Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis kontak merupakan inflamasi non-infeksi pada kulit yang diakibatkan
oleh senyawa yang kontak dengan kulit tersebut (Hayakawa, 2000). Klasifikasi
dermatitis secara umum berdasarkan sumber agen penyebab dermatitis, yaitu
dermatitis eksogen dan dermatitis endogen. Salah satu jenis dermatitis eksogen adalah
dermatitis kontak. (Buxton, 2005).
Ciri umum dari dermatitis kontak ini adalah adanya eritema, edema, papul,
vesikel, krusta (Freedberg, 2003). Secara umum dermatitis kontak dibagi menjadi
dua, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Beberapa pustaka lain
memasukkan jenis dermatitis lain ke dalam kelompok dermatitis kontak. Jenis
dermatitis tersebut seperti fototoksik dermatitis, fotoalergi dermatitis, sindrom
urtikaria kontak dan dermatitis tipe kontak sistemik (Hayakawa, 2000 ; Buxton,
2005). Dermatitis kontak alergi (DKA) disebabkan oleh alergen sebagai peranan
terbesarnya. Urushiol (dari racun tanaman oak/ivy/sumac), garam nikel (pada
perhiasan) dan parfum (pada kosmetik) merupakan contoh alergen yang mampu
mengakibatkan dermatitis kontak alergi (Keefner, 2004). Dermatitis kontak iritan
yang terjadi setelah pemaparan pertama kali disebut DKI akut yang biasanya
disebabkan oleh iritan yang kuat, seperti asam kuat. Sedangkan dermatitis kontak
iritan yang terjadi setelah pemaparan berulang disebut DKI kronis yang biasanya
disebabkan oleh iritan lemah (Hayakawa, 2000). Pada tempat kerja, DKI biasanya
terjadi akibat suatu kecelakaan kerja atau karena kecerobohan sehingga tidak
menggunakan pelindung (Ket dan Leok, 2002). DKI yang terdapat pada bayi biasa
dikenal sebagai diaper dermatitis (Anonim, 2008).
Penderita dermatitis kontak iritan lebih banyak dibandingkan dengan dermatitis
kontak alergi yaitu sebanyak 80%, sedangkan dermatitis kontak alergi hanya 10-20%.
Hal ini disebabkan dermatitis kontak alergi hanya mengenai orang yang kulitnya
hipersensitif. Diperkirakan insidensi dermatitis kontak alergi adalah 0,21% dari
populasi penduduk. Secara umum dermatitis kontak alergi bila dilihat dari jenis
kelamin, prevalensi pada wanita adalah dua kali lipat dibanding laki-laki (Keefner,
2004).
Menurut predileksi, dermatitis kontak baik iritan maupun alergi paling sering di
tangan, karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering digunakan untuk
melakukan pekerjaan sehari-hari contohnya penggunaan detergen. Oleh karena itu
disarankan untuk tetap menggunakan detergen pada awal pemakaian dan untuk tidak
mudah tergiur dengan iklan detergen lain (Suria Djuanda, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kosep dasar dari penyakit dermatitis kontak ?
2. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada penyakit dermatitis kontak ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan sistemsensori pada klien
dengan masalah glaukoma
1
2
Dermatitis Kontak
Mendiskripsikan intervensi keperawatan sistemIntegumen pada klien dengan masalah
Dermatitis Kontak
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Iritan kuat.
Rangsangan mekanik: serbuk kaca/ serat, wol.
Bahan kimia: air, sabun.
Bahan biologik: dermatitis popok.
Terdapat empat mekanisme yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis
kontak iritan, yaitu meliputi:
disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum
sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya (sel hidup).
3. Manifestasi klinis
Pada umumnya penderita mengeluh gatal. Kelainan kulit yang timbul bergantung
pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Wujud kelainan kulit yang timbul dibagi
menjadi:
a. Fase akut
Dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema,
papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula ini dapat pecah sehingga menjadi
erosi dan terdapat eksudasi (basah), bila menjadikering akan timbul krusta.
b. Fase kronis
Kulit terlihat kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkinterbentuk fisur,
batasannya tidak jelas, dapat pula terjadi hiperpigmentasi.Di bawah ini merupakan
salah satu contoh gambaran klinis dermatitis kontakalergi.
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian
memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi
limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi
membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian
sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem
limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa.
Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik
berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
5. Penatalaksanaan dan Pencegahan
a. Penatalaksanaan dan pencegahan DKA (Dermatitis Kontak Alergi) :
1) Upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab dan
menekan kulit yang timbul.
2) Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi
peradanagn pada DKA akut yang ditandai dengan eritema, edema, vesikel, bula,
eksudatif (madidans), misalnya mengkonsumsi prednison 30 mg/hari. Sedangkan
kelainan kulinya cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutan air
salisil 1: 1000.
3) Untuk DKA ringan atau DKA akut yang telah mereda (setelah mendapat
pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberikan kortikosteroid atau
makrolaktam (tacrolimus) secara topikal.
b. Penatalaksanaan dan pencegahan DKI (Dermatitis Kontak Iritan) :
1) Menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun
kimiawi serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila dapat dilaksanakan
dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI akan sembuh sendiri,
cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.
2) Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid
topikal seperti hidrokortison atau untuk kelainan yang kronis dapat diawali
dengan kortikosteroid yang lebih kuat.
3) Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat, diperlukan bagi mereka yang
bekerja dengan bahan iritan.
2.4 Komplikasi
1. Kerusakan integritas kulit
2. Gangguan Konsep diri
3. Infeksi sekunder
4. Gangguan rasa nyaman
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil contoh jaringan dari
kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada
keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit.Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat-obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah
dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Uji tempel
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis. Untuk mengidentifikasi
respon alergi Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit,
selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan
kelainan pada kulit, maka hasilnya positif.
2.6 WOC (Web Of Caution)
Sabun, detergen, zat kimia
Iritan primer
Mengiritasi kulit
MK : Kerusakan integritas kulit
Peradangan kulit (Lesi)
BAB 3
TINJAUAN KASUS
No RM :22-xx-xx
Diagnosa Medis : Dermatitis kontak
1. Identitas
Nama
:Tn. K
Suku Bangsa
:Indonesia
Jenis Kelamin
:laki-laki
Pendidikan
:SMA
Umur
Pekerjaan
Agama
Pgg jwb
:21 tahun
:Pegawai swasta
:islam
: istri
Status
:menikah
Alamat
: surabaya
2. Keluhan Utama
Kulit pasien mengelupas di ujung jari-jari kedua tangan dan telapak kaki
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan kulit mengelupas di ujung jari-jari kedua tangan dan
telapak kaki, Pasien juga mengeluh perih pada ujung jari-jari kedua tangannya.
Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu bersamaan dengan munculnya
kemerahan dan pengelupasan kulit. Keluhan kulit terasa lebih tebal ada, gatal tidak
ada. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya kulit dikatakan
terlihat kemerahan dan bintik-bintik merah, kemudian kulit pasien seperti bersisik dan
mengelupas. Keluhan ini dikatakan muncul setelah pasien mencuci dengan detergen.
Keluhan dikatakan sempat berkurang setelah pasien berhenti mencuci tangan, namun
kemudian muncul kembali beberapa minggu setelah pasien kembali mencuci
menggunakan detergen dengan tangannya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami sakit yang sama di lokasi yang sama setelah mencuci
dengan tangan menggunakan deterjen. Pasien tidak menderita asma dan tidak pernah
mengalami gatal-gatal atau kemerahan sebelumnya.
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Pada keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan klien.
Riwayat alergi: Tidak ada alergi makanan maupun obat
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :Baik
Kesadaran
:Compos mentis
Tanda-Tanda vital
TD
:120/90 MmHg
Nadi :84x/menit
RR
:20x/menit
Suhu :360C
Antropometri
TB
:167 cm
BB SMRS
:55 Kg
BB MRS
:55 Kg
4. B1 Pernafasan (Breath)
Bentuk Dada : Normo chest
Pergerakan
: Simetris
Otot bantu nafas tambahan :
Tidak ada
Jika ada, jelaskan: Tidak ada
Irama nafas : Reguler
Kelainan
: Tidak ada
Pola nafas
: Reguler
Taktil/Vocal fremitus: Tidak ada
Suara nafas
: Vesikuler
sinistra
Irama jantung : Reguler
Nyeri dada
: Tidak ada
Jika ya, jelaskan :
PQRST
: Tidak ada
Bunyi jantung : S1 S2 Tunggal
Triceps
: (+)
Patella
: (+)
Refleks Patologis
Kaku Kuduk : (-)
Bruzinski I
: (-)
Bruzinski II : (-)
Kernig
: (-)
Nervus Kranial
NI
:pasien dapat mencium benda yang baunya mudah dikenal
NII
:pasien dapat melihat dengan normal
NIII :pupil pasien normal terhadap cahaya
NIV :pasien dapat melihat objek <60cm sejajar midline mata
NV
: pasien dapat mengunyah dengan baik, pasien dapat mengedipkan mata
dengan baik
NVI
NVII
NVIII
NIX
NX
NXI
NXII
Nyeri Kepala
: tidak ada
Jika ya, jelaskan
: tidak ada
Paralisis
: tidak ada
Penciuman
:Tajam
Bentuk Hidung
:simetris
Septum
:tepat di tengah
Polip
:tidak ada
Kelainan
:tidak ada
Wajah dan penglihatan
Mata
: simetris
Kelainan
:tidak ada
Pupil
:isokor
Refleks
:normal
Konjungtiva
: tidak anemis
Gangguan
:tidak ada
Skelera
: ikterik
Gangguan
:tidak ada
Visus
:normal
Pendengaran
Telinga
: normal
Kelainan
:tidak ada
Kebersihan :bersih
Gangguan
:tidak ada
Alat bantu
:tidak ada
Lidah
Kebersihan :bersih
Uvula
:normal
Palatum
: normal
kesulitan telan:tidak ada
Afasia
:tidak ada
:bersih
Warna
Ekskresi
:tidak ada
Kandung Kemih
Jumlah
: tidak ada
Nyeri Tekan
:tidak ada
Warna
:tidak ada
Alat bantu
:tidak ada
Jumlah
Gangguan
: tidak ada
: 400cc
:kuning jernih
:bersih
:lembab
: tidak ada
Mual
:Jenis
:nasi
NGT
:Porsi
:1 porsi
Frekuensi Minum
: 6x/hari
Jumlah
:2000 cc/hari
Jenis
: air mineral
Abdomen
Bentuk perut
: simetris
Peristaltik
:normal
>35x/menit
Masalah Keperawatan: tidak terdapat masalah keperawatan
9. B6 Muskuluskeletal & Integumen (Bone)
Rambut dan kulit kepala
Skabies
:tidak ada
Warna kulit :sawo matang
Kuku
: bersih
Turgor kulit :kasar
ROM
: tidak terbatas
Jika terbatas, pada sendi: Kekuatan Otot : 55555
55555
Deformitas
Fraktur
Lain-lain
55555
55555
: tidak ada
: tidak ada
: kulit telapak tangan
mengelupas dan
kemerahan
:tidak ada
Hiperglikemia
:tidak ada
DM
: tidak ada
Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : Masalah Keperawatan: (Jika ada, sebutkan)tidak ada masalah keperawatan
12. Kemampuan Perawatan Diri
Aktivitas
Mandi
Berpakaian/ dandan
Toileting/ eliminasi
Mobilitas di tempattidur
Alat bantu berupa
Berjalan
NiakTangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaanrumah
Berpindah
SMRS
1
1
1
1
1
1
1
Keterangan
Skor 1 : Mandiri
2 : Alat bantu
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantung/ tdk mampu
Masalah Keperawatan: Tidak terdapat masalah keperawatan
MRS
3
1
3
1
1
1
1
JenisPemeriksaan
Hasil (satuan)
NamaObat
hidrocortison
Dosis
0,1 %
Indikasi
Untuk melebabkan kulit
Surabaya, 16-03-2015
Ttd perawat
Data (Symptom)
DS :
Pasien mengatakan
Penyebab (Etiologi)
Zat kimia
Masalah (Problem)
Kerusakan integritas
kulit
2.
mengelupas
DO :
Kulit pasien tampak
Risiko infeksi
adekuat
tebal
DS : DO : pasien tampak
malu dengan
tangannya
Trauma atau cedera
3.
Prioritas Masalah
No
1.
2.
3.
MasalahKeperawatan
Kerusakan integritas kulit
Risiko infeksi
Gangguan citra tubuh
Tanggal
ditemukan
teratasi
16-03-2015
16-03-2015
16-03-2015
16-03-2015
16-03-2015
16-03-2015
Paraf
C. Intervensi Keperawatan
N
DiagnosaKeperaw
TujuandanKriteriaH
o
1.
atan
asil
Kerusakan integritas Tujuan :
Menunjukkan
kulit b.d zat kimia
indikator berikut
(sebutkan 1-5 :
gangguan ekstrem,
berat, sedang, ringan
atau tidak ada
gangguan).
Kriteria Hasil :
Keutuhan struktural
dan fungsi fisiologis
kulit dan membran
mukosa.
Intervensi
1. Mempersiapk 4. Untuk
an,
keefektifan
memberikan,
obat.
dan
mengevaluasi
keefektifan
obat resep
dan nonresep.
2. Mencegah
komplikasi
luka dan
penyembuha
n luka.
3. Memberikan
Tujuan :
Faktor risiko infeksi
akan hilang,
dibuktikan oleh
pengendalian risiko
komunitas.
Kriteria Hasil :
Resistansi alami dan
5. Untuk
meningkat
kan proses
penyembuh
an luka.
meningkatka
n
2.
Rasional
menejemen
6. Untuk
mencegah
dan
mengobati
gatal.
pruirutis.
7. Untuk
4. Mengumpulk
mempertah
an dan
ankan
menganalisis
integritas
data pasien
kulit dan
membran
mukosa.
1. Melakukan
skring
kesehatan
terhadap
pasien.
1. Untuk
mendeteks
i risiko
atau
masalah
kesehatan
dengan
3.
memnfaat
kan
riwayat
kesehatan,
Tujuan :
Menunjukkan citra
tubuh, yang
pemeriksa
2. Melakukan
dibuktikan oleh
perlindunga
indikator (sebutkan 1-
n infeksi.
Gangguan citra
5 : tidak pernah,
jarang, kadang-
atau cidera
an
kesehatan,
dll.
2. Untuk
mencegah
an
3. Melakukan
perawatan
luka.
mendeteks
i dini
infeksi
pada
pasen
menunjukkan adaptasi
yang
dengan ketunadayaan
berisiko.
3. Untuk
fisik, penyesuaian
psikososial)
mencegah
terjadinya
komplikas
1. Memberikan
edukasi
tentang
peingkatan
citra tubuh.
i pada
luka dan
memfasilit
asi proses
penyembu
han luka.
1. Unutk
meningkat
2. Menstiimula
kan
si untuk
presepsi
peningkatan
sadar dan
koping.
tak sadar
pasien
serta sikap
terhadap
tubuh
pasien.
2. Untuk
membantu
pasien
beradaptas
i dengan
presepsi
stresor,
perubahan
atau
ancaman.
DAFTAR PUSTAKA