Laporan - 2 Inri
Laporan - 2 Inri
Demam
Lemah
Tremor
Nasal discharge
Diare berdarah
Feses berwarna gelap
Keratinasi pada foot pad
Lethargi
Anoreksia
Pustula dibagian inguinal
Dehidrasi
Diagnosa. Diagnosa
didasarkan
pada
anamnesa,
gejala klinis yang ditemukan dan
pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaan
darah,
PCR,
immunofluororesensi,
isolasi
virus, analisa ciran serebrospinal,
tertularnya
seekor
anjing
terhadap virus ini. Vaksinasi
sangat penting. Anak-anak anjing
sangat rentan terinfeksi virus
distemper,
terutama
jika
kekebalan
alami
yang
diperolehnya dari induk sudah
menghilang sebelum anak anjing
tersebut
mampu
membentuk
kekebalan
tubuhnya
sendiri.
Untuk melindungi anjing dewasa,
pemilik hewan harus memberikan
vaksin secara berkala sehingga
anjing tersebut mempunyai titer
antibodi yg cukup untuk melawan
virus
tersebut.
Pencegahan
merupakan tindakan terpenting
dalam penanganan kasus ini.
B. Parvovirus
Etiologi. Penyakit muntaber
pada anjing disebabkan oleh virus
canine parvovirus (CPV). Virus ini
termasuk
dalam
famili
Parvoviridae
(M ATTHEWS ,
1979).
Diameter virus CPV berkisar
20 nm, termasuk virus single
stranded DNA, dan virionnya
berbentuk partikel ikosahedral
serta
tidak
beramplop,
dan
perkembang- biakan virus ini
sangat tergantung pada sel inang
yang sedang aktif membelah (MC.
CARTHY , 1980).
Dalam gradien CsCl, CPV
mempunyai kepadatan gradien
1,43 g/ml. CPV terdiri dari 3
protein virus yaitu VP1, VP2, dan
VP3 dengan berat molekul 82.500
sampai 63.500.
Gejala Klinis. Pada temuan
pemeriksaan
klinis
biasanya
terdapat
gejala-gejala
seperti
berikut :
12
Demam
13
Depresi
14
Tremor
15
Nasal discharge
16
Diare berdarah
17
Feses
bau
menyengat
(anyir)
18
Anoreksia
19
Lethargi
20
Dehidrasi berat
Prognosa. Pada anjing
dengan infeksi ringan, terutama
pada anjing yang telah divaksin,
progonosanya buruk tetapi bila
anjing tidak memiliki antibodi
yang baik serta belum pernah
divaksin maka prognosanya buruk
sampai infausta.
Diagnosa. Diagnosis infeksi
CPV
ditegakkan
berdasarkan
sejarah penyakit, gejala klinis,
perubahan
PA/HP,
dan
pemeriksaan
laboratorium
termasuk uji serologis dan isolasi
virus.
Leukopenia
umumnya
terjadi pada awal infeksi (APPEL
et al., 1978).
Pemeriksaan serologis
meliputi
uji
single
radial
haemolysis, ELISA, uji HI, dan uji
serum netralisasi (FASTIER, 1981).
Akhir-akhir ini uji ELISA untuk
mendeteksi
antibodi
mulai
diterapkan
terutama
menggunakan
antibodi
monoklonal
yang
spesifik
terhadap CPV, sehingga hasil
yang diperoleh lebih sensitif dan
spesifik (MATHYS et al., 1983).
Pemeriksaan virologis
meliputi isolasi virus, dan deteksi
antigen/partikel CPV seperti uji
ELISA, Fluoresence antibodi teknik
(FAT), atau elektron mikroskop
yang merupakan teknik diagnosis
yang paling baik untuk diterapkan
(EUGSTER et al., 1978).
Meskipun CPV belum tentu
dapat diisolasi dari kasus CPV
yang
klasik,
isolasi
dapat
dilakukan
dan
diinokulasikan
dalam biakan jaringan. Tetapi
tidak jarang virus berbiak pada
biakan jaringan tanpa disertai
CPE.
Untuk
kasus
tersebut,
deteksi
virus
pada
biakan
tersebut
perlu
dilengkapi
misalnya dengan uji HA, HI atau
FAT (CARMICHAEL et al., 1980).
Diagnosa Banding. Canine
parvovirus memiliki gejala klinis
yang
sangat
mirip
dengan
beberapa penyakit seperti feline
panleukopenia,
minute
virus
enteritis,
canine
distemper,
koksidiosis, ancylostomiasis.
Pencegahan dan
Pengobatan. Penanganan secara
spesifik untuk menghilangkan
virusnya seperti penggunaan obat
antiviral
belum
tersedia.
Penanganan suportif dilakukan
untuk membantu menjaga kondisi
umum
anjing.
Penanganan
meliputi pemberian terapi cairan
(infus) baik melalui subcutan
(dibawah kulit) ataupun melalui
intravena
(melalui
pembuluh
darah)
untuk
menjaga
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit yang hilang karena
muntah dan diare. Penanganan
lainnya
melalui
pemberian
antimuntah,
antibiotik
dan
pemberian
injeksi
suplemen
protein dan nutrisi. Perawatan
rata-rata membutuhkan waktu 12 minggu.
Pencegahan dilakukan
melalui tindakan vaksinasi yang
teratur dan melakukan karantina
pada
hewan
yang
dicurigai
terpapar parvovirus. Peralatan
dan lingkungan yang tercemar
virus
parvo
didesinfeksi
menggunakan larutan pemutih
pakaian yang di encerkan dengan
air dengan perbandingan 1:30
karena virus ini cukup tahan di
lingkungan dan cairan desinfeksi
lainnya.
Anjing
yang
telah
sembuh dari parvo harus tetap
diisolasikan sekitar 1-2 minggu
Anoreksia
Lemah
Demam
Nafsu makan berkurang
Nasal discharge
Tremor
Diagnosa. Diagnosa didasarkan pada
anamnesa,gejala klinis yang ditemukan
dan pemeriksaan laboratorium seperti
pemeriksaan
darah
PCR,
immunofluororesensi, isolasi virus, analisa
ciran serebrospinal, serologi dan tes
ELISA.
penderita
ke
anjing
lainnya.Virus
menyerang epitel permukaan saluran
pernafasan atas dan bawah. Adanya
makrofag di paru-paru dapat mencegah
penyebaran virus ke organ lainnya. Anjing
yang tertular selama 8-9 hari akan menjadi
penyebar virus, dan setelah itu aan bersifat
laten. Penderita biasanya memperlihatkan
gejala ringan dari gangguan pernafasan
(Subronto, 2010).
Kesimpulan
Distemper merupakan penyakit pada
anjing yang disebabkan oleh Canine
Distemper Virus dari genus Morbillivirus
dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik
yang ditimbulkan sangat bervariasi
tergantung
organ
yang
diserang.
Penceghannya dengan vaksinasi dan
pengobatannya dengan fluid terapi,
antibiotik dan pemberian vitamin. Parvo
merupakan penyakit pada anjing yang
disebabkan oleh virus yang dinamakan
Canine Parvovirus atau Parvoviral
Enteritis sangat rentang terhadap anjing
yang masih mudah, Pengobatannya yaitu
dengan fluid terapi, antibiotik untuk
infeksi sekunder seperti gentamicin,
antiemetik dan terapi suporatif. Sedangkan
Parainfluenza
adalah
virus
yang
menyerang
saluran
pernapasan.
Pengobatannya dengan pemberian vitamin,
antibiotik untuk infeksi sekunder, terapi
suportif. Berdasarkan hasil praktikum,
puppies yang diperiksa tidak mengidap
penyakit yang spesifik (sehat).
Pustaka Acuan
APPEL , M. and C.R. P ARRISH . 1987.
Canine parvovirus type 2. In: Virus
infections of carnivores. M. A PPEL
. (Ed.) Elseviers, Science Publisher.
Pp. 6992.
APPEL , M.J.G., B.J. C OOPER , H.H. G
REISEN and L.E.C ARMICHAEL .
1978. Status report: Canine viral
enteritis. J. Am. Vet. Med. Ass. 173:
15161518.