yang berperan besar dalam menunjang kegiatan operasional rumah sakit adalah
instalasi gizi. Instalasi gizi rumah sakit merupakan suatu unit di rumah sakit yang
keberadaannya tidak bisa dipisahkan dari rumah sakit. Dalam pelaksanaannya
pengelolaan instalasi gizi memerlukan ketersediaan SDM, terutama tenaga
pramusaji laden dokter. Karena begitu besarnya peranan instalasi gizi dalam
menunjang kegiatan operasional rumah sakit maka perencanaan kebutuhan SDM
nya harus sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi jenis dan jumlahnya. Untuk itu
harus dilakukan analisis kebutuhan tenaga, karena kelebihan tenaga akan
mengakibatkan terjadinya penggunaan waktu kerja yang tidak produktif atau
sebaliknya kekurangan tenaga akan mengakibatkan beban kerja yang berlebihan.
Pengukuran beban kerja dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi berdasarkan banyaknya pekerjaan
yang harus diselesaikan dalam jangka waktu satu tahun (Peraturan Menteri Dalam
Negeri dalam Muskamal, 2010). Selain untuk memperoleh informasi mengenai
tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi, pengukuran beban kerja juga
dilakukan untuk menetapkan jumlah jam kerja dan jumlah orang yang diperlukan
dalam rangka menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Pengukuran beban kerja
memberikan beberapa keuntungan bagi organisasi alasan yang sangat mendasar
dalam mengukur beban kerja adalah untuk mengkuantifikasi biaya mental (mental
cost) yang harus dikeluarkan dalam melakukan suatu pekerjaan agar dapat
memprediksi kinerja sistem dan pekerja (Cain,2007). Tujuan akhir dari langkahlangkah tersebut adalah untuk meningkatkan kondisi kerja, memperbaiki desain
lingkungan kerja ataupun menghasilkan prosedur kerja yang lebih efektif. Menteri
Dalam Negeri dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008
Tentang Pedoman Analisis Beban Kerja Di Lingkungan Departemen Dalam
Negeri Dan Pemerintah Daerah dalam Muskamal (2010) menjelaskan bahwa
dilakukannya pengukuran beban kerja memberikan beberapa manfaat kepada
organisasi, yaitu :
yang didukung dengan sejumlah peraturan dan kebijakan demi terciptanya sumber
daya manusia yang stabil dan efektif. Masing-masing ketenagaan/kepegawaian
memiliki prosedur yang berbeda. Prosedur kerja pramusaji untuk laden dokter di
RSUD Banyumas terdapat 2 shift yaitu dinas pagi dan dinas sore. Pengamatan
dilakukan pada Jumat, 25 September 2015 dari pukul 05.30-18.00 WIB.
Pengamatan pekerja laden dokter dilakukan pada shift pagi oleh pramusaji dan
shift sore yang dilakukan oleh 5 orang pekerja berasal dari bagian prodis. Hasil
perhitungan yang dilakukan standar beban kerja pramusaji berdasarkan waktu rata
rata yang dibagi dengan rata rata waktu peraturan kegiatan pokok sebesar 7
jam/hari dan waktu kelonggaran atau waktu longgar disela kegiatan sebesar 18
menit. Perhitungan yang telah dilakukan sesuai dengan analisa dilapangan ketika
wawancara rata rata waktu senggang yang ada hanya 15 menit. Berdasarkan
hasil perhitungan tenaga dengan metode ISN didapatkan hasil sebanyak 1 orang
laden dokter, sedangkan jumlah tenaga kerja laden dokter yang tersedia adalah 1
orang. Jadi jumlha tenaga kerja laden dokter di RSUD Banyumas sudah
mencukupi atau beban kerja yang ada masih bisa ditangani oleh 1 orang.
DAPUS
Ilyas, Yaslis., 2004, Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan Formula,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
Samsudin, Sadili., 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Pustaka Setia,
Bandung.
Rachmawati, Ike K., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit ANDI,
Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
No.
81/MENKES/SK/I/2004
tentang
Pedoman
Penyusunan