PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Akuntansi merupakan suatu sistem dan prosedur untuk menghasilkan informasi keuangan
yang digunakan oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Pihak pemakai laporan
keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan
pemakai eksternal (external user). Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk
melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak eksternal juga memiliki suatu rangkaian
perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan organisasi.
Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis permasalahan
keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan tehnologi komputer akuntansi yang
memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggih pun prosedur
akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan
suatu tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih
tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas
bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan
berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan. Dengan demikian
akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan
informasi akuntansi.
Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang untuk mengetahui bahwa
tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari
segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang di
dalam organisasi. Berbagai pelanggaran tentang perilaku dari orang-orang yang berwenang
dalam mengelola dan menghasilkan informasi keuangan guna memudahkan dalam
pengambilan keputusan semakin marak terjadi sekarang ini. Pelanggaran ini diakibatkan
karena kurangnya kesadaran akan perilaku etis dalam organisasi. Dampak kerugiannya bukan
hanya di dalam perusahaan saja (intern) tapi berdampak pula pada pihak ekstern dan
pemerintah serta masyarakat.
1 | Page
Created By : DARYANTI
seorang akuntan.
5. Mengetahui pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat dari perilaku yang
kurang etis dibidang akuntansi agar menjadi pelajaran bagi generasi penerus
kedepannya untuk tidak melakukan hal yang sama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI KEPERILAKUAN
2 | Page
Created By : DARYANTI
Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas
berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang
berhubungan dengan proses informasi akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan
atau perilaku dari non akuntan telah banyak dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan
(Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan meliputi masalah yang
berhubungan dengan:
1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.
2. Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran,
karakteristik sistem informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan,
manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
3. Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan
Akuntansi Keperilakuan mulai berkembang sejak Profesor Schuyler Dean Hollet dan
Profesor Chris Argyris melakukan suatu penelitian di tahun 1951 tentang Pengaruh
Anggaran pada Orang (The Impact of Budget on People). Penelitian tersebut disponsori oleh
Controllership Foundation of America. Sejak penelitian tersebut, topik-topik penelitian yang
mengkaitkan akuntansi dan manusia berkembang pesat. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan
dari hasil riset mengenai perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran
dalam banyak pemikiran masih bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu
disempurnakan.
Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah
menggali pengaruh anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog.
Selanjutnya disusul oleh karya Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang
memfokuskan pada akuntansi manajerial dan pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Risetriset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu rangkaian studi oleh Mock (1969-1973),
Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan Dexter (1979). Fokus dari studistudi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya mengalami pergeseran
dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh pembuat
keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby
(1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas
internal untuk pertimbangan riset yang diikuti.
3 | Page
Created By : DARYANTI
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan
semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan,
sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan
keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip
akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi akuntansi keperilakuan mulai muncul dan
berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspekaspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini.
Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior
science), teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu
sendiri tidak diragukan lagi.
Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok
produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas
dengan diangkatnya topic mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban,
dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat
normatif. Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset
akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha
untuk menghubungkan desain system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan
perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih
bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi.
Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi
Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic
approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena
pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang
selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi
(contingency approach). Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan
dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi
perancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai
4 | Page
Created By : DARYANTI
Created By : DARYANTI
Dan hal-hal lain yang mengaitkan akuntansi, manusia, organisasi, dan masyarakat.
Hal-hal yang dipelajari dalam Akuntansi Keperilakuan tersebut apabila diringkas, pada
dasarnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
6 | Page
Created By : DARYANTI
Metode untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dan strategi untuk
mengubahnya, yang berarti bagaimana sistem akuntansi dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi perilaku, dan bagaimana mengatasi resistensi itu. Disini muncul istilah
freezing (membekukan) dan unfreezing (mencairkan). Contohnya perubahan sistem.
Perubahan sistem bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlu upaya untuk sampai
pada aplikasi sistem itu sendiri karena bisa jadi ada resistensi di situ.
Penjelasan di atas menunjukan adanya aspek keperilakuan pada akuntansi, baik dari pihak
pelaksana (penyusun informasi) maupun dari pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak
pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah seseorang atau kumpulan orang yang
mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan keuangan.
Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting dalam menopang
kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya dapat memberikan manfaat bagi
kemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja dalam wujud
penetapan standar-standar kerja. Standar-standar kerja tersebut dapat dihasilkan dari sistem
akuntansi. Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika pelaksana sistem informasi
akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang
dihasilkan tidak handal dalam pengambilan keputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk
menjadi bias dalam memberikan evaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi.
Untuk itu motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu sistem
informasi akuntansi. Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu: pihak intern (manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah, investor/calon
investor, kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi akuntansi
akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja. Sedangkan bagi pihak ekstern, akan
digunakan untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
bisnis. Di samping itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan
informasi yang disediakan sebab mereka mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat
mempengaruhi tindakan pengambilan keputusan bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut,
beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk
memasukkan aspek keperilakuan dalam akuntansi.Sejak meningkatnya orang yang sudah
memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu
kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih
subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga
membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada
puncak permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai
yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas
akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati
beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada
organisasi.
8 | Page
Created By : DARYANTI
Namun ketika
orang tidak merasa pasti mengenai bagaimana informasi tersebut akan digunakan,
maka pembuat laporan memiliki pekerjaan sulit untuk memprediksi kapan dan
bagaimana informasi tersebut akan digunakan. Kemungkinan besar akan mendasarkan
pada prediksi sesuai dalam situasi yang serupa dalam pengalamannya atau bagaimana
mereka akan menggunkannya jika berada pada penerima informasi tersebut.
9 | Page
Created By : DARYANTI
3. Insentif/sanksi. Kekuatan dan sifat dari penerima terhadap pembut laporan adalah
penentu yang penting dalam mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada
untuk memberikan penghargaan atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan
bertindak dan memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dapat diterima. Misalnya
saja, mahasiswa kemungkinan besar akan mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut
dikumpulkan dan diberi nilai dibandingka jika tidak, meskipun manfaat pembelajaran
dalam kedua kasus tersebut adalah sama.
4. Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan apakah
persyaratan pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pembuat laporan
atau tidak. Supaya persyaratan pelaporan dapat menyebabkan perubahan perilakunya,
ia harus mengetahui persyaratan tersebut sebelum ia bertindak. Sehingga jika
persyaratan plaporan yang sebelumya dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan,
maka akan dapat diketahui pada pembuatan laporan berikutnya.
5. Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pembuat
mengubah perilakunya. Hal itu kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk
mengarahkan perhatian pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang dapat
mengarah pada perubahan perilaku.
Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang akuntansi:
keuangan, perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Secara terperinci dampak
tersebut dapat dijelaskan di bawah ini.
Created By : DARYANTI
lainnya
termasuk
perlakuan
atas
biaya
penelitian
dan
berbeda-beda.
Akuntansi sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai dampak dari akuntansi
sosial bagi publik karena akuntansi sosial adalah bidang perhatian yang masih
relatif baru. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima
penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.
tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak
pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi
keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan
demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di
sini.
Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan
tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak
tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu
bukan pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya
mengakui menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang
berpendapat bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan
PT Kereta Api Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada
tahun tersebut. Diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi
pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini.
Kasus KAP Anderson dan Enron
Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya
ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan
yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang
dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson
mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan
dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron
menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan
mendapatkan laba bersih sebesar $ 393 juta, padahal pada periode tersebut perusahaan
mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
Kasus Mulyana W Kusuma.
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU
diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan
dengan pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara,
surat suara, amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan,
12 | P a g e
Created By : DARYANTI
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
13 | P a g e
Created By : DARYANTI
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Ataina, 2002, "Perkembangan Riset Akuntansi Keperilakuan Berbagai Teori dan
Pendekatan yang Melandasi," JAAI, Vol. 6 No.2, Desember.
14 | P a g e
Created By : DARYANTI
15 | P a g e
Created By : DARYANTI