Anda di halaman 1dari 41

Anemia Defisiensi Besi

Ulfi Shofahati

identitas pasien

Identitas
Nama pasien : Ny. S
Usia
: 47 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Permitan 4/2, Bondowo,
Magelang
Tanggal masuk RS : 26 Oktober 2014

anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan lemas,
pusing sejak 3 hari yang lalu. Keluhan
disertai mual, muntah (-), sesak, dan nyeri
telan. Pasien tidak mengalami menstruasi (-),
muntah darah (-), BAK warna merah (-),
perdarahan gusi (-), dan perdarahan lainnya.

Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat anemia disangkal.
2. Riwayat hipertensi (+) selama 4 tahun ini,

riwayat pengobatan (+) rutin minum


amlodipin 5 mg.
3. Riwayat diabetes mellitus (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi dialami ibu, kakak, dan
adiknya. Pasien adalah anak ke-6 dari 8
bersaudara. Ke-empat saudaranya sudah
meninggal karena komplikasi dari hipertensi,
diantaranya stroke, penyakit jantung, dan
penyakit ginjal.

Riwayat Personal Sosial


Selama 4 tahun ini pasien sudah
melakukan diet rendah garam bersama
suaminya yang mengalami hipertensi juga.
Selain dengan obat antihipertensi, pasien
mengaku sering mengkonsumsi timun dan
seledri untuk menurunkan tensinya. Riwayat
merokok (-).

pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : lemah Kesadaran : compos mentis


VS :
TD : 130/80 mmHg N : 84 x/menit R : 28 x/menit
t : 36,1 C
Kepala : CA +/+ SI -/-, bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Leher : limfonodi tak teraba, JVP
Dada : pengembangan dada simetris, sonor +/+, retraksi
dinding dada -/-, pigeon chest (-), barrel chest (-)
Pulmo : SDV +/+ ST -/Cor : S1 > S2 reguler, bising jantung (-), cardiomegali (-)
Abdomen : supel, datar, peristaltik (+), nyeri tekan (-)
Hati : tak teraba, batas hepar normal
Limpa : tak teraba, perkusi timpani
Ekstremitas : edema -/- akral hangat +/+ anemis -/koilonikia (+) di kuku tangan kanan

Diagnosis

Diagnosis Banding
Anemia mikrositik hipokromik

- anemia defisiensi besi


- anemia penyakit kronik
- anemia sideroblastik
Anemia megaloblastik
- anemia defisiensi asam folat
- anemia defisiensi B12
Hipertensi

Diagnosis Kerja
Anemia Gravis
Hipertensi

pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Kompon
en

Hasil

Keterang
an

Kompon
en

Hasil

Keterang
an

Hemoglob
in

3,6 g/dl

P-LCR

20,3 %

Leukosit

8900 /ul

MCV

68,7 fL

Eritrosit

200.000 /
ul

MCH

18,2 fg

Hematokr
it

13,6 %

MCHC

26,5 g/dl

Trombosit

551.000 /
ul

GDS

62 mg/dl

Netrofil

78 %

Ureum

17,3
mg/dl

Limfosit

9%

Creatinin

0,58
mg/dl

Monosit

9%

Cholester
ol

96 mg/dl

Morfologi Darah Tepi


Eritrosit : anisositosis

hipokromik
Leukosit : jumlah cukup
morfologi dalam batas normal
Trombosit : trombositosis
Kesan : anemia & trombosistosis

terapi

Terapi
Transfusi PRC 4 kolf
Sulfas ferrous 3 x 200 mg
Inj. omeprazole 1 amp / 24 jam
Inj. sotatik 1 amp / 8 jam
Amlodipin 1 x 5 mg

masalah yang dikaji


Bagaimanakan penegakkan
diagnosis anemia pada pasien ini?

anemia

Definisi
Anemia

merupakan penurunan jumlah


massa eritrosit (red cell mass) sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen carrying capasity).
Secara praktis anemia ditunjukkan oleh
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit
atau hitung eritrosit (red cell count).

Kriteria Anemia
Menurut WHO, 2001
Laki-laki dewasa
Hb < 13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil
Hb < 12 g/dl
Wanita hamil
Hb < 11 g/dl
Tapi kriteria ini tidak cocok dipraktikkan di
Indonesia,
sehingga
para
peneliti
di
Indonesia mengambil jalan tengah menjadi
Hb < 10 g/dl sebagai awal dari work-up
anemia.

Etiologi
Etiologi anemia :
1. Gangguan pembentukkan eritrosit oleh
sumsum tulang.
2. Perdarahan.
3. Hemolisis.

Klasifikasi Anemia (etiopatogenesis)


A. Anemia karena gangguan pembentukkan eritrosit dalam

sumsum tulang.
1.

Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit


1)
2)
3)

2.

Gangguan penggunaan (utilisasi) besi


1)
2)

3.

Anemia defisiensi besi


Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi B12
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik

Kerusakan sumsum tulang

Anemia aplastik
II.
Anemia mieloplastik
III. Anemia pada keganasan hematologi
IV. Anemia diseritropoetik
V.
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritropoetin : anemia pada gagal ginjal kronik
I.

Kalsifikasi Anemia (etiopatogenesis)


B. Anemia akibat hemorrhagi

Anemia pasca perdarahan akut


2. Anemia akibat perdarahan kronik
1.

C. Anemia hemolitik
1.

Anemia hemolitik intrakorpuskular


1)
2)
3)

2.

Anemia hemolitik ekstrakorpuskular

Anemia hemolitik autoimun


2) Anemia hemolitik mikroangiopati
3) Lain-lain
Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis
yang kompleks
1)

D.

Gg membran eritrosit (membranopati)


Gg enzim eritrosit (enzimopati), anemia def. G6PD
Gg hemoglobin (hemoglobinopati), thalasemia,
hemoglobinopati struktural ; HbS, HbE, dll.

Klasifikasi Anemia
Berdasarkan gambaran morfologik dengan
melihat indeks eritrosit atau apusan darah
tepi. Anemia terbagi menjadi :
1. Anemia mikrositik dan hipokromik, bila
MCV < 80 fL dan MCH <27 pg.
2. Anemia normositik normokronik, bila MCV
80-95 g/dl dn MCH 27-34 pg
3. Anemia makrositik bila MCV > 95 fL

Klasifikasi Anemia
Berdasarkan morfologinya
1. Anemia hipokromik mikrositik
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalassemia mayor
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sideroblastik

Klasifikasi Anemia (morfologi)


2. Anemia normokromik normositik
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia aplastik
3) Anemia hemolitik didapat
4) Anemia akibat penyakit kronik
5) Anemia pada gagal ginjal kronik
6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
7) Anemia pada keganasan hematologik

Klasifikasi Anemia (morfologi)


3. Anemia makrositik
A.

Bentuk megaloblastik
1)
2)

Anemia defisiensi asam folat


Anemia defisiensi B12, termasuk anemia
pernisiosa

B. Bentuk non-megaloblastik
1) Anemia pada penyakit hati kronik
2) Anemia pada hipotiroidisme
3) Anemia pada sindrom mielodisplastik

Gejala
A. Gejala umum anemia

Sindrom anemia dapat berupa rasa lemah,


lesu, cepat lelah, tinnitus, mata berkunangkunang, kaki terasa dingin, sesak napas, dan
dispepsia.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak pucat
pada konjuctiva, mukosa mulut, telapak
tangan dan jaringan dibawah kuku.

Gejala
B. Gejala khas masing-masing anemia

Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi


papil lidah, stomatitis angularis, dan
koilonychia.
2. Anemia megaloblastik : glositis, gangguan
neurologik pada defisiensi vitamin B12
3. Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali,
dan hepatomegali
4. Anemia aplastik : perdarahan dan tandatanda infeksi
C. Gejala penyakit dasar
1.

Diagnosis Anemia
1. Pemeriksaan penyaring

Pengukuran kadar hemoglobin, indeks


eritrosit, dan apusan darah tepi.
2. Pemeriksaan darah seri anemia

Hitung jenis leukosit, trombosit, hitung


retikulosit, dan laju endap darah.
3. Pemeriksaan sumsum tulang
Mutlak dilakukan pada pasien dengan
diagnosis anemia aplastik, anemia
megaloblastik, dan kelainan hematologik
yang dapat mensupresi sistem eritoid

Diagnosis Anemia
4. Pemeriksaan khusus
1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC

(total iron binding capacity), saturasi


transferin, protoporfirin eritrosit, ferritin
serum.
2) Anemia megaloblastik : folat serum, vit.
B12 serum, tes Schiling, tes supresi
deoksiridin.
3) Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes
Coomb, elektroforesis, hemoglobin, dll.
4) Anemia aplastik : biopsi sumsum tulang

Anemia
Def. Besi

Anemia
akibat
Peny
Kronik

Trait
Thalassemi
a

Anemia
Sideroblas
tik

Derajat
Anemia

ringan
sampai
berat

ringan

ringan

ringan
sampai
berat

MCV

menurun

menurun /
normal

menurun

menurun /
normal

MCH

menurun

menurun /
normal

menurun

menurun /
normal

Besi serum

menurun <
30

menurun <
50

normal /
naik

normal /
naik

TIBC

meningkat
> 360

menurun <
300

normal /
menurun

normal /
menurun

Saturasi
transferin

menurun <
15%

menurun /
normal 1020%

meningkat
>20%

meningkat
>20%

Besi
sumsum
tulang

negatif

positif

positif kuat

positif
dengan ring
sideroblast

Protoporfirin

meningkat

meningkat

normal

normal

Terapi
Transfusi PRC
Terapi kausal dari penyakit yang

mendasarinya
Terapi supportif
Terapi ex juvantinus (terapi percobaan) jika
diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan
bisa diberikan dengan pemantauan yang
ketat.

Kesimpulan
Penegakkan diagnosis kasus anemia harus
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium,
diantaranya : screening test, pemeriksaan darah seri
anemia,
pemeriksaan
sumsum
tulang,
dan
pemeriksaan khusus yang dalam kasus ini
seharusnya dilakukan pemeriksaan serum iron,
TIBC, saturasi transferin, protoporfirin eritrosit,
ferritin serum, dan reseptor transferin. Sehingga kita
bisa melacak penyebab anemia pada pasien ini.
Tapi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik mengarah ke tanda khas anemia defisiensi besi,
berupa adanya disfagia dan koilonikia (+).

terimakasih

Anda mungkin juga menyukai