PENDAHULUAN
3. Latar Belakang
Hemoroid merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Hingga
saat ini banyak orang yang salah mengerti tentang hemoroid serta masalahmasalah kesehatan yang berhubungan dengan hemoroid. Hemoroid dikenal
dengan banyak istilah. Kata hemoroid sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu
haem : darah dan rhoos : mengalir, jadi semua perdarahan yang ada di anus
disebut hemoroid. Sedangkan di Amerika dan Inggris memakai istilah piles yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti bola. Istilah lain yang juga sering digunakan
adalah ambeien yang berasal dari bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia sendiri
istilah yang paling sering digunakan adalah wasir yang pada orang awam
mempunyi arti berak darah.
Hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih termasuk
salah satu penyakit yang umum ditemukan. Di Amerika Serikat, hemoroid
ditemukan dengan jumlah kasus meliputi 4,4% dari seluruh penduduk.1,2,3
Frekuensi pasti dari hemoroid sulit diketahui. Seseorang yang menderita hemoroid
cenderung malu mengutarakan penyakitnya dan takut membayangkan tindakan
yang akan dilakukan dokter.
Sepuluh juta orang di Amerika Serikat memiliki penyakit hemoroid, dengan
prevalensi lebih dari 4% dan lebih dari sepertiga orang yang mengidap hemoroid
tersebut mencari pengobatan medis, sehingga setiap tahunnya ada satu setengah
juta resep yang dikeluarkan oleh dokter untuk pasien hemoroid.1
Gejala yang muncul akibat hemoroid sangat mirip dengan gejala
karsinoma kolorektal. Oleh karena itu, pasien yang datang dengan keluhan
hemoroid, harus mendapatkan pemeriksaan yang adekuat untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya karsinoma kolorektal, selain untuk menegakkan diagnosis
dan klasifikasi serta derajat hemoroid, untuk dapat menentukan penanganan
yang tepat bagi pasien. 1
Gejalanya hemoroid dapat hilang timbul dan pada sebagian besar kasus
gejala hemoroid dapat hilang dalam beberapa hari saja. 4 Menurut anatomi atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan
atau penyulit, diperlukan tindakan.5
Etiopatogenesis
Anal kanal adalah saluran yang dilapisi oleh tiga bantalan (cushion)
fibrovaskular dari jaringan submukosa. Bantalan tersebut digantungkan di dalam
anal kanal oleh kerangkan jaringan ikat yang berasal dari otot sfingter ani internal
dan otot longitudinal. Di dalam setiap bantalan terdapat pleksus vena yang
mendapat suplai dari arteriovenous communication. Struktur vaskular yang
spesial ini memungkinkan pembesaran bantalan untuk mempertahankan
kontinensia. Pada orang sehat, ketiga bantalan tersebut terlihat pada posisi kanan
depan, kanan belakang, dan di lateral kiri. Sehingga, penyakit hemoroid juga
sering terdapat pada ketiga posisi primer ini, walaupun hemoroid yang lebih kecil
bisa terdapat juga di antara ketiga posisi primer tersebut.2
Pemecahan
jaringan
ikat
yang
mendukung
bantalan
anal
kanal
Klasifikasi
Secara umum hemoroid dibagi menjadi dua, yaitu hemoroid internal dan
eksternal. Hemoroid internal berasal dari pleksus vena hemoroidal interna di atas
linea dentata yang dilapisi oleh sel epitel kolumner, sedangkan eksternal hemoroid
berasal dari pleksus vena hemoroidal eksternal di bawah linea dentata yang
dilapisi oleh sel epitel gepeng yang kaya inervasi. Selanjutnya hemoroid internal
juga diklasifikasikan berdasarkan derajat prolapsnya, walaupun derajat prolapsnya
tidak mencerminkan keparahan keluhan pasien. Hemoroid derajat I, berdarah tapi
tanpa disertai prolapse. Hemoroid derajat II, prolapse saat mengedan dan
membaik secara spontan. Hemoroid derajat III, prolapse saat mengedan dan
membutuhkan koreksi manual. Hemoroid derajat IV, prolapse dan terjerat.2
Tabel 1. Perbedaan Antara Hemoroid Internal dan Hemoroid Eksternal
No Faktor
1.
2.
3.
Hemoroid Interna
Perbedaan
Epitel
Epitel simple columnar
Drainase vena Vena Rektal Superior
Inervasi
Hemoroid eksterna
Epitel skuamus stratified
Vena Rektal Inferior
Inferior
Diinervasi oleh saraf
Faktor resiko
Faktor-faktor resiko hemoroid antara lain:
1
Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
Pekerjaan : orang yang harus berdiri, duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
Fisura
Fistula
melakukan suatu pemeriksaan terhadap anus pasien dengan cara memasukkan jari,
hal ini penting agar pasien merasa relaks. Pertama lihat dan buka pantat pasien
untuk mendapatkan visualisasi yang bagus terhadap anoderm ; ini meliputi bagian
distal anal kanal. Fisura pada anal dan perianal dermatitis (pruritus ani) mudah
dilihat tanpa pemeriksaan bagian dalam. Kemudian perhatikan dan lihat lokasi dan
ukuran dari skin tags dan lihat apakah ada atau tidak pembentukan thrombus,
kemudian lakukan RT, rasakan jika terdapat massa, tenderness, mucoid discharge
atau darah, dan rectal tone. Pastikan juga untuk palpasi prostate pada semua
pasien laki-laki. Hemoroid interna biasanya tidak teraba karena merupakan
struktur vascular yang lembut kecuali mengalami trombosis.1
Anoskopi dilaksanakan untuk melihat hemoroid interna. Prolaps bisa dilihat
ketika pasien melakukan maneuver Valsalva. Bantalan hemoroidal dapat dilihat
dengan anoskop di posisi lateral kiri, kanan depan, dan kanan belakang (Arah jam
3, jam 11, jam 7). Ukuran hemoroid, keparahan inflamasinya, dan perdarahannya
harus dinilai.1,2
Diagnosis Banding
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna
juga terjadi pada karsinoma kolorektal, penyakit divertikel, polip, kolitis ulserosa,
dan penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektal. Prolaps rektum
harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna. Kondiloma
perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari
hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat
dari trombosis hemoroid eksterna sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya
lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbai kulit, dapat
menunjukkan adanya fisura anus.6
Penatalaksanaan
2.1. Terapi non bedah
1. Terapi obat-obatan (medikamentosa)/diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat
ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buahbuahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps
oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul
dengan tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan.
Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. 6
2. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya
5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan
peradangan
steril
yang
kemudian
menjadi
fibrotik
dan
khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di
sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya
diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam
jarak waktu 2-4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh
dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan
dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7-10 hari.3,6
4. Krioterapi / bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada
sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan
yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi
melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat
dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai
secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini
lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.3
5. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak
mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid
mengempis dan akhirnya nekrosis.3
6. Infra Red Coagulation ( IRC )/Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan.3
7. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai
kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
8. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai
Bedah konvensional
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus.
10
Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung
resiko
pembentukan
jaringan
parut
sekunder
yang
biasa
menimbulkan stenosis.6
9. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka
dan dengan nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post
11
operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut
syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 14 watt. Setelah jaringan diangkat,
luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6 minggu, luka
akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan ( 7 ).
10. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids
(PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun
1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini
juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada
tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat
ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran
anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat
yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.
Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan
sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian
atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian
jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup
yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong jaringan yang berlebih
secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke
12
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
Komplikasi
Jika ditangani oleh dokter bedah yang terlatih, terjadinya komplikasi
hemoroid dapat mencapai kurang dari 5% kasus. Komplikasi hemoroid meliputi
stenosis, perdarahan, infeksi, rekuren, luka yang tidak sembuh, dan
pembentukan fistula. 1
Prognosis
Secara umum prognosis hemoroid adalah baik, episode-episode simtomatis
sering kali masih ada, tapi cukup diatasi dengan terapi konservatif. Seandainya
pun intervensi yang lebih advance diperlukan, prognosisnya masih tetap baik,
walaupun dapat terjadi rekurensi. Pada tahap awal perjalanan klinis hemoroid,
prolaps dapat dapat mengalami reduksi secara spontan. Pada tahap lanjut, prolaps
membutuhkan reduksi manual dan mungkin mengakibatkan terdinya mucus
13
discharge yang dapat menimbulkan pruritus ani. Nyeri biasanya bukan merupakan
gejala dari hemoroid interna, kecuali hemoroidnya mengalami prolaps. Nyeri
umumnya lebih berhubungan dengan trombosis hemoroid eksternal. Kematian
akibat perdarahan hemoroid adalah kejadian yang sangat jarang terjadi.1
14
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan melakukan tinjauan
terhadap data dan rekam medis pasien yang dirawat di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010.
2.
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap di
RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010
dengan diagnosa hemoroid
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang terdata (total
sampling)
3.
yaitu informasi yang tertulis dalam rekam medis pasien di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid. Pengumpulan
data dilakukan dengan mencatat informasi yang ada pada data rekam medis
pasien yang meliputi :
a. Nomor rekam medis
b. Nama pasien
c. Jenis kelamin pasien
d. Umur pasien
e. Derajat hemoroid
f. Jenis Penatalaksanaan hemoroid
4.
15
5.
Analisis Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dan
ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram, dan narasi. Persentase ini kemudian
dibahas kesesuaiannya dengan kepustakaan yang ada.
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tercatat 51 orang pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode
1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid. Sebanyak 37 data
rekam medis pasien ditemukan dan 14 data rekam medis pasien tidak ditemukan
pada Instalasi rekam Medis RSU Propinsi NTB.
4.
Tabel 4.1. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
tahun
Tahun Frekuensi
%
2007
9
25
2008
5
13.89
2009
13
36.11
2010
9
25
Total
36
100
25
20
15
10
13
9
9
5
5
0
2007
2008
2009
2010
Grafik 4.1. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
tahun
Dari Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 diatas, jumlah dan persentase pasien yang
dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan
diagnosa hemoroid terbanyak pada tahun 2009 yakni 13 (36,11%) orang kemudian
17
pada tahun 2007 dan 2010 sebanyak 9 (25%) orang. Pada tahun 2008 terdapat 5
(13,89%) orang yang dirawat inap dan didiagnosa dengan hemoroid.
5.
Tabel 4.2. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
%
Laki-laki
26
70.27
Perempuan
11
29.73
Total
37
100
40
35
30
26
25
20
15
11
10
5
0
Laki-laki
Perempuan
Grafik 4.2. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
jenis kelamin
Terdapat selisih antara pasien laki-laki dan pasien perempuan yang dirawat
inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan
diagnosa hemoroid sebesar 15 (40.54%) orang. Pasien laki-laki yang yang dirawat
inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan
diagnosa hemoroid berjumlah 26 (70.27%) orang sedangkan pasien wanita
berjumlah 11 (29.73%) orang.
6.
Tabel 4.3. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi
NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid
berdasarkan tahun dan jenis kelamin
Jenis Kelamin
2007
2008
2009
2010
Jumla
Jumla
Jumla
h
%
Jumlah %
h
%
h
%
18
Laki-laki
Perempuan
77.7
8
22.2
2
Total
100
80
10
76.92
55.56
20
10
0
23.08
44.44
13
100
100
18
16
14
12
10
10
8
3
1
0
2007
2008
2009
2010
Grafik 4.3. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
tahun dan jenis kelamin
Pada Tabel 4.3 dan Grafik 4.3 diatas terlihat bahwa terjadi trend peningkatan
pasien perempuan yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari
2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid. Pada tahun 2007 jumlah pasien
perempuan sebanyak 2 (22,22%) orang meningkat menjadi 4 (44,44%) orang pada
tahun 2010. Sedangkan pada pasien laki-laki yang dirawat inap dengan diagnosa
hemoroid terjadi tren penurunan. Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 7 (77.78%)
orang menurun menjadi 5 (55.56%) orang pada tahun 2010.
7.
Tabel 4.4. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
umur
Umur
Jumlah %
<20
4
10.81
20-50
18
48.65
>50
15
40.54
19
Total
37
100
25
20
18
15
15
10
5
0
<20
20-50
>50
Grafik 4.4. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
umur
Tabel 4.4 dan Grafik 4.4 diatas memperlihatkan bahwa jumlah pasien yang
dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan
diagnosa hemoroid sebagian besar berusia 20-50 tahun (48,65%). Sebanyak
40,54% pasien berusia >50 tahun dan 10,81% berusia < 20 tahun.
8.
Tabel 4.5. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
penatalaksanaan yang diberikan
Penatalaksanaan
Konservatif
hemoroidektomi
White Open
Kolonoskopi
Total
Jumlah %
20
54.05
14
37.84
2
5.41
1
2.70
37
100.00
20
25
20
20
14
15
10
5
White Open
Kolonoskopi
0
Konservatif
hemoroidektomi
Tabel 4.5. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
penatalaksanaan yang diberikan
Tabel 4.5 dan Grafik 4.5 diatas memperlihatkan bahwa penatalaksanaan pasien
yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010
dengan diagnosa hemoroid sebanyak 20 (54.05%) orang dengan cara konservatif
dan 14 (37.84%) dengan hemoroidektomi, pasien yang ditangani dengan teknik
white open sebanyak 2 (5.41%), sedangkan kolonoskopi sebanyak 1 (2.70%).
Penatalaksanaan
Konservatif
Hemoroidektomi
White Open
Kolonoskopi
Total
Jumlah %
20
54.05
14
37.84
2
5.41
1
2.70
37
100.00
21
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara deskripsi retrospektif, Tercatat
51 orang pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007
30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid. Sebanyak 37 data rekam medis
pasien ditemukan dan 14 data rekam medis pasien tidak ditemukan pada
Instalasi rekam Medis RSU Propinsi NTB. Jumlah pasien terbanyak pada tahun
2009 sebanyak 13 pasien. Sedangkan jumlah pasien paling sedikit pada tahun
2008 sebanyak 5 orang.
Dari total pasien hemoroid yang terdata selama periode 1 Januari 2007
30 Juni 2010 di RSU Provinsi NTB, sebanyak 20 (54.05%) pasien dilakukan
tindakan konservatif dan 14 (37.84%) dengan hemoroidektomi, pasien yang
ditangani dengan teknik white open sebanyak 2 (5.41%), sedangkan kolonoskopi
sebanyak 1 (2.70%). Banyaknya pasien yang seharusnya dilakukan tindakan
operatif namun mendapatkan terapi konservatif dapat dikarenakan beberapa macam
hal antara lain : biaya, persetujuan pihak keluarga yang lain, psikologis pasien untuk
menjalankan tindakan operasi.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Thornton SC. Hemorrhoids. Available at: www.emedicine.com. Last update:
August 19, 2008. Acces at: November 18, 2008.
2. Nisar PJ, Scholefield JH. Managing Haemorrhoids. BMJ 2003;327;847-851
3. Johnson JG. Anorectal Disease. In: Clinical Management Diagnosis and
Therapy. 2008
4. Orlay
G.
Haemorrhoids,
Review.
Australian
Family
Phisician
2003;32;7;523-526
5. Jong WD. Usus halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2, diterjemahkan oleh: Sjamsuhidajat R 2005:672-675
6. Hardy A, Chan CLH, Cohen CRG. The Surgical Management Of
Haemorrhoids, A Review. Digestive Surgery 2005;22:26-33
7. Linchan W.M,1994, Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 5659.
8. McArthur DR, Badiani S, Karandikar S. Current Trends In The Management
Of Haemorrhoids. Bombay Hospital Journal 2008;50;3:343-348
23