Forensik
Forensik
pembuktian
diperlukan
dalam
menegakkan
keadilan
untuk
membuktikan siapa yang bersalah dalam suatu perkara. Dalam masyarakat selalu
saja terdapat perselisihan, penganiayaan, pembunuhan, pencurian, perkosaan,
peracunan, dan perkara lainnya yang mengganggu ketenteraman dan kepentingan
pribadi. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem atau cara yang memberikan
ganjaran dan hukuman yang setimpal kepada yang bersalah sehingga perbuatan
yang serupa tidak terulang lagi dan sebaliknya yang tidak bersalah terbebas dari
tuntutan dan hukuman.1
Telah dicoba dan ditempuh berbagai cara yang sesuai dengan
perkembangan pemikiran pada zaman dahulu. Dikenal judicia aquae, judicia ignis,
judicia ovae, dan judicia Dei. Pada judicia aquae, orang yang dianggap bersalah
ditenggelamkan ke air untuk beberapa lama, bila tidak mati maka tidak bersalah
dan sebaliknya. Pada judicia ignis, terdakwa disuruh berjalan di atas bara api, bila
terjadi luka bakar pada tubuhnya maka terdakwa bersalah. Pada judicia ovae,
terdakwa disuruh meminum racun, bila terjadi gejala keracunan, maka ia bersalah.
Pada judicia Dei (keputusan Tuhan) dengan bantuan Tuhan, yang benar akan
dimenangkan dan yang bersalah akan dihukum atau dikalahkan. 1
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah keterangan
ahli dan menurut penjelasan dari pasal 133 ayat (2) keterangan ahli adalah
keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman. Dalam ilmu
kedokteran kehakiman dikenal bukti-bukti selain saksi hidup, juga bukti mati untuk
mengetahui dan mempelajari hubungan antara bukti mati dengan suatu kasus
tindak pidana diperlukan ahli dalam bidang tersebut. Untuk memeriksa,
mengetahui dan mempelajari serta mengungkap bendabenda mati diperlukan ilmu
pengetahuan kedokteran kehakiman yang dapat diperiksa dengan ilmu-ilmu
pengetahuan tersebutn. Atas benda-benda mati ini lazim disebut dengan saksi diam
(silent witness) yang terdiri dari benda atau tubuh manusia yang hidup atau telah
meninggal, alatuntuk melakukan kejahatan, jejak atau bekas-bekas si pelaku,
benda-benda yang terbawa atau yang ditinggalkan oleh si pelaku.9
Sebenarnya saksi diam itu berbicara banyak, hanya saja dalam bahasanya
sendiri,sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang awam, oleh karenanya
diperlukan seorang penterjemah yaitu seorang ilmuan yang telah melakukan
1
Barang Bukti
Barang bukti pada hakikatnya merupakan saksi diam yang selalu ada dalam
setiap tindak pidana dan merupakan saksi paling jujur. Peranan barang bukti dalam
tindak pidana dapat diketahui dengan pasti sebagai alat kejahatan, objek kejahatan
dan sebagai petunjuk setelah terjadinya suatu kejahatan. Oleh sebab itu
pengambilan dan pengawetan barang bukti yang benar akan mempermudah
pemeriksaan barang bukti tersebut dan tidak menimbulkan kesulitan yang
mempengaruhi penyidikan lebih lanjut 3
Barang bukti atau corpus delicti (Latin = tubuh kejahatan) adalah istilah
dari yurisprudensi barat yang mengacu pada prinsip yang harus dibuktikan bahwa
kejahatan telah terjadi sebelum seseorang dapat dihukum karena melakukan
pencurian,
kecuali dapat dibuktikan bahwa telah ada barang yang hilang. Corpus delicti juga
dapat didefinisikan sebagai fakta kejahatan yang telah terjadi.4
4.1.1
Mayat
Mayat merupakan suatu barang bukti telah terjadinya suatu kejahatan bila
diperkirakan mayat tersebut mati secara tidak wajar. Autopsi merupakan cara yang
digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap barang bukti ini.5
Autopsi bila ditinjau dari kepentingannya adalah untuk membuat laporan
sebagai pengganti mayat yang mengandung kesimpulan hasil pemeriksaan. Mayat
tidak dapat bercerita lagi akan apa yang telah terjadi padanya, namun dari hasil
pemeriksaan, dokter dan penyidik akan dapat bercerita mengenai apa yang telah
terjadi pada si mayat.5
4.1.2
Darah
sering
tampak
tanda-tanda
bahwa
korban
berusaha menghindar atau korban diseret. Umur bercak darah juga dapat diketahui
oleh dokter forensik. Pada bercak darah yang masih baru, bentuknya cair dan
baunya agak amis. Dalam waktu 12-36 jam, darah akan mengering; sedangkan
warna darah akan berubah menjadi cokelat dalam waktu 10-12 hari. Dalam
prakteknya, dokter hanya mengatakan bahwa darah yang diperiksanya itu "sangat
baru" (beberapa hari), "baru", "tua", dan "sangat tua" (beberapa tahun).6
Dalam melakukan pemeriksaan bercak darah yang telah kering di tempat
kejadian perkara atau pada barang bukti, seperti pisau, palu, atau tongkat pemukul,
dokter harus memberi kejelasan kepada pihak penyidik dalam tiga hal pokok:
pertama, apakah bercak tersebut memang benar bercak darah; kedua, jika betul
bercak darah, apakah berasal dari manusia, dan; ketiga, golongan darahnya apa.6
4.1.3
Semen
Rambut
4.1.5
Sidik Jari
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari, baik yang sengaja
diambil atau dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda
karena pernah terpegang atau tersentuh dengan kulit telapak tangan atau kaki.7
Bila catatan sidik jari seseorang ada, maka mudah untuk diidentifikasi.
Pertama kali dactylography ini ditemukan oleh Herschel, tapi Sir Francis Balton
adalah orang pertama yang mengambil tanda-tanda ibu jari dan jari-jari lain untuk
identitas seseorang dan membuat golongan-golongannya. Cap jari adalah saluransaluran kulit dan pori-pori ini bersifat tetap dan tidak berubah seumur hidup. Setiap
jari tangan memiliki gambaran yang lain. Kemungkinan gambatan sidik jari yang
sama dari 2 orang barlainan adalah 1 : 64.000.000. Jadi tanda tersebut dianggap
tanda pasti untuk identitas seseorang.1
Menurut Sir Francis Galton (1822 1911), golongan sidik jari yaitu :
a. Arch (busur) - 5 % dari seluruh sidik jari
1. plain arch
2. tented arch
b.
gunting, sarung tangan, masker, magnifier, hinger filter, kantong barang bukti, AK23, alat pendeteksi sidik jari Polylight.7
4.1.6
Untuk menceritakan apa yang dilihat oleh peluru sebagai saksi diam, perlu
diketahui ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan peluru, yaitu Balistik.
Balistik adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gerakan, perilaku, dan
efek proyektil, terutama peluru, atau disebut juga sebagai ilmu pengetahuan atau
seni merancang dan melontarkan proyektil agar sesuai dengan capaian yang
diharapkan.7
Balistik dibagi ke dalam:
1. Balistik internal, studi dari proses proyektil, sebagai contoh jalan lintasan suatu
peluru sampai melalui barrel suatu senapan.
2. Transisi balistik, studi dari perilaku proyektil ketika meninggalkan barrel dan
tekanan di belakang proyektil.
3. Balistik eksternal, studi dari jalan lintasan menyangkut proyektil sampai
melalui ruang tertentu
4. Terminal balistik, studi dari interaksi suatu proyektil dengan targetnya, apakah
itu daging, baja karena suatu anti-tank, atau lain sebagainya.
5. Dalam bidang ilmu pengetahuan forensik, balistik forensik merupakan ilmu
pengetahuan tentang senjata api dan pemakaiannya dalam kejahatan. Balisitik
forensik melibatkan analisa dampak peluru dan peluru untuk menentukan
kaliber dan jenis dari senjata api menembak.7
Dalam kasus pidana dengan senjata api perlu diambil barang-barang bukti
berupa : senjata api, anak peluru, selongsong peluru, mesiu, peluru, pecahan logam
yang berkaitan.3
1) Senjata Api
a. Pada senjata api mungkin ditemukan sidik jari dari orang yang
menggunakan senjata tersebut. Memungut senjata api di TKP jangan
ceroboh, harus hati-hati dan jangan sampai merusak/menghilangkan sidik
jari tersebut atau menambah sidik jari.
b. Pada ujung laras senjata api mungkin didapati sisa-sisa mesiu, darah,
sobekan kain ataupun kulit/rambut/daging, maka harus dijaga jangan
sampai rusak/hilang atau ujung larasnya kemasukan kotoran-kotoran lain.
2) Anak Peluru
Anak peluru bukti mungkin didapatkan di tubuh korban atau di sekitar
TKP. Anak peluru yang ditemukan jangan sampai mengalami perubahan. Anak
peluru diambil dengan menggunakan telunjuk dan ujung ibu jari memegang pada
kedua ujung anak peluru tersebut, jangan pada badannya.
3) Selongsong Peluru
Selongsong peluru yang ditemukan jangan sampai mengalami perubahan
terutama pada bahagian dasar (pantatnya).
4) Mesiu
Sisa mesiu yang ditemukan sangat besar artinya terutama dalam peristiwa
pembunuhan atau bunuh diri. Mesiu yang ditemukan diambil dengan cara
memberikan parafin pada tangan atau dengan menggunakan asam nitrat 5%.
5) Peluru
Peluru mungkin didapatkan karena peluru tersebut belum dipakai. Peluru
yang ditemukan di pistol tidak perlu dikeluarkan.
6) Pecahan logam
Pecahan logam yang diambil, kasus yang ada hubungannya dengan senjata
api, atau peluru.3
Dalam kasus luka tembak sangat penting untuk mengetahui dari senjata api
mana peluru tersebut ditembakkan. Selongsong juga berguna untuk identifikasi.
Walaupun dokter tidak melakukan pemeriksaan terhadap peluru, tetapi peranan
dokter akan memengaruhi hasil pemeriksaan benda bukti di laboratorium, karena
dokter yang kurang hati-hati bisa membuat goresan baru yang akan mengacaukan
pemeriksaan identifikasi peluru.1
Serangga
Aktivitas serangga, dalam hal ini yang sering digunakan adalah lalat, dapat
digunakan untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan menentukan umur
serangga yang biasa ditemukan pada jenazah. Sehingga lalat dapat membantu
bercerita tentang kapan kejadian perkara terjadi.1
Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan
predator dan parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species
akan memakan keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat
biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva
ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah
menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.8
Daftar Pustaka
1. Amir A, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua, Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Percetakan Ramadhan, Medan, 2006. Hal : 2-4; 101-2; 152-3; 228.
2. Hasil Uji Forensik, Saksi Diam yang Bisa Berbicara Banyak. Hukum
Online.
2008.
Diperoleh
dari
http://hukumonline.com/detail.asp?
id=18467&cl=Berita
3. Sitompul
E,
Pengambilan
dan Pengawetan
Barang
Bukti untuk
2008,
Diperoleh
dari
http://yasinfadillah.blogspot.com/2008/05/ilmu-kedokteran-forensikdan_22.html
9. Zulaidi, Kekuatan Pembuktian Visum Et Repertum dalam Perkara
Penganiayaan,
2015.
Volume
15
Nomor
1.
http://www.unihaz.ac.id/upload/all/Jurnal_Pak_H._Zulaidi%281%29.pdf
10