Disusun oleh :
Satria Wijayanto
Monalisa Kuswardana
Yuli Dwi Ayu K
Guritna Seputra
Alifatul Firdausyah
(125130100111005)
(125130100111006 )
(125130101111002)
(125130102111001)
(125130107111004)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Forum ilmiah merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan dalam bidang akademik.
Kegiatan ini dilakukan untuk membicarakan mengenai informasi ilmiah. Biasanya dilakukan
dengan presentasi dan diskusi ilmiah. Presentasi yang dilakukan dalam forum ilmiah ini
berfungsi untuk menyebarkan informasi ilmiah dan diskusi yang terjadi di dalamnya
merupakanhal yang penting dalam forum ilmiah yaitu sebagai salah satu cara mencari solusi, dan
pengembangan materi ilmiah yang dikaji.
Karena mahasiswa merupakan intelektual yang berkewajiban mengumpulkan ilmu yang
dimilikinya, kemahiran untuk melakukan forum ilmiah ini merupakan suatu kebutuhan. Dalam
suatu forum ilmiah selalu terdapat proses penyampaian informasi dan diskusi mengenai masalah
dan solusi yang belum terpecahkan. Selama proses penyampaian informasi dan diskusi banyak
sekali pendapat yang berbeda. agar forum ilmiah dapat berjalan dengan efektif dan lancar, maka
diperlukan suatu pengetahuan mengenai etika dan estetika berforum ilmiah, khususnya dalam
penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan suatu media komunikasi utama.
Etika merupakan suatu aturan, yaitu aturan penggunaan bahasa Indonesia dalam forumi lmiah
ini. Seperti halnya sebuah kehidupan, aturan ini diperlukan untuk membatasi kesalahan khusunya
dalam pemilihan kata dan kalimat yangdigunakan dalam berforum ilmiah. Mengetahui estetika
berbahasa Indonesia dalam forum lmiah ini juga sangat diperlukan, guna menyempurnakan
diskusi dalam suatu forum ilmiah
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari forum ilmiah ?
2. Apa sjakah jenis jenis forum ilmiah ?
3. Apa pengertian etika ?
4. Apa definisi estetika ?
5. Bagaimana estetika dan etika berbahas dalam foerum ilmiah ?
6. Bagaimana estetika dan etika presentasi dalam foerum ilmiah ?
7. Apa peran dalam forum ilmiah
8. Apa etika dan peran dalam berbahasa Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui definisi forum ilmiah
2. Mengetahui jenis jenis forum ilmiah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat
kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Etika dimulai bila
manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat - pendapat spontan kita. Kebutuhan
akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda
dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan
tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki
sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia (Mussarafah,2012 ).
Kata Etika mempunyai dua arti. Pertama, etika sebagai suatu cabang filosofi: kedua, sebagai
objek ataumateri dalam kajian filosofi tersebut. Filosofi moral meliputi dua masalah utama:
1.
Meta;etika yang menganalisis arti dan sifat elemen moral normatif dalam tindakan,
2.
2.2Pengertian Estetika
Kata estetika berasal dari kata aesthesis yang artinya perasaan atau sensitifitas, karena
memang pada awalnya pengertian itu berhubungan dengan lidah dan perasaan. Dalam pengertian
teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara
umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita memandang sesuatu secara umum, maka
obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas dan sebagainya yang sejalur dengan kata
tersebut,maka dapat dikatakan obyek yang dipandang itu mengandung keindahan. Estetika secara
sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana
seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa.
(Mussarafah,2012)
pelaku
pelaku-pelaku
ilmiah
lainnya,
yang
berfungsi
sebagai
sarana
penyebaran informasi ilmiah, baik secara konseptual maupun prosedural. Dalam forum ilmiah,
presentasi ilmiah merupakan suatu kegiatan yang pasti dilakukan. Kegiatan itu berfungsi untuk
menyebarkan informasi ilmiah. Karena mahasiswa merupakan Intelektual yang berkewajiban
menyebarkan ilmu yang dimilikinya, kemahiran untuk melakukan presentasi ilmiah merupakan
suatu kebutuhan. Agar presentasi ilmiah dapat berjalan dengan efektif, ada kiat-kiat yang perlu
diterapkan, yaitu dapat menarik perhatian dan minat pelaku ilmiah kemudian dapat menjaga agar
presentasi tetap fokus pada masalah yang dibahas, 3.Menjaga etika ketika tampil di depan forum
ilmiah(Ahmadi, 2001).
Simposium
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan audium dengan seorang pemimpin.
Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka mengemukakan aspek-aspek
pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi
atas beberapa aspek, kemudian setiap aspek disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari
berbagai sudut pandangan.
Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara dan penyanggah, dibawah pimpinan seorang
moderator. Pendengar diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat setelah
pembahas utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator hanya mengkoordinasikan
jalannya pembicaraan dan meneruskan pertanyaan-pertanyaan, sanggahan atau pandangan umum
dari peserta. Hasil simposium dapat disebar luaskan, terutama dari pembahas utama dan
penyanggah, sedangkan pandangan-pandangan umum yang dianggap perlu saja. Simposium
dapat digunakan :
o
Jika ada pembicara yang memenuhi syarat (ahli dalam bidang yang disoroti).
2.
Seminar
Seminar merupakan suatu pembahasan masalah secara ilmiah, biasanya topik yang dibahas
adalah masalah sehari-hari. Tujuannya adalah mencari suatu pemecahan dan diakhiri dengan
kesimpulan atau keputusan-keputusan yang merupakan hasil pendapat bersama yang biasanya
diikuti dengan resolusi atau rekomendasi. Pembahasannya berawal dari makalah atau kertas kerja
yang telah disusun sebelumnya oleh beberapa orang pembicara sesuai dengan pokok-pokok
bahasan yang diminta oleh sesuatu panitia penyelenggara. Pokok bahasan yang telah ditentukan,
akan dibahas secara teoritis dan dibagi menjadi beberapa subpokok bahasan bila masalahnya
sangat luas. Pada awal seminar, dapat dibuka dengan suatu pandangan umum oleh orang
berwenang (yang ditunjuk panitia) sehingga tujuan seminar terarah. Kemudian hadirin (massa)
dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas permasalahan lebih lanjut.
Tiap kelompok dapat diserahi tugas membahas suatu sub pokok bahasan untuk dibahas dalam
kelompok yang biasanya juga disebut seksi/komisi, di bawah pimpinan seorang ketua komisi
(kelompok). Dari hasil-hasil kelompok, disusun suatu perumusan yang merupakan suatu
kesimpulan yang dirumuskan oleh suatu tim perumus yang ditunjuk. Pembahasan dalam seminar
memakan waktu yang lebih lama karena sifatnya yang ilmiah. Apabila para pembicara tidak
dapat mengendalikan diri, waktu akan banyak terbuang untuk pembahasan yang kurang penting.
Oleh karena itu dibutuhkan pimpinan kelompok yang menguasai persoalan sehingga
penyimpangan dari pokok persoalan dapat dicegah. Penyimpangan ini dapat diatasi bila setiap
kali ketua sidang menyimpulkan hasil pembicaraan sehingga apa yang akan dibicarakan
selanjutnya sudah terarah.
3.
Lokakarya atau dalam bahasa Inggris workshop adalah suatu acara pertemuan antara para ahli
(pakar) untuk membahas masalah praktis di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan
masalah tertentu dan mencari solusinya. Sebuah lokakarya adalah pertemuan ilmiah yang kecil.
4.
Rapat
Rapat merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok resmi yang bersifat tatap muka,
rapat sering diselenggarakan oleh banyak organisasi swasta maupun pemerintah. Rapat
merupakan alat untuk mendapatkan mufakat, melalui musyawarah kelompok. Rapat merupakan
media yang dapat dipakai unttuk pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mufakat.
Rapat merupakan pertemuan antara para anggota di lingkungan kantor/ perusahaan/ organisasi
sendiri untuk membicarakan, merundingkan suatu masalah yang menyangkut kepentingan
bersama. Rapat merupakan alat/media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka dan
sangat penting dan diselenggarakan oleh banyak organisasi swasta maupun pemerintah untuk
mendapatkan mufakat melalui musyawarah untuk pengambilan keputusan.
5.
Diskusi
Kata diskusi berasal dari bahas Latin discutio atau discusum yang berarti bertukar pikiran. Dalam
bahasa Inggris digunakan kata discussion yang berarti perundingan atau pembicaraan. Dari segi
istilah, diskusi berarti perundingan/bertukar pikiran tentang suatu masalah: untuk memahami,
menemukan sebab terjadinya masalah, dan mencari jalan keluarnya. Diskusi ini dapat dilakukan
oleh dua-tiga orang, puluhan, dan bahkan ratusan orang. Diskusi adalah sebuah proses tukar
menukar informasi, pendapat, dan unsur unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas, lebih teliti tentang sesuatu atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan kesimpulan/pernyataan/keputusan. Di dalam diskusi selalu
muncul perdebatan. Debat ialah adu argumentasi, adu paham dan kemampuan persuasi untuk
memenangkan pemikiran/paham seseorang.
6.
Konferensi
Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu
masalah yang dihadapi bersama. Konferensi bisnis, pertemuan untuk membahas masalah bisnis.
Konferensi pers, suatu pengumuman untuk pers (cetak, radio, televisi) dengan diikuti oleh sesi
tanya jawab tentang hal yang diumumkan.
7.
Kongres
Kongres merupakan pertemuan besar para wakil organisasi (politik, sosial, profesi) untuk
mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai berbagai masalah. Kongres lebih kepada
tujuan politik. Kongres biasanya digunakan untuk mengawasi dan mencocokkan kegiatan
pemerintahan.
8.
Musyawarah kerja
Musyawarah kerja atau rapat kerja (raker) merupakan suatu pertemuan yang hanya dihadiri oleh
sekelompok massa tertentu yang bergerak dalam bidang kerja sejenis. Dengan massa yang lebih
terbatas, raker dilaksanakan untuk saling bertukar pengalaman atau pengetahuan dalam bidang
kerja masing-masing, untuk mengevaluasi program-program kerja yang telah dilaksanakan atau
untuk mengadakan pembaharuan dalam bidang kerja tersebut. Permasalahan yang akan dibahas,
dipersiapkan jauh sebelumnya dengan menginventarisasi masalah dari lapangan kemudian
diklasifikasikan ke dalam aspek-aspek tertentu yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut.
Bila perlu pada permulaan raker didahului dengan ceramah sebagai pengarahan dari seorang nara
sumber, di samping ada beberapa nara sumber lain yang sewaktu-waktu dapat memberikan
bantuan bila mengalami kesulitan. Peserta dibagi atas beberapa kelompok, yang masing-masing
dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Hasil akhir sidang kelompok disampaikan pada sidang
pleno (lengkap) untuk mendapatkan tinjauan umum secara menyeluruh, untuk pada akhimya
diambil satu keputusan. Biasanya raker dilaksanakan selama beberapa hari (lima hari sampai
seminggu), oleh karena itu di tengah-tengah raker dapat disisipi acara karyawisata, pameran,
demonstrasi, diskusi panel, dan sebagainya(Alwi,2006)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Etika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah
Etika dalam berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Dalam suatu forum ilmiah,
sangat dibutuhkan sebuah komunikasi untuk menunjang kelangsungan di dalam forum ilmiah
tersebut. Beberapa etika dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari hari pada
umumnya, yang juga dapat diterapkan dalam forum ilmiah yaitu:
1.
2.
3.
4.
menyangkut informasi yang disajikan. Sedangkan etika yang harus dijaga oleh peserta forum
ilmiah antara lain adalah setiap peserta harus jujur pada diri sendiri. Artinya, dia akan bertanya
jika memang tidak tahu, akan mencari klasifikasi apabila masih bingung atau belum yakin, akan
mengecek apakah pemahamannya sudah benar ataukah belum. Setiap peserta wajib menghargai
pendapat atau gagasan orang lain. Dalam hal ini mensyaratkan bahwa dia wajib menyimak
apabila ada orang yang berbicara atau bertanya. (Surajiyo, 2007)
Setiap peserta yang bertanya memiliki kewajiban untuk menyimak jawaban dari penyaji.
Akan lebih baik jika penanya menunjukkan apresiasi positif terhadap jawaban yang telah
diberikan. Moderator sebagi pemandu dalam forum ilmiah memiliki etika untuk dapat bersikap
adil. Artinya, semua peserta sebisa mungkin memperoleh kesempatan yang relatif sama dalam
berpartisipasi aktif selama forum berlangsung. Selain adil, seorang moderator juga harus menaati
jadwal atau waktu yang telah ditentukan. Kemudian seorang notulis bertugas mencatat rapi
semua hal yang terungkap selama forum, baik inti uraian penyaji, petanyaan, maupun jawaban.
Hasil catatan yang telah ditata ringkas sebaiknya dicetak dan dibagikan minimal kepada semua
orang yang terlibat dalam forum tersebut. Hal ini memberikan kesempatan bagi pemilik
gagasan/konsep untuk meluruskannya jika ada yang kurang tepat. (Surajiyo, 2007)
3.2. Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah
Estetika dalam berbahasa Indonesia, misalnya menggunakan pilihan kosa kata yang indah
dan sesuai situasi (konteks) bicara. Selain itu, estetika juga berkaitan dengan tinggi rendahnya
intonasi saat berbicara. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam estetika berbahasa Indonesua
dalam forum ilmiah adalah kemampuan berkomunikasi. Keberhasilan suatu forum ilmiah adalah
jika pelaku ilmiah dapat berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga informasi ilmiah juga
dapat tersampaikan secara optimal. Kemampuan berkomunikasi yang baik bisa menjadi
keindahan tersendiri dalam jalannya suatu forum ilmiah. (Suriasumantri, 2010)
Estetika dalam suatu presentasi dapat ditunjukkan dengan menguasai seni penyampaian.
Untuk menguasai seni
dan memilih
dahulu
metode
penyampaian presentasi yang akan digunakan. Metode presentasi yang dapat digunakan antara
lain menghafal, membaca, berbicara dari catatan, dan berbicara tanpa persiapan
(Suriasumantri, 2010)
Berikut adalah estetika teknik komunikasi dalam suatu presentasi:
mungkin suatu saat nanti perhatian dan penghargaan terhadap etika berforum ilmiah akan
menjadi sebuah tradisi yang melembaga dan membudaya. (Susanto, 2011)
Etika forum ilmiah pada dasarnya berkaitan dengan etika peran dalam forum ilmiah.
Bagaimana seharusnya perilaku benar dan berterima secara moral yang harus diterapkan oleh
peran - peran dalam forum. Sesuai perannya, moderator diharapkan bersikap moderat selama
forum berlangsung. Objektivitas dan ketidakberpihakan harus benar - benar dipegang teguh oleh
moderator. Dalih apapun yang melanggar prinsip moderat adalah sikap yang tidak berterima
secara moral dan sudah barang tentu melanggar etika forum ilmiah.
Motif pertemanan,hubungan kekerabatan, kepentingan politis, atau kepentingan ideologis
apapun hendaknya dijauhkan. Perilaku prinsip lainnya yang harus diperhatikan oleh moderator
adalah keadilan,kedisiplinan, dan keberanian. Keadilan berkaitan dengan pemerataan
kesempatan berpartisipasi bagi seluruh forum. Kedisiplinan bersinggungan dengan manajemen
waktu dan manajemeninteraksi. Keberanian berhubungan dengan ketegasan terhadap segala hal
yang kontra produktif terhadap prinsip keadilan dan kedisiplinan.
Fokus forum seharusnya lebih mengarah pada permasalahan yang disajikan. Individu atau
kelompok yang bertanggung jawab dalam penyajian masalah (topik forum) adalah penyaji.
Umumnya penyajian masalah diskusi dibakubukukan dalam paper (resume atau makalah).
Karena itulah penyaji disebut pula dengan referator atau pemakalah. (Susanto, 2011)
Makalah yang disajikan dalam forum ilmiah, misalnya diskusi, seminar, lokakarya,
seharusnya terdistribusi sebelum forum digelar. Hal ini dilakukan agar forum tidak lagi
disibukkan dengan aktivitas membaca untuk memahami permasalahan dalam makalah. Dalam
kenyataannya, peserta yang hadir dalam forum lebih memosisikan diri sebagai sekadar penerima
informasi dan penanya atau pengonfirmasi terhadap informasi yang belum mereka pahami. Tidak
banyak peserta yang hadir dengan pemahaman terhadap permasalahan supaya forum ilmiah yang
diikutinya lebih diintensifkan sebagai wacana berbagi sudut pandang dan pemikiran serta berbagi
solusi mengatasi permasalahan. (Madya, 2006)
Pada etika penyaji dan peserta kejujuran menjadi nilai yang wajib ditegakkan oleh
keduannya. Bagi penyaji, segala informasi yang disampaikan secara lisan dan tulis harus dapat
dipertanggungjawabkan. Lebih - lebih menyangkut rujukan dari informasi akademik
yangdisampaikan, apakah merupakan buah pemikiran penulis sendiri atau penulis lain harus jelas
disampaikan. Hal yang sama juga berlaku bagi peserta. Peserta seharusnya secara tulus
menyimak segala informasi yang disampaikan penyaji. Ketidaktulusan ini tampak dalam sikap
meminta ulang penjelasan, misalnya karena lupa menyimak bagian tertentu dalam penyajian.
Sebaliknya,
ketidaktulusan
tampak
saat
penyaji
yang
tidak
menyimak
pertanyaan,
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Etika dalam berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain. Dalam suatu forum ilmiah,
sangat dibutuhkan sebuah komunikasi untuk menunjang kelangsungan di dalam forum ilmiah
tersebut. Beberapa etika dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari hari yang
perlu diperhatikan. Keberhasilan suatu forum ilmiah adalah jika pelaku ilmiah dapat
berkomunikasi secara baik dan benar, sehingga informasi ilmiah juga dapat tersampaikan secara
optimal pula. Kemampuan berkomunikasi yang baik bisa menjadi keindahan tersendiri dalam
jalannya suatu forum ilmiah. Dalam forum ilmiah juga terdapat beberapa jenis forum ilmiah.
3.2 Saran
Agar makalah ini dapat membantu memperluas wawasan pembaca mengenai Etika dan
Estetika Berbahasa Indonesia dalam Forum Ilmiah serta dapat mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Mukhsin. 2001. Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa & Apresiasi
Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh
Alwi, Hasan. 2006. Bahasa Indonesia: Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Pusat Bahasa.
Karnita. 2007. Berbahasalah dengan Sopan dan Santun. Pikiran Rakyat, hal.4.
Madya, 2006. Etika dalam Forum Ilmiah. Makalah, Disajikan dalam Lokakarya Nasional Dosen
MPK Bahasa Indonesia, 13-15 Mei di Yogyakarta
Mussarafah,
Arra.
2012.
Jenis
jenis
Forum
Ilmiah.
http://arramusyarrafah.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-forum-ilmiah.html.
Diakses