Deskripsi produk :
Cakalang fufu merupakan makanan khas dari Provinsi Sulawesi Utara. Produk ini
merupakan olahan dari hasil perikanan berupa ikan cakalang yang proses produksinya
dengan cara pengasapan. Produk ini tidak memakai bahan pengawet kimia dalam proses
pengolahannya, namun ada beberapa pengusaha cakalang fufu yang masih saja secara
diam-diam menggunakan pengawet kimia semacam Rhodamin-B dalam proses
pengolahannya. saat ini telah dikembangkan pengawet alami yang tidak akan berdampak
buruk bagi pengonsumsinya.
3)Bahaya Biologi :
-Segera dibilas dengan
-Tumbuhnya bakteri pada air bersih dan mengalir.
bagian yang terluka pada ikan.
2)Bahaya kimiawi:
-Harus bekerja dalam
-Tercampur zat berbahaya dari keadaan yang bersih
bahan atau alat yang digunakan. dan steril.
2)Bahaya kimiawi:
-Dihinggapi mikroorganisme
yang berbahaya. -Menyimpan produk di
tempat yang aman dan
jauh dari kotoran.
Cara Penyimpanan : Jika ikan cakalang belum di asapkan maka dilakukan penyimpanan
pada suhu yang rendah untuk menjaga kualitas ikan tersebut. Namun jika sudah di
asapkan cakalang fufu dapat bertahan beberapa hari apabila disimpan pada suhu yang
normal (suhunya jangan terlalu sering berubah-ubah agar kualitasnya dapat terjaga).
Cara Distribusi : Untuk distribusinya jika pemasaran di wilayah Sulawesi biasanya para
konsumen mendatangi toko-toko yang menjual produk cakalang fufu ini, karena para
konsumen yang datang dari luar Sulawesi selalu mencari produk ini untuk dijadikan oleh-
oleh.
Cara Mengkonsumsi :ada banyak cara untuk mengkonsumsi produk ini, salah satunya ada
yang langsung dimakan memakai nasi, dijadikan masakan berupa salad kentang cakalang
fufu dan cakalang fufu goring saos rica.
Proses Pengolahan :
Tahap 1 : Ikan cakalang hasil tangkapan dibersihkan dari kotoran, isi perut, dan insang.
Tahap 5 : Setelah asap tidak terlalu pekat lalu cakalang mulai di asapkan selama 2 jam.
Keterangan :
1. Kelompok Bahaya
2. Kategori Bahaya
a) Bahaya A, : Bahaya yang dapat menyebabkan produk yang ditujukan untuk kelompok
beresiko menjadi tidak steril. Kelompok beresiko antara lain bayi, lanjut
usia, orang sakit atau orang dengan daya tahan tubuh rendah;
b) Bahaya B, : Produk yang mengandung bahan yang sensitive terhadap bahaya
mikrobiologis;
c) Bahaya C, : Proses yang tidak diikuti dengan langkah pengendalian terhadap mikroba
berbahaya;
d) Bahaya D, : Produk yang terkontaminasi ulang setelah pengolahan dan sebelum
pengepakan;
e) Bahaya E, : Bahaya yang potensial pada penanganan saat distribusi atau penanganan
oleh konsumen sehingga menyebabkan produk menjadi berbahaya apabila
dikonsumsi;
f) Bahaya F, : Bahaya yang timbul karena tidak adanya proses pemanasan akhir setelah
proses pengepakan atau ketika dimasak di rumah.
Q1 : Apakah ada pengendalian yang telah dilakukan?
Tidak
Ubah proses,
tahapan atau produk
Ya
Apakah pengendalian
pada tahap ini penting
untuk keamanan pangan? Tidak Ya
Tidak
Decision Tree untuk menentukan Critical Control Point Cakalang Fufu
Q3 : Mungkinkah kontaminasi dengan
potensi bahaya yang teridentifikasi ada
pada konsentrasi berlebihan atau
dapatkah meningkat hingga ke tingkat
yang tidak dikehendaki?
http://ftp.lipi.go.id/pub/Buku_Sekolah_Elektronik/SMK/Kelas%20X/Kelas
%20X_SMK_Pengawasan%20Mutu%20Bahan%20dan%20produk%20pangan_Edi
%20Afr_1.pdf