Anda di halaman 1dari 7

Terdapat 5 (lima) prinsip dasar GCG, yaitu:

1. Transparency (Keterbukaan Informasi)


Transparansi diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan
maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Dalam mewujudkan transparansi itu sendiri, perusahaan harus menyediakan informasi yang
lengkap, akurat dan tepat waktu kepada para pemangku kepentingan (Stakeholder). Bank wajib
menyampaikan kepada Bank Indonesia selaku otoritas pengawas perbankan di Indonesia dan
mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak
signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Disamping itu, para investor
harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.
Dengan keterbukaan informasi tersebut maka para stakeholder dapat menilai kinerja berikut
mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Adanya
informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan
dapat diperbandingkan, dapat menghasilkan terjadinya efisiensi atau disiplin pasar. Selanjutnya,
jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dapat mencegah terjadinya
benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam perusahaan.
2.Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
Masalah yang sering ditemukan di perusahaan-perusahaan Indonesia adalah kurang efektifnya
fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Atau bahkan sebaliknya, Komisaris mengambil alih peran
berikut wewenang yang seharusnya dijalankan Direksi. Oleh karena itu diperlukan kejelasan
mengenai tugas serta fungsi organ perusahaan agar tercipta suatu mekanisme checks and
balances kewenangan dan peran dalam mengelola perusahaan.
Beberapa bentuk implementasi lain dari prinsip akuntabilitas ini antara lain:

Praktek Audit Internal yang efektif, serta

Kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dalam anggaran
dasar perusahaan, kebijakan, dan prosedur di bank.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
Penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan menyadari bahwa dalam kegiatan
operasionalnya seringkali ia menghasilkan eksternalitas (dampak luar kegiatan perusahaan)
negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat. Di luar hal itu, lewat prinsip responsibilitas ini
juga diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan
kesempatan kerja pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme
pasar.
4. Independency (Kemandirian)

Independensi merupakan prinsip penting dalam penerapan GCG di Indonesia. Independensi atau
kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Independensi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Hilangnya independensi
dalam proses pengambilan keputusan akan menghilangkan objektivitas dalam pengambilan
keputusan tersebut. Kejadian ini akan sangat fatal bila ternyata harus mengorbankan kepentingan
perusahaan yang seharusnya mendapat prioritas utama.
Untuk meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan bisnis, perusahaan hendaknya
mengembangkan beberapa aturan, pedoman, dan praktek di tingkat pengurus bank, terutama di
tingkat Dewan Komisaris dan Direksi yang oleh Undang-undang diberi amanat untuk mengurus
perusahaan dengan sebaik-baiknya.
5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Secara sederhana kesetaraan dan kewajaran (fairness) bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang
adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundangan yang berlaku.
Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak stakeholder berdasarkan sistem hukum dan
penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor khususnya pemegang saham minoritas
dari berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi
yang melibatkan informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan
berkurang), korupsi-kolusi-nepotisme (KKN), atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan
seperti pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger,
akuisisi, atau pengambil-alihan perusahaan lain.

Peran Internal Audit terkait Manajemen Risiko


Institute of Internal Auditors (IIA), menjelaskan kegiatan internal audit sebagai kegiatan
independen yang mendukung pencapaian sasaran organisasi, dan aktivitas konsultasi yang
dirancang untuk memberikan nilai tambah dan memperbaiki operasi organisasi. Aktivitas ini
membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan sistematik dan
disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan
proses governance. Tugas inti auditor internal berkaitan dengan manajemen risiko adalah untuk
memberikan kepastian bahwa kegiatan manajemen risiko telah berjalan dengan efektif dalam
memberikan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran organisasi. Dua cara penting untuk
menjalankan tugasnya adalah dengan:
1. memastikan bahwa risiko utama dari bisnis telah ditangani dengan baik dan memberi
nilai tambah; dan
2. memastikan bahwa kegiatan manajemen risiko dan pengendalian internal telah berjalan
dengan efektif.

Standar Profesi Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga
kualitas kinerja Auditor dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan kualitas
profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan
sewaktu melakukan pemeriksaan dan pelaporan. Oleh karena itu Anda yg ingin
menjadi auditor dan ingin menggunakan jasa audit diperusahaan anda harus
mengetahui apa saja syarat syarat menjadi auditor, baik auditor internat dan
auditor eksternal.

1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para


manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi
manajemen (manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan)
dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur
organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan
pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern
yang lain. Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat
memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan,
Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajmene di dalam mendelegasikan tugas dan
tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh
dewan direksi. 2. Penilaian Resiko Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang
namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis
(profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis
dan evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya.
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai
penentuan bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola. Komponen ini hendaknya
mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum
melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan
sesuai dengan level-levelnya. 3. Aktivitas Pengendalian Prosedur pengendalian ditetapkan untuk
menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah
atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi halhal sebagai berikut: * Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib. * Pelimpahan
tanggung jawab. * Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait. * Pemisahan fungsi
akuntansi, penyimpanan aset dan operasional. Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu
mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya
dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan.
Meliputi : aktifitas-aktifitas persetujuan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, inspeksi atas
kinerja operasional, keamanan sumberdaya (aset), pemisahan tugas dan tanggung jawab. 4.
Informasi dan Komunikasi Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting
dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian
risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen Winnebago pedoman
operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang
berlaku pada perusahaan. Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen
dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan
kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal. Menampung
kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasiinformasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka.
Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi merupakan kunci dari komponen
pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun
prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai
keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal. 5.
Pengawasan Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan
serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat di monitor dengan baik
dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang
terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan

yang diberikan oleh sistem akuntansi. Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala
saat terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan
usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas
pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan penilaian
atas pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan. Pengendalian intern
seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka
kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga
dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise.
Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan
pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi.
Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja
sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem
Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif
apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi
bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data


akuntansi dapat dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya
kebijakan perusahaan yang telah diterapka

Anda mungkin juga menyukai