Ulfi Shofahati
identitas pasien
Identitas
Nama pasien : Ny. S
Usia
: 47 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Permitan 4/2, Bondowo,
Magelang
Tanggal masuk RS : 26 Oktober 2014
anamnesis
pemeriksaan fisik
Diagnosis
Diagnosis Banding
Anemia mikrositik hipokromik
Diagnosis Kerja
Anemia Gravis
Hipertensi
pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Kompon
en
Hasil
Keterang
an
Kompon
en
Hasil
Keterang
an
Hemoglob
in
3,6 g/dl
P-LCR
20,3 %
Leukosit
8900 /ul
MCV
68,7 fL
Eritrosit
200.000 /
ul
MCH
18,2 fg
Hematokr
it
13,6 %
MCHC
26,5 g/dl
Trombosit
551.000 /
ul
GDS
62 mg/dl
Netrofil
78 %
Ureum
17,3
mg/dl
Limfosit
9%
Creatinin
0,58
mg/dl
Monosit
9%
Cholester
ol
96 mg/dl
hipokromik
Leukosit : jumlah cukup
morfologi dalam batas normal
Trombosit : trombositosis
Kesan : anemia & trombosistosis
terapi
Terapi
Transfusi PRC 4 kolf
Sulfas ferrous 3 x 200 mg
Inj. omeprazole 1 amp / 24 jam
Inj. sotatik 1 amp / 8 jam
Amlodipin 1 x 5 mg
anemia
Definisi
Anemia
Kriteria Anemia
Menurut WHO, 2001
Laki-laki dewasa
Hb < 13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil
Hb < 12 g/dl
Wanita hamil
Hb < 11 g/dl
Tapi kriteria ini tidak cocok dipraktikkan di
Indonesia,
sehingga
para
peneliti
di
Indonesia mengambil jalan tengah menjadi
Hb < 10 g/dl sebagai awal dari work-up
anemia.
Etiologi
Etiologi anemia :
1. Gangguan pembentukkan eritrosit oleh
sumsum tulang.
2. Perdarahan.
3. Hemolisis.
sumsum tulang.
1.
2.
3.
Anemia aplastik
II.
Anemia mieloplastik
III. Anemia pada keganasan hematologi
IV. Anemia diseritropoetik
V.
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritropoetin : anemia pada gagal ginjal kronik
I.
C. Anemia hemolitik
1.
2.
D.
Klasifikasi Anemia
Berdasarkan gambaran morfologik dengan
melihat indeks eritrosit atau apusan darah
tepi. Anemia terbagi menjadi :
1. Anemia mikrositik dan hipokromik, bila
MCV < 80 fL dan MCH <27 pg.
2. Anemia normositik normokronik, bila MCV
80-95 g/dl dn MCH 27-34 pg
3. Anemia makrositik bila MCV > 95 fL
Klasifikasi Anemia
Berdasarkan morfologinya
1. Anemia hipokromik mikrositik
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalassemia mayor
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sideroblastik
Bentuk megaloblastik
1)
2)
B. Bentuk non-megaloblastik
1) Anemia pada penyakit hati kronik
2) Anemia pada hipotiroidisme
3) Anemia pada sindrom mielodisplastik
Gejala
A. Gejala umum anemia
Gejala
B. Gejala khas masing-masing anemia
Diagnosis Anemia
1. Pemeriksaan penyaring
Diagnosis Anemia
4. Pemeriksaan khusus
1) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC
Anemia
Def. Besi
Anemia
akibat
Peny
Kronik
Trait
Thalassemi
a
Anemia
Sideroblas
tik
Derajat
Anemia
ringan
sampai
berat
ringan
ringan
ringan
sampai
berat
MCV
menurun
menurun /
normal
menurun
menurun /
normal
MCH
menurun
menurun /
normal
menurun
menurun /
normal
Besi serum
menurun <
30
menurun <
50
normal /
naik
normal /
naik
TIBC
meningkat
> 360
menurun <
300
normal /
menurun
normal /
menurun
Saturasi
transferin
menurun <
15%
menurun /
normal 1020%
meningkat
>20%
meningkat
>20%
Besi
sumsum
tulang
negatif
positif
positif kuat
positif
dengan ring
sideroblast
Protoporfirin
meningkat
meningkat
normal
normal
Terapi
Transfusi PRC
Terapi kausal dari penyakit yang
mendasarinya
Terapi supportif
Terapi ex juvantinus (terapi percobaan) jika
diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan
bisa diberikan dengan pemantauan yang
ketat.
Kesimpulan
Penegakkan diagnosis kasus anemia harus
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium,
diantaranya : screening test, pemeriksaan darah seri
anemia,
pemeriksaan
sumsum
tulang,
dan
pemeriksaan khusus yang dalam kasus ini
seharusnya dilakukan pemeriksaan serum iron,
TIBC, saturasi transferin, protoporfirin eritrosit,
ferritin serum, dan reseptor transferin. Sehingga kita
bisa melacak penyebab anemia pada pasien ini.
Tapi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik mengarah ke tanda khas anemia defisiensi besi,
berupa adanya disfagia dan koilonikia (+).
terimakasih