Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian Anemia Pada Siswi SMP 133 Pulau

Pramuka
Relationship Between Knowledge with Anemia Prevalence on Female Student at 133
Junior High School Pramuka Island
Dewi Fadlilah - 1206245374
Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Abstrak
Prevalensi anemia di kepulauan seribu mencapai 70% dan merata ada pada semua kelompok umur.
Kelompok yang paling rentan adalah kelompok bayi dengan prevalensi 88,9 persen. Bayi-bayi ini
dilahirkan oleh ibu yang juga menderita anemia. Prevalensi yang tinggi ini bukan tidak mungkin
terjadi karena ibu hamil menderita anemia sejak remaja. Apabila dibiarkan terus menerus, anemia
pada remaja akan menghasilkan dampak gangguan pertumbuhan fisik, gangguan kognitif, memori,
konsentrasi, serta pembelajaran. Anemia yang terjadi di Kepulauan Seribu merupakan anemia gizi
besi. Faktor penyebab utamanya karena pola hidup kurang sehat, pola makan yang kurang bergizi,
serta ketidaktahuan masyarakat tentang anemia. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian anemia pada siswi SMP 133 di Pulau Pramuka. Hasil penelitian
menemukan tingkat pengetahuan mengenai anemia yang masih rendah pada penderita anemia.
Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan status anemia (P=0,215). Walaupun begitu, intervensi kesehatan berupa promosi dan
pendidikan kesehatan dirasa perlu untuk dilakukan.
Kata kunci: Anemia, Remaja, Pengetahuan, Pulau Pramuka

Abstract
The prevalence of anemia in Kepulauan Seribu reaching 70% and equal in all age groups. The most
susceptible group is the infant group with 88.9 percent. These infants born to mothers who are also
suffering from anemia . This high prevalence is probably because pregnant women suffer from anemia
as a teenager. If this continue, it will result in physical growth disorders and disturbance in cognitive,
memory, concentration, and learning. Anemia that occurs in Kepulauan Seribu is an anemia of iron
deficiency. The main factor is less healthy lifestyle, less nutritious diet, and lack of knowledge about
anemia. This study investigates the relationship between knowledge with anemia prevalence on
female student at 133 junior high school Pramuka Island. The study found that knowledge about
anemia is low among student female with anemia. While the statistic test results show that there are
no relationship between knowledge and anemia prevalence (P=0,215). However, interventions such as
health promotion and health education is necessary to be done.
Key words: Anemia, Teenagers, Knowledge, Pramuka Island

Pendahuluan
Hasil penelitian Yayasan Kusuma Buana pada tahun 2009 di Kepulauan Seribu
mengenai anemia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sekitar 88,9 persen bayi
yang baru lahir menderita anemia. Penyebabnya karena bayi-bayi ini dilahirkan dari ibu-ibu
yang juga anemia. Lebih dari 75 persen, dari 49 persen ibu hamil yang diuji, mengalami
kekurangan darah merah. Tidak hanya itu, penelitian juga menemukan bahwa kejadian

anemia terjadi pada setiap umur. Mulai dari bayi lahir, balita, anak-anak dan remaja, ibu
hamil dan menyusui, hingga orang dewasa. Diperkirakan sekitar 70 persen warga dan 30
persen dari sekitar 1.200-1.300 siswa di Kepulauan Seribu menderita anemia.
Menurut Brown (2011), kebutuhan gizi harus terpenuhi pada setiap tahap kehidupan
karena status kesehatan pada satu tahap akan mempengaruhi status kesehatan pada tahap
berikutnya. Prevalensi anemia yang tinggi pada ibu hamil bukan tidak mungkin terjadi karena
seseorang telah mengalami anemia sejak remaja. Seorang remaja yang nantinya akan menjadi
ibu hamil, apabila mengalami anemia dan tidak melakukan perbaikan gizi maka anak yang
dilahirkannya dapat mengalami anemia pula. Lebih parahnya lagi apabila hal ini dibiarkan
terus menerus, rantai kejadian anemia akan terus berlanjut dan merata, tidak melihat umur
ataupun jenis kelamin, seperti yang telah terjadi di kepulauan seribu.
Anemia pada remaja adalah suatu keadaan kadar hemoglobin dalam darah lebih
rendah dari nilai normal. Nilai batas ambang untuk anemia menurut WHO 2001 adalah untuk
umur 5-11 tahun < 11,5 g/L, 11-14 tahun <= 2,0 g/L, remaja diatas 15 tahun untuk anak
perempuan <12,0 g/L dan anak laki-laki < 3,0 g/L (Permaesih, 2005). Anemia yang sering
terjadi, dan yang terjadi pula di Kepulauan Seribu, merupakan anemia kurang zat besi
(anemia gizi besi). Anemia gizi besi pada umumnya terjadi melalui proses panjang, kecuali
yg disebabkan oleh perdarahan akut. Didahului dengan menurunnya simpanan besi
(defisiensi besi) untuk jangka waktu yang relatif lama, tergantung persediaan dan kebutuhan
tubuh (Triyanti, 2013).
Dampak anemia pada anak sekolah antara lain adanya gangguan pertumbuhan fisik,
gangguan kognitif, memori, konsentrasi, serta pembelajaran (Triyanti, 2013). Adapun
menurut Soekirman (2000), anemia pada kelompok remaja dapat menimbulkan berbagai
dampak antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit dan
menurunkan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan kerja fisik dan prestasi belajar.
Pengetahuan disinyalir menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi anemia di
kepulauan seribu. Menurut artikel dalam situs Kompas.com, prevalensi yang cukup tinggi ini
dikarenakan pola hidup kurang sehat, pola makan yang kurang bergizi, serta ketidaktahuan
masyarakat tentang anemia. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk memaparkan
hubungan antara pengetahuan mengenai anemia terhadap kejadian anemia pada siswi SMP
133 di Pulau Pramuka.
Metode
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari skripsi Nari Aditian yang
berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Gizi Remaja Putri SMP 133
di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu tahun 2009. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non eksperimental. Adapun cara pengumpulan
datanya menggunakan studi cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMP
133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu sebanyak 132 orang. Data yang digunakan yaitu data
primer dari daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden dan data sekunder hasil
penelitian kadar Hb siswi SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu yang dilakukan oleh
peneliti dari Yayasan Kusuma Buana.

Hasil
Analisis univariat
Status anemia dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu responden dengan Hb kurang
dari 12 gr/dl dikategorikan anemia dan responden dengan Hb lebih dari atau sama dengan 12
gr/dl dikategorikan tidak anemia. Dari hasil analisis diketahui bahwa sebanyak 52 remaja
putri (39,4%) yang menderita anemia dan ada sebanyak 80 remaja putri (60,0%) yang tidak
menderita anemia. Adapun dari hasil analisis data tentang pengetahuan anemia, responden
yang dinyatakan berpengetahuan baik sebanyak 71 orang (53,8%) dan responden yang
dinyatakan berpengetahuan buruk sebanyak 61 orang (46,2%).
Tabel 1. Status Anemia Responden
Status Anemia
Anemia
Tidak anemia
Total

Jumlah (orang)
52
80
132

Presentase (%)
39,4
60,6
100

Tabel 2. Hubungan anemia dengan pengetahuan Pengetahuan Siswi Menurut Kelompok


Pengetahuan Anemia
No
1
2

Pengetahuan
< mean (buruk)
>=mean (baik)
Total

n
61
71
132

%
46,2
53,8
100

Keterangan: nilai mean 27,64

Analisis bivariat
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada 24 anak (33,8%) yang
pengetahuannya tergolong baik dengan status anemia. Sedangkan yang pengetahuannya
buruk, ada 28 anak (45,9%) dengan status anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,215
maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
status anemia.
Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat
Status anemia
Pengetahuan
Buruk
Baik
Total

Anemia
n
28
24
52

%
45,9
33,8
39,4

Total n

Tidak anemia
n
33
47
80

%
54,1
66,2
60,6

n
61
71
132

Nilai P
%
100
100
100

0,215

Pembahasan
Keterbatasan dari penelitian ini ialah tidak dapat menggambarkan sekuensi waktu
antara variabel independen dan dependen. Hal ini dikarenakan desain penelitian yang
digunakan ialah studi cross-sectional (potong lintang) yang mengukur variabel dependen dan
independen pada waktu yang bersamaan.
WHO mengklasifikasikan anemia sebagai masalah kesmas dengan kategori sebagai berikut:
1. Normal
: Angka prevalensi <= 4.9 %
2. Ringan
: Angka prevalensi 5.0 19.9%
3. Sedang
: Angka prevalensi 20.0 39.9 %
4. Berat
: Angka prevalensi >= 40%
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan jumlah siswi yang menderita anemia
sebanyak 52 anak (39,4%). Dengan demikian, siswi SMP 133 Pulau Pramuka yang terkena
anemia termasuk masalah kesehatan masyarakat yang tergolong kategori sedang. Namun
demikian, tetap perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat untuk dilakukan suatu
intervensi. Intervensi dimaksudkan agar prevalensi anemia menurun atau bahkan hilang dan
tidak ada lagi siswi yang menderita anemia. Untuk melancarkan intervensi apa yang harus
dilakukan, tentu alangkah lebih baik jika diketahui faktor penyebabnya terlebih dahulu.
Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada hubungan antara pengetahuan dengan
kejadian anemia.
Menurut Notoatmodjo (2003 dalam Handayani, 2008:22) pengetahuan tentang suatu
hal akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Perilaku seseorang sangat berhubungan
erat dengan pengetahuan tentang kesehatan serta tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan. Dalam penelitian ini didapatkan presentase remaja putri terkena anemia lebih
tinggi yang pengetahuannya tergolong buruk (45,9%) dibandingkan dengan remaja putri yang
mempunyai pengetahuan tergolong baik (33,8%). Hasil uji statistik antara status anemia
dengan pengetahuan diperoleh nilai p=0,215. Hal ini berarti bahwa secara statistik tidak ada
perbedaan antara pengetahuan dengan status anemia (tidak ada hubungan yang signifikan
anatar pengetahuan dengan kejadian anemia).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chusniaty (2002) yang menunjukkan
bahwa kejadian anemia pada kelompok yang mempunyai pengetahuan rendah lebih tinggi
prevalensi anemianya (33,3%) dibandingkan dengan pengetahuan tinggi (28,6%). Sedangkan
menurut penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian Yohanis (2003)
yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status
anemia dan anak yang pengetahuannya kurang baik terkena anemia lebih tinggi (13,5%)
daripada anak yang pengetahuannya baik terkena anemia (13%).
Kemungkinan bias dalam penelitian ini meliputi 2 faktor. Pertama, kurangnya
pemahaman responden terhadap kuisioner. Terdapat banyak pertanyaan yang jump sehingga
banyak pertanyaan yang seharusnya tidak dijawab menjadi dijawab oleh responden. Hal ini
tentu akan mempengaruhi penilaian. Kedua, pemberian skor untuk nilai pertanyaan pada
kuisioner. Ketika responden mengisi jawaban yang salah, maka diberi nilai 0. Dan ketika

responden tidak mengisi jawaban yang salah diberi nilai 1. Hal ini bisa saja mempengaruhi
penilaian dan menyebabkan terjadinya bias.
Kesimpulan
Kejadian anemia pada siswi SMP 133 Pulau Pramuka termasuk masalah kesehatan
masyarakat kategori sedang dengan prevalensi 39,4%. Tingkat pengetahuan mengenai anemia
juga belum seluruhnya baik. Hal ini terlihat dari presentase siswa yang memiliki pengetahuan
yang buruk mengenai anemia sebesar 46,2%. Namun dari hasil uji statistik, ditemukan tidak
adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status anemia pada siswi SMP
133 Pulau Pramuka.
Saran
Promosi dan pendidikan kesehatan di sekolah perlu diadakan meskipun tidak adanya
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status anemia pada siswi SMP 133. Hal
ini dirasa perlu karena tingkat pengetahuan siswi yang rendah terhadap anemia mungkin tidak
akan berpengaruh saat remaja tetapi bisa saja berpengaruh saat hamil ataupun telah memiliki
anak. Selain itu, usia sekolah merupakan usia yang efektif dalam menyerap informasi.
Promosi kesehatan tidak hanya dilaksanakan pada jenjang SMP saja tetapi pada jenjang SD
dan SMA. Hal ini bertujuan agar tersampaikannya informasi kesehatan yang berkelanjutan.
Penelitian lebih lanjut dirasa perlu diadakan mengingat adanya bias yang muncul.
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengurangi bias yang ada seperti misalnya dengan
mendesain ulang pertanyaan yang ada agar responden tidak bingung saat mengisi kuisioner
dan tidak ada jump lagi. Selain itu, penelitian terbaru juga perlu diadakan mengingat sumber
data penelitian ini diambil dari tahun 2009. Perubahan prevalensi dapat terjadi karena telah
diadakannya berbagai intervensi yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga pemerintah
maupun lembaga non pemerintah.
Daftar Pustaka
1. Aditian, Nari. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Gizi
Remaja Putri SMP 133 di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu Tahun 2009 [skripsi].
Fakultas Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
2. Brown, Judith E. 2011. Nutrition Through The Life Cycle. California: Wadsworth
3. Chusniaty, Nurlaily. 2002. Hubungan anemia dengan karakteristik responden, pola
konsumsi dan asupan zat gizi pada remaja putri SMUN 1 Bekasi Jabar [skripsi].
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
4. Handayani, Mira Nurul. 2008. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Frekuensi
Terjadinya Demam Tifoid Pada Perawat di RSUD Tugurejo Semarang [skripsi].
Available from: <http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdlmiranurulh-5145-3-bab2.pdf> [accessed 6 Desember 2013]

5. Harthana, Timbuktu. 2009. Awas... 70 Persen Warga Kepulauan Seribu Anemia


[internet]. Available from:
<http://health.kompas.com/read/2009/10/13/1356082/Awas.70.Persen.Warga.Kepulau
an.Seribu.Anemia> [accessed 3 Oktober 2013]
6. Permaesih, Dewi, Susilowati Herman. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Anemia Pada Remaja [internet]. Available from:
<http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/219/294>
[accessed 26 October 2013]
7. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : DirJen PTDPN
8. Triyanti. 2013. Anemia Gizi Besi [Komunikasi langsung]
9. Yohanis. 2003. Gambaran Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Anemia
Pada Anak SD di Enam Kecamatan Kab. Bogor [skripsi]. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok
10. WHO. 2001. Iron Deficiensy Anaemia Assessment, Prevention, And Control: A Guide
For Programme Managers [internet]. Available from:
<http://www.who.int/nutrition/publications/micronutrients/anaemia_iron_deficiency/
WHO_NHD_01.3/en/> [accessed 26 Desember 2013]

Anda mungkin juga menyukai