Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PROFESIONALISASI GURU DAN

IMPLEMENTASI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, interaksi antara guru (pendidik) dengan peserta didik pada
dasarnya untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ada. Untuk memajukan suatu
pandidikan yang diharapkan oleh masyarakat, pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan
merupakan suatu komponen yang sangat erat hubungannya, karena ketiga komponen ini
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Pendidik merupakan tenaga yang profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.
Keterampilan dan pengimplementasian dalam profesi sangat didukung oleh teori yang telah
dipelajari khususnya dalam pengembangan kurikulum yang telah ditetapkan disekolah
masing-masing.
Jadi yang dikatakan seorang yang profesional dituntut banyak belajar dalam
mengimplementasikan pengalaman materi yang digelutinya untuk pengembangan kurikulum
yang ada disekolahnya masing-masing. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan Imu kepada
siswa dan merupakan suatu usaha untuk pencapaian tujuan pembelajaran, secara kualitatif
maupun kuantitatif.
Dengan adanya keterangan diatas, maka penulis akan mengangakat judul makalah ini
dengan tema Profesionalisasi Guru dan Implementasi dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan.

B.

Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan permasalahan yang mengangkat:

1.

Hal apa saja yang dilakukan profesionalisasi dalam mengimplementasikan pengembangan


kurikulum yang ada disekolah?

2.

Bagaimana

seorang

profesionalisasi,

kurikulum kepada peserta didik?

mengimplementasikan

dalam

pengembangan

C.

Tujuan Makalah
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini agar
para pembaca dapat memahami hal apa saja yang menyangkut keprofesional,
pengimplemantasikan terhadap pengembangan kurikullum yang ada.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Profesi Sacara Umum


Menurut Martinis Yamin (2006: 2-3) menyatakan profesi merupakan seseorang yang
menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, tehnik, dan prosedur berlandaskan
intelektualitas. Dengan demikian profesi merupakan makna, bahwa profesi yang disandang
oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan,

keterampilan, kemampuan, keahlian, dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki


perilaku suatu sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Nana. S. Sukmadinata (2006: 191) sebagai pendidik profesional, guru bukan
hanya dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan profesional.
Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah seoarang guru dapat dari usaha keras dan
keahlian yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk tujuan seorang guru dalam
mengupayakan, membimbing, melatih, dan mengajar dengan sepenuh hati untuk keinginan
dan keberhasilan peserta didik yang diterakan dalam penjelasan tujuan pendidikan. Pada
dasarnya pendidikan merupakan interaksi antar pendidik (guru) dan peserta didik (siswa)
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Seseorang guru yang dianggap profesional, yaitu guru atau pendidik yang benar-benar
melaksanakan keberhasilan peserta didik (siswa). Tugas pendidik untuk keberhasilan siswa
itu sangat berat, dengan demikian guru harus diberi kesempatan yang sebanyak mungkin
untuk mengembangkan diri dan pekerjaannya seperti mengikuti kursus, pelatihan, penataran,
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagin dan biayanya dibantu oleh pemerintah. Hal
ini semua bertujuan untuk mengutamakan kesetaraan, bahwa profesi yang diemban sebagai
guru itu sama saja dengan profesi yang lain.
B.

Konsep Profesionalisasi Guru


Menurut Martinis Yamin (2006: 4) keterampilan dalam pekerjaan profesi sangat
didukung oleh teori yang dipelajarinya. Jadi, seorang guru yang profesional dituntut banyak
belajar, membaca dan mendalami teori tenteang profesi yang digelutinya, suatu profesi
bukanlah suatu permanen, ia akan mengalami perubahan dan mengikuti perkembangan
kebutuhan manusia, oleh sebab itu penelitian terhadap suatu tugas profesi dianjurkan,
didalam kegunaan dikenal dengan penelitian action research.
Menurut Nana. S. Sukmadinata (2006: 191) sebagai pendidik profesional, guru bukan
sja dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga memiliki pengetahuan dan
kemampuan profesional. Dalam diskusi pengembangan modal pendidikan profesional tenaga
kependidikan, yang dselenggarakan PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri sutu
profesi, Yaitu:

1.

Memiliki fungsi dan signifikan social

2.

Memiliki keahlian/ keterampilan tertentu

3.

Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah

4.

Didasarkan atas disiplin ilmu ang jelas

5.

Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama

6.

Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesinal

7.

Memiliki kode etik

8.

Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkup


kerjanya

9.

Memiliki tanggung jawab profesional dan otanani

10. Ada pengetahuan dan masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.
Dari perjalanan uraian diatas, meskipun bahan banyak seorang pendidik melakukan
atau menerapkan itu semua pada peserta didik, namun usaha untuk berupaya untuk
meningkatkan keberhasilan peserta didik selalu digalakkan.
Secara konseptual, bentuk kerja guru menurut, Depdiknas (1980) telah merumuskan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokan atas tiga dimensi
umum keterampilan, yaitu :
1.

Kemampuan profesional mencangkup :

a.

Penguasaan materi pelajaran, mencangkup bahan yang akan digagaskan dan dasar
keilmuan dari bahan pembelajaran tersebut.

b.

Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan keperguruan.

c.

Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa

2.

Kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri deng tuntutan kerja dan
lingkungan sekitar

3.

Kemampuan personal (pribadi) mencakup:

a)

Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap
keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

b)

Pemahaman, penghayatan, dan penampilan-penampilan nilai yang selayaknya dianut oleh


seorang guru.

c)

Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para
siswanya.

C.

Syarat-Syarat Menjadi Guru Profesional


Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang seperti yang dibayangkan
oleh banyak orang, dengan bermodal penguasaan materi dan penyampaiannya kepada siswa
sudah cukup, namun hal ini belumlah dapat dikatakan sebagai guru yang profesional, maka
harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga
kode eitk guru, dan lain sebagainya.

Oemar Hamalik dalam bukunya proses belajar-mengajar (2001: 16), guru profesional
harus dapat memiliki persyaratan, yang meliputi:
1.

Memilik bakat seorang guru

2.

Memiliki keahlian seorang guru

3.

Memiliki keahlian sebagai guru yang baik dan teritregasi

4.

Memiliki mental yang sehat

5.

Berbadan sehat

6.

Memilki pengalaman dan penetahuan luas

7.

Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila

8.

Guru adalah seorang warga Negara yang baik

D.

Guru Profesional Dan Kurikulum


Didalam dunia pendidikan guru tidak hanya bermodal pengalaman, pengetahuan
akademis, akan tetapi juga keterampilan (skiil). Kurikulum mengundang muatan akademis,
namun penerapannya berdasarkan teknis dan membutuhkan banyak pengalaman. David Berlo
(dalam Abitar, 1989: 9) guru sebagai sumber dalam menyampaikan pesan kepada audiens
harus memiliki keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, dan memperhatikan kontek
sosial budaya.
Disamping itu guru juga memiliki kesepakatan terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi dalam dunia pendidikan,seperti perubahan kurikululum satu kali dalam 10 tahun. Dan
guru juga diminta untu cepat beradaptasi dengan perubahan itu dengan cara penataran,
workshop, dan belajar dengan teman se-profesi.
Menurut Martinus Yamin (2006: 49) guru menerapkan kurikulum yang telah
dirancang oleh pemerintah dan instansi, dan mereka harus mampu mengajarkannya walaupun
kurikulum baru berbeda dengan kurikulum sebelumnya, hal ini terjadi karena pengaruh
penilaian kemajuan zaman dan untuk kecerdasan peserta didik sendiri dalam pengembangan
pembelajaran.
Dilihat dari perkembangan kurikulum yang ada di Indonesia, menurut Kenandan
(2007: 107) dalam perjalanan detik pendidikan diIndonesia telah menerapkan enam
kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,
kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetisi (meski belum sempat disahkan oleh
pemerintah, tetapi sempat berlaku dibeberapa sekolah piloting project), dan terakhir sampai
sekarang kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh pemerintah
melalui Permendiknas nomor 22 tentang standar isi, permen nomor 23 tentang standar
kelulusan dan permen nomor 24 tentang pelaksanaan kedua permen tersebut.

Terjadinya pengembangan kurikulum dapat dikonsepsikan sebagai suatu siklus


lingkaran yang dimulai analisis mengenai maksud didirikannya sekolah. Kurikulum standar
kompetensi menentukan prioritas yang tepat, dan menmencamkan bentuk konsep program
yang merupakan bagian dari pengembangan kurikulum. Dan dengan pengembangan
kurikulum juga dituntut menerapkan da mengatur perubahan yang ada.
Dan adanya perkembangan kurikulum, guru dituntut harus cekatan dan tanggap
karena guru bekerja dikelas dituntut untuk menyampaikan kurikulum real, guru merupakan
pengontorl kualitas belajar mulai dari awal sampai berakhirnya pelajaran, dan berguna juga
untuk terciptanya life skiil dikalangan siswa.
Sebagai guru yang profesionalis, maka guru harus dapat mengetahui prinsip
pengembangan kurikulum dan prinsip pelaksana kurikulum.
1.

Prinsip Pengembangan Kurikulum


Menurut Kunandar (2007: 139-141) pengembangan kurikulum dijenjang sekolah
dasar sampai sekolah menengah yang dikemangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan standar isi, serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat BSNP, HARUS didasarkan perinsip-perinsip sebagai berikut:

a)

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.

b)

Beragam dan terpadu

c)

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

d)

Rayuan dengan kebutuhan kehidupan

e)

Menyeluruh dan berkesinambungan

f)

Belajar sepanjang hayat

g)

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

2.

Perinsip Kurikulum
Menurut Kunandar (2007: 142-143) dalam pelaksanaan kurikulum disetiap kesatuan
pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a)

Pelaksanaan kurikulum berdasarkan pada potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang berguna baginya.

b)

Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:

1)

Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2)

Belajar untuk memahami dan menghayati

3)

Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif

4)

Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain

5)

Belajar untuk membangun dan menemukan jati dirinya, melalui proses pembelajaran yang
efektif, kreatif, aktif, dan menyenangkan

c)

Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang baik

d)

Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan bersifat membangun

e)

Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia,


yang sumber belajar bersifat keteknoloian.

f)

Kurkulum dlaksanakan dengan mendayagunakan, kondisi alam, sosial, dan budaya, serta
kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidik dengan muatan seluruh bahan kajian secara
optimal

g)

Kurikulum dilaksanakan berdasarkan komponen-komponen kurikulum yang ada.

E.

Peranan Guru Dalam Pengembangan Kurikulum


Menurut Nana S Sukmadinata (2006: 198) dilihat dari segi pengeluarannya,
pengembangan kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi dan desintralisasi.
Dalam pengembangan kurikulu, yang sentralisasi bersifat uniform untuk seluruh Negara,
daerah atau jenjang jenis sekolah.
Di Indonesia dewasa ini terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
digunakan modal ini. Kurikulum untuk sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama,
sekolah menengah umum, dan sekolah menengah kejuruan pada prinsipnya sama.

1.

Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi


Menurut Nana S. sukmadinata (2006: 200) dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi.
Guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan evaluasi kurikulum yang bersifat
makro disusun okeh tim atau komisi khusus, yang terdiri atas para ahli, guru menyusun
kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, satu catur wulan,
beberapa minggu atau berberapa teori saja, hal ini juga disebut dengan satuan pelajaran.
Program tahunan, semesteran, satu catur wulan, ataupun satuan pelajaran, metode dan media
pembelajaran, dan evaluasi, hanya keluasan dan kedalamanya berbeda-beda.
Dengan adanya penjelasan diatas jelaslah menjadi tugas gurulah menyusun dan
memutuskan tujuan yang tepat, memilih dan menyusun tahap pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak memiliki metode dan media
mengajar yang bervariasi, serta menyusun program dan alat evaluasi yang tepat. Suatu
kurikulum tersusun secara sistematis akan memudahkan dalam pengimplementasiannya,
implementasi kurikulum hampir seluruhnya tergantung pada kreativitas, kecakapan,
kesungguhan dan ketekunan guru. Guru hendaknya

2.

Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat disentralisasi


Menurut Nana. S Sukmadinata (2006: 201) kurikulum disentralisasi disusun oleh
sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah. Pengembangan
kurikulum semacam ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta
kemampuan. Sekolah atau sekolah-sekolah tersebut.
Kurikulum disentralisasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan-kelebihannya meliputi:

a)

Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat

b)

Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan profesional,
finannsial, maupun managerial.

c)

Disusun

oleh

guru-guru

sendiri

dengan

demikian

sangat

memudahkan

dalam

pelaksanaannya.
d)

Ada motivasi kepada sekolah (kepala sekolah, guru) untuk mengembangkan diri, mencari
dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam
kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
Beberapa kelemahan bentuk kurikulum ini, adalah:

a)

Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan
nasional, bentuk ini kurang tepat.

b)

Tidak adanya standar penilaian yang sama,

c)

Adanya kesulitan bila terjadinya siswa pindahan siswa kesekolah.

d)

Sukar untuk mengelola dan penilaian secara nasional.

e)

Belum semua sekolah (daerah) mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan
kurikulum sendiri.

F.

Implementasi guru terhadap kurikulum


Menurut Oemar Hamalik (2008: 237) implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga
membentuk dampak, baik berupa perbuahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai sikap.
Sedangakan kurikulum menurut M. Joko Susilo (2007: 77) jangka waktu pendidikan
yang harus ditempati oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
Jadi implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktuyalisasi kurikulum
tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran.
Berdasarkan dari penjelasan diatas, jelaslah bahwa implementasi kurikulum adalah
penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap
sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pealaksanaan dengan pengelolaan, sambil

sementara dilaksanakan penyesuaian terhadap ortuasi lapangan dan karakteristik peserta didik
, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.
1.

Tahap-Tahap Implementasi Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik (2008: 238) implementasi kurikulum mencangkup tiga halaman
pokok, yaitu:
a)

Pengembangan program mencakup program tahunan, semester, atau catur wulan, bulanan,
mingguan, harian, dan ada juga bimbingan konseling.

b)

Pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses intelektual antara


peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan prilaku yang lebih baik.

c)

Evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan sepanjang kurikulum berjalan.


2.

Faktor yang mempengaruhi kurikulum

Adapun faktor yang mempengaruhi yaitu:


a)

Karakteristik kurikulum, yang mencangkup ruang lingkup bahan ajar, tujuan, fungsi, sifat,
dan sebagaiannya.

b)

Strategi implementasi yaitu strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kuriulum.

c)

Karakteristik penyusunan kurikulum, meliputi pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai


sikap guru terhadap implementasi kurikulum dalam pembelajaran.
3.

Prinsip-Prinsip Implementasi Kurikulum

Dalam implementasi kurikulum, terdapat beberapa prinsip yang menunjang tercapainya


keberhasilan, yaitu:
a)

perolehan kesempatan yang sama

b)

berpusat pada anak didik

c)

menggunakan pendekatan dan kemitraan

d)

kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan.


Dari keempat prinsip diatas pada dasarnya ingin menciptakan atau pelaksanaan dalam
pengembangan kurikulum yang dilakukan guru untuk memperoleh hasil pembelajaran yang
menandai baik secara efektif, kejuritif dan psikomentarinya.
4.

Unsur-Unsur Implementasi Kurikulum

Menurut Oemar Hamalik (2008: 241-244) dalam implementasi kurikulum , terdapat berbagai
unsur terkait sebagai berikut:
a)

Pelaksanaan kurikulum

pelaksanaan kurikulum menempatkan prinsip-prisip kesatuan dalam kebijakan dan


keberagaman dalam pelaksanaan standar nasional disusun oleh pusat, dan cara
pelaksanaannya disesuaikan dengan masing-masing daerah atau sekolah.
b)

Bahasa pengantar
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara menjadi pengantar dalam kegiatan pembelajaran,
namun jika diperlukan bahasa dan juga bias digunakan sebagai pengantar.

c)

Hari belajar
Jumlah hari belajar dalam satu tahun pelajaran adalah 204 sampai 240 hari, jumlah minggu
efektifnya adalah 34 sampai 40 hari, dan pengaturannya berdasarkan semesteran.

d)

Kegiatan kurikulum
Kegiatan kurikulum dikelompokan menjadi kegiatan intrakurikulum dan ekstrakurikulum.

e)

Tenaga kependidikan
Guru diharuskan mempunyai kualifikasi dan kompetensi khusus untuk menunjang
pencapaian kompetensi lulusan pada satuan pendidikan.

f)

Sarana dan prasarana pendidikan


Pelaksanaan pembelajaran menggunakan sumber belajar, buku, dan alat pembelajaran yang
disediakan pemerintah dan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang
dimiliki.

g)

Remedial, pengayaan dan percepatan belajar


Sekolah memberikan layanan bagi peserta didik yang mendapat kesulitan belajar melalui
kegiatan remedial.

h)

Bimbingan dan konseling


Sekolah memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik dalam konteks
pengembangan kepribadian, sosial, karier dan belajar lanjutan.

i)

Pengembangan dan penyusunan silabus


Diberbagai daerah, sekolah mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing, tetapi tetap dengan komisi standar kopetensi.

j)

Pengelolaan kurikulum
Pengelolaan kurikulum disekolah dilakukan dengan memgunakan seluruh unsure
penyelenggra pendidikan, komite sekolah, dewan pendidikan,serta dunia usaha dan industri
dengan kondisi, kebutuhan, dan potensi untuk mewujudkan pencapaian standar kompetensi

k)

Sekolah bertaraf nasional


Sekolah ini diberikan untuk menghasilkan lulusan yang mampu bersaing pada tingkat
internasional.

Dari penjelasan beberapa unsur diatas, pada dasarnya merupakan mata usaha untuk
membentuk peserta didik mampu dalam pengimplementasian kurikulum dalam kehidupan
dunia pendidikan dan merupakan suatu usaha untuk mewujudkan pencapaian kompetensi
nasional, dan usaha mendidik peserta didik agar mampu bersaing dalam bidang skill dibidang
masyarakat.
5.

Komponen-komponen rencana implementasi kurikulum


Rencana implementasi kurikulum akan mengalami perbedaan dalam sistem sekolah,

tergantung pada struktur organisasi dan ruang lingkupnya. Selain itu, rencana implementasi
seharusnya didasarkan pada rencana kurikulum jangka panjang, sehingga program yang ada
dapat diteliti, direvisi dan di implementasikan dalam periode waktu (biasanya dibuat dalam
jangka waktu lima tahunan).
Adapun komponen rencana kurikulum menyangkut:
a.

Studi program baru

b.

Identifikasi sumber daya

c.

Penetapan peran

d.

Pengembangan proporsional

e.

Penjadwalan

f.

Sistem komunikasi

g.

Pelaksanaan monitoring

G.

Deskripsi Alternatif model implementasi kurikulum


Menurut Oemar Hamalik (2008: 248) dalam kaitannya dengan fungsi pengelolaan
kurikulum, akan dikemukakan model implementasi kurikulum baru. Namun, sebelum ada
pestulat yang penting dipahami, terlebih dahulu harus dapat menerapkan model
pengembangan implementasi manajemen strategi:

1.

Implementasi kurikulum dipandang sebagai sistem. Sedangkan fungsi-fungsi pengelolaan


dipandang sebagai elemen atau subsistem proses dari sistem implementasi kurikulum.

2.

Dalam masing-masing komponen proses terdapat komponen-komponen lain yang


membentuk komponen tersebut.

3.

Dalam setiap tahap kegiatan selalu diperhatikan keadaan faktor internal dan eksternal yang
berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum.

4.

Setiap tahap terdapat pelaksanaan, perencanaan dan evaluasi

5.

Arah tujuan pada setiap tahapan proses implementasi ditujukan untuk menghasilkan produk
berkala yang saling berkaitan, dari secara keseluruhan ditujukan untuk memperbaiki kondisi
pelaksanaan (kualitas internal dan eksternal)
Dengan penjelasan diatas jelaslah bahwa tahapan implementasi secara garis besar ada
3 yaitu: tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan, dan evaluasi.

a.

Implementasi dan evaluasi kurikulum


Menurut Nana S Sukmadinata (2006: 177) pengembangan kurikulum yang menekankan
isi, membutuhkan waktu mempersiapkan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan
pengajaran yang cukup lama. Kurikulum yang menekankan situasi, waktu, untuk
mempersiapkannya lebih pendek, sedangkan kurikulum yang menekankan situasi, waktu
untuk mempersiapkannya lebih pendek, sedangkan kurikulum yang menekankan organisasi
waktu persiapannya hampir sama dengan kurikulum yang menekankan isi.
Menurut Oemar Hamalik (2008: 250) mengatakan dalam evaluasi implementasi bertujuan
untuk melihat proses pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai fungsi kontrol apakah
pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana dan sebagai fungsi perbaikan jika dalam
kekurangan.
Dan tujuan kedua, melihat hasil akhir yang di capai, hasil ini merujuk pada kriteria waktu
dan hasil yang dicapai dibandingkan terhadap fase perencanaan. Dan dalam implementasi
kurikulum tidak terlepas dari model evaluasi yang digunakan bertumpu pada aspek-aspek
tertentu yang diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum.
Dengan demikian, evaluasi dilaksanakan menggunakan suatu metode, sarana dan
prasarana, anggaran personal dan waktu yang ditentukan dalam tahap perencanaan.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dalam pengembangan kurikulum profesional guru, dan pengimplementasian
kurikulum sangat diperlukan, hal ini dikarena seorang guru merupakan seorang figur yang
mulia dan dimuliakan banyak orang, upaya guru mendidik, membimbing, mengajar, dan
melatih anak didik dan bentuk upaya memajukan dan mencerdaskan peserta didik untuk
pencapaian. Tujuan yang berdasarkan kualitatif maupun kuantitatif. Pengembangan
kurikulum dapat dikonsepsi sebagai suatu siklus lingkasan yang dimulai dengan analisis
mengenai maksud dicirikan sekolah.
Sebagai guru yang profesional, maka guru harus dapat mengetahui prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum, dan peranan guru dalam pengembangan kurikulum. Hal ini semua
bertujuan untuk kemajuan peserta didik dan membentuk keterampilan peserta didik dalam
pemantapan tujuan pendidikan, baik secara efektif, kognitif, dan psikomotor.
Keprofesioanalan guru dalam pengembangan kurikulum implementasi sangat
diterapkan kepada suatu jenjang pendidikan dan pengklasifikasian kepada peserta didik itu
sendiri, karena implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan kurikulum yang
telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan
dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan
karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional dan bentuk fisiknya.
Dalam pengembangan kurikulum implementasi juga tidak terlepas dari berbagai
komponen-komponen yang mengatur dan mengarah kepada tujuan dalam dunia pendidikan.

B.

Saran
Dengan makalah yang sudah penulis selesaikan ini, dengan judul profesionalisasi
guru dan implementasi dalam pengembangan kurikulum pendidikan, penulis menyadari
kalau dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, baik dalam bentuk kata maupun
penulisannya. Dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya
dosen pembimbing untuk perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Sukamdinata, S. Nana. Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek. Remaja Rosda karya. 2006:
Bandung.
Yamin, Martinis. Profesionalisasi dan Implementasi KBK. Gaung Persada Press. 2006: Jakarta
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosda karya. 2006: Bandung.
Susilo. M. Joko. KTSP, Manajemen Pelaksanaan dan kesiapan sekolah. Pustaka Belajar Offset: 2007:
Jakarta
Kunandiar. Guru Implementasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru.
Rajawali Press. Devisisi buku Perguruan Tinggi. Raja Grapindo Persada. 2007: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai