Anda di halaman 1dari 17

Program Gizi untuk Obesitas Pada Remaja : Yang manakah yang paling efektif ?

Abstrak
Dalam beberapa hal, masalah gizi remaja serupa atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi
pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan. Yang
sedikit berbeda adalah cara menangani masalah itu. Prevalensi obesitas di dunia beraneka ragam,
tetapi dapat dilihat kesamaannya yang memiliki tren peningkatan beberapa tahun terakhir.
Program pencegahan obesitas umumnya menekankan pada pola makan dan konsumsi yang sehat,
perilaku yang sehat dan peningkatan aktifitas fisik, yang mana kesemuanya adalah penyebab
umum dan utama dari obesitas, tetapi program-program pencegahan obesitas ini kemudian
dimodifikasi cara pelaksanaannya, media yang digunakan disesuaikan dengan sasaran dan
tempat pelaksanaannya. Artikel ini menggambarkan dan menganalisis manakah diantara program
pencegahan obesitas ini yang lebih efektif diterapkan untuk remaja. Metode yang digunakan
yaitu kajian literature dengan tebel sintesa penelitian. Pencarian artikel melalui Google Scholar,
tema dibatasi pada program pencegahan obesitas pada remaja. Dari 25 artikel, 15 artikel yang
sesuai, lima dari penelitian itu merupakan penelitian Randomized Control Trial, 4 penelitian
kuasi eksperiment, 3 kajian literature, dua penelitian kualitatif dan penelitian mix method. Hasil
dari kajian literature ini adalah program pencegahan obesitas remaja berbasis masyarakat
menekankan pada rekrutmen komunitas local dan berbasis bukti praktik-praktik local tetapi tidak
mendapatkan hasil yang signifikan dikarenakan kurangnya durasi dan intensitas serta
kompleksitas dari tujuan program. Program pencegahan berbasis sekolah yang menekankan pada
kemandirian sekolah untuk memanfaatkan segala upaya dan sumber daya demi meningkatkan
derajat kesehatan siswa juga hanya berhasil pada penurunan lemak tubuh dan pentingnya peran
orang tua, tidak pada IMT dan pola perilaku. Program pencegahan berbasis teknologi
menekankan pada isi pesan yang diperoleh oleh remaja, dimana dalam pelaksanaannya program
ini harus didukung sarana yang memadai dan konten/isi pesan yang tidak menyinggung hal-hal
sensitive bagi remaja. Disarankan di negara berkembang seperti Indonesia dapat menerapkan
intervensi yang berbasis masyarakat dengan media teknologi, dengan memperhatikan keragaman
budaya, adanya praktek-praktek local serta sarana prasarana yang tersedia.
A. Latar Belakang
Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi
remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat,
body image, kecanduan alcohol, dan rokok serta hubungan seksual terlalu dini. Dalam
beberapa hal, masalah gizi remaja serupa atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi
pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan.
Yang sedikit berbeda adalah cara menangani masalah itu. Pada kelebihan berat misalnya,
penanganan

obesitas

remaja

ditujukan

pada

pengurangan

berat

itu

sendiri.

Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat


badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga ke dewasa dan
lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit

degeneratif, seperti panyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, artritis, penyakit kantong


empedu, beberapa jenis kanker dan gangguan fungsi pernapasan.
Prevalensi obesitas di dunia beraneka ragam, tetapi dapat dilihat kesamaannya
yang memiliki tren peningkatan beberapa tahun terakhir. Di Negara maju seperti Amerika
Timur prevalensi overweight dan obesitas remaja meningkat secara dramatis salaam 30
tahun terakhir. Faktanya, 31.5% dari remaja berusia 5 sampai 17 tahun, sekitar 1,6 juta
diklasifikasikan sebagai overweight atau obesitas dari tahun 2009 sampai 2011 (Walpole,
Beverly, et all. 2013). Obesitas juga meningkat drastic di daerah Pasifik, sebut saja Tonga
yang merupakan lima negara di dunia yang memiliki obesitas tertinggi dengan prevalensi
overweigth dan obesitas 84% pada laki-laki dan 93% pada perempuan (Fotu, Kaleisita, et
all. 2011). Di Asia sendiri, contohnya Singapura, prevalensi obesitas (Indeks Massa
Tubuh [BMI] 30 kg/m2) diantara penduduk berumur 18-69 tahun meningkat dari tahun
1992 sampai 2010, dan sekarang berada pada prevalensi 10.8%. Prevalensi overweight
dan obesitas pada usia anak sekolah yaitu dari SD hingga sebelum memasuki level
perguruan tinggi dalam tahun 2011 adalah 11% berdasarkan IMT/Umur (Foo,L, L, et all.
2013).
Sama halnya di Indonesia, prevalensi nasional anak usia sekolah gemuk (lakilaki) adalah berdasarkan Riskesdas tahun 2010, Prevalensi remaja (16 18 tahun) gemuk
di Indonesia adalah 1,4 %, prevalensi kegemukan pada remaja perempuan (1,5%) lebih
tinggi dari pada remaja laki-laki (1,3%). Sedangkan pada Riskesdas tahun 2013
prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri
dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas). Prevalensi gemuk pada
remaja umur 16 18 tahun sebanyak 7,3 persen yang terdiri dari 5,7 persen gemuk dan
1,6 persen obesitas. Kecenderungan prevalensi remaja kurus relatif sama tahun 2007 dan
2013. Sebaliknya prevalensi gemuk naik dari 1,4 persen (2007) menjadi 7,3 persen
(2013). Hal ini membuktikan besarnya masalah obesitas di Negara berkembang seperti
Indonesia disamping masalah kekurangan gizi yang belum teratasi.
Menurut WHO, 2008, penyebab umum obesitas adalah pola konsumsi makanan
yang tidak sehat (unhealthy diet), kurangnya aktivitas fisik (physical inactivity), merokok
dan konsumsi alkohol, polusi udara, usia dan hereditas. Sedangkan faktor risiko antara
(intermediate determinant) adalah meningkatnya tebal lemak dibawah kulit, kadar lemak

darah melebihi normal, dan kegemukan. Beberapa faktor penentu yang mendasari
(underlying determinant) adalah globalisasi, urbanisasi, dan social determinant. Untuk
dapat mengatasi masalah obesitas ini, kita perlu mengetahui sebab secara langsung yang
menyebabkan kejadian obesitas ini, agar kita dapat melakukan intervensi yang tepat pada
sasaran.
Beberapa program pencegahan obesitas mulai dicanangkan di beberapa negera,
ada yang telah melakukan hingga ke tahap kebijakan pemerintah dan dikordinasi
langsung oleh Departemen Promosi Kesehatan, dan beberapa program lainnya masih
dalam skala proyek dan mendapatkan bantuan dari swasta atau LSM. Program
pencegahan obesitas umumnya menekankan pada pola makan dan konsumsi yang sehat,
perilaku yang sehat dan peningkatan aktifitas fisik, yang mana kesemuanya adalah
penyebab umum dan utama dari obesitas, tetapi program-program pencegahan obesitas
ini kemudian dimodifikasi cara pelaksanaannya, media yang digunakan disesuaikan
dengan sasaran dan tempat pelaksanaannya. Untuk daerah yang menggambarkan
karakteristik masyarakat yang kompleks, program pencegahan difokuskan berbasis
masyarakat. Beberapa daerah meyakini bahwa sebagian besar aktifitas remaja berada di
sekolah, maka program pencegahan obesitas yang tepat adalah berbasis sekolah.
Sedangkan yang terakhir adalah program yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
sebagai media. Dimana kesemuanya merupakan factor penentu yang mendasari
(underlying determinant) adalah globalisasi, urbanisasi, dan social determinant. Melalui
kajian artikel ini, penulis akan menggambarkan dan menganalisis manakah diantara
program pencegahan obesitas ini yang lebih efektif diterapkan untuk remaja.
B. Metode
Kajian literature ini mengangkat tema tentang program gizi untuk remaja, yang
kemudian dalam pencarian artikel jurnal sebagai referensinya dipersempit lagi menjadi
program gizi untuk remaja obesitas. Pencarian referensi dengan menggunakan Google
Scholar, dengan membatasi pada tema artikel dan waktu penerbitan yaitu 10 tahun
terakhir dan hanya mencari artikel berbahasa inggris saja dan telah terindeks di jurnal
internasional. Dalam pencariannya menggunakan kata kunci, nutrition program,
adolescent obesity, prevention program for obesity. Artikel yang pada akhirnya

dimasukkan pada kajian ini adalah artikel yang lengkap dengan abstrak, beberapa artikel
hanya terdiri dari abstrak akan tetapi dapat menggambarkan metode, jenis program, dan
hasil penelitian yang jelas tetap dimasukkan, tetapi beberapa artikel lain memiliki abstrak
yang terbatas dan tidak dapat diakses. Program-program yang akhirnya ditemukan adalah
program berbasis masyarakat, program pencegahan berbasis sekolah dan program
berbasis teknologi, subjek penelitiannya remaja berumur 10-19 tahun. Dari 25 artikel
yang ditemukan, 15 artikel yang sesuai dan disusun dalam table sintesa penelitian. Lima
dari penelitian itu merupakan penelitian Randomized Control Trial, 4 penelitian kuasi
eksperiment, 3 kajian literature, dua penelitian kualitatif dan penelitian mix method.
Hasil dari penelitian itu tidak hanya berkisar pada aktifitas fisik, antropometri dan IMT,
tetapi juga beberapa hasil lain seperti kesehatan mental jiwa, kebahagian, persepsi,
partisipasi, kepuasan, kualitas hidup, sikap dan perilaku. Kemudian, artikel jurnal yang
akan dikaji diberikan penilaian kualitas jurnal berdasarkan jelasnya tujuan penelitian,
metode yang digunakan, populasi dan sampel penelitian, waktu dan tempat, deskripsi
program pencegahan obesitas, hasil penelitian, kesimpulan dan saran, setiap artikel jurnal
memiliki point-point tersebut maka diberi nilai 1, dan jika melengkapi seluruh point
maka berjumlah 7 untuk skor tertinggi. Penilaian untuk artikel jurnal ini membantu untuk
sintesis penelitian juga dalam pembahasan nantinya.
Tabel 1 Kriteria Jurnal Penelitian yang Dikaji
Kriteria
Jenis program
Kualitas Jurnal

Jenis Metode
Penelitian

Tahun publikasi

Deskripsi
Program pencegahan obesitas berbasis masyarakat
Program pencegahan obesitas berbasis sekolah
Program Obesitas berbasis teknologi
Lengkap : memiliki tujuan penelitian, metode,
waktu dan tempat, populasi dan sampel, penjelasan
program, hasil dan kesimpulan
Tidak lengkap
Randomized Control Trial
Kajian Literatur
Mix Method
Penelitian Kualitatif
Kuasi eksperimen
2012
< 2012

Jumlah jurnal
8
4
3
8

7
5
3
1
2
4
7
8

C. Hasil dan Pembahasan


Obesitas menjadi momok di beberapa Negara, baik Negara maju dan berkembang.
Hal ini tidak lepas dari menanggulangi masalah kesehatan yang jauh lebih parah yang
akan disebabkan oleh obesitas yaitu penyakit tidak menular dan penyakit kardiovaskuler,
yang untuk menanggulanginya akan menghabiskan pembiayan anggaran kesehatan yang
lebih besar. Kelompok sasaran program pencegahan obesitas ini lebih difokuskan pada
remaja, oleh karena kita semua sadar bahwa gangguan kesehatan pada remaja akan
mengikuti siklus hidup yang akhirnya akan berdampak pada derajat kesehatan pada saat
dewasa, produktifitas kerja, kesejahteraan usia lanjut dan nasib generasi selanjutnya.
Menyelamatkan status gizi dan kesehatan remaja adalah menyelamatkan kesejahteraan
bangsa generasi yang akan datang. Program-program yang muncul kemudian berbeda
dan beraneka ragam media, outcome, intervensi. Akan tetapi pada dasarnya tujuannya
adalah pencegahan obesitas di kalangan remaja dengan memodifikasi cara, media dan
intervensi yang diberikan.
1. Program Pencegahan Obesitas Berbasis Masyarakat
Community Based atau pendekatan yang Berbasis Masyarakat adalah upaya
pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk dapat mengenali, menalaah dan
mengambil inisiatif untuk memecahkan permasalahan yang ada secara mandiri.
Tujuan dari pendekatan yang berbasis masyarakat adalah meningkatnya kapasitas
masyarakat dan mencoba untuk menurunkan kerentanan individu, keluarga dan
masyarakat luas, dalam hal ini remaja obesitas.
Point penting sekaligus rumit dilakukan pada program berbasis masyarakat
ini adalah sebelum intervensi berbasis masyarakat dilaksanakan, pendekatan yang
direncanakan untuk keterlibatan masyarakat sangat penting. Hal ini membutuhkan
partisipasi sejati masyarakat dari awal: identifikasi dan penerimaan dari masalah,
kesepakatan yang perlu ditangani, pemahaman tentang situasi kelompok sasaran,
dan keterlibatan orang-orang berpengaruh di masyarakat serta orang tua, pemuda,
kelompok masyarakat , gereja dll seluruh bentuk komunitas (gereja, sekolah,
orang tua, pemimpin, remaja) keterlibatan dan kolaboratif kemitraan yang penting
untuk pelaksanaan.
Dalam kajian literature ini ada Program The Obesity Prevention in
Communities (OPIC) yang dilakukan di Tonga, New Zealand dan Australia.
Semua program dinamakan sesuai dengan bahasa local, Maalahi Youth Project

(MYP) untuk Tonga, Program Its your Move di Australia dan Program The
Living 4 Live di New Zealand. Walaupun pada dasarkan program
ini bertujuan untuk menurunkan obesitas, tetapi ketiganya
memberikan intervensi yang berbeda sesuai dengan daerah
masing-masing.
Proyek Maalahi Youth Project (MYP) di Tonga menekankan pada
rekruitmen dari kelompok masyarakat di daerah tersebut dan sebagian besar
kegiatan program mengarah kepada peningkatan aktifitas fisik, disamping itu ada
10 poin aksi yang dikembangkan dan dijadikan road map dalam

memandu

pengembangan kegiatan program. Rencana aksi ini terdiri dari 3 tujuan standar
yaitu pengembangan kapasitas, pemasaran social dan evaluasi; 4 gizi (promosi
sarapan sehat, makan siang sekolah dan konsumsi air, buah-buahan dan sayuran);
2 kegiatan fisik (meningkatan olahraga dan kegiatan fisik informal); dan 1 tentang
kunci menjadikan seseorang sebagai role model (Fotu, Kaleisita, et all. 2011).
Program Its Your Move di Australia juga memiliki 10 tujuan dimana
setiap tujuan berisi strategi beragam di sekolah melalui petugas program dan duta
siswa. (i) pengembangan kapasitas (workshop dan kesempatan pelatihan); (ii)
meningkatkan kepedulian terhadap pesan program seperti

(logo proyek dan

merek

evaluation;

dan

pengembangan

social

marketing);

(iii)

(iv)

mempromosikan air, mengurangi konsumsi soft drink; (v) mempromosikan


sarapan sehat; (vi) meningkatkan konsumsi buah dan sayur; (vii) meningkatkan
nilai kesehatan dari jajanan sekolah; (viii) mempromosikan transportasi aktif dari
dan menuju ke sekolah;

(ix) meningkatkan partisipasi dalam olahraga dan

aktifitas rekreasi lainnya; (x) mempromosikan penerimaan ukuran dan bentuk


tubuh yang sehat. Program di Australia lebih menekankan pada promosi logo,
pesan moral, body image (Millar, L, et all. 2011).
Program The Living 4 Live di New Zealand lebih menekankan pada
pengembangan program bersama tokoh masyarakat local, dimana tim
mendiskusikan bukti-bukti local yang berhubungan dengan gizi (best-Practice) di
daerah terssebut perwakilan dari masyarakat akan memproritaskan determinan
untuk daerah mereka. Dalam proses konsultasi itu, intervensi bertujuan untuk
meningkatkan perilaku konsumsi yang minuman manis dan konsumsi sarapan;

untuk meningkatkan aktifitas fisik selama dan setelah pulang sekolah; untuk
meningkatkan kualitas makanan di sekolah; dan untuk mengurangi penggunana tv
(Utter, J, et all. 2011).
Ketiga program

tetap

berdasarkan

pada

upaya

intervensi

gizi,

pengembangan kapasitas dan kegiatan fisik. Tetapi yang berbeda adalah bahwa
Program pencegahan obesitas berbasis masyarakat di Tonga menekankan pada
perekrutan dari trainer yang akan memberikan konsultasi dan juga nampaknya
masalah obesitas di Tonga lebih disebabkan oleh aktifitas fisik yang kurang maka
upaya-upaya yang muncul untuk remaja adalah meningkatkan olahraga, baik
formal maupun informal. Sedangkan Program pencegahan obesitas di Australia
lebih mengarah pada body image, promosi, iklan dan pesan-pesan kesehatan, hal
ini berarti bahwa masalah obesitas bukan lagi hanya karena asupan yang tidak
tersedia kurang sehat, kurangnya fasilitas olahraga, tetapi karena remaja sudah
menanamkan pola pikir dan gaya hidup modernitas dengan menyampingkan
kesehatan. Permasalahan ini akan jauh lebih kompleks karena bahkan jika
terpenuhinya semua point kunci untuk pencegahan tetapi pola pikir dan gaya
hidup remaja tidak akan mudah untuk diubah. Mengkaji program di New Zealand,
program pencegahan obesitas lebih menekankan pada lembaga atau kelompok
organisasi masyarakat seperti gereja dan sekolah, upaya pencegahan juga
ditekankan pada best-practicepraktik-praktik local yang dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat. Dalam programnya lebih ditekankan pada aktifitas fisik
selama sekolah dan sepulang sekolah, serta pembatasan waktu menonton tv,
masyarakat di daerah tersebut telah menyadari bahwa penggunaan menonton tv
pada remaja menyebabkan mereka kurang aktifitas fisik dan mengalami obesitas.
Meskipun dirancang dengan sedimikian rupa, kiranya program pencegahan
obesitas berbasis masyarakat ini tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Meskipun di Australia, program ini mendapatkan hasil penurunan pada kelompok
intervensi signifikan secara statistik terhadap kelompok yang dibandingkan : berat
(-0.74 kg, P < 0.04), dan BMI tersantdarisasi (-0.07, P < 0.03), dan penurunan
yang tidak signifikan dalam prevalesi overweight dan obesitas (0.75 odds ratio, P
= 0.12) dan BMI (-0.22, P = 0.06). Dan hasil program di Tonga menunjukkan
bahwa intervensi dan pembanding menunjukkan peningkatan yang sama besar

dalam prevalensi overweight dan obesitas (10.1% points, n = 815; 12.6% points, n
= 897). Terpisah dari penurunan yang relative kecil dalam persentase lemak tubuh
pada kelp intervensi (-1.5%, P < 0.0001). Pada umumnya ketiga program ini
tidak memberikan perbedaan signifikan dalam hasil variable antropometri
manapun diantara kelompok dan perubahan perilaku tidak mengikuti pola yang
positif dan jelas.
Penjelasan yang memungkin untuk hal ini adalah program pencegahan
obesitas berbasis komunitas pada beberapa populasi dengan prevalensi obesitas
yang tinggi contohnya Tonga membutuhkan intervensi yang lebih intesif dan lebih
lama karena besarnya masalah tidak bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat
dan diperlukan strategis yang lebih spesifik untuk mengatasi rintangan socialbudaya untuk peningkatan berat badan yang sehat. Berbeda halnya dengan
Program Australia yang berjalan selama 3 tahun, Tonga hanya berjalan selama 2
tahun. Serta kompleksitas budaya dari Tonga yang merupakan kepulauan menjadi
tantangan tertentu untuk program ini.
Hal ini kemudian dilengkapi dengan hasil penelitian evaluasi proses dari
Program Maalahi Youth Project (MYP) di Tonga bahwa implementasi intervensi
obesitas pada remaja sebagai bagian dari program MYP terdiri atas kegiatan yang
berskala luas dalam setting multiple, juga menyentuh spectrum populasi yang
lebih luas. Tetapi skala dan frekuensi kegiatan tidak mencukupi dan tidak
berkelanjutan. Projek mengkonfirmasi hal ini juga bahwa dalam usaha MYP
meningkatkan kekhawatiran masyarakat terhadap perilaku hidup sehat masih
terbatas pada term pelaksanaan penelitian kesehatan masyarakat dan kekurangan
kapasitas dan infrastruktur penelitian (Fotu, Kaleisita, et all).
Bahkan hasil program di New Zealand, satu sekolah yang diintervensi
menunjukkkan beberapa perubahan negative pada perilaku siswa. Hal ini mungkin
saja terjadi dan menjadi sebuah studi kasus, didukung oleh datang hasil penelitian
Hoare, Erin, et all tahun 2015 yang mengkaji tentang hasil kesehatan mental dan
kebahagian terkait dengan program pencegahan berbasis masyarakat yang
dilakukan pada remaja. Pencegahan obesitas remaja memiliki tinggi dalam
memberikan konsekuensi kesehatan negatif dari kelebihan berat badan / obesitas
baik selama masa remaja dan di kemudian hari. Perubahan aktivitas dan diet pola

fisik telah dikaitkan dengan hasil kesehatan mental dan bukti kuat menunjukkan
bahwa faktor risiko berkaitan dengan berat badan yang tidak sehat yang terarah
berkaitan dengan gangguan kesehatan mental umum. Penelitian ini menyarankan
sebaiknya penelitian atau program pencegahan obesitas memasukkan variable
kesehatan mental yang tidak sejalan untuk mengidentifikasi mekanisme yang
berpotensi mempengaruhi hasil berat badan remaja dan dengan kata lain
memastikan intervensi tidak menyebabkan hal yang berbahaya bagi kesehatan
mental remaja.
Selain itu hal yang memungkin ketiga program pencegahan obesitas
berbasis masyarakat tidak berhasil tersebut dikarenakan setting yang tidak tempat
yaitu dilakukan di sekolah, dimana diperlukan regulasi khusus, peran pimpinan
dan staff dari sekolah tersebut. Beda halnya dengan program pencegahan berbasis
masyarakat yang mengambil setting di pusat-pusat kesehatan di masyarakat, di
luar dari otoritas sekolah, contohnya penelitian Program Kelompok The Loozit
yang dilaksanakan di Sydney Australia adalah Program pilot, melalui pusat
kesehatan di komunitas dan termasuk rekrutmen berbasis komunitas. Program ini
berdasarkan teori kognitiif social untuk perubahan asupan diet dan tingkatan
aktivitas dan untuk memodifikasi efikasi diri, motivasi, ketekunan dan regulasi
diri. Sebanyak 86 % partisipan mengikuti program lengkap 2 bulan. Sebanyak
47% pratisipan mendapatkan hasil yang signifikan secara statistic (P < 0.01)
pengurangan mean [95% CI] BMI (0.27 kg/m2 [0.41, 0.13]), BMI z-score (0.05
[0.06, 0.03]), WHtR (0.02 [0.03, 0.01]), total cholesterol (0.14 mmol/L [0.24,
0.05]) dan Kolesterol LDL (0.12 mmol/L [0.21, 0.04]). Ada peningkatan pada
semua pengukuran psikologi, pengukuran asupan diit, dan beberapa aktifitas fisik
(P < 0.05). waktu menonton tv dan melakukan kegiatan sedentary menurun (P <
0.05). Partisipan dari kedua kelompok menghadiri sesi group 1x setiap 3 bulan .
Satu kelompok juga menerima terapi kontak berupa pelatihan via telepon, sms
atau pesan email (Shrewsbury, Vanessa, et all. 2011). Hasil jangka pendek dari
program ini sangat menjanjikan dibandingkan ketiga program sebelumnya, focus
atau target program ini juga tidak terlalu kompleks dan bervariasi.
2. Program Pencegahan Obesitas Berbasis Sekolah

Program pencegahan obesitas berbasi sekolah adalah program yang


berdasarkan pada paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas
pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi ini
diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikan sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat, dalam hal ini permasalahan obesitas remaja. Dengan kata
lain bahwa program pencegahan berbasis sekolahh menuntut sekolah untuk secara
mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan dan
mempertanggungjawabkan

pemberdayaan

sumber-sumber

baik

kepada

masyarakat atau pemerintah. Beberapa program memilih sekolah sebagai basis


atau landasan dasarnya dikarenakan dengan pemikiran bahwa siswa lebih banyak
menghabiskan waktunya di sekolah dibandingkan di rumah dan di masyarakat,
selain itu konteks sekolah lebih tepat ditekankan bagi kelompok remaja.
Salah satu Program Pencegahan obesitas berbasis sekolah adalah
Program Healthy Youth Healthy Community berisi beberapa poin kunci perilaku
dan inovasi yang diterapkan di sekolah yaitu Promosikan sarapan dengan siswa
dan orang tua - pamflet & perakitan sekolah pembicaraan pagi, Mengembangkan
kebijakan sekolah untuk kantin untuk mendukung air, konsumsi buah dan
sayuran; Pengembangan kurikulum dengan Rumah Ekonomi dan Ilmu Pertanian,
Informasi makanan ringan yang sehat untuk siswa, buah-buahan & sayuran;
Mempromosikan hidup dalam jarak berjalan kaki ke sekolah untuk berjalan ke
dan dari sekolah dengan rasa aman, Kebijakan sekolah pada kelas pendidikan
jasmani; Aturan rumah pada waktu layar dan di luar waktu bermain, dan
keterampilan persiapan makanan (Kremer, P, et all. 2011). Hasil Penelitian ini
program promosi kesehatan berbasis sekolah ini menurunkan persentase lemak
tubuh tetapi tidak mengurangi berat badan yang tidak sehat atau perilaku yang
mempengaruh obesitas di kalangan remaja Fiji. Hal ini dikarenakan program yang
berbasis sekolah ini diterapkan pada sekolah yang memiliki etnis masyarakat yang
jauh berbeda, etnis masyarakat ini mempengaruhi indeks massa tubuh dan periku
remaja dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa program

pencegahan obesitas berbasi sekolah haruslah terbebas dari adanya latar belakang
budaya yang berbeda di sekolah tersebut.
Meta analisis tentang Program Pencegahan obesitas remaja yang dilakukan
di dunia yaitu Dari 32 studi, delapan dilakukan di Amerika Serikat, enam di
Jerman, tiga di Belanda, dua di masing-masing berikut ini, Australia, Yunani,
Turki, Norwegia, dan satu di masing-masing berikut, Brasil, Cina, Spanyol ,
Perancis, Inggris, Irlandia, dan Belgia. Meta regresi menunjukkan hirarki linier
yang signifikan dari studi dengan efek terbesar untuk program yang komprehensif
lebih dari 1 tahun panjang yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang
gizi dan aktivitas fisik, mengubah sikap, memonitor perilaku, memodifikasi
lingkungan, melibatkan orang tua, meningkatkan aktivitas fisik dan meningkatkan
diet, khususnya di kalangan anak-anak (Shira Sogol, et all. 2013).
Meta analisis ini menekankan bahwa program pencegahan berbasis sekolah
akan berhasil jika ada dukungan dari orang tua, serta durasi program minimal
berjalan selama 1 tahun. Peran orang tua memegang tanggung jawab keberhasilan
dari program berbasis sekolah, orang tua yang memiliki pengetahuan lebih
tentang gizi mampu memberikan pilihan yang sehat bagi remaja. Penelitian ini
menekankan intervensi tidak hanya pada asupan tetapi juga pada peningkatan
aktifitas fisik dan mengurangi aktifitas sedentary adalah intervensi yang tepat, jika
hanya intervensi asupan maka remaja akan kembali mengalami obesitas dalam
kurun waktu 1-5 tahun.
Program pencegahan obesitas berbasis sekolah lainnya adalah Nutrition and
Enjoyable Activity for Teen Girls (NEAT Girls) adalah Sebuah program intervensi
multikomponen berbasis sekolah disesuaikan untuk remaja perempuan. Intervensi
ini didasarkan pada teori sosial kognitif dan pengembangan profesi guru
termasuk, sesi olahraga sekolah ditingkatkan, seminar interaktif, lokakarya nutrisi,
waktu makan siang aktivitas fisik sesi, buku pegangan dan pedometer untuk
pemantauan diri, surat orangtua berita, dan pesan teks untuk dukungan sosial.
Program ini dilakukan untuk daerah di lingkungan ekonomi rendah. Hasil
penelitian ini setelah 12 bulan, perubahan BMI (perbedaan disesuaikan berarti,
-0,19; 95% CI, -0,70 untuk 0,33), BMI nilai z (mean, -0,08; 95% CI, -0,20 sampai
0,04), dan persentase lemak tubuh (berarti , -1,09; 95% CI, -2,88 sampai 0,70)

yang mendukung intervensi, tapi mereka tidak statistik berbeda dengan di


kelompok kontrol. Perubahan waktu layar yang signifikan secara statistik (mean,
-30,67 min / d; 95% CI, -62,43 ke -1,06), tetapi tidak ada kelompok dengan efek
waktu untuk aktivitas fisik, perilaku diet, atau harga diri (Lubans, David, et all.
2012).
Penelitian ini sudah mendesain intervensi dan upaya pencegahan yang
berdasarkan kebudayaan atau kultur asli daerah tersebut, misalnya logo tertentu,
pesan berbahasa local, music-musik yang disukai remaja masa kini untuk
pendamping dalam olahraga fisik. Tetapi kekurangan dari program ini adalah
tidak adanya keikut sertaan aktif dari orang tua, mereka hanya sebatas mengetahui
adanya program ini dan mendapatkan Koran tentang pola asuh. Seperti dikatakan
penelitian sebelumnya bahwa peran orang tua dalam keberhasilan program sangat
signifikan.
3. Program Intervensi berbasis teknologi
Program yang gizi yang berbasis teknologi telah diterapkan di beberapa
Negara, mengingat kemajuan teknologi dan alat komunikasi yang sangat pesat.
Penyampaian pesan-pesan kesehatan juga dapat dengan mudah dilakukan. Remaja
sebagai kelompok sasaran juga merupakan kelompok yang paling menggemari
kemajuan teknologi ini. Hal yang penting dilakukan sebelum menerapkan
program ini adalah membuat aplikasi sms atau internet yang dirancang khusus
untuk program pencegahan dan masalah-masalah kesehatan lainnya, dibutuhkan
jaringan komunikasi dan internet yang menjakau daerah yang lebih luas dan
memadai, serta tersedia system komunikasi yang menyimpan data percakapan via
telp atau website ini dilengkapi dengan kapasitas dan kualitas staff atau petugas.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam program pencegahan membawa
perubahan tradisi atau budaya pembelajaran. Pemanfaatan teknologi informasi
dalam program pencegahan obesitas bagi remaja dapat menjadi sistem
pembelajaran mandiri (Instructor independent) atau juga digabungkan dalam
proses pembelajaran langsung (tatap muka di kelas) yang mengandalkan
kehadiran guru. Pencegahan obesitas berbasis teknologi adalah program
pencegahan yang menggunakan alat komunikasi sebagai alat bantu (Wena,
2011:203). Melalui program ini pesan kesehatan, tips kesehatan, evaluasi

disajikan melalui alat komunikasi sehingga kegiatan proses intervensi menjadi


lebih menarik dan menantang bagi remaja. Pakar teknologi informasi menyatakan
bahwa dengan program berbasis teknologi, remaja akan berinteraksi dan
berhadapan langsung dengan alat komunikasi secara individual sehingga apa yang
dialami oleh seorang remaja akan berbeda dengan apa yang dialami oleh remaja
lainnya.
Salah satu program pencegahan obesitas pada remaja yang berbasis
teknologi yaitu Curtin Universitys Activity, Food and Attitudes Program
(CAFAP) yang menggunakan sistem pesan teks otomatis untuk mengirim pesan
teks yang telah ditentukan tapi semi-disesuaikan dengan remaja. Selama tiga
bulan pertama masa pemeliharaan 12 bulan, remaja dikirim pesan teks pukul 6
sore pada dua hari kerja dan siang pada satu hari akhir pekan. Waktu dan
frekuensi pesan teks dalam penelitian ini dipilih karena mencerminkan titik tengah
antara percobaan remaja sebelumnya dan bukti dimasukkan dari terkait penelitian
formatif. Remaja memilih hari-hari yang terbaik akan sesuai dengan mereka pada
akhir fase intervensi intensif. Dua versi dari rencana pesan dikembangkan
menggunakan pesan teks yang sama tetapi dalam urutan yang berbeda untuk
memastikan bahwa remaja yang adalah teman dekat akan menerima pesan yang
berbeda. Teks terbatas untuk 320 karakter dikurangi teks auto. Teks dikirim ke
telepon pribadi remaja di kebanyakan kasus. Jika pesan teks tidak dapat dikirim,
staf peneliti akan menindaklanjuti secara manual mengirim teks atau hubungi
peserta melalui telepon jika teks tetap tidak terkirim.
Dari hasil diskusi kelompok didapatkan bahwa dalam konteks pesan
"seperti / ingin" tema, ada lima sub-tema yang berkaitan dengan nada keseluruhan
teks, frekuensi, waktu, mengacu pada tujuan jangka panjang, dan penyertaan tips
praktis.

Dalam

"Menanggapi

teks"

tema,

ada

empat

sub-tema

yang

menggambarkan kurangnya motivasi, hambatan untuk berubah, perasaan malu,


dan dirasakan perbandingan yang tidak menguntungkan dengan remaja lainnya.
Remaja mengatakan apa yang mereka ingin di pesan teks sering bertentangan
dengan pengalaman mereka yang sebenarnya. Yang terpenting dari program
berbasis

teknologi

adalah

bagaimana

pesan

yang

disampaikan

dapat

mempengaruhi perilaku atau gaya hidup dari remaja obesitas. Penelitian ini juga

membuktikan bahwa remaja tidak bisa mengartikulasikan apa yang mereka


inginkan atau bagaimana mereka ingin derajat kesehatannya lebih baik. Penelitian
ini menggambarkan pentingnya isi atau tema pesan terhadap remaja obesitas. Teks
intervensi harus dipersonalisasi sebanyak mungkin dan meminimalkan perasaan
bersalah dan malu pada remaja kelebihan berat badan dan obesitas. Akan tetapi
berpartisipasi dalam program ini tidak serta menyatakan adanya perubahan
perilaku dari remaja tersebut.
Penelitian selanjutnya akan melengkapi penelitian sebelumnya yang
kurang

bukti

tentang

tingginya

partisipasi

siswa.

Yaitu

program

HEALTH[e]TEEN, program pencegahan obesitas Internet berbasis sekolah. Hasil


dari penelitian ini, yaitu sampel (n = 384) adalah beragam (35% putih), dengan
usia rata-rata 15,3 tahun dan rata-rata indeks massa tubuh 24,7 kg / m2. Partisipasi
siswa (83% dari pelajaran selesai) dan kepuasan (berarti 3,6 dari 5) adalah tinggi.
Sekolah melaksanakan program di kelas memiliki kepuasan yang lebih tinggi dan
partisipasi dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang menerapkan program
sebagai pekerjaan rumah (P 0,001 dan <0,001, masing-masing). Gadis memiliki
kepuasan yang lebih tinggi dan partisipasi dibandingkan dengan anak laki-laki (P
= 0,02 dan 0,03, masing-masing). Siswa yang lebih muda memiliki partisipasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang lebih tua, tetapi tidak ada
perbedaan dalam kepuasan tercatat (P = 0,03) (Whittemor, Robin, et all. 2013).
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya inovasi media
yang baru partisipasi siswa menjadi bertambah, dan dengan adanya keinginan
berpartisipasi maka lebih mudah pula keinginan untuk mengubah gaya hidup,
karena remaja sangat rentan dengan perubahan budaya.
Hal ini didukung pula dengan hasil penelitian dari Woolford, J, Susan, et
all. tahun 2011 terkait persepsi siswa tentang isi SMS dalam program pencegahan
obesitas berbasis teknologi ini, peserta sangat antusias menerima pesan teks.
Mereka lebih suka pesan yang memberikan ide-ide resep, termasuk sukses strategi
penurunan berat badan yang digunakan oleh rekan-rekan, dan meminta umpan
balik mengenai kemajuan mereka. Mereka lebih memilih pesan-pesan positif,
mendorong, dan langsung. Mereka sepakat bahwa pesan harus mencakup
mendorong simbol (misalnya, tanda seru dan "wajah smiley") sesering mungkin.

Mereka menekankan bahwa penyebutan makanan atau perilaku tidak sehat akan
memicu mereka untuk makan makanan atau terlibat dalam perilaku mereka.
Akronim pesan teks (misalnya, LOL) dianggap terlalu informal untuk pesan dari
penyedia layanan kesehatan.
Pesan-pesan yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah pesan-pesan
ini difokuskan pada enam perilaku berbasis dibuktikan yang mewakili fokus inti
dari program MPOWER: konsumsi sarapan, peningkatan konsumsi buah-buahan
dan sayuran, penurunan konsumsi minuman manis, penurunan konsumsi makanan
cepat saji, penurunan waktu layar, dan peningkatan aktivitas fisik. Kami
dimanfaatkan pesan gain berbingkai (pesan berfokus pada bagaimana pasien bisa
mendapatkan keuntungan dari perilaku tertentu) daripada pesan loss-frame (yang
berfokus

pada

hasil

negatif),

konsisten

dengan

pekerjaan

sebelumnya

menunjukkan bahwa pesan gain-frame yang lebih efektif. Berbeda hal nya dengan
penelitian sebelumnya yang tidak memiliki umpan balik, pesan-pesan dalam sms
ini meski dibalas oleh system tetapi memiliki umpan balik yang beragam dan
membuat remaja antusias untuk mengikutinya lebih lanjut. Penemuan khusus
dalam penelitian ini bahwa remaja tidak menyukai mendapat sms berisi hal yang
negative, itu mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut. Dalam hal ini,
membaca saja mampu mempengaruhi perilaku remaja, apalagi menonton hal-hal
negative yang tidak sesuai kegiatan lainnya. Akan tetapi, jika akan dilakukan
program serupa di beberapa Negara, harus perlu diperhatikan lagi dampak
negative yang mungkin timbul dari program ini, dengan memperhatikan durasi
pesan muncul, agar remaja tidak kehilangan sosialisasi dengan teman atau
keluarganya, seperti halnya pembahasan sebelumnya, harus diperhatikan aspek
kesehatan mental dari remaja.
D. Kesimpulan dan Saran
Program pencegahan obesitas pada remaja yang dikaji dalam artikel ini belum mencapai
titik keberhasilan yang diinginkan. Masih banyaknya program yang tidak bisa mencapai
perubahan IMT atau BMI dari remaja obesitas. Beberapa program yang dirancang pada
basis tertentu juga sekiranya tidak tepat sasaran. Hal ini bukan hanya karena banyaknya
komponen yang menjadi point kunci dari program pencegahan tersebut, tetapi karena

memang pada dasarnya permasalahan obesitas adalah permasalahan yang kompleks dan
tidak hanya berdasar pada asupan dan aktifitas, serta perubahan perilaku yang susah
diukur dan factor social budaya yang menjadi rintangan. Di Negara berkembang seperti
Indonesia dapat menerapkan intervensi yang berbasis masyarakat dengan media
teknologi, dengan memperhatikan keragaman budaya, adanya praktek-praktek local serta
sarana prasarana yang tersedia.
Daftar Pustaka
Foo,L, L, et all. 2013. Obesity prevention and management: Singapores experience.
Obesity reviews 14 (Suppl. 2), page 106113.
Fotu, Kaleisita, et all. 2011. Outcome results for the Maalahi Youth Project, a Tongan
community-based obesity prevention programme for adolescents. International
Association for the Study of Obesity 12 (Suppl. 2), page 4150.
Fotu, Kaleisita, et all. 2011. Process evaluation of a community-based adolescent obesity
prevention project in Tonga. BMC Public Health, page 11:284.
Hoare, Erin, et all. 2015. Systematic review of mental health and well-being outcomes
following community-based obesity prevention interventions among adolescents.
BMJ Open.
Goldberg, Shira Sogol, et all. 2013. School-Based Obesity Prevention Programs: A MetaAnalysis of Randomized Controlled Trials. VOLUME 21 | NUMBER 12 |
DECEMBER 2013 www.obesityjournal.org.
Kremer, P, et all. 2011. Reducing unhealthy weight gain in Fijian adolescents: results of
the Healthy Youth Healthy Communities study. International Association for the
Study of Obesity 12 (Suppl. 2), 2940.
Kyla L Smith,et all. 2014. Adolescents Just Do Not Know What They Want: A
Qualitative Study to Describe Obese Adolescents Experiences of Text Messaging
to Support Behavior Change Maintenance Post Intervention. J Med Internet Res.
2014 Apr; 16(4).
Lubans, David. 2012. Preventing Obesity Among Adolescent Girls: One-Year Outcomes
of the Nutrition and Enjoyable Activity for Teen Girls (NEAT Girls) Cluster
Randomized Controlled Trial. Arch Pediatr Adolesc Med. 2012;166(9) pp :821827.
Millar, L, et all. 2011 Reduction in overweight and obesity from a 3-year communitybased intervention in Australia: the Its Your Move! project. International
Association for the Study of Obesity 12 (Suppl. 2), page 2028.

Savoye, Mary, et all. 2011. Long-term Results of an Obesity Program in an Ethnically


Diverse Pediatric Population. the American Academy of Pediatrics.
Shrewsbury, Vanessa, et all. 2011. Short-term outcomes of community-based adolescent
weight management: The Loozit Study. Shrewsbury et al. BMC Pediatrics pp; 1113,
Utter, J, et all. 2011. Evaluation of the Living 4 Life project: a youth-led, school-based
obesity prevention study. International Association for the Study of Obesity 12
(Suppl. 2), page 5160.
Walpole, Beverly, et all. 2013. Motivational Interviewing to Enhance Self Efficacy and
Promote Weight Loss in Overweight and Obese Adolescents: A Randomized
Controlled Trial. Journal of Pediatric Psychology 38(9) pp. 944953.
Whittemor, Robin, et all. 2013. Implementation of a School-based internet Obesity
Prevention Program for Adolescents. Jurnal of Adolescents Health. Volume 45,
Isuues 6. November December 2013, Pages 586-594.
Woolford, J, Susan, et all. 2011. OMG Do Not Say LOL: Obese Adolescents
Perspectives on the Content of Text Messages to Enhance Weight Loss Efforts.
VOLUME 19 NUMBER 12. december 2011 www.obesityjournal.org.

Anda mungkin juga menyukai