperimen Sears, Hovland,& Miller (1940).
Beberapa mahasiswa secara sukarela diminta
melakukan eksperimen untuk melihat
berbagai reaksi fisik pada orang yang kurang
tidur. Mereka diminta untuk tidak tidur selama
24 jam.

Dipilih mahasiwa yg suka merokok.Selama


proses eksperimen, kemudian mereka
dilarang merokok, dilarang ngobrol, janji-janji
bahwa selama eksperimen akan disajikan
kegiatan2 dan santapan menarik, tidak
dipenuhi.
Reaksi-reaksi yang muncul:
- Tidak melawan karena ada perjanjian bahwa
mereka bersedia mengikuti eksperimen itu
- Ada reaksi-reaksi:
Reaksi yang berlangsung seperti kritik.
reaksi agresi yang tidak langsung seperti:
menggambar keadaan2 yang agresif
(orang digantung dsb), dengan humor.

Dalam kehidupan sehari-hari, reaksi2 agresif


yang tidak langsung banyak dipengaruhi oleh
kultur dan kebiasaan kelompok.
Faktor-faktor yang menentukan kekuatan agresi.
1.Ada tidaknya tindakan sewenang-wenang
yang membuat seseorang harus masuk
dalam keadaan deprivasi.
Eksperimen Pastore dan Fishmen.
Hipotesis: orang akan bereaksi dengan derajat
agresi yang lebih tinggi jika tidak diberi
penjelasan tentang penyebab dari frustasi
dibandingkan dengan orang yang diberi
penjelasan tentang penyebab frustasi tersebut.

Fishmen : 3 kelompok
- Kelompok I :bonus $2.00- menyelesaikan tugas
dengan baik -selesai- tidak diberi bonus
- Kelompok II: Janji = kelompok , tidak diberi
bonus diberi alasan masuk akal.
- Kelompok III : tidak diberi janji apa-apa.
Penjelasan yg tidak masuk akal tentang
penyebab frustasi, menyebabkan agresi yang
tinggi
Reaksi seseorang dalam situasi frustasi dalam
beberapa hal dipengaruhi EKSPEKTASI dan
KEYAKINAN tentang alasan2 dan faktor2 yang
menyebabkan kita berada dalam situasi tsb .

Bila penilaian kognitif menganggap bahwa


alasannya masuk akal, maka reaksi frustasi
tidak akan terlalu kuat.
Dengan kata lain: seseorang akan
menampilkan tingkah laku agresi yang kuat
bila mereka merasa dibuat frustasi secara
sewenang-wenang dan tidak terlalu kuat bila
pada mereka diberi penjelasan yang masuk
akal.

2. Kejutan yang tidak menyenangkan &


deprivasi relatif
Bila sesorang telah memperhitungkan
kemungkinan munculnya distraksi berarti
ia telah mempersiapkan diri maka reaksi
emosionalnya tidak akan terlalu kuat.
Konsep DEPRIVASI RELATIF menjelaskan bahwa
pada umumnya seseorang akan menilai
keuntungan/penghasilan dan kerugiannya
dengan orang-orang yang dia pandang
berada dalam kondisi yang sama.

Penilaian ini akan tergantung dari reference


group yang diambil & biasanya akan selalu
berubah sesuai dengan perubahan status
sosialnya. Inilah sebabnya mengapa sering
terjadi seseorang hancur karena
suksesnya
Reference group yang baru telah
meningkatkan harapannya terlalu tinggi
sehingga dia menjadi marah bila mengalami
kerugian kecil yang semula bisa dia abaikan.

3. Ada tidaknya pengetahuan tentang


KONSEKUENSI dari bertingkah laku
agresif.
Eksperimen Buss : tentang pengaruh dari
feedback positif pada tindakan agresif.
Subjek & partner --- partner sering
melakukan kesalahan- makin lama subjek
makin keras dalam menghukum si partner
(dengan memakai aliran listrik)
Subjek melihat:
hukuman tidak berpengaruh agresifitas
berkurang
- Hukuman berhasil cenderung makin agresif

Bila agresi diberikan reward berupa berkurangnya


hambatan, ia akan mempunyai nilai instrumental,
artinya efektif dan akan menjadi respon
dominan dalam frustasi. Tetapi jika tidak memiliki
nilai instrumental, agresi tidak akan dominan.
Subjek dapat dimotivasi untuk menghentikan
pemberian hukuman karena masalah
kemanusiaan.
Instrumental value : salah satu bentuk antisipasi
itu adalah konsekuensi bertingkah laku agresif.

Instrumental value ini bisa diperoleh dalam 2


bentuk, yaitu:
a.UMPAN BALIK yang POSITIF
Bila tingkah laku agresif yang dimunculkan ternyata
mencapai tujuannya, maka intensitasnya akan
meningkat.
Dengan kata lain, bila tingkah laku agresif itu
mendapat reward karena dengan tingkah laku dia
berhasil menyingkirkan perintang yang membuat dia
frustasi artinya mempunyai instrumental value
maka respons ini akan menjadi dominan. Dan
sebaliknya, bila tingkah laku agresif tidak
mempunyai instrumental value, artinya tidak
mampu menyingkirkan perintang, maka
intensitasnya akan menurun.

b.UMPAN BALIK yang NEGATIF


Bila tingkah laku agresif yang dimunculkan
ternyata menimbulkan rasa sakit yang berlebihan
pada korbannya, maka intensitasnya akan
menurun.
Orang termotivasi untuk mengurangi
agresifitasnya, bisa karena:
- Rasa bersalah karena telah menyakiti sesamanya.
- Rasa malu, takut dinilai sadis oleh orang lain
- Dalam hubungan dengan instrumental value,
agresifitas yang terlalu tinggi itu tetap tidak
menyingkirkan perintang atau telah menimbulkan
perintang yang baru

- Ada ancaman dan besarnya ancaman


pembalasan yang bisa dilakukan oleh korban
(hal ini dipengaruhi oleh status sosial si
korban)
Dalam keadaan, dimana seseorang tidak
berdaya untuk menampilkan agresinya secara
terbuka, maka akan muncul bentuk-bentuk
yang tidak langsung, misalnya:
a.Mengeluh secara berlebihan tentang
kebodohan dan kekejaman orang yang lebih
super itu, padahal bukti belum ada.
b.Gosip tentang kelemahan-kelemahan orang
tsb.

c. Meniru tingkah laku dan perkataan orang


yang dibenci tersebut dengan maksud
mengejek.
d. Malas- malasan

4. DISPLACEMENT
Eksperimen Thibaut dan Reicken status relatif
dalam stuktur sosial dapat berpengaruh
sangat kuat dalam mengekspresikan agresi.
Temuan Bettelheim & Janowitz
Bila orang marah, ia lebih menunjukkan agresi
tidak langsung dari pada langsung terhadap
penyebab frustasi akibat perasaan malu,
bersalah atau takut dibalas.

Dibawah beberapa kondisi, seseorang cenderung


memindahkan agresi dari penyebab frustasi
kepada kambing hitam. Kambing hitam
biasanya mempunyai kemiripan dengan
penyebab frustasi.
DISPLACEMENT terhadap OUT GROUP
Biasanya orang mencari kambing hitam diluar
kelompoknya, karena orang menyadari bahwa
bila tingkah laku agresifnya diarahkan kepada
orang sekelompok -- meskipun mereka yang
menyebabkannya akan menimbulkan
perpecahan kelompok

PARTIAL DISPLACEMENT
Meskipun bisa meredakan, mekanisme
displacement ini tidak bisa menghilangkan
kemarahan itu sama sekali. Partial displacement
dari affect misalnya terjadi pada tingkah laku
saling menjatuhkan, saling mengejek diantara
anggota kelompok.
Dalam contoh-contoh diatas tidak terjadi
displacement dari target agresi, tapi displacement
parsial dari afek, yaitu dari rasa marah yang
sebenarnya (bukan mencari kambing hitam)

Pemilihan kambing hitam, dipengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu:
a.Kemiripan dengan sumber frustasi
b.Kesadaran kognitif terhadap peranan si
kambing hitam dalam situasi frustasi yang
dialami.
c.Kekuatan yang dimiliki si kambing hitam
untuk membalas. Biasanya yang dipilih
sebagai kambing hitam adalah orang /
kelompok yang tidak memiliki kekuatan sosial
& yang jarang bertemu muka. Umumnya
terjadi karena SOSIAL PREJUDICE

d. Bila terjadi pergeseran / penurunan status


sosial, akibat perang maka biasanya
kelompok minoritas yang dipilih sebagai
kambing hitam. Bila kelompok minoritas
menunjukkan perlawanan yang ternyata
tidak cukup kuat untuk agresivitas
kelompok mayoritas akan semakin
membenarkan tindakan mereka bahwa
memang kelompok minoritas ini patut
mendapatkan hukuman.

PREDISPOSISI KEPRIBADIAN & PEMILIHAN


KAMBING HITAM
Penelitian Adornoff cs orang orang yang
gemar mencari kambing hitam adalah
mereka yang mempunyai kepribadian
OTORITER, mereka cenderung mudah
menaruh PRASANGKA SOSIAL. Orang yang
berkepribadian otoriter biasanya:
a. Memiliki idealisme yang berlebihan
terhadap orang tua, atasan, pemimpin politik
& ketaatannya berlebihan karena dibalik itu
mereka menyembunyikan rasa marah
terhadap figur-figur otoritas ini.

b.Tidak memperkenankan diri sendiri


menampilkan reaksi agresif secara
terbuka.
c.Kepribadiannya menjadi rigid dan
nampak dingin detached , tidak
spontan, sangat konvensional
d.Sangat tidak bisa memaafkan orang
yang melanggar norma-norma seksual.
e. Sangat mudah menaruh prasangka
terhadap orang-orang yang dianggap
tidak konvensional.

f.

Mereka akan mengarahkan / melemparkan


tingkah laku agresif mereka sendiri pada
kambing hitam yang biasanya tidak
mempunyai power cukup untuk melawan
dan yang nampak tidak konvensional.

Umpan balik yang negatif dapat


memodifikasikan tingkah laku agresif ini,
misalnya memberikan informasi bahwa
mereka akan menerima konsekuensi yang
sangat tidak menyenangkan bila
menunjukan tingkah laku agresif.

AGRESI ANTARA KELOMPOK


Timbul karena berulang kali terjadi
gerakan-gerakan agresif yang timbal-balik.
Suatu kelompok bisa bertingkah laku
agresif terhadap kelompok lain, bila
kelompok saingannya dipandang sebagai:
1. Penyebab frustasi
2. Kelompok yang lemah & tidak memiliki
dukungan penguasa
3. Secara moral bisa dibenarkan sebagai
pihak yang patut dihukum dan tindakan itu
tidak akan dicela.

Anda mungkin juga menyukai