KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT Karena atas
Berkat Rahmat dan Ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan Tugas mengenai
PENERAPAN
BALANCE
EXERCISE
DAN
STRENGTHENING
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis............................................................................. 4
1.
a.
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Aktivitas sehari-hari dilakukan dengan lebih mudah apabila
manusia dapat berpindah tempat (ambulasi) dengan baik, serta dapat
melakukan hobi, bermasyarakat secara aktif. Namun semua itu
memerlukan integritas antara organ tubuh yang baik.
Poin penting dari ambulasi diri adalah berjalan, sehingga manusia
dengan mudah transfer tubuh ketempat lain. Rata-rata 700 ton beban
ditopang oleh kaki dalam satu hari. Dalam hidup, setiap tahunnya manusia
melangka 1,2 x 106 langkah, artinya kaki manusia melangkah sejauh
75.000ml setiap tahun. Oleh karena itu dibutuhkan kaki yang kuat dan
baik. Menurut Achachlouei (2012) kaki merupakan bagian tubuh yang
berfungsi
memiliki masalah dengan kaki, salah satunya ialah Flat Foot atau kaki
datar, yaitu tidak adanya arkus (lengkungan) pada telapak kaki. Sedangkan
menurut Apley (1954) Salah satu permasalahan kaki yang dapat
menyebabkan kecacatan kaki adalah bentuk kaki datar.
Kondisi Flat Foot atau kaki datar banyak ditemukan pada anakanak usia dini 57% terjadi pada anak-anak usia 2 sampai 3 tahun
sedangkan 21% terjadi pada anak-anak usia 5 sampai 6 tahun. Hal ini telah
terbukti adanya peningkatan dari 2,7% menjadi 4% dan mengalami
kecacatan, kecacatan harus ditangani dengan cepat jika tidak ditangani
kecacatan akan bertambah parah dan penderita akan mengalami rasa sakit
yang berlebihan (Butterworth, 2010).
Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia
tertentu memang wajar terjadi, karena struktur tulang dan jaringan
sekitarnya belum terbentuk sepenuhnya (Achachlouei, 2012). Pada
penelitian ini, penulis hanya memfokuskan
pada Flat Foot yang
1
disebabkan karena bawaan lahir atau congenital Flat Foot, dimana kondisi
Flat Foot yang dialami memang sejak kecil sampai usia mereka dewasa.
Flat Foot dewasa sering dengan kelainan yang kompleks dan beragam
macam berbagai gejala. Gejala yang disebabkan oleh penyakit atau
memuat perubahan struktural (Lee et. al., 2005). Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi gejala yang timbul dan mencegah bertambah
buruknya kondisi kaki.
Untuk mengatasi masalah yang ada maka tindakan yang akan
diberikan ialah dengan melakukan Latihan Penguatan Otot Kaki
(Achachlouei, 2012). Maka dari itu peran fisioterapi pada kasus Flat Foot
juga diperlukan guna memberikan program latihan yang terintegrasi
dengan tujuan untuk meningkatkan Keseimbangan tubuh pada kondisi
tersebut.
Menurut Kepmenkes RI No : 1363 / MENKES / SK / 2001 pasal 1,
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
kekuatan
pada
kaki
dan
dengan
diberikan
latihan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Tinjauan Teoritis
1. Flat Foot
a. Definisi
Flat Foot adalah Kondisi kaki pada satu bidang datar atau tidak
normal yang menyebabkan arkus plantaris menjadi datar (Dorland, 2009).
Sering terjadi pada anak-anak usia 2-6 Tahun.
b. Etiologi
Dengan lengkungan tulang kaki berpotensi tidak stabil. Hal ini
berhubungan dengan ligament, yang hanya mampu bertahan dalam waktu
yang singkat, dan ketika otot diregangkan secara reflek menimbukan
gerakan. Pada anatomi kaki yang benar memiliki otot sebagai penyokong.
Terkadang kesalahan fisiologi mugkin terletak pada otot-otot tersebut
(Apley, 1954).
1) Control saraf yang tidak stabil
Keadaan ini sering terjadi pada penderita poliomyelitis dan spina
bifida dan gangangguan lainnya. Pada kondisi Flat foot control saraf
yg tidak stabil sering ditemukan pada anak-anak. Dimana yang harus
dilakukan melatih keseimbangan, hal pertama yang dilakukan adalah
melatih
keseimbangan
pada
kepala
yang
bertujuan
untuk
dan juga otot yang tidak stabil dapat menyebabkan kelemahan otot, hal
ini dapat mempengaruhi posture penderita (Apley,1954).
c. Patalogi
1) Perubahan bentuk
Pada kondisi flat foot keadaan arkus bukan hanya berbentuk datar
tetapi bergeser ke arah medial. Secara teorotis keadaan Tumit valgus
ini sering digambarkan sebagai penyebab flat foot (Apley, 1954).
Akibatnya, tuberositas dari skafoid menjadi terlalu menonjol.
Perubahan dalam bentuk kaki yang telah dijelaskan biasanya terjadi
perlahan-lahan. Kemudian terjadi peregangan pada ligamen yang
menimbulkan nyeri (Apley, 1954).
2) Efek flat foot
Berubahan dalam bentuk diikuti perubahan degeneratif pada
sendi yang menyebabkan kaki menjadi kaku. Otot-otot intrinsik
berfungsi pada posisi yang kurang menguntungkan terlalu sering
tertekan kebawah, oleh karena itu otot melemah. Otot yang lemah
mengakibatkan tidak hanya dikaki datar tapi juga gangguan pada
kaki depan (Apley, 1954).
2) Nyeri
Pada penderita flat foot tidak mampu berdiri terlalu lama. Rasa
nyeri dirasakan tepat di telapak kaki terkadang rasa nyeri terasa di
daerah tungkai bawah.
e. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul berupa deformitas atau
kecacatan.
B. Deskripsi Problematika
Problematika fisioterapi yang sering terjadi pada kondisi Flat Foot
menimbulkan gangguan meliputi impairment, fuctional limitation, dan
participation restriction.
1) Impairment
Problematika yang timbul pada kondisi Flat Foot adanya pada bagian
telapak kaki, nyeri pada bagian kaki dan dapat menjalar hingga kearah
tungkai bawah. Ada nya gangguan keseimbangan pada penderita (Apley,
1954).
7
2) Functional Limitation
Pada functional limitation adanya gangguan Activity of Daily Living
seperti pasien merasakan nyeri pada saat berjalan dan berdiri terlalu
(Apley, 1954).
3) Participation Restriction
Participation
Restriction
merupakan
ketidak
mampuan
dalam
adalah
kemampuan
untuk
mempertahankan
OSullivan,
keseimbangan
adalah
kemampuan
untuk
Tatap-tahap latihan
Gambar 2.6
Sumber : Riseley Phisiotherapy, 2009
b) Pasien masih dalam posisi berdiri pada satu kaki. Lakukan gerakan
fleksi pada hip dengan posisi lengan lurus kedepan.
10
Gambar 2.7
Sumber : Riseley Phisiotherapy, 2009
c) Posisikan abduksi hip dalam keadaan berdiri pada satu kaki dengan
posisi lengan terbuka.
11
Gambar 2.8
Sumber : Riseley Phisiotherapy, 2009
b. Strengthening Exercise atau Latihan Penguatan
Strengthening Exercise merupakan salah satu metode terapi latihan
fisioterapi,
Strengthening
Exercise
dapat
digunakan
untuk
12
Gambar 2.9
Sumber : America Academy of Orthopedic Surgeons, 2005
13
2) Towel Curls
Letakan handuk kecil diatas lantai dan lengkungkan jarijari, gunakan jari-jari kaki. Kemudian naikan dan letakan
kembali handuk kelantai, ulangi selama 5 kali.
Gambar 2.10
Sumber : America Academy of Orthopedic Surgeons, 2005
3) Golf Ball Roll
Gelindingkan bola golf dibawah kaki selama 2 menit.
Gambar 2.11
Sumber : America Academy of Orthopedic Surgeons, 2005
14
BAB III
PEMBAHASAN
Disadur dari penelitian, Amelia Tahun 2015, dengan responden adalah seorang
pasien laki-laki yang bernama TnR berumur 22 tahun dengan diagnosa Flat
Foot dengan problematika berupa adanya nyeri, disertai adanya kelemahan otot
dan penurunan kekuatan otot serta adanya gangguan keseimbangan . Pasien
diberikan penanganan fisioterapi sebanyak enam kali dalam tiga minggu dengan
menggunakan modalitas Balance Exercise dan Strengthening Exercise. Setelah
dilakukan fisioterapi sebanyak enam kali didapat perkembangan hasil sebagai
berikut:
1. Pengukuran Nyeri dengan Skala VDS
Grafik 4.1
Pengukuran nyeri
4
4
3
Nyeri Tekan
Nyeri Gerak
3
2
T1
T2
T3
T4
T5
T6
15
Pada pengukuran nyeri untuk evaluasi 1 didapat hasil nyeri gerak sebesar
skala VDS 3, pada evaluasi 2 tidak terjadi penurunan nyeri yaitu skala VDS 3,
pada evaluasi 3 tidak terjadi penurunan nyeri yaitu skala VDS 3, pada evaluasi 4
nyeri tidak terjadi penurunan yaitu skala VDS 3, pada evaluasi 4 mengalami
penurunan yaitu skala VDS 2 sampai dengan evaluasi 6.
Dan pada pengukuran nyeri tekan untuk evaluasi 1 didapatkan hasil skala
VDS 4, pada evaluasi 2 tidak terjadi penurunan nyeri yaitu skala VDS 4, pada
evaluasi 3 tidak terjadi penurunan nyeri yaitu skala VDS 4 , pada evaluasi 4 nyeri
tidak terjadi penurunan yaitu skala VDS 4, pada evaluasi 4 tidak mengalami
penurunan yaitu skala VDS 4, evaluasi 5 tidak terjadi penurunan yaitu skala VDS
4, evaluasi 6 mengalami penurunan VDS 3.
2. Pengukuran Keseimbangan
Grafik 4.2
Latihan Keseimbangan
43
43
51
51
41
37
47
33
34
20
27
18
20
T1
37
42
47
47
20
T2
T3
T4
T5
T6
16
17
Grafik 4.3
Kekuatan otot
5
4
4
4
T1
4
T2
4
T3
4
T4
4
4
4
Lumbricales &
Interossei
T5
T6
Pada pemeriksaan nilai kekuatan otot didapatkan hasil yaitu pada evaluasi
1 sampai 4 tidak ada peningkatan kekuatan otot, dan pada evaluasi 5 sampai
evaluasi 6 adanya peningkatan otot.
Penurunan Nyeri
Dari hasil pemeriksaan yang diperoleh meliputi pada grafik 4.1
terlihat adanya penurunan nyeri gerak dari T1 VDS 3 terjadi penurunan
pada T5 dan T6 menjadi VDS 2 . dan nyeri tekan pada T1 VDS 4 terjadi
penurunan pada T6 menjadi VDS 3.
18
Pada saat terbentuk Flat Foot terjadi rasa nyeri hebat pada kaki dan
tungkai, disebabkan karena peregangan berlebihan otot-otot panjang tumit
(Platze,1995). Penurunan nyeri terjadi adanya pemasangan arkus buatan
pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi tekanan pada telapak kaki
yang dapat menyebabkan nyeri (Sidharta, 1999).
Peningkatan Keseimbangan
Dari hasil pemeriksaan pada grafik 4.2 terlihat adanya peningkatan
keseimbangan yang diperoleh Forward Leg Lifts T1 didapatkan hasil 20
Detik, pada T6 adanya peningkatan menjadi 47 Detik. Backward Leg Lifts
T1 didapatkan hasil 18 Detik, pada T5 dan T6 adanya peningkatan menjadi
51 Detik. Dan pada Lateral Leg Lifts diperoleh hasil pada T1 20 Detik dan
pada T5 dan T6 adanya peningkatan menjadi 43 Detik.
Dengan menggunakan Intervensi Balance Exercise maka dari
uraian datas didapatkan adanya peningkatan keseimbangan. Salah satu
latihan keseimbangan yang diberikan adalah Latihan keseimbangan
Dinamis, Salah satunya Body Balance. Tujuan latiahan ini adalah untuk
memperbaiki postur tubuh dan kesadaran keseimbangan (Irfan dan
Susanti,2008).
19
menggunakan
Intervensi
Strengthening
Exercise
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kondisi pasien Flat Foot akan terjadi beberapa masalah pada terutama
pada telapak kaki. Permasalahan yang timbul pada daerah telapak kaki dapat
berupa adanya nyeri gerak dan nyeri tekan, penurunan keseimbangan dan
penurunan kekuatan otot yang dapat mempengaruhi aktifitas fungsional pada
pasien.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut terdapat peranan fisioterapi
berupa penerapan aplikasi fisiologi yang dibutuhkan untuk menjaga kemampuan
aktivitas fungsional pasien. Maka intervensi yang dapat digunakan pada kasus ini
adalah dengan menggunakan balance exercise dan strengthening exercise. Balance
Exercise ditujukan untuk memperbaiki keseimbangan sedangkan strengthening
ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot pada daerah
telapak kaki. Dengan memperbaiki keseimbangan, mengurangi nyeri
dan
21
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24