Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Akuntansi merupakan suatu sistem dan prosedur untuk menghasilkan informasi keuangan
yang digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Pihak pemakai laporan
keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan
pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk
melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian
perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi.
Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan
keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan tehnologi komputer akuntansi yang
memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggih pun prosedur
akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan
suatu tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih
tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas
bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan
berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan. Dengan demikian
akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan
informasi akuntansi.
Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa
tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari
segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di
dalam organisasi. Berbagai pelanggaran tentang perilaku dari orang-orang yang berwenang
dalam mengelola dan menghasilkan informasi keuangan guna memudahkan dalam
pengambilan keputusan semakin marak terjadi sekarang ini. Pelanggaran ini diakibatkan
karena kurangnya kesadaran akan perilaku etis dalam organisasi. Dampak kerugiannya bukan
hanya di dalam perusahaan saja (intern) tapi berdampak pula pada pihak ekstern dan
pemerintah serta masyarakat.

1 | Page
Created By : DARYANTI

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam makalah ini permasalahan yang akan dibahas pada Bab II, yakni :
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan akuntansi keperilakuan ?
2. Apa pengertian, konsep dan ruang lingkup akuntansi keperilakuan ?
3. Mengapa perlu mempertimbangkan akuntansi keperilakuan dalam suatu organisasi
?
4. Bagaimana pelaporan keuangan berpengaruh terhadap perilaku akuntansi ?
5. Pelanggaran apa sajakah yang terjadi akibat dari perilaku yang kurang etis
dibidang akuntansi ?
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Mengetahui sejarah dan perkembangan akuntansi keperilakuan.


Mengetahui pengertian, konsep dan ruang lingkup dalam akuntansi keperilakuan.
Memahami perlunya mempertimbangkan perilaku akuntan dalam suatu organisasi.
Memahami penyajian dalam pelaporan keuangan akan mempengaruhi perilaku

seorang akuntan.
5. Mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat dari perilaku yang
kurang etis dibidang akuntansi agar menjadi pelajaran bagi generasi penerus
kedepannya untuk tidak melakukan hal yang sama.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN
2 | Page
Created By : DARYANTI

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas
berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang
berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan
atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan
(Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang
berhubungan dengan:
1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Akuntansi Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler Dean Hollet dan
Profesor Chris Argyris melakukan suatu penelitian di tahun 1951 tentang Pengaruh
Anggaran pada Orang (The Impact of Budget on People). Penelitian tersebut disponsori oleh
Controllership Foundation of America. Sejak penelitian tersebut, topik-topik penelitian yang
mengkaitkan akuntansi dan manusia berkembang pesat. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan
dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran
dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu
disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah
menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog.
Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang
memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Risetriset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973),
Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studistudi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran
dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat
keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby
(1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas
internal untuk pertimbangan riset yang diikuti.

3 | Page
Created By : DARYANTI

Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan
semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan,
sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan
keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip
akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan
berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspekaspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior
science), teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu
sendiri tidak diragukan lagi.
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok
produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas
dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban,
dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat
normatif. Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset
akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha
untuk menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan
perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih
bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.
Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic
approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena
pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang
selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi
(contingency approach). Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan
dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi
perancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai

4 | Page
Created By : DARYANTI

variabel kontinjensi yang mempengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut


adalah sebagai berikut:
1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor
eksternal lainnya.
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses
produksi, produk masal, dan lainnya.
3. Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau
keunikan.
5. Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi,
sentralisasi, budaya organisasi dan lainnya
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian
lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan
persepsi atas manfaat sistem akuntansi.
2.2 TINJAUAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Pengertian dan konsep Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting) merupakan bagian dari disiplin
akuntansi yang mempelajari tentang hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi,
serta dimensi sosial dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada.
Jadi, terdapat tiga pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi,
dan organisasi. Untuk itulah maka sering dikatakan pula bahwa Akuntansi Keperilakuan
merupakan bidang studi yang mempelajari aspek manusia dari akuntansi (human factors of
accounting). Dalam perkembangan selanjutnya bahkan diperluas lagi bagaimana akuntasi dan
masyarakat saling mempengaruhi, sehingga aspek sosial dari Akuntansi (social aspect of
accounting) juga sering dimasukkan sebagai bagian dari Akuntansi Keperilakuan.
Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam
lima aliran (school) , yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Pengendalian manajemen (management control)


Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
Desain sistem informasi (information system design)
Riset audit (audit research)
Sosiologi organisasional (organizational sociology)
5 | Page

Created By : DARYANTI

Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena


akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi
keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi
gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi
keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka
yang disusun berdasarkan teknik berikut ini :
1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan
kinerja perusahaan
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan
implementasi kebijakan perusahaan
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam akuntansi keperilakuan, antara lain :

Reaksi manusia terhadap format dan isi dari pelaporan keuangan.

Bagaimana informasi diproses untuk keperluan pengambilan keputusan

Pengembangan teknik-teknik pelaporan untuk mengkomunikasikan data kepada


penggunanya.

Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, inspirasi, dan


tujuan orang-orang yang menjalankan organisasi.

Dan hal-hal lain yang mengaitkan akuntansi, manusia, organisasi, dan masyarakat.

Hal-hal yang dipelajari dalam Akuntansi Keperilakuan tersebut apabila diringkas, pada
dasarnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

Pengaruh perilaku manusia didalam perancangan, penyusunan dan penggunaan sistem


akuntansi

Pengaruh sistem akuntansi pada perilaku manusia

6 | Page
Created By : DARYANTI

Metoda-metoda untuk memprediksi dan strategi-strategi untuk mengubah perilaku


manusia.

Secara lebih terperinci ruang lingkup akuntansi keperilakuan meliputi:

Mempelajari pengaruh antara perilaku manusia terhadap konstruksi, bangunan, dan


penggunaan sistem informasi yang diterapkan dalam perusahaan dan organisasi, yang
berarti bagaimana sikap dan gaya kepemimpinan manajemen mempengaruhi sifat
pengendalian akuntansi dan desain organisasi; apakah desain sistem pengendalian
akuntansi bisa diterapkan secara universal atau tidak.

Mempelajari pengaruh sistem informasi akuntansi terhadap perilaku manusia, yang


berarti bagaimana sistem akuntansi mempengaruhi kinerja, motivasi, produktivitas,
pengambilan keputusan, kepuasan kerja dan kerja sama.

Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk
mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi perilaku, dan bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah
freezing (membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya perubahan sistem.
Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai
pada aplikasi sistem itu sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ.

2.3 PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN DALAM


SUATU ORGANISASI
Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan
pekembangan lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang
dibutuhkan oleh penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan
pemikiran tersebut, manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam aspek-aspek
operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dan para akuntan belum pernah
mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang fakum. Para akuntan secara berkelanjutan
membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana mereka membuat orang termotivasi,
bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan
bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia dan mempengaruhi
organisasi.
7 | Page
Created By : DARYANTI

Penjelasan di atas menunjukan adanya aspek keperilakuan pada akuntansi, baik dari pihak
pelaksana (penyusun informasi) maupun dari pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak
pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang yang
mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan keuangan.
Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting dalam menopang
kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya dapat memberikan manfaat bagi
kemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja dalam wujud
penetapan standar-standar kerja. Standar-standar kerja tersebut dapat dihasilkan dari sistem
akuntansi. Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika pelaksana sistem informasi
akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang
dihasilkan tidak handal dalam pengambilan keputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk
menjadi bias dalam memberikan evaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi.
Untuk itu motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu sistem
informasi akuntansi. Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu: pihak intern (manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah, investor/calon
investor, kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi akuntansi
akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja. Sedangkan bagi pihak ekstern, akan
digunakan untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
bisnis. Di samping itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan
informasi yang disediakan sebab mereka mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat
mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut,
beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk
memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi.Sejak meningkatnya orang yang sudah
memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu
kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga
membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada
puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai
yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas
akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati
beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada
organisasi.
8 | Page
Created By : DARYANTI

2.4 PENGARUH AKUNTANSI KEPERILAKUAN TERHADAP PELAPORAN


KEUANGAN
Perkembangan organisasi bisnis saat ini penuh dengan persyaratkan untuk melaporkan
informasi kepada pihak lain tentang siapa atau apa, bagaimana menjalankan organisasi, dan
untuk siapa harus bertanggungjawab. Hal ini pada umumnya disebut sebagai persyaratan
pelaporan, meskipun beberapa diantaranya mungkin tidak dapat dipaksakan. Intisari dari
proses akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang memiliki implikasi keuangan atau
manajemen. Karena pengumpulan atau pelaporan informasi mengkonsumsi sumber daya,
biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara suka rela kecuali pembuat informasi yakin
bahwa hal ini akan mempengaruhi penerima untuk berperilaku sebagaimana yang diinginkan
oleh pelapor/pembuat. Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku dalam beberapa
cara, diantaranya adalah:
1. Antisipasi penggunaan informasi. Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan
mempengaruhi perilaku pembuat ketika informasi yang dilaporkan merupakan
deskripsi mengenai perilaku pembuat itu sendiri, atau untuk mana pembuat tersebut
akan bertanggung jawab. Semakin informasi yang dilaporkan mencerminkan sesuatu
yang dapat dikendalikan oleh pembuat, maka akan semakin besar kemungkinan
bahwa perilku pembuat akan dimodifikasi. Pembuat dapat merasa cukup pasti bahwa
perubahan dalam perilaku akan mengarah pada perubahan yang diinginkan dalam
informasi yang dilaporkan.
2. Prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi.

Kadang kala penerima

menyatakan secara jelas bagaimana mereka menginginkan pembuat laporan


berperilaku, meskipun sulit untuk dicapai secara simultan seperti: laba jangka pendek
yang tinggi, pertumbuhan jangka panjang, atau citra publik yang baik. Apabila
pembuat laporan bertanggung jawab kepada penerima maka ia akan berperilaku dalam
cara-cara yang menyenangkan mengenai apa yang harus dilaporkan, mengenai
tindakan dan hasil yang manakah yang penting bagi penerima.

Namun ketika

orang tidak merasa pasti mengenai bagaimana informasi tersebut akan digunakan,
maka pembuat laporan memiliki pekerjaan sulit untuk memprediksi kapan dan
bagaimana informasi tersebut akan digunakan. Kemungkinan besar akan mendasarkan
pada prediksi sesuai dalam situasi yang serupa dalam pengalamannya atau bagaimana
mereka akan menggunkannya jika berada pada penerima informasi tersebut.

9 | Page
Created By : DARYANTI

3. Insentif/sanksi. Kekuatan dan sifat dari penerima terhadap pembut laporan adalah
penentu yang penting dalam mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada
untuk memberikan penghargaan atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan
bertindak dan memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dapat diterima. Misalnya
saja, mahasiswa kemungkinan besar akan mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut
dikumpulkan dan diberi nilai dibandingka jika tidak, meskipun manfaat pembelajaran
dalam kedua kasus tersebut adalah sama.
4. Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan apakah
persyaratan pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pembuat laporan
atau tidak. Supaya persyaratan pelaporan dapat menyebabkan perubahan perilakunya,
ia harus mengetahui persyaratan tersebut sebelum ia bertindak. Sehingga jika
persyaratan plaporan yang sebelumya dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan,
maka akan dapat diketahui pada pembuatan laporan berikutnya.
5. Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pembuat
mengubah perilakunya. Hal itu kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk
mengarahkan perhatian pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang dapat
mengarah pada perubahan perilaku.
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang akuntansi:
keuangan, perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Secara terperinci dampak
tersebut dapat dijelaskan di bawah ini.

Akuntansi keuangan. Terdapat beberapa prinsip akuntansi yag diterapkan setelah


diperdebatkan terlebih dahulu mengenai dampak mengenai yang ditimbulkannya.
Beberapa hal yang kontraversial dari pernyataan standar akuntansi tersebut
merupakan contoh mengenai bagaimana prinsip akuntansi mempengaruhi
perilaku. Contoh-contoh tersebut meliputi: Bagaimana perlakuan atas kerugian
akibat melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar? dan bagaimana
perlakuan atas kelebihan nilai pembayaran kontrak utang dalam mata uang
asing?. Setelah mengalami proses perdebatan dari berbagai kelompok
(pemerintah, praktisi bisnis, akademisi) melahirkan ISAK (Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan) No. 4 yang menginterpretasikan PSAK (Peryataan Standar
Akuntansi Keuangan) No. 10 mengenai transaksi dalam mata uang asing. Dalam
interpretasi tersebut dinyatakan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh tigkat
inflasi yang luar biasa (di atas 133%) dan melibatkan transaksi operasi dalam mata
10 | P a g e

Created By : DARYANTI

uang dolar dapat dikapitalisasi oleh organisasi/perusahaan. Prinsip akuntansi yang


kontraversial

lainnya

termasuk

perlakuan

atas

biaya

penelitian

dan

pengembangan, serta persyaratan pelaporan akuntansi atas inflasi yang


mengharuskan dibuatnya penyesuaian dalam laporan keuangan. Demikian pula

halnya dengan akuntansi untuk minyak dan gas bumi.


Akuntansi perpajakan. Umumnya persyaratan pelaporan akuntansi perpajakan
dipandang rumit dan sulit bagi banyak pembayar pajak. Beberapa persyaratan
telah dikenakan tidak hanya kepada pembayar pajak, tetapi juga pada pihak lain
seperti karyawan dengan maksud untuk membuat hukum pajak lebih dipatuhi.
Suatu keharusan catatan yang rinci atas pengurangan beban bisnis merupakan
contoh yang paling baru dan kontraversial mengenai dampak perilaku dari
persyaratan pelaporan pajak. Yang dalam faktanya, catatan rinci tersebut tidak
perlu dilaporkan tetapi pembayar pajak dan penyusun pajak diharuskan untuk

melaporkan bahwa catatan itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa.


Akuntansi manajerial. Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan
internal apapun yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan
dapat bersifat keuangan, operasional, sosial atau suatu kombinasi. Tetapi hanya
terdapat sedikit data akuntansi manajemen yang tersedia bagi publik karena data
tersebut jarang dilaporkan diluar organisasi. Disamping itu sangat sulit untuk
digeneralisasi karena setiap organsasi memiliki sistem akuntansi manajemen yang

berbeda-beda.
Akuntansi sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai dampak dari akuntansi
sosial bagi publik karena akuntansi sosial adalah bidang perhatian yang masih
relatif baru. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima
penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.

2.5 PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI


Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI
Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu
derivasi amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan
usaha milik negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan
yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90
milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita
kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah
11 | P a g e
Created By : DARYANTI

tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak
pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi
keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan
demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di
sini.
Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan
tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak
tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu
bukan pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya
mengakui menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang
berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan
PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada
tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi
pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini.
Kasus KAP Anderson dan Enron
Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya
ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan
yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang
dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson
mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan
dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron
menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan
mendapatkan laba bersih sebesar $ 393 juta, padahal pada periode tersebut perusahaan
mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
Kasus Mulyana W Kusuma.
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara,
surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan,
12 | P a g e
Created By : DARYANTI

badan dan BPK meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan


penyempurnaan laporan, BPK sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada
sebelumnya, kecuali untuk teknologi informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan
akan diperiksa kembali satu bulan setelahnya. Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan
tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu tambahan. Di saat inilah terdengar
kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap karena dituduh hendak
melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah.
Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama dengan auditor BPK.
Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan
oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan
mereka. Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor
yang bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal
tersebut telah melanggar kode etik akuntan.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

13 | P a g e
Created By : DARYANTI

Akuntansi Keperilakuan (Behavioral Accounting) merupakan bagian dari disiplin


akuntansi yang mempelajari tentang hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi,
serta dimensi sosial dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi tersebut berada.
Jadi, terdapat tiga pilar utama Akuntansi Keperilakuan yaitu: perilaku manusia, akuntansi,
dan organisasi. Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan
karena akuntansi secara simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh.
Akuntansi keperilakuan menggunakan metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk
melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan melaporkan faktor manusia yang
mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka.
Akuntansi Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler Dean Hollet dan
Profesor Chris Argyris melakukan suatu penelitian di tahun 1951 tentang Pengaruh
Anggaran pada Orang (The Impact of Budget on People). Persyaratan pelaporan dapat
mempengaruhi perilaku dalam beberapa cara, diantaranya adalah: Antisipasi penggunaan
informasi, prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi, Insentif/sanksi, Penentuan
waktu, Pengarahan perhatian. Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua
bidang akuntansi: keuangan, perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial.
Pelanggaran-pelanggaran dibidang akuntansi yang terjadi sangat merugikan baik bagi profesi
akuntansinya, pemerintah maupun masyarakat. Akibat adanya pelanggaran tersebut
kepercayaan masyarakat akan berkurang terhadap akuntan. Oleh sebab itu, perilaku seorang
akuntan sangat berdampak terhadap tugas dan pekerjaannya serta pandangan masyarakat
terhadapnya. Dengan adanya ilmu akuntansi keperilakuan yang diimplementasikan maka
keberhasilan dalam suatu organisasi akan diraih dengan mudah tanpa perlu melakukan
kecurangan yang menyebabkan kerugian baik untuk pihak internal maupun eksternal.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ataina, 2002, "Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan Berbagai Teori dan
Pendekatan yang Melandasi," JAAI, Vol. 6 No.2, Desember.

14 | P a g e
Created By : DARYANTI

Arfan, Ikhsan Lubis. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : Salemba Empat, 2005.


http://mulydelavega.blogspot.com/2009/06/pentingnya-laporan-kinerja-keuangan.html
http://www.scribd.com/doc/40228705/KASUS-ENRON
http://tulisan-amalia.blogspot.com/2011/11/contoh-kasus-prinsip-etikahttp://keuanganlsm.com/article/artikel-akuntansi

15 | P a g e
Created By : DARYANTI

Anda mungkin juga menyukai