Anda di halaman 1dari 1

IV.

RINGKASAN
Sindrom Steven Johnson (SSJ) dan Toxic epidermal necrolysis (TEN)
merupakan dua penyakit yang sama, namun dengan tingkat keparahan yang berbeda.
Banyak ahli menganggap SSJ dan TEN termasuk kedalam reaksi hipersensitivitas tipe
4 (delayed) terhadap obat tertentu dengan alasan yang tidak diketahui. Limfosit T
Sitotoksik (CD8+ drug-specific cells), bersama dengan Natural Killer T Cells,
mencetuskan destruksi keratinosit (kematian sel terprogram), yang menghasilkan
pemisahan antara lapisan dermis dan epidermis.
Batas pasti antara SSJ dan TEN sampai sejauh ini masih belum jelas, tetapi
telah disepakati bahwa pada SSJ, luas permukaan tubuh yang terkena <10%,
sedangkan pada TEN luas tubuh yang terkena >30%, apabila luas tubuh yang terkena
berkisar antara 10%-30% maka disebut sebagai SSJ/TEN (bentuk peralihan).
Diagnosis SSJ dan TEN ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, yang didukung
dengan pemeriksaan histologi. Pemeriksaan penunjang diagnostik utama adalah
punch biopsy yang diambil dari lesi pada tahap awal, yang secara histologik dapat
menunjukkan terjadinya proses nekrosis epidermis dan pelepasan epidermis dari
dermis dengan apoptosis pada keratinosit.
Sudah jelas bahwa obat obatan yang menyebabkan terjadinya TEN/SSJ
harus dihentikan sesegera mungkin. Prinsip terapi dari TEN/SSJ mirip seperti pada
luka bakar, yang meliputi analgesik, terapi penggantian cairan, terapi anti-infeksi,
dukungan nutrisi secara agresif, penghangatan suhu lingkungan dan pembalutan kulit
dengan balutan yang sesuai.
Penentuan prognosis TEN secara spesifik dapat dengan menggunakan
SCORTEN, yang didasarkan dari tujuh faktor resiko kematian pada saat pasien
pertama kali datang ke rumah sakit., meskipun skor ini memiliki kekurangan dengan
tidak mencantumkan keterkaitan dengan infeksi saluran nafas, yang juga dapat
memperburuk prognosis.

Anda mungkin juga menyukai