Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
3. Latar Belakang
Hemoroid merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Hingga
saat ini banyak orang yang salah mengerti tentang hemoroid serta masalahmasalah kesehatan yang berhubungan dengan hemoroid. Hemoroid dikenal
dengan banyak istilah. Kata hemoroid sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu
haem : darah dan rhoos : mengalir, jadi semua perdarahan yang ada di anus
disebut hemoroid. Sedangkan di Amerika dan Inggris memakai istilah piles yang
berasal dari bahasa Latin yang berarti bola. Istilah lain yang juga sering digunakan
adalah ambeien yang berasal dari bahasa Belanda. Sedangkan di Indonesia sendiri
istilah yang paling sering digunakan adalah wasir yang pada orang awam
mempunyi arti berak darah.
Hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih termasuk
salah satu penyakit yang umum ditemukan. Di Amerika Serikat, hemoroid
ditemukan dengan jumlah kasus meliputi 4,4% dari seluruh penduduk.1,2,3
Frekuensi pasti dari hemoroid sulit diketahui. Seseorang yang menderita hemoroid
cenderung malu mengutarakan penyakitnya dan takut membayangkan tindakan
yang akan dilakukan dokter.
Sepuluh juta orang di Amerika Serikat memiliki penyakit hemoroid, dengan
prevalensi lebih dari 4% dan lebih dari sepertiga orang yang mengidap hemoroid
tersebut mencari pengobatan medis, sehingga setiap tahunnya ada satu setengah
juta resep yang dikeluarkan oleh dokter untuk pasien hemoroid.1
Gejala yang muncul akibat hemoroid sangat mirip dengan gejala
karsinoma kolorektal. Oleh karena itu, pasien yang datang dengan keluhan
hemoroid, harus mendapatkan pemeriksaan yang adekuat untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya karsinoma kolorektal, selain untuk menegakkan diagnosis
dan klasifikasi serta derajat hemoroid, untuk dapat menentukan penanganan
yang tepat bagi pasien. 1
Gejalanya hemoroid dapat hilang timbul dan pada sebagian besar kasus
gejala hemoroid dapat hilang dalam beberapa hari saja. 4 Menurut anatomi atau

letaknya, hemoroid dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu hemoroid interna


dan hemoroid eksterna. Batas antara interna dan eksterna adalah suatu garis pada
anus yang disebut linea dentata atau pectinate line. Linea dentata adalah garis
pertemuan antara permukaan usus besar di sisi dalam dan permukaan kulit di sisi
luar. Jika benjolan berasal dari atas linea dentata, maka hemoroidnya termasuk
hemoroid interna. Sebaliknya jika benjolan berasal dari bawah linea dentata,
hemoroidnya termasuk hemoroid eksterna.4
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar
35% penduduk baik pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan
yang sangat tidak nyaman. 1 Hemoroid umum diderita oleh umur 50, gejala umum
yang sering diderita adalah adanya rasa gatal, terbakar, pendarahan dan terasa
menyakitkan.2
Hemoroid juga sering ditemukan pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen
yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya
perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan
wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer
yang akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan.3
1.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi dan kajian yang dilakukan dari literaturliteratur yang terdahulu maka masalah yang akan diteliti meliputi hal-hal sebagai
berikut :
1

Bagaimana gambaran insidensi Hemoroid di RSU Provinsi NTB periode 1

Januari 2007 30 Juni 2010?


Bagaimana kecenderungan insidensi Hemoroid di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010?

1.2. Tujuan Penelitian


3

Mengetahui gambaran insidensi Hemoroid di RSU Provinsi NTB periode 1

Januari 2007 30 Juni 2010?


Mengetahui kecenderungan insidensi Hemoroid di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010?

1.3. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu bagi para
pembaca, menjadi sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut di RSU Provinsi
NTB khususnya maupun rumah sakit lainnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan
atau penyulit, diperlukan tindakan.5
Etiopatogenesis
Anal kanal adalah saluran yang dilapisi oleh tiga bantalan (cushion)
fibrovaskular dari jaringan submukosa. Bantalan tersebut digantungkan di dalam
anal kanal oleh kerangkan jaringan ikat yang berasal dari otot sfingter ani internal
dan otot longitudinal. Di dalam setiap bantalan terdapat pleksus vena yang
mendapat suplai dari arteriovenous communication. Struktur vaskular yang
spesial ini memungkinkan pembesaran bantalan untuk mempertahankan
kontinensia. Pada orang sehat, ketiga bantalan tersebut terlihat pada posisi kanan
depan, kanan belakang, dan di lateral kiri. Sehingga, penyakit hemoroid juga
sering terdapat pada ketiga posisi primer ini, walaupun hemoroid yang lebih kecil
bisa terdapat juga di antara ketiga posisi primer tersebut.2
Pemecahan

jaringan

ikat

yang

mendukung

bantalan

anal

kanal

menyebabkan terjadinya penurunan/kemerosotan bantalan. Hal ini terjadi seiring


dengan umur yang menyebabkan kelemahan struktur jaringan ikat dan akibat
mengedan karena kotoran yang keras. Mengedan mengakibatkan peningkatan
tekanan vena kemudian menimbulkan prolapse bantalan. Pada bantalan yang
prolapse terjadi gangguan venous return, sehingga mengakibatkan dilatasi pleksus
dan stasis vena. Inflamasi terjadi akibat erosi epitel bantalan, yang akhirnya dapat
menimbulkan perdarahan.2
Hemoroid terjadi dari perubahan patologis pada bantalan anal kanal (anal
cushion) yang mengalami prolapse. Makanisme ini disebut sebagai Sliding Anal
Lining Theory (Teori pergeseran lapisan anus) dan menggantikan gagasan bahwa
hemoroid merupakan suatu bentuk varises.2

Klasifikasi

Secara umum hemoroid dibagi menjadi dua, yaitu hemoroid internal dan
eksternal. Hemoroid internal berasal dari pleksus vena hemoroidal interna di atas
linea dentata yang dilapisi oleh sel epitel kolumner, sedangkan eksternal hemoroid
berasal dari pleksus vena hemoroidal eksternal di bawah linea dentata yang
dilapisi oleh sel epitel gepeng yang kaya inervasi. Selanjutnya hemoroid internal
juga diklasifikasikan berdasarkan derajat prolapsnya, walaupun derajat prolapsnya
tidak mencerminkan keparahan keluhan pasien. Hemoroid derajat I, berdarah tapi
tanpa disertai prolapse. Hemoroid derajat II, prolapse saat mengedan dan
membaik secara spontan. Hemoroid derajat III, prolapse saat mengedan dan
membutuhkan koreksi manual. Hemoroid derajat IV, prolapse dan terjerat.2
Tabel 1. Perbedaan Antara Hemoroid Internal dan Hemoroid Eksternal
No Faktor
1.
2.

3.

Hemoroid Interna

Perbedaan
Epitel
Epitel simple columnar
Drainase vena Vena Rektal Superior

Inervasi

Hemoroid eksterna
Epitel skuamus stratified
Vena Rektal Inferior

menuju ke Sistem Portal

menuju ke Vena Cava

Tidak diinervasi oleh saraf

Inferior
Diinervasi oleh saraf

sensoris somatik sehingga

kutaneus (saraf pudendal

tidak menyebabkan nyeri

dan sakral pleksus)

Faktor resiko
Faktor-faktor resiko hemoroid antara lain:
1

Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus


hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.

Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.

Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis

Pekerjaan : orang yang harus berdiri, duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.

Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra


abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.

Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.

Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita


sirosis hepatis

Gambaran Klinis dan Diagnosis


Hemoroid internal umumnya tidak menyebabkan nyeri, tapi lebih kepada
perdarahan warna merah segar per rektum, mucous discharge, dan sensasi rektum
penuh atau tidak nyaman. Kadang-kadang hemoroid internal akan mengalami
prolapse ke dalam anal kanal, terjerat, trombosis, dan nekrosis. Pada keadaan ini
pasien mungkin mengeluhkan nyeri. Inspeksi perineum mungkin memperlihatkan
gambaran perineum normal, udem di dekat hemoroid yang terlibat, tampak
prolapse hemoroid, atau hemoroid yang edematous, gangrenosa, dan terjerat.
Anoskopi mungkin menunjukkan jaringan dengan tanda-tanda dilatasi vaskular
kronik, mobile, dan squamous metaplasia.3
Hemoroid eksternal mungkin terjadi tiba-tiba dari trombus intravaskular
akut. Hal ini berhubungan dengan onset akut nyeri ekstrem di daerah perianal.
Nyeri umumnya mencapai puncak dalam 48jam. Episode trombosis berulang
dapat mengakibatkan perluasan kulit di atasnya, yang terlihat sebagai skin tag
pada pemeriksaan fisik. Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis akut
terlihat sebagai masa perianal yang berwarna keunguan, edematosa, tegang, dan
sangat nyeri. Trombus dapat menyebabkan iskemia dan nekrosis kulit di atasnya,
sehingga menimbulkan perdarahan.3
Pada pemeriksaan fisik terhadap hemoroid terdiri dari :
1. Inspeksi rectum
2. Digital Rectal Examination atau Rectal Toucher (RT)
3. Anoskopi atau Proktosigmoidoskopi (jika diperlukan)
Posisi yang digunakan dalam pemeriksaan terhadap pasien adalah posisi
Left Lateral Decubitus poistion (LLD) dengan lutut pasien difleksikan menuju ke
dada. Penggunaan anastesi topikal (20% Benzokain atai 5% Lidokain jelly) bisa
menolong untuk menurunkan rasa tidak nyaman pada saat pemeriksaan. Ingat
juga untuk menggunakan pencahayaan yang baik.1
Penemuan penting dari bagian luar rektum meliputi :1

Redundant Tissue atau jaringan yang berlebihan

Skin tags dari hemoroid eksterna trombosis lama

Fisura

Fistula

Tanda infeksi dan pembentukan abses

Prolaps rektal atau hemoroidal, yang muncul kebiru-biruan, massa perianal


yang lembut.
Saat melakukan Rectal Toucher (RT), ingatkan pasien bahwa kita akan

melakukan suatu pemeriksaan terhadap anus pasien dengan cara memasukkan jari,
hal ini penting agar pasien merasa relaks. Pertama lihat dan buka pantat pasien
untuk mendapatkan visualisasi yang bagus terhadap anoderm ; ini meliputi bagian
distal anal kanal. Fisura pada anal dan perianal dermatitis (pruritus ani) mudah
dilihat tanpa pemeriksaan bagian dalam. Kemudian perhatikan dan lihat lokasi dan
ukuran dari skin tags dan lihat apakah ada atau tidak pembentukan thrombus,
kemudian lakukan RT, rasakan jika terdapat massa, tenderness, mucoid discharge
atau darah, dan rectal tone. Pastikan juga untuk palpasi prostate pada semua
pasien laki-laki. Hemoroid interna biasanya tidak teraba karena merupakan
struktur vascular yang lembut kecuali mengalami trombosis.1
Anoskopi dilaksanakan untuk melihat hemoroid interna. Prolaps bisa dilihat
ketika pasien melakukan maneuver Valsalva. Bantalan hemoroidal dapat dilihat
dengan anoskop di posisi lateral kiri, kanan depan, dan kanan belakang (Arah jam
3, jam 11, jam 7). Ukuran hemoroid, keparahan inflamasinya, dan perdarahannya
harus dinilai.1,2
Diagnosis Banding
Perdarahan rektum yang merupakan manifestasi utama hemoroid interna
juga terjadi pada karsinoma kolorektal, penyakit divertikel, polip, kolitis ulserosa,
dan penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektal. Prolaps rektum
harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna. Kondiloma
perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari
hemoroid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat
dari trombosis hemoroid eksterna sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya

lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbai kulit, dapat
menunjukkan adanya fisura anus.6
Penatalaksanaan
2.1. Terapi non bedah
1. Terapi obat-obatan (medikamentosa)/diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat
ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buahbuahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps
oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul
dengan tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan.
Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. 6
2. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya
5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam
jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan

peradangan

steril

yang

kemudian

menjadi

fibrotik

dan

meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan


dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada
tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam
prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan
bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif
untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih
parah atau prolaps.4,6
3. Ligasi dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan
ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator

khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di
sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya
diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam
jarak waktu 2-4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh
dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan
dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7-10 hari.3,6
4. Krioterapi / bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada
sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan
yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi
melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat
dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai
secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini
lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.3
5. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak
mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid
mengempis dan akhirnya nekrosis.3
6. Infra Red Coagulation ( IRC )/Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang
sedang mengalami perdarahan.3
7. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai
kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
8. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai

penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi


dengan diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi
elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan.
Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan.3
2.2. Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan
dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara
terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang
mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan
hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang
hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat
mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi
tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus
mukosa.4,7
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
(menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong)
dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
1

Bedah konvensional

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :


a.

Teknik Milligan Morgan


Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini

dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus.

10

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi


elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa
rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit
daripada mengambil terlalu banyak jaringan.7
b.

Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu

dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari


submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
c.

Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.

Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung

resiko

pembentukan

jaringan

parut

sekunder

yang

biasa

menimbulkan stenosis.6
9. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional,
hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka
dan dengan nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post
11

operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut
syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 14 watt. Setelah jaringan diangkat,
luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6 minggu, luka
akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan ( 7 ).
10. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids
(PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun
1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini
juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada
tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat
ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran
anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat
yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.
Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan
sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian
atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian
jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup
yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong jaringan yang berlebih
secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke

12

jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan


sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan
dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20- 45 menit,
pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.3,8,9
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
1.

Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan


mengakibatkan kerusakan dinding rektum.

2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
Komplikasi
Jika ditangani oleh dokter bedah yang terlatih, terjadinya komplikasi
hemoroid dapat mencapai kurang dari 5% kasus. Komplikasi hemoroid meliputi
stenosis, perdarahan, infeksi, rekuren, luka yang tidak sembuh, dan
pembentukan fistula. 1
Prognosis
Secara umum prognosis hemoroid adalah baik, episode-episode simtomatis
sering kali masih ada, tapi cukup diatasi dengan terapi konservatif. Seandainya
pun intervensi yang lebih advance diperlukan, prognosisnya masih tetap baik,
walaupun dapat terjadi rekurensi. Pada tahap awal perjalanan klinis hemoroid,
prolaps dapat dapat mengalami reduksi secara spontan. Pada tahap lanjut, prolaps
membutuhkan reduksi manual dan mungkin mengakibatkan terdinya mucus

13

discharge yang dapat menimbulkan pruritus ani. Nyeri biasanya bukan merupakan
gejala dari hemoroid interna, kecuali hemoroidnya mengalami prolaps. Nyeri
umumnya lebih berhubungan dengan trombosis hemoroid eksternal. Kematian
akibat perdarahan hemoroid adalah kejadian yang sangat jarang terjadi.1

14

BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan melakukan tinjauan
terhadap data dan rekam medis pasien yang dirawat di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010.
2.

Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap di
RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010
dengan diagnosa hemoroid

Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang terdata (total
sampling)

3.

Cara Pengumpulan Data Penelitian


Pada penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah data sekunder,

yaitu informasi yang tertulis dalam rekam medis pasien di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid. Pengumpulan
data dilakukan dengan mencatat informasi yang ada pada data rekam medis
pasien yang meliputi :
a. Nomor rekam medis
b. Nama pasien
c. Jenis kelamin pasien
d. Umur pasien
e. Derajat hemoroid
f. Jenis Penatalaksanaan hemoroid
4.

Definisi Operasional Variabel Penelitian


Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak

merupakan kelainan patologik

15

5.

Analisis Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif dan

ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram, dan narasi. Persentase ini kemudian
dibahas kesesuaiannya dengan kepustakaan yang ada.

16

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Tercatat 51 orang pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode
1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid. Sebanyak 37 data
rekam medis pasien ditemukan dan 14 data rekam medis pasien tidak ditemukan
pada Instalasi rekam Medis RSU Propinsi NTB.
4.

Distribusi Pasien Berdasarkan Tahun

Tabel 4.1. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
tahun
Tahun Frekuensi
%
2007
9
25
2008
5
13.89
2009
13
36.11
2010
9
25
Total
36
100
25
20
15
10

13
9

9
5

5
0
2007

2008

2009

2010

Grafik 4.1. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
tahun
Dari Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 diatas, jumlah dan persentase pasien yang
dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan
diagnosa hemoroid terbanyak pada tahun 2009 yakni 13 (36,11%) orang kemudian

17

pada tahun 2007 dan 2010 sebanyak 9 (25%) orang. Pada tahun 2008 terdapat 5
(13,89%) orang yang dirawat inap dan didiagnosa dengan hemoroid.
5.

Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
%
Laki-laki
26
70.27
Perempuan
11
29.73
Total
37
100
40
35
30

26

25
20
15

11

10
5
0
Laki-laki

Perempuan

Grafik 4.2. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
jenis kelamin
Terdapat selisih antara pasien laki-laki dan pasien perempuan yang dirawat
inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan
diagnosa hemoroid sebesar 15 (40.54%) orang. Pasien laki-laki yang yang dirawat
inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan
diagnosa hemoroid berjumlah 26 (70.27%) orang sedangkan pasien wanita
berjumlah 11 (29.73%) orang.
6.

Distribusi Pasien Berdasarkan Tahun dan Jenis Kelamin

Tabel 4.3. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi
NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid
berdasarkan tahun dan jenis kelamin
Jenis Kelamin
2007
2008
2009
2010
Jumla
Jumla
Jumla
h
%
Jumlah %
h
%
h
%
18

Laki-laki

Perempuan

77.7
8
22.2
2

Total

100

80

10

76.92

55.56

20
10
0

23.08

44.44

13

100

100

18
16
14
12

10

10
8

3
1

0
2007

2008

2009

2010

Grafik 4.3. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
tahun dan jenis kelamin
Pada Tabel 4.3 dan Grafik 4.3 diatas terlihat bahwa terjadi trend peningkatan
pasien perempuan yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari
2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid. Pada tahun 2007 jumlah pasien
perempuan sebanyak 2 (22,22%) orang meningkat menjadi 4 (44,44%) orang pada
tahun 2010. Sedangkan pada pasien laki-laki yang dirawat inap dengan diagnosa
hemoroid terjadi tren penurunan. Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 7 (77.78%)
orang menurun menjadi 5 (55.56%) orang pada tahun 2010.
7.

Distribusi Pasien Berdasarkan Umur

Tabel 4.4. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
umur
Umur
Jumlah %
<20
4
10.81
20-50
18
48.65
>50
15
40.54
19

Total

37

100

25
20

18
15

15
10
5

0
<20

20-50

>50

Grafik 4.4. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
umur
Tabel 4.4 dan Grafik 4.4 diatas memperlihatkan bahwa jumlah pasien yang
dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan
diagnosa hemoroid sebagian besar berusia 20-50 tahun (48,65%). Sebanyak
40,54% pasien berusia >50 tahun dan 10,81% berusia < 20 tahun.
8.

Distribusi Pasien Berdasarkan Penatalaksanaan Hemoroid yang


diberikan

Tabel 4.5. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
penatalaksanaan yang diberikan
Penatalaksanaan
Konservatif
hemoroidektomi
White Open
Kolonoskopi
Total

Jumlah %
20
54.05
14
37.84
2
5.41
1
2.70
37
100.00

20

25
20

20
14

15
10
5

White Open

Kolonoskopi

0
Konservatif

hemoroidektomi

Tabel 4.5. Jumlah dan persentase pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB
periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid berdasarkan
penatalaksanaan yang diberikan
Tabel 4.5 dan Grafik 4.5 diatas memperlihatkan bahwa penatalaksanaan pasien
yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007 30 Juni 2010
dengan diagnosa hemoroid sebanyak 20 (54.05%) orang dengan cara konservatif
dan 14 (37.84%) dengan hemoroidektomi, pasien yang ditangani dengan teknik
white open sebanyak 2 (5.41%), sedangkan kolonoskopi sebanyak 1 (2.70%).
Penatalaksanaan
Konservatif
Hemoroidektomi
White Open
Kolonoskopi
Total

Jumlah %
20
54.05
14
37.84
2
5.41
1
2.70
37
100.00

21

BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara deskripsi retrospektif, Tercatat
51 orang pasien yang dirawat inap di RSU Provinsi NTB periode 1 Januari 2007
30 Juni 2010 dengan diagnosa hemoroid. Sebanyak 37 data rekam medis
pasien ditemukan dan 14 data rekam medis pasien tidak ditemukan pada
Instalasi rekam Medis RSU Propinsi NTB. Jumlah pasien terbanyak pada tahun
2009 sebanyak 13 pasien. Sedangkan jumlah pasien paling sedikit pada tahun
2008 sebanyak 5 orang.
Dari total pasien hemoroid yang terdata selama periode 1 Januari 2007
30 Juni 2010 di RSU Provinsi NTB, sebanyak 20 (54.05%) pasien dilakukan
tindakan konservatif dan 14 (37.84%) dengan hemoroidektomi, pasien yang
ditangani dengan teknik white open sebanyak 2 (5.41%), sedangkan kolonoskopi
sebanyak 1 (2.70%). Banyaknya pasien yang seharusnya dilakukan tindakan
operatif namun mendapatkan terapi konservatif dapat dikarenakan beberapa macam
hal antara lain : biaya, persetujuan pihak keluarga yang lain, psikologis pasien untuk
menjalankan tindakan operasi.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Thornton SC. Hemorrhoids. Available at: www.emedicine.com. Last update:
August 19, 2008. Acces at: November 18, 2008.
2. Nisar PJ, Scholefield JH. Managing Haemorrhoids. BMJ 2003;327;847-851
3. Johnson JG. Anorectal Disease. In: Clinical Management Diagnosis and
Therapy. 2008
4. Orlay

G.

Haemorrhoids,

Review.

Australian

Family

Phisician

2003;32;7;523-526
5. Jong WD. Usus halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2, diterjemahkan oleh: Sjamsuhidajat R 2005:672-675
6. Hardy A, Chan CLH, Cohen CRG. The Surgical Management Of
Haemorrhoids, A Review. Digestive Surgery 2005;22:26-33
7. Linchan W.M,1994, Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 5659.
8. McArthur DR, Badiani S, Karandikar S. Current Trends In The Management
Of Haemorrhoids. Bombay Hospital Journal 2008;50;3:343-348

23

Anda mungkin juga menyukai