Sanjaya - 406138133
Warkah
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit jantung kongenital (congenital heart disease) merupakan kelainan struktur
atau fungsi dari sistem kardiovaskular yang ditemukan pada saat lahir, walaupun dapat juga
ditemukan di kemudian hari. Etiologi dari kelainan ini tidak diketahui secara pasti, sebagian
besar kasus diduga disebabkan oleh multifaktor berupa kombinasi dari predisposisi genetik
dan stimulus lingkungan, serta sebagian kecil kasus dihubungkan dengan kelainan
kromosom. 1,2
Kelainan jantung kongenital adalah kelompok anomali kongenital yang paling penting.
Defek jantung terjadi pada sekitar 1% bayi lahir hidup. Di Amerika penyakit jantung
kongenital baik yang dikoreksi maupun yang tidak diperkirakan meningkat 5% per tahun.
Insiden penyakit jantung congenital diperkirakan sebesar 0,8%, dimana 85% diantaranya
bertahan hidup sampai dewasa muda.2,3
Pada anak dengan penyakit jantung kongenital murni, resiko rekurensi pada saudara
kembar sekitar 3% . Resiko pada anak-anak dari orang tua yang memiliki penyakit jantung
kongenital sebesar 5-10% dan 10-20% anak dengan penyakit jantung kongenital memiliki
kelainan lain.3
Pada dasarnya kelainan jantung kongenital dikelompokkan atas dua kelompok besar,
yaitu kelompok tanpa sianosis, dan yang disertai sianosis, beberapa kelainan jantung
kongenital khususnya kelompok tanpa sianosis sebelum tindakan intervensi dapat bertahan
sampai dewasa, antara lain Atrial Septal Defect (ASD), Ventricular Septal Defect (VSD),
Patent Ductus Arteriosus (PDA), dll. 2
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan keadaan dimana terjadi defek pada bagian
septum antar atrium sehingga terjadi komunikasi langsung antara atrium kiri dan kanan.2
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan kelainan kongenital kedua tersering pada
persalinan (9,8%) setelah (Ventricular Septal Defect) VSD (30,5%), diikuti oleh Persistent
Arteriosus Ductus (PAD) sebanyak (9,7%), Stenosis Pulmonal (6,9%), Koarktasio Aorta
(6,8%), Stenosis Aorta (6,1%), Tetralogi Fallot (5,8%), Transposisi pembuluh darah besar
(4,2%), Trunkus Arteriosus Persistent (2,2%), Atresia Trikuspid (1,3%).2
Kepaniteraan Klinik Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 7 Juli 2014 9 Agustus 2014
Warkah
Dalam 20-30 tahun terjadi kemajuan pesat dalam diagnosis dan pengobatan penyakit
jantung kongenital pada anak-anak sehingga kebanyakan anak-anak dengan penyakit jantung
kongenital dapat bertahan hidup hingga dewasa.2
Warkah
BAB 2
ANATOMI, FISIOLOGI, DAN HISTOLOGI
2.1 ANATOMI
2.1.1 ANATOMI JANTUNG
Jantung adalah organ berotot berongga dengan ukuran sekepalan tangan. Jantung
terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau tulang dada di
sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior, Jantung memiliki
pangkal yang lebar disebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks di
dasar. Jantung membentuk sudut terhadap sternum, sehingga pangkalnya terutama berada di
kanan dan apeks di kiri sternum. Sewaktu jantung berdenyut, terutama sewaktu berkontraksi
secara kuat, apeks sebenarnya membentur bagian dalam dinding dada disisi kiri. 4
Jantung memiliki berat kurang lebih 200-425 gram. Sepanjang hidup manusia, jantung
berdetak lebih dari 3,5 miliar kali, dan setiap harinya jantung berdetak kurang lebih 100.000
kali dan memompa 7571 liter darah perhari.
Jantung dikelilingi oleh membran lapis ganda yang disebut perikardium yang
membungkus jantung seperti kantong. Lapisan luar kantong adalah membran fiobrosa yang
kuat yang melekat ke partisi jaringan ikat yang memisahkan paru, perlekatan ini
menambatkan jantung, sehingga jantung tetap pada posisinya di dalam dada, lapisan kantong
bagian dalam dilapisi oleh membran yang mengeluarkan cairan perikardium encer, yang
menghasilkan pelumasan untuk mencegah gesekan antara lapisan-lapisan perikardium ketika
jantung berdenyut. 4
Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan: 4
1. Endokardium (Endo berarti didalam, cardia berarti jantung) adalah lapisan tipis
endotelium, suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh
sistem sirkulasi, di sebelah dalam.
Warkah
2. Miokardium (myo berarti otot), adalah lapisan tengan yang terdiri dari otot
jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung.
3. Epikardium (epi berarti diatas) adalah suatu membran tipis di bagian luar yang
membungkus jantung
Jantung manusia dapat dikatakan dibagi menjadi 2 bagian yaitu jantung sebelah kanan
dan jantung sebelah kiri yang terdiri dari 4 ruangan:
Ruangan disebelah atas disebut Atrium, terdiri dari atrium kanan dan kiri.
Tiap ruangan jantung dibatasi oleh katup, jantung manusia terdiri dari 4 katup, yaitu: 4
1. Katup Atrioventrikular yaitu katup yang memisahkan ruangan atrium dan
ventrikel, terdiri dari:
Katup Trikuspid: katup yang memisahkan antara atrium kanan dengan
ventrikel kanan
Katup Bicuspid atau Mitral: katup yang memisahkan antara atrium kiri
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat
setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik .Tiap bagian daun katup
jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong
masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan
dengan otot yang disebut muskulus papilaris.
Warkah
Warkah
Kedua atrium bagian dalam dibatasi oleh septal atrium. Ada bagian septal atrium yang
mengalami depresi atau yang dinamakan fossa ovalis, yaitu bagian septal atrium yang
mengalami depresi disebabkan karena penutupan foramen ovale saat kita lahir.5
Ada beberapa ostium atau muara pembuluh darah besar yang terdapat di kedua atrium,
yaitu :
-
Ostium Superior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat diruang atrium
kanan yang menghubungkan vena cava superior dengan atrium kanan.
Ostium Inferior vena cava, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kanan
yang menghubungkan vena cava inferior dengan atrium kanan.
Ostium coronary atau sinus coronarius, yaitu muara atau lubang yang terdapat di
atrium kanan yang menghubungkan sistem vena jantung dengan atrium kanan.
Warkah
Ostium vena pulmonalis, yaitu muara atau lubang yang terdapat di atrium kiri yang
menghubungkan antara vena pulmonalis dengan atrium kiri yang mempunyai 4
muara.
Bagian dalam kedua ruang ventrikel dibatasi oleh septal ventrikel, baik ventrikel
maupun atrium dibentuk oleh kumpulan otot jantung yang mana bagian lapisan dalam dari
masing-masing ruangan dilapisi oleh sel endotelium yang kontak langsung dengan darah.
Bagian otot jantung di bagian dalam ventrikel yang berupa tonjolan-tonjolan yang tidak
beraturan dinamakan trabecula. Kedua otot atrium dan ventrikel dihubungkan dengan
jaringan penghubung yang juga membentuk katup jatung dinamakan sulcus coronary, dan 2
sulcus yang lain adalah anterior dan posterior interventrikuler yang keduanya
menghubungkan dan memisahkan antara kiri dan kanan kedua ventrikel.5
Perlu diketahui bahwa tekanan jantung sebelah kiri lebih besar dibandingkan dengan
tekanan jantung sebelah kanan, karena jantung kiri menghadapi aliran darah sistemik atau
sirkulasi sistemik yang terdiri dari beberapa organ tubuh sehingga dibutuhkan tekanan yang
besar dibandingkan dengan jantung kanan yang hanya bertanggung jawab pada organ paruparu saja, sehingga otot jantung sebelah kiri khususnya otot ventrikel sebelah kiri lebih tebal
dibandingkan otot ventrikel kanan.5
Pembuluh Darah Besar Jantung5
Ada beberapa pembuluh besar pada jantung, yaitu:
1. Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian atas
diafragma menuju atrium kanan.
2. Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah
diafragma ke atrium kanan.
3. Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung
sendiri.
4. Pulmonary Trunk,yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari
ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
Kepaniteraan Klinik Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 7 Juli 2014 9 Agustus 2014
Warkah
5. Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor
dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
6. Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih
dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
7. Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari
ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ
tubuh bagian atas.
8. Desending Aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung
jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
Warkah
Jantung primitif mulai berdetak sekitar hari ke 22 atau 23, yang membuat sirkulasi
darah dimulai sekitar awal minggu keempat. Area disekitar jantung akan menjadi ruang
perikardial.
GAMBAR 4: Pembentukan
Tabung Jantung 6
Setelah tabung jantung tumbuh dan memanjang, tabung jantung berkembang dengan
beberapa konstriksi dan dilatasi membentuk tanda awal dari ruangan primitif jantung, truncus
arteriosus, bulbus cordis, ventrikel primitif, atrium primitif dan juga sinus venosus.
GAMBAR 5: Pembentukan
Ruangan Primitif Jantung 6
Warkah
Tabung jantung akan terus bertumbuh dan memanjang didalam ruangan perikardial
yang terbatas yang akan memaksa tabung jantung menjadi bengkok dengan sendirinya pada
hari ke 23, membentuk lengkungan huruf U memutar dengan akhir mengarah ke arah ventral
dan ke sebelah kanan pada hari ke 28. Hasil dari pemutaran ini menempatkan atrium dan
sinus venosus di sebelah atas dan belakang dari trunkus arteriosus, bulbus cordis, dan
ventrikel.
GAMBAR 6: Pembentukan
Lengkung Jantung 6
Pada poin ini, baik septal definitif antara ruangan yang sedang berkembang ataupun
jaringan valvular definitif telah terbentuk. Hubungan antara atrium dan ventrikel primitif
disebut kanal atrioventrikular (AV)
Pembentukan Septa 6
Pembentukan septa pada ruangan atrium, AV canal, dan ventrikel yang sedang
berkembang terjadi sekitar minggu keempat sampai keenam.
Kepaniteraan Klinik Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 7 Juli 2014 9 Agustus 2014
10
Warkah
Septum utama dari atrium disebut juga Septum Primum, diawali dengan sebuah
tonjolan jaringan di bagian atap dari atrium yang tumbuh ke bawah ke kavitas atrium.
Ditengahnya terdapat lubang yang disebut ostium primum. Lalu septum primum akan
mengalami fusi dengan bagian atas cushion endocardial, yang menyebabkan obliterasi ostium
primum, namun sebelum ostium primum menutup secara sempurna, muncul perforasi kecil di
tengah septum primum yang disebut ostium sekundum. Segera setelah penutupan ostium
primum mulai tumbuhlah membran muskular yaitu septum sekundum, septum sekundum
mulai tumbuh dibagian superior kanan dari septum primum. Septum ini tumbuh kebawah
sampai melewati ostium sekundum, septum ini pada akhirnya akan menyatu dengan bagian
gabungan endocardial secara parsial, dan meninggalkan sebuah bentuk oval yang terbuka
yang dikenal sebagai foramen ovale. Bagian tepi superior dari septum primum akan
mengalami regresi menyisakan bagian tepi bawah yang berperan sebagai katup flaplike,
yang berfungi sebagai katup yang membuat darah yang melewati foramen ovale adalah aliran
dari kanan ke kiri. Selama kehamilan, darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri, yang
akan berubah setelah kelahiran disebabkan perubahan tekanan di atrium dan katup flaplike itu
akan menutup.
11
Warkah
GAMBAR 7: Pembentukan
Septum Atrium 6
12
Warkah
GAMBAR 9: Pembentukan
Katup Atrioventrikular 6
Pada akhir minggu keempat, ventrikel primitif akan mulai tumbuh, meninggalkan
tonjolan median muscular, dan terbentuklah septum interventricular. Sebagian besar
bertambahnya tinggi dari septum interventrikel disebabkan oleh dilatasi dari tiap ruangan
ventrikel baru. Tepi bebas dari muscular septum interventrikel tidak bergabung dengan
gabungan endokardial, daerah terbuka ini yang menghubungkan ventrikel kanan dan kiri,
biasa disebut foramen interventrikel.
Setelah gabungan endocardial mengalami fusi untuk membentuk septum antara kanal
AV kanan dan kiri, jaringan mesenkim subendokardial yang mengelilingi mengalami
proliferasi dan tumbuh hampir sama dengan katup semilunar. Jaringan ini terpahat dengan
cara kematian sel yang terprogram yang terjadi dia bagian permukaan inferior dari nascent
leaflets dan di dinding ventrikular. Bagian superior dari untaian ini pada akhirnya akan
13
Warkah
mengalami degenerasi dan berganti menjadi untaian padat jaringan pengikat yang disebut
chorda tendineae.
14
Warkah
Sirkulasi Sistemik 8
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonalis. Darah di atrium kiri mengalir ke
dalam ventrikel kiri melewati katup atrioventrikel (AV), yang terletak di taut atrium dan
ventrikel kiri. Katup ini disebut katup mitral. Semua katup jantung membuka jika tekanan
dalam ruang jantung atau pembuluh yang berada di atasnya lebih besar dari tekanan di dalam
ruang atau pembuluh yang ada di bawah.
Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju sebuah arteri besar berotot yang
disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui katup aorta. Darah di aorta
disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, melalui arteri, arteriol, dan kapiler, yang kemudian
menyatu kembali untuk membentuk vena. Vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan
darah ke vena terbesar , vena cava inferior. Vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah
ke vena cava superior. Kedua vena cava bermuara di atrium kanan.
2.2.1.2
Sirkulasi Paru 8
Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang
disebut katup tricuspid. Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup ke
empat, katup pulmonalis, ke dalam arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis bercabang-cabang
menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir ke paru kanan dan
kiri berturut-turut. Di paru, arteri pulmonalis bercabang berkali-kali menjadi arteriol dan
kemudian kapiler. Masing-masing kapiler memperfusi alveolus yang merupakan unit
pernafasan. Semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena.
Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis besar. Darah mengalir di dalam vena
pulmonalis kembali ke atrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah.
15
Warkah
Pada janin, aliran darah tidak mengikuti rute yang sama dengan rute setelah lahir.
Perbedaan utama antara sirkulasi janin dan sirkulasi setelah lahir adalah penyesuaian
terhadap kenyataan bahwa janin di dalam kandungan tidak bernapas, sehingga paru-paru
belum berfungsi. Janin memperoleh O2 dan mengeluarkan CO2 melalui pertukaran dengan
darah ibu dengan menembus plasenta. Karena darah tidak perlu mengalir melalui paru untuk
menyerap O2 dan mengeluarkan CO2, pada sirkulasi janin terdapat dua jalan pintas:
1. Foramen ovale, suatu lubang di septum antara atrium kanan dan kiri
2. Duktus Arteriosus, suatu pembuluh yang menghubungkan arteri pulmonalis
dan aorta ketika keduanya keluar dari jantung
Jadi darah yang beroksigen tinggi sekitar 80% yang dibawa dari plasenta melalui vena
umbilikalis dan diteruskan ke dalam vena kava inferior janin melalui duktus venosus dengan
melintasi hati, dikembalikan ke atrium kanan jantung, darah adalah campuran dari darah
beroksigen tinggi dari vena umbilikalis dan darah vena yang beroksigen rendah dari jaringan
janin. Selama masa janin, karena tingginya resistensi yang diakibatkan oleh paru yang kolaps,
tekanan di separuh kanan jantung dan sirkulasi paru lebih tinggi daripada di separuh kiri
jantung dan sirkulasi sistemik, ini merupakan situasi yang terbalik bila dibandingkan dengan
setelah lahir. Karena perbedaan tekanan antara atrium kanan dan kiri, sebagian darah
campuran yang beroksigen cukup yang kembali ke atrium kanan segera disalurkan ke atrium
kiri melalui foramen ovale. Darah ini kemudian mengalir ke ventrikel kiri dan dipompa
keluar ke sirkulasi sistemik. Selain memperdarahi jaringan, sirkulasi sistemik janin juga
mengalirkan darah melalui arteri umbilikalis agar terjadi pertukaran dengan darah ibu melalui
plasenta. Sisa darah di atrium kanan yang tidak dialihkan ke atrium kiri mengalir ke ventrikel
kanan, yang memompa darah ke dalam arteri pulmonalis. Karena tekanan diarteri pulmonalis
lebih besar daripada aorta, darah dialihkan dari arteri pulmonalis ke dalam aorta melalui
duktus arteriosus mengikuti penurunan gradien tekanan, dengan mengabaikan sirkulasi paru
yang nonfungsional.
16
Warkah
Perubahan pada sistem vaskular saat lahir disebabkan oleh terhentinya aliran darah
plasenta dan dimulainya pernapasan. Karena duktus arteriosus menutup akibat kontraksi otot
didindingnya, jumlah darah yang mengalir melalui pembuluh darah paru meningkat pesat.
Hal ini selanjutnya akan meningkatkan tekanan di atrium kiri. Secara bersamaan, tekanan di
atrium kanan akan menurun akibat terhentinya aliran darah plasenta. Septum primum
kemudian melekat ke septum sekundum, dengan demikian foramen ovale akan menutup
secara fungsional
lumen
sesungguhnya
oleh
proliferasi
fibrosa
mungkin
17
Warkah
ligamentum arteriosum.
Penutupan Foramen Ovale
Meningkatnya tekanan di atrium kiri, disertai oleh penurunan tekanan disisi
kanan. Tarikan napas pertama menekan septum primum ke spetum
sekundum. Namun, selama beberapa hari pertama kehidupan, penutupan ini
bersifat reversibel. Tangisan bayi menciptakan pirau dari kanan ke kiri,
yang menyebabkan serangan-serangan sianosis pada bayi baru lahir.
Penempelan yang terus menerus secara perlahan menyebabkan kedua
septum menyatu setelah sekitar 1 tahun. Namun pada 20% orang, foramen
tersebut tidak pernah tertutup sempurna secara anatomids (probe patent
foramen ovale)
18
2.2.1.4
Warkah
19
Warkah
20
Otoritmik
jantung
tidak
memiliki
potensial
Warkah
istirahat,
sel-sel
tersebut
21
Warkah
4. Serat Purkinje, serat-serat terminal halus yang berjalan dari berkas his dan
menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.
22
Warkah
23
2.3
Warkah
seratnya bercabang dan saling berhubungan dengan serat didekatnya. Sarkoplasmanya lebih
banyak dan corak garis memanjang lebih jelas karena berkas-berkas miofibril dipisahkan oleh
deretan mitokondria. Miofibril menghindari inti dipusat, memetakan daerah aksial fusiform
yang kaya organel dan inklusi. Sebuah kompleks golgi kecil terletak dekat satu kutub masingmasing inti yang memanjang.
Sifat khas otot jantung adalah adanya diskus interkalaris yang tersusun melintang pada
interval teratur sepanjang serat. Sebuah diskus dapat melintasi serat secara lurus, namun lebih
sering berupa konfigurasi mirip tangga.
24
Warkah
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Definisi
Penyakit jantung kongenital merupakan kelainan struktur atau fungsi dari
sistem kardiovaskular yang ditemukan pada saat lahir, walaupun dapat
3.1.2
25
Warkah
3.1.2.1
Genetik
Extra Kromosom:
Trisomi 21 ( Down Syndrome ) : Atrial Septal Defect
Trisomi 13/18 : Complex Septal Defect
Missing kromosom:
Turners Syndrome ( 46 XO ) : Koarktasio Aorta
Mutasi Kromosom
22q Mutation
Marfans Syndrome : Aneurisma Aorta
3.1.2.2
3.1.2.3
3.1.2.4
Idiopatik ( Paling Sering )
3.1.3 Epidemiologi dan Klasifikasi 3
Penyakit jantung kongenital mengenai sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup, dan
diperkirakan 1 juta orang di amerika serikat memiliki kelainan jantung.
8 kelainan yang mewakili 80% kelainan jantung yang sering dan dibagi
menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Kelainan Obstruktif : Kelainan yang menyebabkan berkurangnya
aliran dalam aliran aorta ( Koarktasio Aorta )
2. Kelainan Acyanosis : Kelainan yang menyebabkan adanya hubungan
antara sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal yang menyebabkan
pirau kiri ke kanan / left to right shunt ( ASD, VSD, PDA )
3. Kelainan Cyanosis : Kelainan yang menyebabkan obstruksi ke
sirkulasi pulmonal ( TOF ) atau kelainan yang menyebabkan kelainan
sirkulasi ( TGA )
26
3.1.4
3.1.5
Warkah
Manifestasi Klinis 3
Bunyi murmur jantung
Cyanosis
Gagal Jantung
Diagnosis 3
Penilaian awal dengan Pemeriksaan klinis oleh dokter, dapat ditunjang dengan
X-Ray dan juga EKG, tetapi alat diagnostik yang paling penting adalah
Ekokardiografi dengan doppler assesment
3.2
Definisi 2
Atrial septal defect merupakan keadaan dimana terjadi defek persisten
pada bagian septum antar atrium sehingga terjadi komunikasi langsung antara
atrium kiri dan kanan.
3.2.2
Epidemiologi
ASD adalah kelainan yang relatif sering terjadi, insiden terjadinya ASD
sekitar 1 dari 1500 kelahiran hidup. ASD dapat terjadi di sepanjang septum
atrium, namun regio yang paling sering terkena adalah bagian Foramen ovale,
yang biasa disebut ASD Ostium Sekundum. 6
ASD Ostium Sekundum lebih sering terjadi pada perempuan dengan
rasio 2:1 antara perempuan dan laki-laki, sedangkan tipe venosus memiliki
rasio 1:1. 2
3.2.3
Etiologi
Kelainan ASD Ostium Sekundum timbul akibat:
Pembentukan septum sekundum yang inadekuat
Resorpsi dari septum primum yang berlebihan
Atau kombinasi dari kedua penyebab diatas
Kelainan ASD Ostium Primum timbul akibat:
27
Warkah
3.2.4
Klasifikasi
Menurut lokasi terjadinya defek, ASD dapat dibagi menjadi 3:
1. ASD Ostium Sekundum
Defek terjadi pada fosa ovalis, meskipun sesungguhnya fosa
ovalis merupakan septum primum. Pada keadaan tertentu dimana
defek cukup besar dapat keluar dari lingkaran fosa ovalis. Umumnya
defek bersifat tunggal tetapi pada keadaan tertentu dapat terjadi
beberapa fenesterasi kecil, dan sering disertai dengan aneurisma fosa
ovalis.
2.
3.
3.2.5
Patofisiologi
Pada kasus dari ASD yang tidak mengalami komplikasi, darah yang
mengandung oksigen dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan, dan tidak
terjadi sebaliknya.
28
Warkah
3.2.6
Manifestasi Klinik
ASD pada sebagian besar infant tidaklah bergejala (Asymptomatic),
kondisi ini biasa terdeteksi dengan temuan murmur pada pemeriksaan fisik
rutin selama masa anak-anak ataupun remaja. Gejala mulai timbul pada dekade
kedua atau ketiga dari kehidupan.
29
Warkah
Jika memang timbul gejala, gejala yang timbul berupa dyspnea ketika
sedang beraktivitas, mudah lelah, infeksi saluran respirasi bawah yang
rekuren.
Gejala yang paling sering terjadi pada orang dewasa adalah menurunnya
stamina dan palpitasi yang terjadi karena atrial takiaritmia yang disebabkan
oleh pembesaran dari atrium kanan jantung.
3.2.7
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik 2
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
Pulsasi ventrikel kanan pada daerah para sternal kanan
Wide fixed splitting bunyi jantung kedua (tidak selalu ada)
Bising sistolik tipe ejeksi pada daerah pulmonal pada garis
apeks
Bunyi jantung kedua mengeras di daerah pulmonal, oleh karena
Elektrokardiografi 2
Elektrokardiografi menunjukkan aksis ke kanan, blok bundel
kanan, hipertrofi ventrikel kanan, interval PR memanjang, aksis
gelombang P abnormal, aksis ke kanan secara ekstrim biasanya akibat
defek ostium
30
Warkah
Ekokardiografi 2
Dengan menggunakan ekokardiografi transtorakal (ETT) dan
doppler berwarna dapat ditentukan lokasi defek septum, arah
pirau, ukuran atrium, dan ventrikel kanan, keterlibatan katup
Kateterisasi Jantung 2
Pemeriksaan ini diperlukan guna
Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan
Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal dan sistemik (Qp/Qs)
Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonalis
Evaluasi anomali aliran vena pulmonalis
Angiografi koroner selektif pada kelompok umur yang lebih
tua, sebelum tindakan operasi penutupan ASD.
3.2.8
lokasinya
Evaluasi anomali aliran vena, bila belum bisa dibuktikan
Penatalaksanaan 6
Pada dewasa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk keluhan,
umur, ukuran, dan anatomi defek, adanya kelainan yang menyertai, tekanan
arteri pulmonal serta resistensi vaskular paru
Indikasi Penutupan ASD:
31
Warkah
terjadinya
aritmia
atrial,
apalagi
bila
pemantauan
Pada dewasa atau umur yang lebih lanjut perlu evaluasi
periodik, terutama bila pada saat operasi telah ada kenaikan
tekanan arteri pulmonal, gangguan irama atau disfungsi
ventrikel
32
Warkah
katup,
juga
dianjurkan
untuk
pemakaian
Diagnosis Banding
Patent Foramen Ovale (PFO) 6
Adalah keadaan yang berkaitan dengan ASD (tidak ada jaringan
septum atrium yang hilang), keadaan ini menunjukkan anatomi fetal
yang persisten. Foramen ovale pada bayi baru lahir, secara fungsional
akan menutup beberapa hari setelah lahir, dan akan tertutup secara
permanen pada usia sekitar 6 bulan melalui fusi dari septum atrium. PFO
timbul ketika proses fusi ini gagal terjadi.
PFO umumnya tidak memberikan gejala klinis apapun, karena
katup pada foramen ovale bekerja 1 arah dari kanan ke kiri, namun
karena tingginya tekanan di atrium kiri daripada atrium kanan, sehingga
menutup katup itu.
Meskipun demikian, PFO bisa memberikan gejala yang signifikan
apabila tekanan di atrium kanan meningkat (pada keadaan Hipertensi
pulmo, ataupun pada gagal jantung kanan), yang menyebabkan pirau
jantung kanan ke kiri. Dalam keadaan itu darah yang mengandung
karbondioksida tinggi, langsung kembali ke sirkulasi sistemik. Keadaan
ini juga bisa berimplikasi pada pasien yang menderita Embolism
Sistemik (Stroke). Situasi ini disebut Paradoxical Embolism, terjadi
karena thrombus yang ada pada vena sistemik lepas dan mengalir
menuju atrium kanan, masuk ke atrium kiri melalui PFO dan kemudian
33
Warkah
3.2.10 Komplikasi
Eisenmenger Syndrome 6
Eisenmenger Syndrome adalah kondisi dimana terjadi obstruksi
vaskular pulmo parah yang terjadi akibat pirau kiri ke kanan kronik
melalui defek jantung kongenital.
Meningkatnya resistensi vaskular pulmo menyebabkan pirau pada
jantung menjadi kanan ke kiri dan mengakibatkan cyanosis sistemik.
Dengan berbaliknya arah pirau menjadi kanan ke kiri, gejala-gejala
yang timbul antara lain, dyspnea ketika beraktivitas dan mudah lelah.
Berkurangnya saturasi hemoglobin menstimulasi sumsum tullang
memproduksi lebih banyak sel darah merah (eritrisitosis), yang dapat
menyebabkan hiperviskositas, gejala-gejala yang dapat timbul antara lain
mudah
lelah,
sakit
kepala,
dan
stroke
(disebabkan
oklusi
34
Warkah
3.3
ventrikel kanan
Dilatasi atrium kanan
Segmen pulmonal menonjol, corakan vaskuler paru prominen
35
Warkah
36
Warkah
3.3.2
Ekokardiograrfi 2:
Dengan menggunakan
berwarna dapat ditentukan lokasi defek septum, arah pirau, ukuran atrium,
dan ventrikel kanan, keterlibatan katup mitral misalnya prolaps yang
3.3.3
37
Warkah
12
38
Warkah
BAB 4
KESIMPULAN
Atrial Septal Defect adalah penyakit jantung kongenital dimana terjadi defek persisten
pada bagian septum antar atrium sehingga terjadi komunikasi langsung antara atrium kiri dan
kanan. Insiden terjadinya ASD sekitar 1 dari 1500 kelahiran hidup. ASD dapat diklasifikasi
menjadi 3 jenis menurut lokasinya, yaitu ASD Ostium Sekundum (ASD yang paling sering
terjadi), ASD Ostium Primum, dan ASD dengan Defek Sinus Venosus.
Pada bayi baru lahir atau anak-anak, ASD seringkali tidak bergejala, dan biasa
terdeteksi dari bunyi murmur jantung yang ditemukan ketika sedang melakukan pemeriksaan
fisik rutin. Hal itu disebabkan karena lebih tingginya tekanan atrium kiri jantung
dibandingkan atrium kanan jantung, sehingga aliran yang timbul adalah pirau dari kiri ke
kanan, menyebabkan minimnya gejala yang timbul dan bunyi murmur jantung. Gejala mulai
timbul biasanya pada dekade kedua atau ketiga dari kehidupan. Jika memang timbul gejala,
gejala yang timbul berupa dyspnea ketika sedang beraktivitas, mudah lelah, infeksi saluran
respirasi bawah yang rekuren. Pada orang dewasa gejala yang biasa timbul adalah
menurunnya stamina dan palpitasi yang terjadi karena atrial takiaritmia yang disebabkan oleh
pembesaran dari atrium kanan jantung.
Pada pemeriksaan fisik, biasa ditemukan pulsasi ventrikel kanan pada daerah para
sternal kanan, wide fixed splitting bunyi jantung kedua (tidak selalu ada), bising sistolik tipe
ejeksi pada daerah pulmonal pada garis sternal kiri atas, bising mid diastolik pada daerah
trikuspid, dapat menyebar ke apeks, bunyi jantung kedua mengeras di daerah pulmonal, oleh
karena kenaikan tekanan pulmonal, cyanosis jarang ditemukan. Pada elektrokardiografi
menunjukkan aksis ke kanan, blok bundel kanan, hipertrofi ventrikel kanan, interval PR
memanjang, aksis gelombang P abnormal.
Pada pemeriksaan radiologi, foto Rontgen dada menunjukkan dilatasi atrium kanan,
segmen pulmonal yang menonjol, dan corakan vaskuler paru yang prominen, pada foto
lateralnya ditemukan daerah retrosternal terisi akibat pembesaran ventrikel kanan. Dengan
Kepaniteraan Klinik Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kudus
Periode 7 Juli 2014 9 Agustus 2014
39
Warkah
menggunakan Ekokardiografi Trans Thorakal (ETT) dapat ditentukan lokasi defek septum,
arah pirau, ukuran atrium, dan ventrikel kanan, dan juga keterlibatan katup mitral.
Menggunakan Ekokardiografi Trans Esofageal (ETE) dapat dilakukan pengukuran besar
defek secara presisi, sehingga dapat membantu dalam tindakan penutupan ASD perkutan.
Dan untuk MRI hanya dilakukan sebagai tambahan untuk menentukan adanya ASD dan
lokasinya.
Tatalaksana dari ASD dapat dilakukan dengan tindakan operasi ataupun secara perkutan
yaitu dengan kateter intravena. Pemilihan tatalaksana tergantung dari keluhan, umur, ukuran,
dan anatomi defek, adanya kelainan yang menyertai, tekanan arteri pulmonal serta resistensi
vaskular paru. Prognosis penutupan ASD akan sangat baik bila dibandingkan dengan
pengobatan medikamantosa. Pada anak-anak dan remaja, perubahan morfologi di jantung
kanan sering kembali ke bentuk normal setelah perbaikan. Namun pada orang dewasa
seringkali diperlukan evaluasi secara periodik.
40
Warkah
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetikno R D. Gambaran Foto Thoraks pada Congenital Heart Disease. Available
from: http://repiratory.unpad.ac.id . 25 Desember 2012.
2. Aru WS, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Penyakit
Jantung Kongenital pada Dewasa. Ed.V, Jilid.II. Jakarta Pusat: Interna Publishing.
2009. Hal : 1779-83
3. Newell Simon J, Darling Jonathan C. Pediatric Lectures Notes: Cardiology. 9th Ed.
UK: Blackwell Publishing. 2008. Page 193-6
4. Sherwood L. Human Physiology From Cell to System: Cardiac Physiology. 7th Ed.
US: Cengage Learning. 2010. Page : 304-16
5. Abdullah,
Rozi.
Anatomi
dan
Fisiologi
Jantung.
Available
http://bukusakudokter.wordpress.com/2012/11/14/anatomi-fisiologi-jantung/
from:
.
25
Desember 2012
6. Lilly Leonard S. Patophysiolgy of Heart Disease: Congenital Heart Disease. 5th Ed.
US: Lippincott William and Wilkins. 2011. Page: 361-84
7. Sadler T W. Langmans Medical Embryology. 12th Ed. US: Lippincott William and
Wilkins. 2012.Page: 195-7
8. Lazenby R B. Handbook of Patophysiology: The Cardiovascular System. 4th Ed. US:
Lippincott William and Wilkins.2011. Page : 489-90
9. Bloom, Fawcett. Buku Ajar Histologi. Ed 12. Jakarta: EGC. 2002. Hal.264-271
10. Herring
W.
Left
to
Right
Shunt.
Available
from:
http://www.learningradiology.com/lectures/cardiaclectures/ltorshuntsforweb_files/v3_
document.htm .2003
11. Singh
Vibhuti
N.
Imaging
in
Atrial
Septal
Defect.
41