Anda di halaman 1dari 8

Diabetes Mellitus dan Puasa Diabetes

Pendahuluan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada
survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur
dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit
DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui
dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada
penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, sistem saraf, hati, mata dan ginjal. DM merupakan
salah satu penyakit degeneratif, dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam
urin (glukosuria).
Diabetes Mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Definisi
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat.
Etiologi
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan
kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap
insulin.
Ada 2 macam type DM :
1. DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat
kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena 90% sel penghasil insulin (sel
beta pancreas) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang
berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur. Terjadi
kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin
secara teratur. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama
malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat
badannya normal atau kurus.
Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin
Sebagian besar diabetes mellitus tipe I ini terjadi sebelum usia 30 tahun.

seumur

hidup.

1. DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan
insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah
atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak

ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi


hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obesitas dan biasanya diketahui
DM setelah usia 30 tahun. DM type II bisa terjadi pada anak-anak.
Pembentukan insulin yang normal

Penurunan pembentukan insulin

Kegemukan atau obesitas salah satu faktor penyebab penyakit DM, dalam pengobatan
penderita DM, selain obat-obatan anti diabetes, perlu ditunjang dengan terapi diit untuk
menurunkan kadar gula darah serta mencegah komplikasi-komplikasi yang lain.
Penyebab diabetes lainnya adalah :
Kadar kortikosteroid yang tinggi
Kehamilan (diabetes gestasional)
Obat-obatan
Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
Gejala Klinis
Gejala klinis yang khas pada DM yaitu Trias poli yaitu :
polidipsi (banyak minum),
poli phagia (banyak makan)
poliuri (banyak kencing),
yang sering disertai dengan keluhan sering kesemutan terutama pada jari-jari tangan, badan
terasa lemas, gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh. Kadang-kadang berat badan (BB)
menurun secara drastis.
Untuk mengetahui apakah seorang menderita DM yaitu dengan memeriksakan kadar gula
darah. Kadar gula darah normal adalah :
Pada saat :

Puasa (nuchter) : 80 < 110 mg/dl

Setelah makan : 110 < 160 gr/dl


Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan penderita DM ialah: Untuk mengurangi gejala, menurunkan BB bagi
yang kegemukan & mencegah terjadinya komplikasi.
1. Diit
Penderita DM sangat dianjurkan untuk menjalankan diit sesuai yang dianjurkan, yang
mendapat pengobatan anti diuretik atau insulin, harus mentaati diit terus menerus baik dalam

jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur. Ketaatan ini sangat diperlukan juga
pada saat :
undangan/pesta, melakukan perjalanan, olah raga (OR) dan aktivitas lain .
1. Obat-obatan
Tablet/suntikan anti diabetes diberikan, namun terapi diit tidak boleh dilupakan dan
pengobatan penyulit lain yang menyertai /suntikan insulin.
Terapi insulin
Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan
insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan). Bentuk
insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin
yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda
menimbulkan
masalah
dalam
penentuan
dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau
dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja
yang berbeda:
1. 1.
Insulin
kerja
cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai
puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali
suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2. 2.
Insulin
kerja
sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10
jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk
memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk
memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
3. 3.
Insulin
kerja
lama.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Obat-obat hipoglikemik per-oral
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada
penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.
Contohnya
adalah
glipizid,
gliburid,
tolbutamid
dan
klorpropamid.
Obat ini menurunkan kadar gula darh dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh
pankreas dan meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak

mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya


sendiri.
Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan
oleh
raga
gagal
menurunkan
kadar
gula
darah
secara
adekuat.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita
memerlukan 2-3 kali pemberian.
Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik,
mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
1. Olah Raga
Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik, sehingga insulin
yang ada walaupun relatif kurang, dapat dipakai dengan lebih efektif. Lakukan olahraga 1-2
jam sesudah makan terutama pagi hari selama 1 jam perhari minimal 3 kali/minggu.
Penderita DM sebaiknya konsultasi gizi kepada dokter atau nutritionis (ahli gizi) setiap 6
bulan sekali untuk mengatur pola diit dan makan guna mengakomodasikan pertumbuhan dan
perubahan BB sesuai pola hidup.
Penatalaksanaan Gizi pada penderita DM
1)

Penilaian kondisi pasien.


1. Status gizi :

penilaian status gizi dengan menghitung Indek Masa Tubuh (IMT) =


BB(kilogram)/TB2(meter) untuk melihat apakah penderita DM mengalami
kegemukan/obesitas, normal atau kurang gizi. IMT normal pada orang dewasa antara 18,525.
1. Toleransi glukosa
Dengan memberikan kadar gula darah (glukosa) apakah dalam batas batas toleransi normal
(terkontrol). Biasanya diperiksa gula darah puasa dan 2 jam setelah makan, gula darah
sewaktu dan HbAc. Selain itu juga diperiksa kadar gula dalam urin.
1. Komplikasi lain
Pemeriksaan klinis dan laboratorium lebih lanjut perlu dilakukan bila untuk mengetahui
apakah sudah ada komplikasi baik akut atau kronik seperti kadar gula darah selalu rendah
atau bahkan selalu tinggi, komplikasi ke penyakit jantung, ginjal, hati, pembuluh darah, saraf
atau mata.
2)

Perencanaan Diit dan mendidik pasien DM

Mendidik pasien DM bertujuan agar pasien tersebut dapat mengontrol gula darah,
mengurangi komplikasi dan meningkatkan kemampuan untuk merawat diri sendiri.

Perencanaan diit bertujuan agar cukup asupan kalori, protein, lemak, asam mineral dan serat
serta air dengan frekuensi makan sepanjang hari disesuaikan dengan pemberian obat anti
diabetes atau injeksi insulin. Selain itu kebutuhan kalori dan serat gizi lain disesuaikan
dengan status gizi dan kondisi kesehatan penderita DM (misalnya bila disertai hipertensi atau
tekanan darah tinggi, harus mengikuti diit rendah garam). Perencanaan diit dapat
menggunakan daftar penukar bahan makanan, sehingga penderita DM dapat menggunakan
daftar itu sendiri.
3)

Olah Raga

Penderita DM dianjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur 3-4 kali/minggu,


setidaknya 20-30 menit (misalnya jalan kaki cepat, senam). Untuk memperbaiki aktivitas
insulin. Selain itu olahraga membantu penurunan BB pada penderita gemuk atau obesitas.
Bila melakukan olahraga berat sebaiknya sebelum, selama dan sesudah olahraga memonitor
kadar gula darah, khususnya untuk DM type I, guna menentukan kebutuhan insulin dan
asupan makanan harus disesuaikan. Bila melakukan olahraga ringan, tidak perlu mengatur
kebutuhan insulin, cukup snack kecil sebelum olahraga pada gula darah < 80mg/dl. Untuk
olahraga yang lama snack diperlukan setiap 1 jam. Pada olahraga berat dan lama seperti
ski lintas alam, dosis insulin perlu diturunkan untuk mencegah hipoglikemia (kadar gula
darah turun). Pada penderita DM dianjurkan memperbanyak cairan sebelum, selama dan
sesudah olahraga untuk mencegah dehidrasi.
Komplikasi
Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan jiwa maupun
mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
Komplikasi akut
1. Komplikasi akut yang paling berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (kadar gula
darah sangat rendah), karena dapat mengakibatkan koma (tidak sadar) bahkan
kematian bila tidak cepat ditolong. Keadaan hipoglikemia ini biasanya dipicu karena
penderita tidak patuh dengan jadwal makanan (diit) yang telah ditetapkan, sedangkan
penderita tetap minum obat anti diabetika atau mendapatkan infeksi insulin. Gejalagejala terjadinya hipoglikemia adalah rasa lapar, lemas, gemetar, sakit kepala,
keringat dingin dan bahkan sampai kejang-kejang.
2. Koma pada penderita DM juga dapat disebabkan karena tingginya kadar gula dalam
darah, yang biasanya dipicu adanya penyakit infeksi atau karena penderita DM tidak
minum obat/mendapatkan insulin sesuai dosis yang dianjurkan. Gejala dari
hiperglikemia adalah rasa haus, kulit hangat dan kering, mual dan muntah, nyeri
abdomen, pusing dan poliuria.
Karena sulit untuk membedakan komplikasi karena hipo atau hiperglikemia, maka dianjurkan
kalau ada gejala-gejala seperti diatas pada penderita DM, lebih baik segera ditolong dengan
diberikan air gula atau permen, kemudian penderita segera dikirim ke Rumah Sakit.
Komplikasi Kronis

Bila sudah terjadi komplikasi yang mengakibatkan tingginya kadar gula darah`dalam waktu
lama seperti gangguan pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (dapat
terjadi kebutaan/retinopati diabetikum), pembuluh darah ginjal (Gagal Ginjal Kronik (GGK)
sehingga harus dilakukan hemodialisa), selain upaya menurunkan kadar gula darah dengan
obat antibiotik/insulin dan terapi diit, perlu pengobatan untuk komplikasinya. Diit juga
ditujukan untuk mengurangi/menyembuhkan komplikasi tersebut (misalnya kadar kolesterol
juga tinggi, diit diarahkan juga untuk menurunkan kadar kolesterol tersebut).
Kaitan gizi dengan Diabetes Mellitus
DM adalah gangguan metabolisme karbohidrat yang merupakan salah satu unsur zat gizi
makro. Gangguan metabolisme ini juga menyebabkan gangguan metabolisme zat gizi lain
yaitu protein, lemak, vitamin, dan mineral yang mana proses metabolisme tubuh itu saling
berinteraksi antar semua unsur zat gizi. Oleh karena itu, DM adalah merupakan salah satu
dari Nutrition Related Disease dimana gangguan salah satu metabolisme zat gizi dapat
menimbulkan penyakit. Terapi diit adalah penatalaksanaan gizi paling penting pada penderita
DM. Tanpa pengaturan jadwal dan jumlah makanan serta kualitas makanan sepanjang hari,
sulit mengontrol kadar gula darah agar tetap dalam batas normal.
Bila dibiarkan dalam jangka waktu lama, akan mengakibatkan komplikasi baik akut atau
kronis, yang pada akhirnya dapat membahayakan keselamatan penderita DM sendiri atau
mempengaruhi produktivitas kerja. (contoh: pada penderita DM yang mengalami luka
gangren yang harus diamputasi karena kadar gulanya selalu tinggi sehingga lukanya tidak
dapat sembuh).
Pencegahan
DM dapat dicegah dengan menerapkan hidup sehat sedini mungkin yaitu dengan
mempertahankan pola makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan
konsumsi sayuran, buah dan serat, membatasi makanan yang tinggi karbohidrat, protein dan
lemak, mempertahankan BB yang normal sesuai dengan umur dan tinggi badan (TB) serta
olah raga (OR) teratur sesuai umur & kemampuan.
Puasa pada Penderita Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Melitius (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya
penanganan yang tepat dan serius. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan tapi dengan
penanganannya yang baik, DM bisa diatasi. Penderitanya pun dapat hidup normal dan
melakukan aktifitas sehari-hari termasuk melakukan aktifitas ibadah berupa puasa pada bulan
Ramadhan.
Manfaat Berpuasa
Puasa dapat mengistirahatkan sistim pencernaan. Lambung yang biasanya harus bekerja 18
jam nonstop tanpa henti. Dengan berpuasa, lambung dapat beristirahat sekitar 12-14 jam.
Puasa juga mengaktifkan sistim pengendalian kadar gula darah, cadangan gula (glikogen)
mulai digunakan, agar gula darah tidak turun. Penurunan kadar gula darah terutama dialami
oleh diabetisi yang gemuk. Dengan berpuasa terjadi penurunan lemak trigliserida dan
kolesterol terutama tekanan darah pada penderita hipertensi. Puasa juga bisa menurunkan

berat badan pada penderita kegemukan (obesitas), bila buka dan sahur tidak makan
berlebihan.
Penderita DM yang Aman untuk Berpuasa
Tidak semua penderita DM aman utk berpuasa. Ada pun mereka yang diperbolehkan untuk
puasa adalah bila kadar gula dalam darah <200 mg/dl atau mereka yang mendapat obat
hipoglikemik oral (OHO) dosis 1x/2x dan suntikan insulin<20U. Penderita yang mendapat
obat OHO 1x, dapat diberikan pada waktu buka. 2x sehari diberikan saat sahur. Penderita
yang hanya mendapat 1x suntikan insulin dosis <20 U untuk jenis insulin kerja menengah,
harus mendapat ijin dari dokter sebelum berpuasa. Pada penderita DM usia lanjut harus
berhati-hati, sebab dapat terjadi dehidrasi.penderita DM harus cukup banyak minum.
Diet DM merupakan diet yang seimbang antara karbohidrat, protein dan lemak, ditambah
dengan sayur dan buah. Karbohidrat dalam bentuk kompleks sumbernya KH murni dibatasi
hanya untuk bumbu, dapat digunakan gula pengganti. Masukkan olahraga dalam kegiatan
sehari-hari, untuk membantu menurunkan kadar gula darah. Minum obat DM dan
penyuntikan insulin pada waktu yg tepat. Bila waktu puasa timbul gejala hipoglikemi, harus
segera buka puasa. Penderita yang kadar gulanya terkendali dengan diet DM dan olah raga,
tidak ada masalah. Namun bila terjadi gejala hipoglikemi (kadar gula darah turun di bawah
normal) harus segera buka. Gejala hipoglikemi biasanya ditandai dengan keluar keringat
dingin, gemetar, pusing, rasa peril di ulu hati seperti orang kelaparan, mata berkunangkunang.
Pedoman puasa untuk penderita DM tipe II.
( Berdasarkan Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia Thn. 2002)
1. Pasien yang terkendali dengan pengaturan makan saja, tidak mengalami kesulitan
kalau berpuasa. Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati adanya perubahan
jadwal, jumlah dan komposisi asupan makanan.
2. Pasien diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila berpuasa, oleh
karena itu dianjurkan minum yang cukup.
3. Perlu peningkatan kewaspadaan pasien diabetes terhadap gejala-gejal hipoglikemia.
Dianjurkan untuk jadwal makan sahur mendekati waktu imsak/subuh, kurangi
aktivitas fisik disiang hari dan bila berolahraga dianjurkan pada sore hari.
4. Pasien yang cukup terkendali dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dosis tunggal
juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan pada saat berbuka
puasa. Hati-hati terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO
dengan dosis maksimal.
5. Untuk pasien yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan dosis obat
diberikan sedemikian sehingga dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis
sahur.
6. Untuk pasien diabetes Tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin kerja
menengah yang diberikan saat berbuka puasa.

7. Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap hipoglikemia pada pasien


pengguna insulin. Perlu pemantauan yang lebih ketat disertai penyesuaian dosis dan
jadwal suntikan insulin. Bila terjadi hipoglikemia, puasa dihentikan.
8. Untuk pasien yang harus menggunakan insulin dosis multipel, dianjurkan untuk tidak
berpuasa dalam bulan Ramadhan.
9. Sebaiknya momentum puasa Ramadhan ini digunakan untuk lebih meningkatkan
pengetahuan pengetahuan dan ketaatan berobat pasien DM. Dengan berpuasa
Ramadhan diharapkan adanya perubahan psikologis yang menciptakan rasa lebih
sehat bagi pasien diabetes.
Cara Pembagian Makan
Adapun pembagian makan yang baik bagi diabetesi selama puasa, para diabetesi sebaiknya
mengkonsumsi makanan dengan menu seimbang. Komposisi menu seimbang terdiri dari
karbohidrat (50-60%), protein (15-20%), lemak (20-25%), ditambah sayur dan buah untuk
sumber vitamin dan mineral.
Untuk memperlancar buang air besar , cukup mengkonsumsi tinggi serat. Sedangkan
komposisi dan waktunya terdiri dari 30 persen saat berbuka puasa, 20 persen sesudah tarawih
dan 10% lainnya sebelum tidur dengan ditambah makanan ringan (snack). Sisanya 30 persen
untuk sahur dan 10 persen lagi sebelum imsak, dengan menambahkan snack serta vitamin.
Yang paling penting adalah cukup banyak minum 8 gelas perhari. Lima gelas waktu buka dan
tiga gelas waktu sahur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Waspadji S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,
2001
2. Peranan
Diit
dalam
Penanggulangan
www.depkes.com/makalah/pekanDm/pdf.

Diabetes,

Available

3. Diabetes Mellitus, Available at www.medicastore.com/diabetesmellitus


4. Puasa pada Penderita DM tipeII, Available at www.FKunpad.htm
5. Diagnosis DM, Available at www.EijkmanInstitute.htm
6. Kiat Sehat Diabetesi yang Berpuasa, Available at www.CyberMANHEALTH.htm

at

Anda mungkin juga menyukai