Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS (MINI-CEX)

KATARAK SENILIS MATUR

Disusun oleh:
Arum Diannitasari
01.210.6093

PEMBIMBING
dr. Djoko Heru Santoso, Sp. M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

BAB I
STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. K

Umur

: 64 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Alamat

: Banget 02/01 Kaliwungu-Kudus

Tanggal Pemeriksaan : 6 agustus 2014

II.

ANAMNESIS
Anamnesis secara

: Autoanamnesis dan Alloanamnesis

Keluhan Utama

Mata kanan dan kiri tidak dapat melihat


Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik mata pada tanggal 6 agustus 2014 dengan keluhan
mata kiri tidak dapat melihat.
+1 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan kedua mata kabur seperti
berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur. Penglihatan kabur
dimulai dari kesulitan membaca, sehingga mata dirasa lelah setelah membaca.
Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun
jauh. Pasien tidak mengeluh silau jika melihat cahaya, mata merah (-), nyeri (-),
cekot-cekot (-), mata berair (-), gatal (-), keluar kotoran air mata (-), melihat ganda (-),
melihat pelangi disekitar sumber cahaya (-).
+ 2 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, penglihatan pada mata kiri terasa
gelap sehingga mengganggu aktivitas. Keluhan dirasa semakin memberat hingga
pasien merasa terganggu untuk beraktivitas. Oleh karena itu, pasien berobat ke RSUD
Kudus.
Riwayat Penyakit Dahulu:
2

Riwayat hipertensi (-)


Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama disangkal
Pasien tidak menggunakan kacamata baca
Riwayat trauma pada mata disangkal
Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal
Riwayat penyakit mata lain sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang sakit seperti ini

Riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga disangkal

Riwayat Hipertensi dalam keluarga disangkal

Riwayat sosial ekonomi:


Kesan ekonomi kurang
III.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. VITAL SIGN
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
Keadaan Umum
Kesadaran
Status Gizi

:
:
:
:
:
:
:

110/70 mmHg
80x/ menit
36,5 c
20 x / menit
Baik
Compos mentis
Cukup

B. STATUS OFTALMOLOGI
Gambar:

OD

OS

Keterangan:
1. Lensa keruh menyeluruh
2. Arkus senilis
1

Oculus Dexter
1/300
Tidak Dilakukan
Gerak bola mata ke segala arah
baik
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)

1
Oculus
Sinister

VISUS
KOREKSI
PARASE/PARALYSE
SUPERCILIA
PALPEBRA

1/
Tidak dilakukan
Gerak bola mata ke segala
arah baik
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
3

IV.

Injeksi (-), sekret (-)


Tidak ada kelainan
Jernih
Kedalaman cukup,

CONJUNGTIVA
SCLERA
CORNEA
CAMERA OCULI

Injeksi (-), sekret (-)


Tidak ada kelainan
Jernih
Kedalaman cukup,

Tyndall Effect (-)


Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, sentral, regular,

ANTERIOR
IRIS

Tyndall Effect (-)


Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, sentral, regular,

PUPIL

3mm, Refleks pupil (+) N


Keruh merata
Tidak dapat dinilai

LENSA
VITREUS

3mm, Refleks pupil (+) N


Keruh merata
Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

RETINA

Tidak dapat dinilai

(+)

PROYEKSI SINAR

(+)

(+)

PERSEPSI WARNA

(+)

Tidak dapat dinilai


T(digital) normal
Epifora (-), lakrimasi (-)

FUNDUS REFLEKS
TENSIO OCULI
SISTEM LAKRIMASI

Tidak dapat dinilai


T(digital) normal
Epifora (-), lakrimasi (-)

RESUME
Seorang pria 64 tahun datang ke RSUD Kudus dengan keluhan penglihatan pada mata

kiri tidak dapat melihat. + 1 tahun yang lalu pasien mengeluh penglihatan pada kedua
matanya seperti berkabut, perlahan-lahan, semakin lama dirasakan semakin kabur.
Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat melihat dekat maupun jauh.
+ 2 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, penglihatan mata kiri terasa gelap
hingga mengganggu aktivitas. Pasien belum mengobati kedua matanya dan keluhan dirasa
semakin memberat hingga pasien merasa terganggu untuk beraktivitas.
Status Genaralisata

: dalam batas normal

Status Ofthalmologis

Oculus Dexter

V.

Oculus Sinister

1/300
Keruh merata

VISUS
LENSA

1/
Keruh merata

(-)

FUNDUS REFLEKS

(-)

DIAGNOSA BANDING
1. ODS katarak senilis matur
2. ODS katarak senilis Imatur
3. ODS katarak senilis Hipermatur

VI.

DIAGNOSA KERJA
4

ODS Katarak senilis matur


VII.

TERAPI
a. Non Bedah
Medikamentosa :
- Glaucon 250 2x1
- KCL 1x1
- Levocin 4x2 tts ODS
b. Bedah
Rencana OS ekstraksi katarak ekstra kapsular dan pemasangan Intra Ocular Lens
(IOL)

VIII.

PROGNOSIS
OD
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmeticam

IX.

OS
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Ad bonam
Ad bonam

USUL DAN SARAN


Usul :

Dilakukan operasi EKEK + IOL ODS


Persiapan operasi :
o Persiapan sistemik (TD, pemeriksaan laboratorium, EKG, foto thorax,
penyakit penyerta seperti infeksi/gigi berlubang dan penyakit saluran napas
seperti batuk)
o Persiapan lokal (menurunkan TIO, pemberian antibiotik profilaksis, anel tes,
irigasi mata)
Koreksi visus pasca operasi
Saran:

X.

Konsumsi obat secara teratur

Segera rencanakan waktu untuk operasi

Lindungi mata dari debu ataupun benda asing

EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan kedua mata yang kabur disebabkan
katarak pada kedua lensa mata,
2. Menjelaskan pada pasien bahwa katarak tidak dapat diobati dengan obat tetapi dapat
disembuhkan dengan operasi dan pemberian lensa tanam pada mata,
5

3. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya operasi ekstraksi katarak, jenis


tindakan, persiapan, kelebihan dan kekurangan,
4. Menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi apabila tidak dioperasi,
kemungkinan lensa akan mencair, isi lensa akan keluar, menimbulkan reaksi
peradangan dan peningkatan tekanan bola mata,
5. Menjelaskan tentang komplikasi yang mungkin timbul selama operasi dan
pascaoperasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK
A. DEFINISI

Katarak adalah setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa. Penuaan merupakan
penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin
terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik, merokok dan heerediter. Katarak
akibat penuaan merupakan penyebab umum gangguan penglihatan.
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin
cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
keadaan kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau keduanya.
B. ETIOLOGI
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin

(rubella,

toksoplasmosis,

histoplasmosis, inklusi sitomegalik)


6. usia
7. Pasca EKEK (Katarak sekunder)
C. PATOGENESIS
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa
katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghamburkan
berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.

Perubahan protein lainnya akan

akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan
tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan
pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut
berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari pusat
radikal bebas), sinar UV, dan malnutrisi.
D. KLASIFIKASI KATARAK
Berdasarkan waktu perkembangannya

katarak

diklasifikasikan

menjadi

katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.


1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal
dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa
yang sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang
sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa
2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah
lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat
lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai
7

soft cataract. Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan
penyakit keturunan lain.
3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui
bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan
dengan proses penuaan lensa.
Insipien

Imatur

Matur

Kekeruhan
Cairan
Lensa

Ringan
Normal

Seluruh
Normal

Iris
Bilik mata
depan
Sudut bilik
mata
Shadow
test
Penyulit

Normal
Normal

Sebagian
Bertambah
(air
masuk)dang
kal
Terdorong
Dangkal

Normal
Normal

Hipermat
ur
Massif
Berkurang
(air
+
masa lensa
keluar)
Tremulans
Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopos

Glaukoma

Uveitis
+
Glaukoma

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium


imatur,stadium matur, dan stadium hipermatur.
1. Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan
gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercakbercak seperti baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan
aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila
2.

pupil dilebarkan.
Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan
terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau
tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada
yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar
oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan
cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris
pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)

3.

Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya,
sehingga semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan
anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang
seperti mutiara. Shadow test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat
harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris
anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil.
Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada
daerah

pupil

saja.

Kadang-kadang,

walaupun

masih

stadium

imatur,

dengankoreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat
lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya,
walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.

4.

Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah


mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah.
Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah
lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang
diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadikerusakan kapsul lensa,
yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan
lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini
disebut katarak Morgagni.
9

Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang
disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga
lensamenjadi cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi
dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi.Pada umumnya terjadi pada stadium II.
Selain itu terdapat jenis katarak lain :
Katarak rubella :

Ditularkan melalui Rubella pada ibu hamil

Katarak Brunesen

Katarak yang berwarna coklat sampai hitam, terutama pada nucleus lensa
Dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi.

Katarak Komplikata :

Katarak akibat penyakit mata lain seperti radang dan proses degenerasi.
Mempunyai tanda khusus yaitu selamanya dimulai di korteks atau dibawah kapsul

menuju ke korteks atau dibawah kapsul menuju sentral


Pada lensa terlihat kekeruhan titik subkapsular ayng sewaktu-waktu menjadi
katarak lamelar.

Katarak Diabetik :

Akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.


Meningkatkan insidens maturasi katarak
Pada lensa terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsularyang sebagian jernih
dengan pengobatan.

Katarak Sekunder
Adanya cincin Soemmering (akibat kapsul pesterior yang pecah) dan
Mutiara Elsching (epitel subkapsular yang berproliferasi)
Katarak Traumatika
Dapat terjadi akibat trauma mekanik, agen-agen fisik (radiasi, aruslistrik, panas dan
dingin)
(Ilyas, 2009)
E. PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :
Nukleus zone sentral
Korteks perifer
Kapsul anterior dan posterior
Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia
pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh.Perubahan
10

fisik (perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan
silier ke sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.
Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif
sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi
glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan
hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi
penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa.
Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi karena:
a. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke
arah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat
(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada
nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa
menjadi lebih hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya
berwarna putih menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian
menjadi kehitam-hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau
katarak nigra.
b. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke
arah miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan
kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah (Wijana, 1983).
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
- Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
- Mulai presbiopia
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan fakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
- Lebih irregular
- Pada korteks kerusakan serat sel jelas
- Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah proteinnukleus lensa
4. Korteks tidak berwarna karena :
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
11

F.GEJALA DAN TANDA


1. Pengurangan ketajaman penglihatan secara bertahap
2. Pandangan seperti ada kabut atau air terjun
3. Silau, sehingga penglihatan di malam hari lebih nyaman dibandingkan siang
hari
4. Miopia
5. Kesulitan membaca bila tidak cukup cahaya
6. Sering berganti kacamata
G. DIAGNOSIS
ANAMNESIS :
Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)
Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah
Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
2. Perubahan daya lihat warna
3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
4. Lampu dan matahari sangat mengganggu
5. Sering meminta resep ganti kacamata
6. Penglihatan ganda (diplopia)
PEMERIKSAAN FISIK MATA
1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
2. Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris
shadow).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan
bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur.
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)
G. PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi medis untuk katarak. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan
penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi pembedahan pada katarak
senilis :
- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma, meskipun visus masih
baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.
- Bila sudah masuk dalam stadium matur karena dapat meninmbulkan penyulit
- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari
atau visus < 6/12.
Terapi pembedahan :
1. EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler)
12

Teknik ini sudah jarang digunakan setelah

adanya teknik EKEK. Pada EKIK

dilakukan pengangkatan seluruh lensa, termasuk kapsul lensa. Pada teknik ini dilakukan
sayatan 12-14 mm, lebih besar dibandingkan dengan teknik EKEK. Dapat dilakukan
pada zonula zinn yang telah rapuh/ berdegenerasi/ mudah diputus.2
a. Keuntungan :
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi, cryoprobe, forsep
kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
- Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
- Astigmatisma yang signifikan
- Inkarserasi iris dan vitreus
- Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis, endolftalmitis.
2. EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler)
Dilakukan dengan merobek kapsul anterior, mengeluarkan nukleus dan korteks.
Sebagian kapsul anterior dan seluruh kapsul posterior ditinggal. Cara ini umumnya
dilakukan pada katarak dengan lensa mata yang sangat keruh sehingga sulit dihancurkan
dengan teknik fakoemulsifikasi. Selain itu, juga dilakukan pada tempat-tempat di mana
teknologi fakoemulsifikasi tidak tersedia. Teknik ini membutuhkan sayatan yang lebar,
karena lensa harus dikeluarkan dalam keadaan utuh. Setelah lensa dikeluarkan, lensa
buatan/ Intra Ocular Lens (IOL) dipasang untuk menggantikan lensa asli, tepat di posisi
semula. Lalu dilakukan penjahitan untuk menutup luka. Teknik ini dihindari pada
penderita dengan zonulla zinii yang rapuh.2
a. Keuntungan :
1. Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
2. Karena kapsul posterior utuh maka :
- Mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi
- Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
- Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus
dengan iris dan kornea
- Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa molekul antara
aqueous dan vitreus
- Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan
endofthalmitis.
b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.

13

3. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran
ultrasonik untuk mengangkat nucleus dan korteks melalui insisi limbus yang kecil (2-5
mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi, disamping perbaikan
penglihatan juga lebih baik. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik
dan kebanyakan katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis yang
padat, dan keuntungan insisi limbus yang kecil agak berkurang kalau akan dimasukkan
lensa intraokuler. Kerugiannya kurve pembelajaran lebih lama, biaya tinggi, dan
komplikasi saat operasi bisa lebih serius.1,4
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah, proses
penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif
tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman
COA sehingga meminimalkan risiko prolaps vitreus.5
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi
TIO normal
Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan, waktu
perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tidak dijumpai batuk produktif
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut harus
terkontrol.
Perawatan pasca operasi :
1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di sisi mata yang
baru dioperasi, dan mengejan keras.
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah operasi.
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi (afakia)
visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk melihat jauh.
Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu
diberikan kacamata S+3D.
H. KOMPLIKASI

14

Komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya.


Komplikasi dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca
operasi lambat. Oleh karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak
paska operasi dengan interval waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan,
dan 3 bulan setelah operasi katarak. Angka komplikasi katarak adalah rendah.
Komplikasi yang sering terjadi endoftalmitis, ablasio retina, dislokasi atau
malposisi IOL, peningkatan TIO, dan edema macula sistoid.
I. PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan
tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan
kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina.Prognosis untuk perbaikan
ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital
unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif
lambat.Prognosis penglihatan pasien dikatakan baik apabila:

Fungsi media refrakta baik


Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai

dari kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp.
Fungsi retina baik
Dilakukan dengan pemeriksaan persepsi warna, dengan cara menyorotkan
cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian dengan sentolop

cahaya diarahkan ke mata.


Fungsi makula baik
Fungsi optik disc baik
Fungsi N. Opticus (N.II) baik
Fungsi serebral baik
Tidak terdapat kelainan refraksi
Tidak ada amblopia

15

Daftar Pustaka
Bobrow JC, Mark HB, David B et al. 2008. Lens and Cataract. Section 11. American
Academy of Ophthalmology. Singapore
Ilyas, H.S. 2012.Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4.Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta
Suhardjo, Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta
Vaughan DG, Taylor A, Paul R.2013. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai