Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DAN ASKEP

Disusun Oleh:
Kelompok II

MILYZA
0826010344

Yeipa Utamie

: 0826010325

Ika Binaria
0826010318

Ria Amalia
0826010311

Anggraini Puspita sari : 0826010314

FITRI

: 0826010345

Dosen Pembimbing: Ns. Hanifah, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN AJARAN 2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena
penulis telah dapat menyelesaikan makalah MASALAH GANGGUAN
TUMBUH KEMBANG ANAK AUTIS, dengan tidak ada hambatan yang
berarti. Makalah ini penulis buat dari tanggal 01 April 2010 sampai
dengan selesai.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak
terutama kepada yang terhormat dosen pembimbing dan rekanrekan di kelas Keperawatan (F) yang telah banyak membantu dan
memberi dorongan dalam penyelelesaian makalah ini.
Hasil makalah ini tentunya belum sempurna, namun bagi
penulis hasil ini sangatlah berarti terutama dapat memberikan
dorongan dan sekaligus tantangan untuk terus berkarya sebagai
pengisi kegiatan dan aktifitas remaja yang dituntut untuk terus
berkarya dan berkreasi mengisi masa depan yang penuh tantangan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon
saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu,

Penulis

April 2010

PENDAHULUAN
Autisme adalah cacat pada perkembangan syaraf dan psikis
manusia, baik sejak didalam janin dan seterusnya, yang
menyebabkan kelemahan atau perbedaan dalam berinteraksi social,
kemampuan berkomunikasi, pola minat dan tingkah laku. Adapun
juga menurut para ilmuan yaitu Kartini Kartono, 1989
mengatakan bahwa autisme itu adalah gejala menutup diri sendiri
secara total dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar ,
keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri, sedangkan
yang dimaksud autism didalam kelompok
Pervasive
DevelopmentalDisorder yaitu merupakan kelompok kelainan
perkembangan anak yang sifatnya luas dan kompleks, mencakup
aspek interaktif, social, kognisi, bahasa dan motorik.
Penyebab pasti autisme belum diketahui sampai saat ini.
Kemungkinan besar, ada banyak penyebab autism, bukan hanya
satu. Dahulu sempat diduga bahwa autism disebabkan karena cacat
genetic. Namun cacat genetic tidak mungkin terjadi dalam skala
demikian besar dan dalam waktu demikian singkat. Karena itu
kemudian para peneliti sepakat bahwaada banyak kemungkinan
penyebab autisme lainnya.
Berbagai hal yang dicurigai berpotensi untuk menyebabkan
autism adalah:
1). Vaksin yang mengandung Thimerosal
Thimerosal yaitu zat pengawet yang digunakan berbagai
vaksin. Karena banyak kritikan, kini sudah vaksin yang tidak
menggunakan Thimerosal dinegara maju, namun entah bagaimana
halnya dinegara berkembang.

2). Televisi, karena semakin maju suatu Negara, biasanya


interaksi anak dan orang tua semakin berkurang karena berbagai
hal.
3). Genetic, adalah dugaan awal dari penyebab autism; autism
telah lama diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anakanaknya.
Gen dan autis
Dalam hal autisme, kemungkinan bahwa saudara kandung anak
yang terkena dampak juga akan terpengaruh adalah antara tiga dan
enam persen.
Jumlah ini cukup kecil bahwa dokter keluarga
mungkin tidak akan pernah melihat cukup banyak kasus dari dua
bersaudara terpengaruh dalam keluarga yang sama untuk
mencurigai pengaruh genetik. Namun, kejadian ini adalah sekitar
100 kali lebih besar dari tingkat di mana autisme mempengaruhi
orang-orang yang tidak terkait dalam populasi. Peracikan masalah
kelangkaan, lain kesulitan dalam mendeteksi asal-usul genetik
autisme adalah kurangnya silsilah keluarga. Tidak seperti orangorang yang menerima warisan penyakit Huntington, penyakit
genetik yang tidak mogok sampai setelah orang yang terkena telah
mencapai usia reproduksi, orang-orang yang terpengaruh dengan
autisme sangat sosial penyandang cacat bahwa mereka pernah
menikah dan punya anak. Dengan demikian, para peneliti tidak
memiliki sejarah keluarga seperti yang telah memainkan peran
penting dalam identifikasi gen terlibat dalam cystic fibrosis, kanker
payudara, dan penyakit lainnya.
kembar identik memiliki kemungkinan jauh lebih besar dari yang
autistik dari kembar fraternal.
studi Twin Namun, telah memberikan bukti kuat untuk peran
genetika dalam autisme:
Satu studi menunjukkan bahwa kemungkinan bahwa kembar
identik dari anak autis juga akan autistik adalah 82 persen,
sedangkan tingkat yang setara untuk kembar fraternal hanya 10
persen. 2

Dengan teknik statistik canggih dan studi kembar banyak,


genetika perilaku sekarang percaya bahwa sebanyak 90 persen

dari fenotipe perilaku autisme yang berhubungan dengan gen


diwariskan. 2
Kesimpulan: Ilmu perlu mengidentifikasi kontributor genetik
dengan autisme.

Seperti kontribusi genetik tinggi tampaknya menjadi


pengecualian daripada aturan ketika mempertimbangkan perilaku
kompleks.
Ini mungkin karena jumlah yang relatif kecil gen
mungkin terlibat dalam autisme (tapi jelas lebih dari satu),
sedangkan perilaku lain dapat dipengaruhi oleh banyak gen.
Untuk mengidentifikasi gen tertentu mempengaruhi autisme,
ilmuwan memulai sebuah kolaborasi internasional pada tahun 1996.
Sebagai hasil dari kerja dan studi lebih lanjut, kita suatu hari nanti
mungkin memiliki pemahaman yang lebih baik dari perbedaan otak
yang mengarah pada perilaku aneh dan bertentangan dari orangorang yang autistik.

4). Makanan, pada intinya berbagai zat kimia yang ada


dimakanan modern (pengawet, pewarna, dll)dicurigai menjadi
penyebab dari autisme berbagai beberapa kasus. Ketika zat-zat
tersebut dihilangkan dari makanan para penderita autism, banyak
yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastic.
Anak dengan autisme umumnya alergi terhadap makanan.
Pengalaman dan perhatian orangtua dalam mengatur makanan dan
mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat
bermanfaat dalam terapi.

Diet tanpa gluten dan kasein.


Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam
keluarga wheat seperti tepung terigu, oat, barley. Sedangkan
kasein merupakan protein yang terdapat dalam susu dan
olahannya, seperti keju, dan yoghurt. Kedua bahan itu pada
anak autisme dapat memicu masalah.

Makanan tradisional Indonesia bisa memberi solusi bagi anak


autisme dalam menghindari gluten dan kasein. Untuk anak
autis, orangtua bisa memilihkan nasi, mi dari tepung
singkong, susu kedelai sayuran, buah segar, serta
menghindari zat penyedap dan pewarna makanan.

Diet untuk alergi & Intoleransi.


Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang
menimbulkan alergi biasanya ikan, udang, susu coklat,
gandum, dan banyak lagi. Untuk mengatur makan bagi anak
yang alergi dan intoleransi makanan:
Perhatikan sumber penyebab.
Hindari makanan pemicu alergi / intoleransi. Contohnya,
bila alergi telur, hindari makan telur, meski bukan harus
dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak
dapat dikenalkan lagi pada makanan tersebut sedikit demi
sedikit.
Cara umum mengatur makan :

1. Berikan makan seimbang guna menjamin tubuh anak


memperoleh zat gizi lengkap untuk keperluan pertumbuhan dan
perbaikan sel-sel yang rusak dalam kegiatan sehari-hari.
2. Hindari konsumsi gula, khususnya pada anak yang hiperaktif dan
menderita infeksi jamur. Berikan fruktosa sebagai pengganti gula
karena penyerapannya lebih lambat dari gula (sukrosa).
3. Untuk memasak, pilih minyak sayur, minyak jagung, minyak biji
bunga matahari, minyak kedelai.
4. Cukup mengkonsumsi serat dari sayuran dan buah.
5. Pilih makan yang bebas food additive ( pengawet, penambah
rasa, warna, dan lain-lain)
6. Baca label makanan untuk mengetahui komposisi dan masa
kadaluarsa.
7. Hindari junk food. Buat makanan sendiri agar aman.

5). Radiasi pada janin bayi, sebuah riset dalam skala besar di
Swedia menunjukan bahwa bayi yang terkena gelombang ultrasonic
berlebihan akan cendrung menjadio kidal.
6). Folid Acid, yaitu zat ini biasa diberikan kepada wanita
hamil untuk mencegah cacat fisik pada janin. Dan hasilnya memang
cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai sebesar 30%.
Namun dilain pihak, tingkat autisme jadi meningkat.
7). Sekolah lebih awal, agak mengejutkan namun ada
beberapa penelitian yang menunjukan bahwa mensekolahkan anak
lebi9h awal (pre school) dapat memicu reaksi autism.
Diperkirakan bayi yang memiliki bakat autisme sebetulnya
bisa sembuhatau membaik dengan berada dalam lingkup orang
tuanya. Namun, karena justru di pindahkan ke lingkungan asing
yang berbeda (sekolah play group/pres school), maka beberapa
anak mengalami shock, dan bakat autismenya menjadi muncul
dengan sangat jelas.
Untuk menghindari ini, para orang tua perlu memiliki
kemampuan untuk medeteksi bakat autisme pada anaknya secara
dini. Hal ini agar ketika masuk masa kanak-kanak maka gejala
autismenya sudah hamper lenyap. Dan sang anak jadi bisa
menikmati masa kecilnya disekolah bahagia.
Adapun jenis-jenis autisme yang dapat kita ketahui ada 3 jenis
yaitu:
1. Autisme persepsi, yaitu merupakan autisme yang timbul
sebelum lahir dengan gejala rangsangan dari luar, baik kecil
maupun kuat dapat menimbulkan kecemasan.
2. Autisme reaktif, yaitu gejala penderita membuat gerakan-gerakan tertentu
berulang-ulang dan kadang disertai kejang dan dapat diamati pada usia 6-7
tahun, memiliki sifat rapuh midah terpengaruh oleh dunia luar.
3. Autisme yang timbul kemudian, yaitu diketahui setelah anak besar dan akan
mengalami kesulitan dalam mengubah perilakunya karena sudah melekat atau
ditambah adanya pengalaman yang baru.
Selain jenis-jenis yang kita ketahui, ada juga beberapa macam
gejala dan ciri-ciri Autisme yang dapat kita ketahui, yaitu:

Gejala:

1. Tidak mampu bersosialisasi


2. Mengalami kesulitan menggunakan bahasa
3. Berprilaku berulang-ulang
4. Bereaksi tidak biasa terhadap rangsangan sekitarnya.
Ciri-cirinya:
1. Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya
2. Tidak bereaksi normal dalam pergaulan social
3. Perkembangan bahasa dan bicara tidak normal
4. Reaksi terhadap lingkungan terbatas
5. Rendahnya ingatan meskipun kejadian baru saja terjadi
6. Status mental ditemukan kurang orientasi lingkunga.
Untuk membuat diagnosa Autis criteria yang digunakan sampai
saat sekarang adalah criteria Diagnostic and Statistucalof Manual
Mental Disorder. Kriteria ini menguraikan gangguan yang dapat
ditemukan pada seorang anak penderita autis, yaitu:
1. Gangguan komunikasi verbal dan non-verbal
Gejalanya:
Terlambat berbicara atau tidak berkomunikasi
Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti (bahasa planet)
Bicara tidak digunakan untuk berkomunikasi
Kadang bicara monoton seperti robot
Mimik datar.
2. Gangguan interaksi social
Menolak atau menghindar untuk bertatap muka
Tidak menoleh bila dipanggil
Merasa tidak senang dan menolak ketika dipeluk
Tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain
Bila ingin sesuatu dia menarik tangan orang yang terdekat dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.

Tidak berbagi kesenangan untuk orang lain.


3. Gangguan prilaku dan bermain berupa gerakan-gerakan sterotipik, minat dan
aktivitas anakyang terbatas.
Umumnya ia seperti tidak mengerti cara bermain. Bermain sangat monoton,
sterotipik. Bila sudah senang dengan satu mainan tidak mau mainan lain dan cara
bermainnya juga aneh, yang paling sering adalah keterpakuan pada roda atau sesuatu
yang berputar.
Penderita autis mempunyai 3 tingkatan kecerdasan yaitu:

Low Functioning (IQ Rendah)

Apabila penderitanya masuk kedalam kategori low funtioning (IQ Rendah), maka
dikemudian hari hampir dipastikan penderita inio tidak dapat diharapkan untuk dapat
hidup mandiri, sepanjang hidup memerlukan bantuan orang lain.

Medium Functioning (IQ Sedang)

Apabila penderita masuk kedalam kategori medium functioning (IQ sedang), maka
kemudian hari masih bisa hidup bermasyarakat dan penderita masih bisa masuk
sekolah khusus yang memang dibuat untuk penderita autis.

High Funtioning (IQ Tinggi)

Apabila penderitanya masuk kedalam kategiri high functioning (IQ tinggi), maka
kemudian hari bisa hidup mandiri bahkan mungkin sukses dalam pekerjaannya, dapat
juga hidup berkeluarga.
Epidemiologi

Autisme adalah salah satu kasus yang jarang ditemui, tetapi jika
pemeriksaan yang teliti dilakukan di suatu rumah sakit maka,
kejadian autisme didapatkan sekitar 2- 5 setiap 10 000 anak di
bawah umur 12 tahun. Pada anak-anak autis yang juga memiliki
gangguan retardasi mental, maka prevalensinya mencapai antara
20 setiap 10 000 kasus. Penelitian di amerika memperkirakan anakanak autisme mencapai 2 13 setiap 10000 anak. Gangguan
autisme lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan
anak perempuan, perbandingan hingga 3 kali lebih sering
Patofisiologi
Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui
adalah bahwa penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari
orang tua, beberapa penelitian membuktikan bahwa beberapa

penyebab autisme adalah ketidakseimbangan biokimia, faktor


genetic dan gangguan imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak
biasa disebabkan oleh infeksi virus (TORCH), penyakit- penyakit
lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan
sindromX(kelainan kromosom).
Menurut Lumbantobing (2000), penyebab autisme dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu
1. Faktor keluarga dan psikologi
Respon
lingkungan.

anak-anak

terhadap

stressor

dari

keluarga

dan

2. Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf)


Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang
menyebabkan
gangguan
fungsi-fungsinya,
sehingga
menimbulkan keadaan autisme pada penderita
3. Faktor genetik
Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2 - 4% dari saudara
kandung juga menderita penyakit yang sama.
4. Faktor kekebalan tubuh
Berhubungan pada masa kehamilan, faktor kekebalan tubuh
ibu yang tidak dapat mencegah infeksi sehingga terjadi
kerusakan jaringan saraf bayi .

TABEL TINGKAT KECERDASAN AUTISME

Tingkat
Kecerdasan
Batas Normal

Ringan

Potensi
Akademik
Dapat
sekolah
samapai kelas 6
SD
Bisa baca / tulis
dan
sekolah
sampai kelas 4

Kemampuan
Mandiri
Bisa mandiri

Kemampuan
Bekerja
Bekerja keras

Bisa
mandiri Bekerja
dengan latihan dengan dilatih
khusus
keterampilan

Sedang

Berat

Sangat Berat

atau 5 SD
Bisa baca / tulis
dan
sekolah
sampai kelas 1
atau 2 SD

khusus
Tidak
bekerja

Bisa
mengenakan
baju,
makan
dan
mandi
sendiri
Tidak bisa baca / Mengenakan
tulis
dan baju,
makan
bersekolah
dan
mandi
dengan
pendampingan
Sangat terbatas
Sangat
terbatas

bisa

Sampai saat sekarang masih banyak sekali metode terap yang digunakan untuk
mengubah perilaku anak autis. Demikian banyakanya metode-metode yang ada,
sehingga orang tua kemudian menjadi bingung untuk memilih metode apa sebetulnya
yang akan digunakan untuk terapi anak autis. Oleh karena itu, penting sekali
memberikan pemahaman kepada para orang tua yang memiliki anak penderita autis
bahwa waktu yang paling tepat untuk memulai terapi adalah segera setelah anaka
tersebut di diagnosa autis, paling baik sebelum berusia 2 tahun.
Terapi yang dianjurkan oleh para pakar autis di dunia adalah bentuk terapi
yang multi disiplin, simultan dan kontinyu, melibatkan peran para orangtua dan
keluarga.
Beberapa macam terapi yang sering dilakukan untuk anak
autis adalah:
1. Terapi perilaku (Behavior Therapy)
Terapi perilaku ini dikenal dengan nama ABA (Applied Behavior Analysis) yang
dilakukan dengan metode LOVAAS. Tujuan dari terapi perilaku ini untuk mengubah
atau menghilangkan perilaku yang di anggap aneh.
2. Terapi Sensori Integrasi
Terapi ini dikembangkan oleh Ayress, yaitu suatu bentukpendekatan terapi yang dapat
diberikan pada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dan gangguan perilaku.
Pelaksanaannya adalah melakukan berbagai macam aktitifitas yang diharapkan dapat
memberikan masukan input sensoris.
3. Stimulasi Floor Time
Adalah memanfaatkan setiap kesempatan yang muncul untuk berinteraksi antara
orang dewasa dengan anak menggunakan cara yang disesuaikan dengan taraf
perkembangan emosi anak. Pada Stimulasi Floor Time, interaksi yang terjadi dapat

dimulai atas inisiatif orang tua pengasuh dan anak, dimana awalnya memanfatkan
emosi anak kemudian diperluas agar dapat terjadi interaksi timbal balik.
4. Terapi Wicara
Tujuan dasar adalah memperbaiki, memulihkan, meningkatnya dan mengembangkan
kemampuan berbicara dan berbahasa, agar anak dapat berkomunikasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Anak diberikan pengertianakan bentuk suatu benda, lalu
diberikan pengenalan angka atau huruf alphabet sambil dilatih mengenal kalimat.
Perlu diingat sebagian besar anak autis ini dikemudian hari merteka tetap
berkomunikasi non-verbal oleh karena itu, bentuk-bentuk komunikasi lainnya perlu
dicoba missal: PECS (Pictures Exchange Communication System)
Dukungan orang tua, keluarga dan masyarakat bagi penderita autis
Autis bukanlah anak dengan kelainan kejiwaan. Autis
merupakan kelainan perkembangan pada anak, sedangkan kelainan
kejiwaan merupakan suatu keadaan pada seseorang yang ditandai
dengan adanya waham dan halusinasi. Keluarga jangan
Menyembuhkan anaknya, tidak jugaperlu merasa mempunyai
keturunan yang membuat aib bagi keluarga.
Mengingat demikian kompleknya penangan yang harus
dilakukan pada anak autis, sangatlah tidak mungkin apabila terapi
yang diberikan pada anak tersebut hanya dilakukan di tempay
terapi saja. Disamping itu, orang yang terlibat dalam penanganan
anak-anak seperti ini dirumah tentunya tidak hanya bapak atau ibu,
tetapi seluruh keluarga dan masyarakat lingkungan sekitarnya.
Kemampuan
bahasa
merupakan
indikator
seluruh
perkembangan anak.Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada simtem lainnya,
sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori, motorik, psikologis,
emosi dan lingkungan di sekitar anak. (Soetjiningsih. 1995).
Perkembangan
ucapan
serta
bahasa
yang
didapat
diperlihatkan oleh seorang anak merupakan petunjuk yang kelak
penting untuk menentukan kemampuan anak untuk belajar.
Perkembangan bicara dan berbahasa merupakan petunjuk dini yang
lazim untuk mengetahui ada atau tidak adanya disfungsi sereberal
atau gangguan neorologik ringan, yang kelak dapat mengakibatkan
kesulitan-kesulitan tingkah laku dan kemampuan belajar. Bahasa
dapat dirumuskan sebagai pengetahuan tentang sistem lambang
yang dipergunakan dalam komunikasi yang dilakukan secara lisan.
( Nelson, 1994 )

Bahasa
berhubungan
dengan
kemampuan
kognitif.
Kemampuan bahasa dapat diperlihatkan dengan berbagai cara
seperti dengan cara bagaimana anak tersebut memberikan respon
atas petunjuk-petunjuk lisan yang berikan kepadanya, dengan
gerakan-gerakan yang diperlihatkan oleh anak yang bersangkutan
untuk
mengkomunikasikan
kebutuhan-kebutuhan,
keinginankeinginan serta pengetahuan tentang lingkungan yang berada
disekelilingnya serta memulai permainan kreatif dan imajinatif yang
diperlihatkan oleh anak itu ( Nelson, 1994 ). Kemampuan berbahasa
merupakan indicator seluruh perkembangan anak, emosi dan
lingkungannya.

ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN BICARA PADA ANAK AUTIES

I. Pengkajian

a. Identitas
Nama anak, umur, jenis kelamin, alamat, nama KK, pekrjaan,
pendidikan, dll.
b. Alasan kunjungan ke Rumah sakit
Anak sudah umur 2 tahun belum bisa bicara. Dan pada umur
3 tahun 9 bulan saat ini anak baru bisa mengucapkan kata :
mama papa.
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Anak belum bicara, hanya bisa mengucapkan kata mama
papa, lain-lain tidak bisa, menyebutkan nama benda
tidak bisa, kalau dipanggil atau ada bunyi suara anak tidak
merespon terhadap sumber bunyi. Saat ini anak bisa
berlari, berjalan,menendang bola, menggosok gigi dengan
bantuan, berpakaian denagn bantuan dan menggambar.
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Setelah diperiksa dokter dan difoto kesimpulan dokter
tidak apa-apa. Anak tidak pernah jatuh dari tempat tidur
atau mengalami trauma serius.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua tidak ada yang menderita penyakit jantung,
paru, penyakit kencing manis, penyakit gondok atau
penyakit kronis lainnya. Dari keluarga tidak ada riwayat
keturunan yang mengalami epilepsi atau menderita
penyakit seperti klien.

ANALISA DATA
DATA

ETIOLOGI
MASALAH
DS:
Menurunnya Fungsi Kerusakan
Usia anak 3 tahun 9 Bicara.
Komunikasi Verbal
bulan
Keluarga mengatakan
anak pada umur 2
tahun belum dapat
mengucapkan
kata
dan pada umur 3
tahun 9 bulan baru
bisa
mengucapkan
kata mama dan
papa, serta tidak
bisa
mengucapkan
kata-kata yang lain.
DO:
Anak tidak pernah
menjawab
bila
ditanya,ada
bunyi
atau suara anak tidak
merespon kesumber
bunyi.

Kurang
cemas
DS :
pangetahuan
Ibu
menanyakan tentang gangguan
apakah kemampuan perkembangan
bicara anaknya dapat bicara yang dialami
kembali normal.
oleh anaknya.
Ibu
mengatakan
cemas dengan masa
depan anaknya bila
tidak bisa sembuh.
DO :
Eksperesi non-verbal
ibu tampak cemas
dengan
kondisi
anaknya.
Dignosa Keperawatan:
1. Gangguan perkembangan bicara
kerusakan komunikasi verbal.

berhubungan

denagn

2. Cemas pada keluarga (ibu) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


gangguan perkembangan bicara yang dialami anak.

DAFTAR PUSTAKA
hhtp://www.info Autisme di Medicastro.2006.Autisme

PENUTUP
Kesimpulan
Autisme adalah cacat pada perkembangan syaraf dan psikis
manusia, baik sejak didalam janin dan seterusnya, yang
menyebabkan kelemahan atau perbedaan dalam berinteraksi
social, kemampuan berkomunikasi, pola minat dan tingkah
laku. Adapun juga menurut para ilmuan yairu Kartini
Kartono, 1989 mengatakan bahwa autisme itu adalah gejala
menutup diri sendiri secara total dan tidak mau berhubungan
lagi dengan dunia luar , keasikan kstrim dengan pikiran dan
fantasi

sendiri,

sedangakankan

yang

dimaksud

autism

didalam kelompok Pervasive DevelopmentalDisorder yaitu

merupakn kelompok

kelainan perkembangan anak

yang

sifatnya luas dan kompleks, mencakup aspek interaktif, social,


kognisi, bahasa dan motorik.

Saran
Semoga Asuhan Keperawatan dengan gangguan berbicara
pada anak autis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
mahasiswa Keperawatan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu
baik

dalam

pembelajaran,

lingkungan masyarakat.

praktek

maupun

kedalam

Anda mungkin juga menyukai