Abstrak
Dalam beberapa hal, masalah gizi remaja serupa atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi
pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan. Yang
sedikit berbeda adalah cara menangani masalah itu. Prevalensi obesitas di dunia beraneka ragam,
tetapi dapat dilihat kesamaannya yang memiliki tren peningkatan beberapa tahun terakhir.
Program pencegahan obesitas umumnya menekankan pada pola makan dan konsumsi yang sehat,
perilaku yang sehat dan peningkatan aktifitas fisik, yang mana kesemuanya adalah penyebab
umum dan utama dari obesitas, tetapi program-program pencegahan obesitas ini kemudian
dimodifikasi cara pelaksanaannya, media yang digunakan disesuaikan dengan sasaran dan
tempat pelaksanaannya. Artikel ini menggambarkan dan menganalisis manakah diantara program
pencegahan obesitas ini yang lebih efektif diterapkan untuk remaja. Metode yang digunakan
yaitu kajian literature dengan tebel sintesa penelitian. Pencarian artikel melalui Google Scholar,
tema dibatasi pada program pencegahan obesitas pada remaja. Dari 25 artikel, 15 artikel yang
sesuai, lima dari penelitian itu merupakan penelitian Randomized Control Trial, 4 penelitian
kuasi eksperiment, 3 kajian literature, dua penelitian kualitatif dan penelitian mix method. Hasil
dari kajian literature ini adalah program pencegahan obesitas remaja berbasis masyarakat
menekankan pada rekrutmen komunitas local dan berbasis bukti praktik-praktik local tetapi tidak
mendapatkan hasil yang signifikan dikarenakan kurangnya durasi dan intensitas serta
kompleksitas dari tujuan program. Program pencegahan berbasis sekolah yang menekankan pada
kemandirian sekolah untuk memanfaatkan segala upaya dan sumber daya demi meningkatkan
derajat kesehatan siswa juga hanya berhasil pada penurunan lemak tubuh dan pentingnya peran
orang tua, tidak pada IMT dan pola perilaku. Program pencegahan berbasis teknologi
menekankan pada isi pesan yang diperoleh oleh remaja, dimana dalam pelaksanaannya program
ini harus didukung sarana yang memadai dan konten/isi pesan yang tidak menyinggung hal-hal
sensitive bagi remaja. Disarankan di negara berkembang seperti Indonesia dapat menerapkan
intervensi yang berbasis masyarakat dengan media teknologi, dengan memperhatikan keragaman
budaya, adanya praktek-praktek local serta sarana prasarana yang tersedia.
A. Latar Belakang
Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi
remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat,
body image, kecanduan alcohol, dan rokok serta hubungan seksual terlalu dini. Dalam
beberapa hal, masalah gizi remaja serupa atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi
pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan.
Yang sedikit berbeda adalah cara menangani masalah itu. Pada kelebihan berat misalnya,
penanganan
obesitas
remaja
ditujukan
pada
pengurangan
berat
itu
sendiri.
darah melebihi normal, dan kegemukan. Beberapa faktor penentu yang mendasari
(underlying determinant) adalah globalisasi, urbanisasi, dan social determinant. Untuk
dapat mengatasi masalah obesitas ini, kita perlu mengetahui sebab secara langsung yang
menyebabkan kejadian obesitas ini, agar kita dapat melakukan intervensi yang tepat pada
sasaran.
Beberapa program pencegahan obesitas mulai dicanangkan di beberapa negera,
ada yang telah melakukan hingga ke tahap kebijakan pemerintah dan dikordinasi
langsung oleh Departemen Promosi Kesehatan, dan beberapa program lainnya masih
dalam skala proyek dan mendapatkan bantuan dari swasta atau LSM. Program
pencegahan obesitas umumnya menekankan pada pola makan dan konsumsi yang sehat,
perilaku yang sehat dan peningkatan aktifitas fisik, yang mana kesemuanya adalah
penyebab umum dan utama dari obesitas, tetapi program-program pencegahan obesitas
ini kemudian dimodifikasi cara pelaksanaannya, media yang digunakan disesuaikan
dengan sasaran dan tempat pelaksanaannya. Untuk daerah yang menggambarkan
karakteristik masyarakat yang kompleks, program pencegahan difokuskan berbasis
masyarakat. Beberapa daerah meyakini bahwa sebagian besar aktifitas remaja berada di
sekolah, maka program pencegahan obesitas yang tepat adalah berbasis sekolah.
Sedangkan yang terakhir adalah program yang memanfaatkan kecanggihan teknologi
sebagai media. Dimana kesemuanya merupakan factor penentu yang mendasari
(underlying determinant) adalah globalisasi, urbanisasi, dan social determinant. Melalui
kajian artikel ini, penulis akan menggambarkan dan menganalisis manakah diantara
program pencegahan obesitas ini yang lebih efektif diterapkan untuk remaja.
B. Metode
Kajian literature ini mengangkat tema tentang program gizi untuk remaja, yang
kemudian dalam pencarian artikel jurnal sebagai referensinya dipersempit lagi menjadi
program gizi untuk remaja obesitas. Pencarian referensi dengan menggunakan Google
Scholar, dengan membatasi pada tema artikel dan waktu penerbitan yaitu 10 tahun
terakhir dan hanya mencari artikel berbahasa inggris saja dan telah terindeks di jurnal
internasional. Dalam pencariannya menggunakan kata kunci, nutrition program,
adolescent obesity, prevention program for obesity. Artikel yang pada akhirnya
dimasukkan pada kajian ini adalah artikel yang lengkap dengan abstrak, beberapa artikel
hanya terdiri dari abstrak akan tetapi dapat menggambarkan metode, jenis program, dan
hasil penelitian yang jelas tetap dimasukkan, tetapi beberapa artikel lain memiliki abstrak
yang terbatas dan tidak dapat diakses. Program-program yang akhirnya ditemukan adalah
program berbasis masyarakat, program pencegahan berbasis sekolah dan program
berbasis teknologi, subjek penelitiannya remaja berumur 10-19 tahun. Dari 25 artikel
yang ditemukan, 15 artikel yang sesuai dan disusun dalam table sintesa penelitian. Lima
dari penelitian itu merupakan penelitian Randomized Control Trial, 4 penelitian kuasi
eksperiment, 3 kajian literature, dua penelitian kualitatif dan penelitian mix method.
Hasil dari penelitian itu tidak hanya berkisar pada aktifitas fisik, antropometri dan IMT,
tetapi juga beberapa hasil lain seperti kesehatan mental jiwa, kebahagian, persepsi,
partisipasi, kepuasan, kualitas hidup, sikap dan perilaku. Kemudian, artikel jurnal yang
akan dikaji diberikan penilaian kualitas jurnal berdasarkan jelasnya tujuan penelitian,
metode yang digunakan, populasi dan sampel penelitian, waktu dan tempat, deskripsi
program pencegahan obesitas, hasil penelitian, kesimpulan dan saran, setiap artikel jurnal
memiliki point-point tersebut maka diberi nilai 1, dan jika melengkapi seluruh point
maka berjumlah 7 untuk skor tertinggi. Penilaian untuk artikel jurnal ini membantu untuk
sintesis penelitian juga dalam pembahasan nantinya.
Tabel 1 Kriteria Jurnal Penelitian yang Dikaji
Kriteria
Jenis program
Kualitas Jurnal
Jenis Metode
Penelitian
Tahun publikasi
Deskripsi
Program pencegahan obesitas berbasis masyarakat
Program pencegahan obesitas berbasis sekolah
Program Obesitas berbasis teknologi
Lengkap : memiliki tujuan penelitian, metode,
waktu dan tempat, populasi dan sampel, penjelasan
program, hasil dan kesimpulan
Tidak lengkap
Randomized Control Trial
Kajian Literatur
Mix Method
Penelitian Kualitatif
Kuasi eksperimen
2012
< 2012
Jumlah jurnal
8
4
3
8
7
5
3
1
2
4
7
8
(MYP) untuk Tonga, Program Its your Move di Australia dan Program The
Living 4 Live di New Zealand. Walaupun pada dasarkan program
ini bertujuan untuk menurunkan obesitas, tetapi ketiganya
memberikan intervensi yang berbeda sesuai dengan daerah
masing-masing.
Proyek Maalahi Youth Project (MYP) di Tonga menekankan pada
rekruitmen dari kelompok masyarakat di daerah tersebut dan sebagian besar
kegiatan program mengarah kepada peningkatan aktifitas fisik, disamping itu ada
10 poin aksi yang dikembangkan dan dijadikan road map dalam
memandu
pengembangan kegiatan program. Rencana aksi ini terdiri dari 3 tujuan standar
yaitu pengembangan kapasitas, pemasaran social dan evaluasi; 4 gizi (promosi
sarapan sehat, makan siang sekolah dan konsumsi air, buah-buahan dan sayuran);
2 kegiatan fisik (meningkatan olahraga dan kegiatan fisik informal); dan 1 tentang
kunci menjadikan seseorang sebagai role model (Fotu, Kaleisita, et all. 2011).
Program Its Your Move di Australia juga memiliki 10 tujuan dimana
setiap tujuan berisi strategi beragam di sekolah melalui petugas program dan duta
siswa. (i) pengembangan kapasitas (workshop dan kesempatan pelatihan); (ii)
meningkatkan kepedulian terhadap pesan program seperti
merek
evaluation;
dan
pengembangan
social
marketing);
(iii)
(iv)
untuk meningkatkan aktifitas fisik selama dan setelah pulang sekolah; untuk
meningkatkan kualitas makanan di sekolah; dan untuk mengurangi penggunana tv
(Utter, J, et all. 2011).
Ketiga program
tetap
berdasarkan
pada
upaya
intervensi
gizi,
pengembangan kapasitas dan kegiatan fisik. Tetapi yang berbeda adalah bahwa
Program pencegahan obesitas berbasis masyarakat di Tonga menekankan pada
perekrutan dari trainer yang akan memberikan konsultasi dan juga nampaknya
masalah obesitas di Tonga lebih disebabkan oleh aktifitas fisik yang kurang maka
upaya-upaya yang muncul untuk remaja adalah meningkatkan olahraga, baik
formal maupun informal. Sedangkan Program pencegahan obesitas di Australia
lebih mengarah pada body image, promosi, iklan dan pesan-pesan kesehatan, hal
ini berarti bahwa masalah obesitas bukan lagi hanya karena asupan yang tidak
tersedia kurang sehat, kurangnya fasilitas olahraga, tetapi karena remaja sudah
menanamkan pola pikir dan gaya hidup modernitas dengan menyampingkan
kesehatan. Permasalahan ini akan jauh lebih kompleks karena bahkan jika
terpenuhinya semua point kunci untuk pencegahan tetapi pola pikir dan gaya
hidup remaja tidak akan mudah untuk diubah. Mengkaji program di New Zealand,
program pencegahan obesitas lebih menekankan pada lembaga atau kelompok
organisasi masyarakat seperti gereja dan sekolah, upaya pencegahan juga
ditekankan pada best-practicepraktik-praktik local yang dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat. Dalam programnya lebih ditekankan pada aktifitas fisik
selama sekolah dan sepulang sekolah, serta pembatasan waktu menonton tv,
masyarakat di daerah tersebut telah menyadari bahwa penggunaan menonton tv
pada remaja menyebabkan mereka kurang aktifitas fisik dan mengalami obesitas.
Meskipun dirancang dengan sedimikian rupa, kiranya program pencegahan
obesitas berbasis masyarakat ini tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Meskipun di Australia, program ini mendapatkan hasil penurunan pada kelompok
intervensi signifikan secara statistik terhadap kelompok yang dibandingkan : berat
(-0.74 kg, P < 0.04), dan BMI tersantdarisasi (-0.07, P < 0.03), dan penurunan
yang tidak signifikan dalam prevalesi overweight dan obesitas (0.75 odds ratio, P
= 0.12) dan BMI (-0.22, P = 0.06). Dan hasil program di Tonga menunjukkan
bahwa intervensi dan pembanding menunjukkan peningkatan yang sama besar
dalam prevalensi overweight dan obesitas (10.1% points, n = 815; 12.6% points, n
= 897). Terpisah dari penurunan yang relative kecil dalam persentase lemak tubuh
pada kelp intervensi (-1.5%, P < 0.0001). Pada umumnya ketiga program ini
tidak memberikan perbedaan signifikan dalam hasil variable antropometri
manapun diantara kelompok dan perubahan perilaku tidak mengikuti pola yang
positif dan jelas.
Penjelasan yang memungkin untuk hal ini adalah program pencegahan
obesitas berbasis komunitas pada beberapa populasi dengan prevalensi obesitas
yang tinggi contohnya Tonga membutuhkan intervensi yang lebih intesif dan lebih
lama karena besarnya masalah tidak bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat
dan diperlukan strategis yang lebih spesifik untuk mengatasi rintangan socialbudaya untuk peningkatan berat badan yang sehat. Berbeda halnya dengan
Program Australia yang berjalan selama 3 tahun, Tonga hanya berjalan selama 2
tahun. Serta kompleksitas budaya dari Tonga yang merupakan kepulauan menjadi
tantangan tertentu untuk program ini.
Hal ini kemudian dilengkapi dengan hasil penelitian evaluasi proses dari
Program Maalahi Youth Project (MYP) di Tonga bahwa implementasi intervensi
obesitas pada remaja sebagai bagian dari program MYP terdiri atas kegiatan yang
berskala luas dalam setting multiple, juga menyentuh spectrum populasi yang
lebih luas. Tetapi skala dan frekuensi kegiatan tidak mencukupi dan tidak
berkelanjutan. Projek mengkonfirmasi hal ini juga bahwa dalam usaha MYP
meningkatkan kekhawatiran masyarakat terhadap perilaku hidup sehat masih
terbatas pada term pelaksanaan penelitian kesehatan masyarakat dan kekurangan
kapasitas dan infrastruktur penelitian (Fotu, Kaleisita, et all).
Bahkan hasil program di New Zealand, satu sekolah yang diintervensi
menunjukkkan beberapa perubahan negative pada perilaku siswa. Hal ini mungkin
saja terjadi dan menjadi sebuah studi kasus, didukung oleh datang hasil penelitian
Hoare, Erin, et all tahun 2015 yang mengkaji tentang hasil kesehatan mental dan
kebahagian terkait dengan program pencegahan berbasis masyarakat yang
dilakukan pada remaja. Pencegahan obesitas remaja memiliki tinggi dalam
memberikan konsekuensi kesehatan negatif dari kelebihan berat badan / obesitas
baik selama masa remaja dan di kemudian hari. Perubahan aktivitas dan diet pola
fisik telah dikaitkan dengan hasil kesehatan mental dan bukti kuat menunjukkan
bahwa faktor risiko berkaitan dengan berat badan yang tidak sehat yang terarah
berkaitan dengan gangguan kesehatan mental umum. Penelitian ini menyarankan
sebaiknya penelitian atau program pencegahan obesitas memasukkan variable
kesehatan mental yang tidak sejalan untuk mengidentifikasi mekanisme yang
berpotensi mempengaruhi hasil berat badan remaja dan dengan kata lain
memastikan intervensi tidak menyebabkan hal yang berbahaya bagi kesehatan
mental remaja.
Selain itu hal yang memungkin ketiga program pencegahan obesitas
berbasis masyarakat tidak berhasil tersebut dikarenakan setting yang tidak tempat
yaitu dilakukan di sekolah, dimana diperlukan regulasi khusus, peran pimpinan
dan staff dari sekolah tersebut. Beda halnya dengan program pencegahan berbasis
masyarakat yang mengambil setting di pusat-pusat kesehatan di masyarakat, di
luar dari otoritas sekolah, contohnya penelitian Program Kelompok The Loozit
yang dilaksanakan di Sydney Australia adalah Program pilot, melalui pusat
kesehatan di komunitas dan termasuk rekrutmen berbasis komunitas. Program ini
berdasarkan teori kognitiif social untuk perubahan asupan diet dan tingkatan
aktivitas dan untuk memodifikasi efikasi diri, motivasi, ketekunan dan regulasi
diri. Sebanyak 86 % partisipan mengikuti program lengkap 2 bulan. Sebanyak
47% pratisipan mendapatkan hasil yang signifikan secara statistic (P < 0.01)
pengurangan mean [95% CI] BMI (0.27 kg/m2 [0.41, 0.13]), BMI z-score (0.05
[0.06, 0.03]), WHtR (0.02 [0.03, 0.01]), total cholesterol (0.14 mmol/L [0.24,
0.05]) dan Kolesterol LDL (0.12 mmol/L [0.21, 0.04]). Ada peningkatan pada
semua pengukuran psikologi, pengukuran asupan diit, dan beberapa aktifitas fisik
(P < 0.05). waktu menonton tv dan melakukan kegiatan sedentary menurun (P <
0.05). Partisipan dari kedua kelompok menghadiri sesi group 1x setiap 3 bulan .
Satu kelompok juga menerima terapi kontak berupa pelatihan via telepon, sms
atau pesan email (Shrewsbury, Vanessa, et all. 2011). Hasil jangka pendek dari
program ini sangat menjanjikan dibandingkan ketiga program sebelumnya, focus
atau target program ini juga tidak terlalu kompleks dan bervariasi.
2. Program Pencegahan Obesitas Berbasis Sekolah
pemberdayaan
sumber-sumber
baik
kepada
pencegahan obesitas berbasi sekolah haruslah terbebas dari adanya latar belakang
budaya yang berbeda di sekolah tersebut.
Meta analisis tentang Program Pencegahan obesitas remaja yang dilakukan
di dunia yaitu Dari 32 studi, delapan dilakukan di Amerika Serikat, enam di
Jerman, tiga di Belanda, dua di masing-masing berikut ini, Australia, Yunani,
Turki, Norwegia, dan satu di masing-masing berikut, Brasil, Cina, Spanyol ,
Perancis, Inggris, Irlandia, dan Belgia. Meta regresi menunjukkan hirarki linier
yang signifikan dari studi dengan efek terbesar untuk program yang komprehensif
lebih dari 1 tahun panjang yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang
gizi dan aktivitas fisik, mengubah sikap, memonitor perilaku, memodifikasi
lingkungan, melibatkan orang tua, meningkatkan aktivitas fisik dan meningkatkan
diet, khususnya di kalangan anak-anak (Shira Sogol, et all. 2013).
Meta analisis ini menekankan bahwa program pencegahan berbasis sekolah
akan berhasil jika ada dukungan dari orang tua, serta durasi program minimal
berjalan selama 1 tahun. Peran orang tua memegang tanggung jawab keberhasilan
dari program berbasis sekolah, orang tua yang memiliki pengetahuan lebih
tentang gizi mampu memberikan pilihan yang sehat bagi remaja. Penelitian ini
menekankan intervensi tidak hanya pada asupan tetapi juga pada peningkatan
aktifitas fisik dan mengurangi aktifitas sedentary adalah intervensi yang tepat, jika
hanya intervensi asupan maka remaja akan kembali mengalami obesitas dalam
kurun waktu 1-5 tahun.
Program pencegahan obesitas berbasis sekolah lainnya adalah Nutrition and
Enjoyable Activity for Teen Girls (NEAT Girls) adalah Sebuah program intervensi
multikomponen berbasis sekolah disesuaikan untuk remaja perempuan. Intervensi
ini didasarkan pada teori sosial kognitif dan pengembangan profesi guru
termasuk, sesi olahraga sekolah ditingkatkan, seminar interaktif, lokakarya nutrisi,
waktu makan siang aktivitas fisik sesi, buku pegangan dan pedometer untuk
pemantauan diri, surat orangtua berita, dan pesan teks untuk dukungan sosial.
Program ini dilakukan untuk daerah di lingkungan ekonomi rendah. Hasil
penelitian ini setelah 12 bulan, perubahan BMI (perbedaan disesuaikan berarti,
-0,19; 95% CI, -0,70 untuk 0,33), BMI nilai z (mean, -0,08; 95% CI, -0,20 sampai
0,04), dan persentase lemak tubuh (berarti , -1,09; 95% CI, -2,88 sampai 0,70)
Dalam
"Menanggapi
teks"
tema,
ada
empat
sub-tema
yang
teknologi
adalah
bagaimana
pesan
yang
disampaikan
dapat
mempengaruhi perilaku atau gaya hidup dari remaja obesitas. Penelitian ini juga
bukti
tentang
tingginya
partisipasi
siswa.
Yaitu
program
Mereka menekankan bahwa penyebutan makanan atau perilaku tidak sehat akan
memicu mereka untuk makan makanan atau terlibat dalam perilaku mereka.
Akronim pesan teks (misalnya, LOL) dianggap terlalu informal untuk pesan dari
penyedia layanan kesehatan.
Pesan-pesan yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah pesan-pesan
ini difokuskan pada enam perilaku berbasis dibuktikan yang mewakili fokus inti
dari program MPOWER: konsumsi sarapan, peningkatan konsumsi buah-buahan
dan sayuran, penurunan konsumsi minuman manis, penurunan konsumsi makanan
cepat saji, penurunan waktu layar, dan peningkatan aktivitas fisik. Kami
dimanfaatkan pesan gain berbingkai (pesan berfokus pada bagaimana pasien bisa
mendapatkan keuntungan dari perilaku tertentu) daripada pesan loss-frame (yang
berfokus
pada
hasil
negatif),
konsisten
dengan
pekerjaan
sebelumnya
menunjukkan bahwa pesan gain-frame yang lebih efektif. Berbeda hal nya dengan
penelitian sebelumnya yang tidak memiliki umpan balik, pesan-pesan dalam sms
ini meski dibalas oleh system tetapi memiliki umpan balik yang beragam dan
membuat remaja antusias untuk mengikutinya lebih lanjut. Penemuan khusus
dalam penelitian ini bahwa remaja tidak menyukai mendapat sms berisi hal yang
negative, itu mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut. Dalam hal ini,
membaca saja mampu mempengaruhi perilaku remaja, apalagi menonton hal-hal
negative yang tidak sesuai kegiatan lainnya. Akan tetapi, jika akan dilakukan
program serupa di beberapa Negara, harus perlu diperhatikan lagi dampak
negative yang mungkin timbul dari program ini, dengan memperhatikan durasi
pesan muncul, agar remaja tidak kehilangan sosialisasi dengan teman atau
keluarganya, seperti halnya pembahasan sebelumnya, harus diperhatikan aspek
kesehatan mental dari remaja.
D. Kesimpulan dan Saran
Program pencegahan obesitas pada remaja yang dikaji dalam artikel ini belum mencapai
titik keberhasilan yang diinginkan. Masih banyaknya program yang tidak bisa mencapai
perubahan IMT atau BMI dari remaja obesitas. Beberapa program yang dirancang pada
basis tertentu juga sekiranya tidak tepat sasaran. Hal ini bukan hanya karena banyaknya
komponen yang menjadi point kunci dari program pencegahan tersebut, tetapi karena
memang pada dasarnya permasalahan obesitas adalah permasalahan yang kompleks dan
tidak hanya berdasar pada asupan dan aktifitas, serta perubahan perilaku yang susah
diukur dan factor social budaya yang menjadi rintangan. Di Negara berkembang seperti
Indonesia dapat menerapkan intervensi yang berbasis masyarakat dengan media
teknologi, dengan memperhatikan keragaman budaya, adanya praktek-praktek local serta
sarana prasarana yang tersedia.
Daftar Pustaka
Foo,L, L, et all. 2013. Obesity prevention and management: Singapores experience.
Obesity reviews 14 (Suppl. 2), page 106113.
Fotu, Kaleisita, et all. 2011. Outcome results for the Maalahi Youth Project, a Tongan
community-based obesity prevention programme for adolescents. International
Association for the Study of Obesity 12 (Suppl. 2), page 4150.
Fotu, Kaleisita, et all. 2011. Process evaluation of a community-based adolescent obesity
prevention project in Tonga. BMC Public Health, page 11:284.
Hoare, Erin, et all. 2015. Systematic review of mental health and well-being outcomes
following community-based obesity prevention interventions among adolescents.
BMJ Open.
Goldberg, Shira Sogol, et all. 2013. School-Based Obesity Prevention Programs: A MetaAnalysis of Randomized Controlled Trials. VOLUME 21 | NUMBER 12 |
DECEMBER 2013 www.obesityjournal.org.
Kremer, P, et all. 2011. Reducing unhealthy weight gain in Fijian adolescents: results of
the Healthy Youth Healthy Communities study. International Association for the
Study of Obesity 12 (Suppl. 2), 2940.
Kyla L Smith,et all. 2014. Adolescents Just Do Not Know What They Want: A
Qualitative Study to Describe Obese Adolescents Experiences of Text Messaging
to Support Behavior Change Maintenance Post Intervention. J Med Internet Res.
2014 Apr; 16(4).
Lubans, David. 2012. Preventing Obesity Among Adolescent Girls: One-Year Outcomes
of the Nutrition and Enjoyable Activity for Teen Girls (NEAT Girls) Cluster
Randomized Controlled Trial. Arch Pediatr Adolesc Med. 2012;166(9) pp :821827.
Millar, L, et all. 2011 Reduction in overweight and obesity from a 3-year communitybased intervention in Australia: the Its Your Move! project. International
Association for the Study of Obesity 12 (Suppl. 2), page 2028.