Anda di halaman 1dari 7

RESUME VAKSIN VARICELLA ZOSTER IMMUNOGLOBULIN

(VZIG)
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah proses memicu sistem kekebalan tubuh seseorang
secara artifisial yang dilakukan melalui vaksinasi (imunisasi aktif) atau
melalui pemberian antibodi (imunisasi pasif) (Peter, 2002).
Imunisasi adalah proses dimana seseorang dibuat kebal atau resisten
terhadap penyakit menular, biasanya dengan pemberian vaksin (WHO, 2013).
Menurut Meraturan Menteri Mesehatan Republik Indonesia nomor 42
tahun 2013 Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih
hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa
toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein
rekombinan yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.
Vaksinasi adalah suatu tindakan dengan sengaja memberikan paparan
pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. Imunisasi aktif akan
menstimulasi sistem imun host untuk menghasilkan antibodi dan respon imun
selular untuk melindungi host dari agen penyebab. Imunisasi pasif dilakukan
dengan cara memberikan antibodi yang dibentuk diluar tubuh host kedalam
tubuh host. (Ranuh, 2005)
2. Macam-macam imunisasi
a. Imunisasi yang diwajibkan
Imunisasi wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai
dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.

Macam-macam imunisasi yang diwajibkan, ialah :


1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
2) Imunisasi Hepatitis B
3) Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
4) Imunisasi Polio
5) Imunisasi Campak
b. Imunisasi yang diwajibkan, tetapi dianjurkan
Imunisasi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan
kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
menular tertentu.
Macam-macam imunisasi yang di anjurkan, ialah

1) Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)


2) Imunisasi HIB (Hemophilus Influenza tipe B)
3) Imusisasi Pneumokokus (PCV)
4) Imunisasi Influenza
5) Imunisasi Varicella
3. Vaksin varisela zoster
3.1.
Pengertian vaksin varisela zoster
Varisela (cacar air) adalah penyakit infeksi yang sangat menular
disebabkan oleh virus varicella-zoster. Cacar air merupakan fase akut
invasi virus sedangkan herpes zoster merupakan reaktivasi fase laten
(Satari, 2005).

Imunisasi varisela
merupakan salah satu
imunisasi

yang

diwajibkan

tetapi

anjurkan.
varicella
virus

tidak
di

Vaksin
dibuat

hidup

dari

varicella-

zoster yang dilemahkan terdapat dalam bentuk bubuk kering dan


diberikan kepada seseorang melalui suntikan dan di simpan pada suhu 28C. Vaksin varicella dapat diberikan bersama dengan vaksin MMR
(Measles, Mumps dan Rubella).
Varicella zoster immunoglobulin (VZIG) adalah antibodi IgG
terhadap Varicella Zoster Virus. VZIG profilaksis diindikasikan untuk
individu beresiko tinggi, termasuk anak-anak imunodefisiensi, wanita
hamil yang pernah mempunyai kontak langsung dengan penderita
varicella, neonatal yang terekspose oleh ibu yang terinfeksi varicella,
setidaknya diberikan dalam waktu tidak lebih dari 96 jam. Antibodi yang
diberikan setelah timbulnya gejala tidak dapat mengurangi keparahan
yang terjadi.
Vaksin varicella zoster dapat meningkatkan limfosit T yang
mengenali antigen varicella zoster atau protein virus. Sirkulasi T limfosit
yang spesifik terhadap varicella zoster virus dapat muncul pada darah
perifer sekitar 2 hingga 6 minggu setelah pemberian varicella vaksin.
Imunisasi dengan vaksin varicella juga dapat meningkatkan sitotoksik T
sel yang dapat melisis varicella zoster virus protein. Proliferasi limfosit T
terhadap antigen varicella zoster virus dapat terus terjaga hingga 6 tahun
pada anak dengan imunitas yang baik dan telah diberikan vaksin
varicella.
3.2.

Tujuan pemberian vaksin varicella zoster

Vaksinasi dapat mencegah penyakit cacar atau dapat meringankan


penyakitnya bila sakit. Dengan vaksinasi juga dapat melindungi dan
mencegah infeksi cacar air bila terpapar lagi dengan virus varicella.
Rekomendasi
a) Vaksin diberikan mulai umur masuk sekolah (5 tahun)
b) Pada anak 13 tahun vaksin dianjurkan untuk diberikan dua kali

3.3.

selang 4 minggu

c) Pada keadaan terjadi kontak dengan kasus varicella, untuk pencegahan


vaksin dapat diberikan dalam waktu 72 jam setelah penularan (dengan
persyaratan: kontak dipisah/tidak berhubungan)
3.4.

Dosis
Dosis 0,5 ml suntikan secara subkutan, dosis tunggal
3.5.
Jadwal pemberian vaksin
A. Jadwal pemberian vaksim varicella zoster menurut MMWR tahun
2010 ialah :
1) pasien berusia 7-12 tahun dan pasien diatas 13 tahun yang belum
pernah divaksin, berikan 2 dosis, atau berikan 1 dosis saja jika
sebelumnya pasien sudah pernah divaksin satu kali.
2) Untuk pasien usia 7-12 tahun, jarak minimun antara vaksinasi
adalah 3 bulan. Tetapi bila vaksin diberikan sebelum 3 bulan,
dengan jarak minimal 28 hari, maka tidak akan menjadi masalah.
3) Untuk pasien usia 13 tahun keatas, jarak minimum antara dosis
adalah 28 hari.
B. Jadwal imunisasi terbaru menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) tahun 2014

Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada


umur sebelum masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada umur lebih dari
12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
3.6.
Kontra indikasi
a) Demam tinggi 6662
b) Hitung limfosit kurang dari 1200/l atau adanya bukti defisiensi imun
selular seperti selama pengobatan induksi penyakit keganasan atau
fase radioterapi
c) Pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi kortikosteroid (2 mg
/kgBB per hari atau lebih)
d) Alergi neomisin atau gelatin
e) Wanita hamil tidak boleh diberikan vaksin ini, dan vaksinasi diberikan
setelah melahirkan. Kehamilan harus ditunda 1 bulan setelah
pemberian vaksin.
3.7.
Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
1) Reaksi dapat bersifat lokal, demam, dan ruam papul vesikel ringan.
2) Pada individu imunokompromise reaksi lokal jarang terjadi, tetapi
reaksi menyeluruh muncul lebih sering.
3) Setelah penyuntikan vaksin, pada 1% individu imunokompromise
dapat timbul varicella.

4) Pada pasien leukemia yang divaksinasi dapat muncul ruam pada 40%
kasus setelah vaksinasi dosis pertama, 4% diantaranya dapat terjadi
varicella berat yang memerlukan pengobatan asiklovir. (Satari, 2005)

NAMA

: DEVI SAVITA KUSUMASTUTIK

NIM

: PO.530 333313 757

TINGKAT

: III A

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2015

Anda mungkin juga menyukai