Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AIK 3

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang berwatak Tajdid


Makalah kelompok ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah AIK 3 yang
diampu oleh : Bapak Abu Bakar . MM

Oleh Kelompok 2
1.
2.
3.
4.

Erik Kuswanto (201310060311136)


Ela Verhat Veles Rela Pasa (20131006031163)
Ika Wiji Khusnul Khotimah (201310060311158)
Andika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat


dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tadjid yang dibimbing
oleh Abu Bakar , MM
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai Muhammadiyah
Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tadjid. Penulis menuliskannya dengan
mengambil dari beberapa sumber baik dari buku maupun dari internet dan
membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai
dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah
yang lebih baik.

Malang, 25 Oktober 2015

Penulis

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modernitas muhammadiyah lahir sebagai respon atas sejarah, pukan
spontanitas. Ketika rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan kebodohan
semasa rezim kolonial, muhammadiyah lahir dengan banyak respon;
pendidikan modern dan mengembangkan spirit PKO ( Pertolongan
Kesengsaraan Oemoem) ketikamassyarakat terlena dalam tradisional dan
pencampuradukan ajaran agama, muhammadiyah memberikan wacana dan
spirit baru, tajdid dan purifikasi.
Muhammadiyah sebagai gerakan islam merumuskan gerakan
pembaharuannya dalam bentuk purifikasi dan dinamisasi. Purifikasi
didasarkan pada sumsi bahwa kemunduran umat islam terjadi karena umat
islam tidak mengembangkan aqidah islam yang benar, sehingga harus
dilakukan purifikasi dalam bidang aqidah-ibadah dengan teori segala sesuatu
dalam ibadah madlah dilaksanakan bila ada perintah dalam Al-Quran dan
Hadist sedangkan dinamisasi dilakukan dalam bidang muamalah, dengan
melakukan gerakan modernisasi sesuai dengan teori segala sesuatu boleh
dikerjakan selama tak ada larangan dala Al-quran dan Hadist.
Muhammadiyah dalam gerakan pembaharuannya delakukan bersamaan
antara gerakan purifikasi dengan gerakan muamalah. Purifikasi dalam bidang
aqidah yang dilakukan oleh muhammadiyah adalah aqidah yang memiliki
keterkaitan dengan aspek sosial kemasyarakatan. Dalam konteks purifikasi
Muhammadiyah mendahulukan nash yang otentik sebagai landasan dan
pelaksanaan ibadah, dan setiap orang yang melanggarnyaakan dikategorikan
sebagai ahlu bidah. Sedangkan konteks rasionalistik dapat menerima konsep
dan bentuk pengamalan amaliah dari mana saja asalnya, sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar ajaran agama islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi tajdid menurut faham muhammadiyah
2. Bagaimana model-model tajdid dalam muhammadiyah

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang muhammadiyah sebagai gerakan
islam yang berwatak ajdid
2. Diharapkan mahasiswa mampu memahami secara mendalam tentang
muhammadiyah sebagai gerakan islam yang berwatak tajdid.
D. Manfaat
Adapun yang manfaat dari makalah ini yaitu memberikan penjelasan kepada
mahasiswa mengenai gerakan muhammadiyah yang berwatakkan tajdid, modelmodel tajdid dalam muhammadiyah, serta bidang-bidang yang menjadi tempat
gerakan tajdid muhammadiyah
E. Batasan Masalah
Batasan Makalah Ini yaitu hanya mengacu pada judul makalah
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Yang Berwatak Tajdid.

BABA II
PEMBAHASAN
A. Tadjid Menurut Faham Muhammadiyah
Tajdid berarti pembaharuan, peningkatan, dan pengembangan. Dalam arti
pemurnian, tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran islam yang
berazas al-quran dan as Sunah magbullah. Dalam arti peningkatan
pengembangan dan modernisasi, tadjid demaksudkan sebagai penafsiran
pengalaman. Dalam melaksanakan tadjid diperlukan aktualisasi akal pikiran
yang cerdas dan budi pekerti yang bersih dan dijiwai ajaran islam. Tadjid juga
merupakan proses pembaharuan umat islam menuju pada kondisi yang lebih
baik. Tadjid oleh Muhammadiyah memaknai tajdid mengandung dua
pengertian yakni purifikasi

( pemurnian ) dan dinamisasi (pembaharuan).

Tajdid bersifat purifikasi yaitu Tandhif al-Aqidah, yaitu purifikasi dalam


aqidah. Dalam aqidah islam harus benar-benar dibersihkan dari elemenelemen syirik Rowasyia asy-syirik. Akidah yaitu keyakinan hidup atau
keimanan dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh semua muslim.
Langkah dakwah dan tadjid muhammadiyah tercermin dalam berbagai
keploporan diantranya:
1. kepeloporan mendirikan sekolah islam modern.
2. Kepeloporan mendirikan pelayanan kesehatan.
3. Keppeloporan kegiatan penyantunan anak yatim miskin melalui
gerakan Al-Maun
4. Kepeloporan dalam mendobrak pemikiran islam yang jumud
(statis,beku) dengan istihad.
Karena kepeloporan muhammadiyah dalam pembaharuan maka
muhammadiyah juga dikenal sebagai gerakan reformisme atau modernisme
islam. (Nashir, 2006n : xxii xxiv).
Dalam hal pembaharuan Muhammadiyah memaknai tadjid dengan
pembaharuan islam yang membangun, mengembangkan,memperbaharui
potensi SDM dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi umat islam.
Sedangkan dalam pembaharuan yang menyangkut organisasi
muahammadiyah merujuk pada pesan al-Quran yang terkandung dalam QS.

3: 104, yang menegaskan bahwa melakukan gerakan dakwah harus melalui


waltakum minkum ummatan. Jadi berdakwah di era global seperti sekarang
dakwah dilakukan secara organisasi dimana organisasi dilengkapi manjement
modern.
Muhammadiyah sebagai organisasi mengartika diri sebagai gerakan islam,
dakwah amar maruf nahi munkar. Salah satu perioritas program
muhammadiyah periode yang lalu ialah pengembangan tajdid dibidang tarjih
dan tajdid secara itensif dengan menguatkan kembali rumusan teologis seperti
tauhid sosial, sera gagasan operasional seperti dakwah jamaah, dengan tetap
memperhatikan prinsip dasar organisasi dan nilai islam yang hidup dang
menggerakkan. Sejak berdirinya muhammadiyah ia menyatakan dirinya
sebagai gerakan yang memperluas ajaran islam yang berdasarkan al-quran
dan as-sunah shahihah sekaligus membersihkan berbagai amalan yang secara
jelas menyimpang dari ajaran islam baik berupa khurafat, syirik maupun
bidah.
Sifat tajdid muhammadiyah tidak hanya bersifat memurnikan, melaikan
juga termaksuk upanya pembaharuan dalam tata cara pelaksanaan ajaran islam
dalam kehidupan bermasyarakat.
Karakter gerakan muhammadiyah yaitu dakwah dan tajdid, yang juga
mengandung demensi pemurnian sekaligus pembaharuan. Bukan hanya
semata-semata dakwah tetapi juga pembaharuan. Bukan semata-semata
pembaharuan , tetapi juga dakwah. Bukan semata-semata pemurnian , tetapi
juga pembaharuan. Bukan hanya semata-mata pembaharuuan tetapi juga
pemurnian. Permurnian berarti pengontentikan kembali pada islam yang
benar-benar murni atau asli sebagai ajaran al-Quran dan Sunah Nabi yang
shahihah dengan ijtihat sesuai dengan manhaj tarjih.
Ketika muhammadiyah didirikan dan para tokohnya termahsuk K.H.
Ahmad Dahlan belum memikirkan landasan konsepsional dan teoritis tentang
apa yang harus dilalkukan, yang terjadi pada saat itu mereka melakukan
penyebaran ajaran agama islam secara praktis dan pragmatis, dengan cara
yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rosulloloh.seperti pembetulan

arah kiblat. Jargon yang diusung pada saat itu adalah kembali kepada AlQuran dan sunah Nabi.
B. Model-model Tajdid dalam Muhammadiyah
Model tajdid muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi dalam tiga
bidang, yaitu bidang keagamaan, pendidikan dan kemasyarakatan.
1. Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali
ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu
lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut
kurang jelas dan tertutup oleh kebiasan dan pemikiran tambahan lain.
Pembaharuan dalam bidang kaagamaan adalah memurnikan kembali atau
mengembalikan kepada aslinya, oleh karena itu dalam pelaksanaan agama
baik yang menyangkut akidah atau pun ibadah harus sesuai dengan
aslinya, yang sebagai mana diperintahkan dalam Al-Quran dan as sunah.
Pembaharuan teologi yang dilakukan muhammadiyah meliputi :
dimensi kelasyarakatan, agar islam tetap berada di tengah tengah
masyarakat bahkan dapat memiliki kontribusi yang sangat positif dalam
memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan. Muhammadiyah secara
teologis bedasarkan islam yang berkemajuan, namun secara sosiologis
memiliki korelasi dengan konteks hidup umat islam dan masyarakat
indonesia yang berada dalam keterbelakangan. Muhammadiyah
berorientasi pada kemajuan dalam pembaharuannya, yang mengarahkan
hidup umat islam untuk beagama secara benar dan melahirkan rahmat bagi
kehidupan.
Dalam masalah akidah muhammadiyah bekerja untuk tegaknya
akidah islam yang murni, bersih dari gejala kemusyrikan, bidah dan
curafat tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut islam. Sedangkan
dalam ibadah, muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut
sebagaimana yang dituntunkan Rasullah tanpa perubahan dan tambahan
dari manusia. Usaha permurnian yang dilakukan muhamaadiyah terhadap
keadaan keagamaan yang tampak dari serapan berbagai unsur kebudayaan
yang ada di indonesia yaitu

a. Penentuan arah kiblat dalam sholat, yang sebelumnya


mengarah tepat ke arah barat.
b. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan awal
dan akhir bulan romadhon ( hisab) sebagai kebalikan dari
pengamatan perjalanan bulan oleh petugas agama
c. Menyelenggarakan shalat bersama di lapangan terbuka pada
hari raya islam, idul fitri dan idul adha, sebagai ganti seperti
sholat yang serupa dalam jumlah jamaah yang lebih kecil, yang
diselenggarakan di masjid
d. Perngumpulan dan pembagian zakat fitrah dan kurban pada
hari raya tersebut diatas, oleh panitian khusus, mewakili
masyarakat islam setempat, yang dapat dibandingkan
sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan
ini pada pegawai tau petugas agama( penghulu , naib, kaum,
modin dan lain sebagainya)
e. Penyampaian kutbah dalam bahasa indonesia/daeerah, sebagai
ganti dari penyampaian khutbah dalam bahasa arab.
f. Penyerderhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran,
khitanan, perkawinan dan pemakaman, dengan menghilangkan
hal hal yang bersifat politheistis.
g. Penyerderhanaan makam yang semula dihiasi secara berlebihan
h. Menghilangkan kebiasaan berjiarah kemakam-makam orang
suci (wali)
i. Membersihkan adanya berkah yang bersifat ghoib, yang
dimiliki oleh beberapa kiay terteentu, dan perngaruh ekstrim
pemujaan terhadap mereka.
j. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki
dan wanita dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat
keagamaan.
2. Bidang pendidikan
Dalam bidang ini Muhammadiyah mempelopori dan meyelenggarakan
sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi Muhammdiyah
pendidikan memiliki arti yang penting dalam penyebaran ajaran islam,

karena melalui bidang pendidikan pemahaman tentang islam dapat


diwariskan dan ditanamkan dari generasi kegenerasi.
Pembaharuan dari segi pendidikan memiliki dua segi yaitu
a. Segi cita-cita
Dari segi ini ingin membentuk manusia muslim yang baik budi,
alim dalam agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu
keduniaan, dan bersidia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
b. Segi teknik pengajaran
Dari segi ini lebih banyak berhubungan dengan cara
penyelenggaraan pengajaran. Dengan mengambil unsur-unsur yang
baik dari sistem pendidikan barat dan sistem pendidikan tradisonal,
muhammadiyah berhasil membangun sistem pendidikan sendiri.
Seperti sekolah model barat yang dimasukkan pelajaran agama
didalamnya, sekolah agama dengan menyertakan perlajaran umum.
Selain pembaharuan dalam pendidikan formal, Muhammadiyah juga
telah mempebaharui pendidika tradisional non formal yaitu pengajian.
Dimana yang semula pengajarnya hanya mengajar ngaji dan ibadah oleh
muhammadiyah diperluas dan pengajian di sistematiskan dan diarahkan
pada masalah kehidupan sehari-hari.
Begitupula muhammadiyah telah mewujudkan bidang bimbingaan
dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan
mungkin bersifat pribadi.
3. Bidang sosial masyarakat
Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan
mendirikan rumah sakit, piklinik, panti auhan, rumah singgah, panti
jompo, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang
dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara individual sebagai mana
dilakukan orang pada umumnya. Usaha pembaharuan dalam bidang sosial
kemasyarakatan ditandai dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan
Oemoen (PKO)di tahun 1923. Perhatian terhadap kesengsaraan orang lain
merupakan kewajiban orang muslim, sebagai perwujudan tuntunan agama
yang jelas untuk ber amal maruf dan juga sebagai bentuk pengamalan
firman Allah dalam surat Al-ma;un 107: 1-7
Yang artinya

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, itulah orang yang


menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makanan orang
miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,(yaitu) orang
yang lalai dari sholatnya, orang-orang berbuat riya dan
enggan(menolong dengan) barang berguna..
Pesan yang terkandung dalam surat Al-Maun adalah ajaran tolong
menolong sebagai bentuk dari amal shaleh yang dapat menunculkan
solidaritas yang berujung pada mahabbah atau saling mencintai yang
dimulai dari taaruf(mengenal), tafahum(memahami), lalu tadhamun
(saling menghargai). Tadhamun akan melahirkan trahum dan akhirnya
terbentuklah suasana taawun saling tolong menolong. Pembaharuan sosial
masyarakatan yang dilakukan oleh muhammadiyah merupakan salah satu
wujud dari ketaatan beragama dalam dimensi sosialnya unutk tujuan
menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud
masyarakat islam yang sebenar benarnya.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat difahami, bahwa tajdid dalam
Muhammadiyah mengalami perubahan yang sangat berarti. Tajdid dalam
Muhammadiyah pada tataran praktis dan gerakan aksi yang mengarah
pada pemurnian akidah dan ibadah, sebagai reaksi terhadap penyimpangan
yang dilakukan oleh umat Islam. Model model Tajdid dalam
Muhammadiyah digolongkan dalam tiga bidang diantaranya (a) bidang
keagarmaan yaitu Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah
penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang
karena waktu lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan
dasar-dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasan dan pemikiran
tambahan lain. (b) bidang pendidikan yaitu Muhammadiyah mempelopori
dan meyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata
dimana bidang pendidikan dipandang sangat penting dalam penyebaran
ajaran agama islam. (c) bidang sosial masyarakat Muhammadiyah merintis
bidang sosial kemasyarakatan dengan mendirikan rumah sakit, piklinik,
panti auhan, rumah singgah, panti jompo, Pusat kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang dikelola melalui amal
usahanya dan bukan secara individual sebagai mana dilakukan orang pada
umumnya.
2. Saran
Tajdid atau pembaharuan dalam Islam khususnya dalam
Muhammadiyah memang perlu terus dilakukan oleh kaderkader
Muhammadiyah. Hal ini untuk melindungi ajaranajaran agama yang
semakin hari luntur oleh fenomena modern yang berkembang di
masyarakat. Pola kehidupan masyarakat modern yang memiliki budaya
baru yang lebih bebas cenderung melupakan ajaran ajaran agama yang
sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai