Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat memegang
peranan penting sebagai aset bangsa. Keluarga bukan hanya dianggap
sebagai sekedar sasaran pembangunan tetapi sebagai pelaku (subjek)
pembangunan. Untuk itu perlu diatur tentang pembangunan tentang
keluarga sejahtera, terutama dalam mempersiapkan sumber daya anggota
keluarga yang potensial.
Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat.
Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan
menjadi aset yang besar dan berharga dalam pembangunan. Sebaliknya
penduduk yang besar dengan kualitas rendah, akan menjadi beban yang
sangat berat bagi pembangunan bangsa.
Salah satu tujuan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan
adalah pembangunan keluarga sejahtera. Pembangunan keluarga sejahtera
diarahkan kepada terwujudnya nilai-nilai luhur budaya bangsa guna
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga
agar mampu mendukung kegiatan pembangunan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah
untuk mendukung

kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan

khususnya pada mata kuliah Keperawatan Komunitas IV.


2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar
mahasiswa mengetahui tentang Grakan Pembangunan Kesehatan
Keluarga Berkualitas.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud keluarga berkualitas?
2. Bagaimana Kegiatan Pokok Pemberdayaan Keluarga?
3. Bagaimana Gerakan Kesehatan Keluarga Berkualitas?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga Berkualitas
Keluarga Berkualitas menurut definisi versi baru BKKBN, ialah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuannya menyiapkan keluarga, penduduk, masyarakat yang maju,
mandiri dan berketahanan agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Orientasinya tidak lagi sekadar pendekatan demografis, demikian
Imam Hariyadi.

Proses pemberdayaan keluarga dilakukan secara terpadu oleh


pemerintah bersama masyarakat, melalui pemantapan sosialisasi dan
pelaksanaan delapan fungsi keluarga sesuai dengan kondisi tiap-tiap keluarga
melalui siklus perkembangan keluarga guna menjadikan setiap anggotanya
sebagai insan pembangunan yang produktif dan kompetitif dalam rangka
menuju persaingan pasar bebas.
Pemberdayaan keluarga diawali dengan pengenalan kondisi dan
potensi keluarga sasaran, melalui pendataan keluarga yang dilakukan para
kader setempat dari rumah ke rumah. Hasilnya, menjadi data basis yang
sifatnya sangat operasional dan bermanfaat untuk digunakan pada setiap
tingkat pemerintahan. Dengan menggunakan 23 indikator hasil pendataan,
keluarga dapat diidentifikasi atas lima tahapan keluarga sejahtera. Indikator
ini juga memperjelas profil keluarga menurut siklus perkembangan keluarga.
Identifikasi sasaran berdasarkan siklus keluarga.
Untuk memperjelas proses pengembangan potensi keluarga, maka
identifikasi sasaran melalui pendataan keluarga sangat penting dalam rangka
pengembangan paket kegiatan di lapangan. Prioritas sasaran adalah Keluarga
Pra Sejahtera dan sejahtera I. Dengan pengertian, mereka adalah keluarga
tertinggal yaitu keluarga yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
karena itu merupakan prioritas untuk dibantu. Indikatornya meliputi :
Tidak bisa makan 2 x sehari
Bisa sakit/ingin KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan
Tidak bisa memenuhi gizi yang baik
Tidak ada anggota keluarga yang bekerja (berpenghasilan tetap)
Punya anak usia sekolah tetapi tidak sekolah
Dalam upaya memprioritaskan pemberdayaan keluarga pra sejahtera
dan sejahtera Perlu dibagi segmentasi sasaran yang lebih tajam lagi dengan
rincian berdasarkan siklus kehidupan keluarga, agar dapat membantu
pengembangan paket kegiatan yang lebih tajam. Penajaman sasaran keluarga
tersebut dikelompokkan dalam :
Keluarga Baru,
Keluarga Hamil,
Keluarga melahirkan dan menyusui,
Keluarga Balita,

Keluarga Remaja dan


Keluarga Lansia.
B. Kegiatan Pokok Pemberdayaan Keluarga
Upaya pemberdayaan keluarga meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Aspek Dasar yaitu Sistim reproduksi sebagai sarana untuk melanjutkan
keturunan. Proses ini sebaiknya dapat berlangsung dalam keadaan sehat
jasmani, jiwa dan sosial. Untuk menjaga kesehatan pasangan suami istri
menetapkan perilaku reproduksi sehat yakni tidak melakukan hubungan
seks secara bebas dan berisiko yaitu dalam ikatan perkawinan yang syah.
Kesehatan reproduksi merupakan keperluan yang mendasar sebagai
prasyarat terjadinya proses pengembangan keturunan yang tangguh.
Setelah membentuk keluarga, pasangan yang bersangkutan diberdayakan
sebaik mungkin untuk menjaga dan memeliharan kesehatan reproduksinya
seperti bagaimana melakukan hubungan seksual yang aman dan sehat, cara
merawat kehamilan serta mengatur jarak kelahiran pertama dengan
kelahiran kedua dsb. Oleh sebab itu diperlukan upaya-upaya advokasi,
KIE dan fasilitas agar keluarga dan masyarakat mempunyai akses terhadap
informasi, pelayanan dan perlindungan hak-hak reproduksi guna
mewujudkan keluarga berkualitas.
2. Aspek Ajar
Yaitu proses pendidikan yang dapat meningkatkan dan memantapkan
kesadaran dan keterampilan keluarga/orangtua dalam menanamkan nilainilai luhur terhadap anggota keluarga terutama anaknya, sesama dan
lingkungan sekitarnya.
a. Anak Balita/Pra Sekolah
Dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima
tahun (balita) adalah priode paling kritis yang menentukan kualitas
sumber daya manusia. Pada masa balita proses tumbuh kembang
berlangsung sangat cepat dan dikatakan masa tersebut sebagai masa
emas yang apabila tidak dibina dengan baik akan mengalami gangguan

dalam perkembangan emosi, sosial dan kecerdasan. Karena pada masa


ini merupakan tahap awal pembentukan dasar kemampuan, mental,
intelektual dan moral yang sangat menentukan sikap, nilai dan pola
perilaku seseorang di kemudian hari. Untuk mencapai tingkat
kecerdasan yang optimal, kecukupan gizi sangat penting dan
dibutuhkan untuk pembentukan sel otak sejak dalam kandungan sampai
anak berusia 3 5 tahun dimana perkembangan otak berlangsung
sangat cepat. Kunci keberhasilan dalam pembinaan anak balita berada
di tangan orang tua karena hampir seluruh waktu anak berada dekat
dengan orang tuanya.
Dewasa ini pendidikan untuk anak pra sekolah (taman bermain dan
taman kanak-kanak) tumbuh semakin marak, baik yang ada di pedesaan
maupun di perkotaan. Sayangnya, banyak lembaga penyelenggara
pendidikan TK yang menonjolkan lembaganya dengan menawarkan
program pendidikan yang terlalu canggih untuk anak pra sekolah,
seperti pelajaran bahasa asing, komputer, pelatihan drumband,
membaca, menulis, menghitung dsb. Hal ini menimbulkan ketegangan
pada anak didik, padahal pendidikan untuk anak pra sekolah dinilai
apresiasinya atau pencapaiannya pada diri si anak terakumulasi dalam
bentuk bermain, bernyanyi dan membuat pekerjaan tangan untuk
melatih keterampilan.
b. Proses Pendidikan Orang tua (parenting school)
Untuk menyempurnakan proses ajar anak pra sekolah orang tua
hendaknya diberikan kemajuan dalam mengikuti proses proses
pendidikan dan pengajaran anak sekolah. Sebab, orangtua dianggap
sebagai pengasuh pendidik anak pertama dan utama yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang yang optimal melalui pemenuhan
dasar kasih sayang anak, rasa aman, serta stimulasi mental dan
emosional.
Pakar pendidikan berharap lembaga pendidikan pra sekolah
mempunyao manfaat dalam hal :

(1) Memberikan pendidikan pada anak sebelum masuk usia Sekolah


Dasar,
(2) Meringankan beban ibu rumah tangga sebagai pendidik di rumah,
(3) Memberikan contoh kepada kaum ibu begaimana seharusnya
mendidik anak,
(4) Memberikan kesempatan kepada anak untuk bergaul dengan
temannya sebagai latihan awal bersosialisasi dengan lingkungan
yang lebih luas.
Dengan landasan ini maka disusun gerakan yang bertujuan untuk
meningkatkan perberdayaan orang tua dalam meningkatkan pembinaan
tumbuh kembang anak balita melalui rangsangan fisik mental,
intelektual dan moral serta emosional untuk mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan gerakan ini dinamakan Bina Keluarga
Balita (BKB).
Salah

satu

bentuk

dari

pemberdayaan

keluarga

adalah

meningkatkan peranan keluarga dalam memperkuat ekonomi keluarga.


Kantor BKKBN telah mengembangkan berbagai skim kredit sebagai
modal usaha/kerja dan modal investasi untuk membentuk kegiatan
usaha atau merintis usaha keluarga melalui kelompok UPPKS (Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera)
C. Gerakan Pembangunan Kesehatan Keluarga Berkualitas
1. Keluarga Berencana (KB)
a. Pengertian
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee
1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
dalam keluarga (Suratun, 2008).

jumlah anak

Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992


(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008).
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar,
1998).
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga
berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang
bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya
perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal
yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan
untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi (Suratun, 2008).
b. Tujuan Keluarga Berencana
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
1) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini
tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR
(Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi,
2002). Pertambahan penduduk yang tidak

terkendalikan akan

mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam


serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan
penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini
diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur,
sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
2) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah

kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan


anak telah cukup.
3) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga
bahagia.
4) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan
mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam
membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
5) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas,
keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat,
tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari
segi ekonomi (Suratun, 2008).
c. Sasaran program KB
1) Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu wanitanya berusia antara 15 - 49 tahun,
Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan
kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB
yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan
fertilisasi (Suratun, 2008).
2) Sasaran Tidak Langsung
a) Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan
merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara
langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk
melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat
reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya
promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.

b) Organisasi-organisasi,
instansi-instansi

lembaga-lembaga

pemerintah

maupun

kemasyarakatan,

swasta,

tokoh-tokoh

masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan


dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS
(Hartanto, 2004).
c) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
(Prawirohardjo, 2005 A).
d. Manfaat Usaha KB dipandang dari segi kesehatan
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan
salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun,
2008).
2. POSYANDU
1. Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga.
berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber
daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat
mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia.
2. Dasar Pelaksanaan posyandu
Surat Keputusan Bersama: Mendagri/Menkes/BKKBN. Masingmasing No.23 tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/
A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu yaitu :
a. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan
Posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK.

b. Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan


fungsi Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam
program program pembangunan masyarakat desa
c. Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan
peranan kader pembangunan.
d. Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/di daerah masingmasing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk
Depkes dan BKKBN.
e. Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara
paripurna.
3. Tujuan penyelenggara Posyandu.
a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu
( ibu Hamil, melahirkan dan nifas)
b. Membudayakan NKKBS.
c. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya
yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
d. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga
Sejahtera.
4. Pengelola Posyandu.
a. Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan
Pembinaan mutu Posyandu ditingkat desa kelurahan sebagai
berikut :
1. Penanggungjawab umum : Ketua Umum LKMD (Kades/Lurah).
2.

Penggungjawab

operasional,

Ketua

LKMD

(Tokoh

Masyarakat)
3. Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD
( Ketua Tim Penggerak PKK).
4. Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes.

b.Pokjanal Posyandu
Pokjanal posyandu

yang

dibentuk disemua

tingkatan

pemerintahan terdiri dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara


langsung dalam pembinaan Posyandu yaitu :
1. Tingkat Propinsi
2. Tingkat Kab/Kody
3. Tingkat Kecamatan
Pokjanal Posyandu bertugas :
Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program.
Menyiapkan kader.
Menganalisis masalah dan menetapkan aIternatif pemecahan
masalah.
Menyusunan rencana.
Melakukan pemantauan dan bimbingan.
Menginformasikan masalah kepada instansi/lembaga terkait.
Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD.

5. Kegiatan Pokok Posyandu :


1. KIA
2. KB
3. lmunisasi.
4. Gizi.
5. Penggulangan Diare.
Pelaksanaan Kegiatan Posyandu.
a. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD,
Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan
dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat
dengan sistem 5 (lima) meja yaitu :
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan

Meja III : Pengisian KMS


Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
Meja V : Pelayanan KB Kes :
Imunisasi
Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat
tetes ke mulut tiap Februari dan Agustus.
Pembagian pil atau kondom
Pengobatan ringan.
Kosultasi KB-Kes.
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan
Meja V merupakan meja pelayanan paramedis (Jurim, Bindes,
perawat dan petugas KB).
b. Sasaran Posyandu :
Bayi/Balita.
Ibu hamil/ibu menyusui.
WUS dan PUS.

3. PKK
Pemberdayaan

kesejahteraan

keluarga

(PKK)

merupakan

organisasi (wadah) pemerintah yang digunakan untuk mewujudkan


keluarga masyarakat yang sejahtera dan mandiri. PKK itu sendiri berada
pada tingkatan pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan
dimana pada tingkatan kelurahan biasanya akan dipegang oleh
kepengurusan RW/RT.
Gerakan PKK merupakan Gerakan Nasional dalam pembangunan
masyarakat yang tumbuh dari bawah, yang pengelolaannya dari, oleh dan
untuk masyarakat.
Pemberdayaan Keluarga meliputi segala upaya Bimbingan,
Pembinaan dan Pemberdayaan agar keluarga dapat hidup sejahtera, maju
dan mandiri.
Tim Penggerak PKK adalah Mitra Kerja Pemerintah dan
Organisasi Kemasyarakatan, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana,
pelaksana, pengendali dan penggerak pada masing masing jenjang demi
terlaksananya program PKK.
Tim Penggerak PKK adalah warga masyarakat, baik laki laki
maupun perempuan, perorangan, bersifat sukarela, tidak mewakili
organisasi, golongan, parpol., lembaga, atau instansi, dan berfungsi
sebagai perencana, pelaksana, dan pengendali gerakan PKK.
Tujuan Gerakan PKK adalah memberdayakan keluarga untuk
Meningkatkan kesejahteraan lahir bathin menuju terwujudnya keluarga
yang :

Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,


Berakhlak mulia dan berbudi luhur,
Sehat sejahtera,
Maju mandiri,
Kesetaraan dan keadilan gender,

Serta kesadaran hukum dan lingkungan


Sasaran Gerakan PKK adalah Seluruh Anggota Keluarga yang
masih

perlu

ditingkatkan

dan

dikembangkan

kemampuan

dan

kepribadiannya dalam bidang :


a) Mental spiritual, meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba

Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara yang dinamis serta


bermanfaat, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b) Fisik material, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, kesempatan

kerja yang layak serta lingkungan hidup yang sehat dan lestari melalui
peningkatan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga Berkualitas menurut definisi versi baru BKKBN, ialah keluarga
yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuannya menyiapkan keluarga, penduduk, masyarakat yang maju,
mandiri dan berketahanan agar mampu bersaing dengan bangsa-bangsa
lain di dunia. Orientasinya tidak lagi sekadar pendekatan demografis,
demikian Imam Hariyadi.
Gerakan Pembangunan Kesehatan Keluarga Berkualitas
1. Keluarga Berencana (KB)
2. Posyandu
3. PKK
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang Program Pembangunan Keluarga Berkualitas.
Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik
lagi, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/berkas:BKKBN.html
http://www.gemari.or.id/artikel/listartikel/gerakan-keluargaberkualitas.html

Anda mungkin juga menyukai