5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budayamasingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan danperbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akanterganggu.
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
2.1.7Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadapkeberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengankesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atauberadaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhankeperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya klien.
2.2 Tinjauan Medis
2.2.1 Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme,dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).
Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh.
Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi
peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi virus/bakteri.Proses dan bentuk terparah akibat kekurangan gizi yang telah
menahun dan berlangsung lama (www.VHRmedia.com).
Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidakseimbangan
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang
berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai
dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun.
Menurut ahli gizi dari IPB, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar acuan status gizi
balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara klasifikasinya
adalah normal, underweight (kurus), dan gemuk.
Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik disebut
stunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHONCHS (National Center for Health Statistics).
Menurut Prof. Ali, untuk membedakan balita kurang gizi dan gizi buruk dapat
dilakukan dengan cara berikut. Gizi kurang adalah bila berat badan menurut umur
yang dihitung menurut Skor Z nilainya kurang dari -2, dan gizi buruk bila Skor Z
kurang dari -3. Artinya gizi buruk kondisinya lebih parah daripada gizi kurang.
Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan (pirang),
perut kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema (bengkak) atau
monkey face (keriput), anak cengeng, kurang responsif. Bila kurang gizi berlangsung
lama akan berpengaruh pada kecerdasannya.
Status gizi pada balita dapat diketahui dngan cara mencocokkan umur anak (dalam
bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat badannya kurang,
maka status gizinya kurang.
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi yang
kurang. Kekurangan gizi ini secara umum menyebabkan gangguan pada
Pertumbuhan
Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada digunakan sebagai
zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan rambut menjadi rontok
Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak kekurangan
tenaga untuk bergerak dan melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, dan merasa
lemas
Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang infeksi
seperti batuk, pilek dan diare
Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada anak adapt berpengaruh terhadap perkembangan mental.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen seperti
perkembangan IQ dan motorik yang terhambat
Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak tenang,
cengeng dan apatis.
2.2.2 Etiologi
Penyebab dari gizi kurang antara lain : kebiasaan makan dimana makanan yang
dikonsumsi kurang mengandung kalori dan protein. Faktor social budaya dapat juga
menjadi factor penyebab gizi buruk dimana adanya pantangan mengkonsumsi
makanan tertentu, seperti anak tidak boleh makan ikan karena takut kecacingan.
Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gizi kurang adalah penyakit metabolic,
infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lain.
Dapat juga dibedakan menjadipenyebab langsung dan penyebab tidak langsung :
Penyebab langsung
(1)
Asupan makanan yang kurang bisa berasal dari ketidakcukupan anak mendapatkan
makanan bergizi seimbang dan pola makan yang salah. Makanan bergizi pada anak
tidak hanya mengandung karbohidrat dan protein saja, tetapi harus diimbangi
dengan zat-zat lain seperti lemak, vitamin (A, D, E, K, C, B1, B2, B5, B12), asam
folat, mineral (kalium, natrium, iodium, magnesium,fosfor, dan lainnya). Jika
kebutuhan akan zat-zat tersebut kurang atau bahkan tidak terpenuhi, maka anak
akan kekurangan gizi. Selain itu ditunjang dengan pola makan yang salah. Misalnya
pada anak yang diasuh oleh neneknya yang masih memiliki kebiasaan turun
temurun. Bayi yang baru lahir beberapa bulan sudah diberi makanan tambahan
seperti pisang, nasi lumat, atau bahkan ada kebudayaan yang tidak
memperbolehkan anak mengkonsumsi daging, telur, santan, dan lainnya. Hal ini
dapat menghilangkan kesempatan anak memperoleh zat gizi dari lemak dan
protein.
(2)
Penyakit infeksi yang sedang diderita oleh anak menjadi penyebab terpenting
kedua dari kejadian gizi buruk. Apalagi di negara terbelakang dan sedang
berkembang seperti Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan masih kurang
serta ancaman endemitas penyakit tertentu khususnya penyakit infeksi seperti
diare, TBC, campak, gastroenteritis. Ada keterkaitan antara penyakit infeksi dengan
gizi buruk, yaitu kondisi infeksi kronik akan menyebabkan gizi buruk, dan kondisi
malnutrisi sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan tubuh
sehingga anak mudah terkena penyakit infeksi.
Penyebab tidak langsung
(1)
keluarga akan kekurangan makanan. Terlebih lagi jika di dalam keluarga terdapat
anak balita yang sangat membutuhkan makanan bergizi seimbang yang
mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk proses tumbuh kembang anak.
(2)
Perawatan pada anak juga mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Jika seorang anak
dirawat oleh kedua orang tuanya dengan penuh kasih sayang dan kebutuhannya
tercukupi baik secara fisik maupun psikologis, maka anak tersebut dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan usianya. Anak akan tampak sehat dan terhindar
dari kurang gizi atau bahkan gizi buruk. Selain itu perawatan pada ibu sejak hamil
juga mempengaruhi perkembangan bayi dalam kandungannya. Jika seorang ibu
tidak memperhatikan pemenuhan gizi selama hamil dan setelah melahirkan, maka
akan berdampak buruk bagi anaknya. Ibu yang mengkonsumsi makanan bergizi 4
sehat 5 sempurna akan dapat menghindari kejadian gizi buruk pada anaknya kelak.
Selain itu pemberian ASI secara eksklusif juga memberikan kontribusi yang baik
untuk mendukung tumbuh kembang anak.
(3)
Kejadian gizi buruk pada suatu wilayah akan cepat diketahui jika terdapat
pelayanan kesehatan yang memadahi seperti posyandu dan puskesmas. Tetapi jika
pelayanan kesehatan tersebut tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya,
maka balita yang terkena gizi buruk tidak dapat dideteksi secara cepat, atau
bahkan angka kejadian gizi buruk akan semakin meningkat jika tidak segera
mendapatkan penanganan.
(4)
Faktor ekonomi
Etiologi :
Patofisiologi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
(Soegianto, 2007):
1. Penilaian status gizi secara langsung
Antropometri Gizi:
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Ada 2 tipe pengukuran antropometri yang digunakan untuk penilaian status gizi
(Gibson, 1990):
Penilaian antropometri pertumbuhan
Pengukuran antropometri pertumbuhan yang secara luas digunakan adalah
pengukuran tinggi badan (TB), berat badan (BB).
Pengukuran pertumbuhan:
Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran panjang badan waktu terlentang
Pengukuran tinggi badan
Pengukuran tinggi lutut
Berat badan bayi dan anak kurang dari 2 tahun
Lebar sikut
Indeks yang dihubungkan dengan pengukuran pertumbuhan:
Lingkar kepala terhadap umur
Berat badan (BB) terhadap umur (U)
Berat badan (BB) terhadap tinggi badan (TB)
Tinggi badan (TB) terhadap umur (U)
Penilaian antropometri komposisi tubuh
Sebagian besar metode antropometri untuk menilai komposisi tubuh didasarkan
pada model dimana tubuh terdiri dari susunan kimia: massa lemak dan massa
bebas lemak.
Pengukuran massa lemak:
Mengukur ketebalan lipatan kulit
Mengukur tunggal lipatan kulit
Pengukuran Multiple Skinfold
Rasio lingkar pinggang pinggul
Area lemak anggota badan
Kalkulasi lemak tubuh dari pengukuran lipatan kulit dengan kepadatan tubuh
Test Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh (darah,
urine, tinja, hati, dan otak). Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode penilaian gizi yang didasarkan pada perubahanperubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, rambut, dan mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi dengan melakukan pemeriksaan
fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
Pemeriksaan Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan malihat perubahan struktur
dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja epidemik, cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
a. Survey konsumsi makanan
Survey konsumsi makanan merupakan metode penentuan status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisa data
beberapa statistik kesehatan, seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.
3. Pemantauan Pertumbuhan Anak Dengan KMS (Kartu Menuju Sehat)
Kartu Menuju Sehat atau KMS merupakan metode untuk mengetahui pertumbuhan
berat badan anak mulai lahir sampai usia lima tahun.
Ketentuan KMS:
Garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka-angka yang dihitung dari 70
% median baku WHO-NCHS
Dua pita kuning diatas garis merah terbentuk masing-masing dengan batas atas 75
% 80 % median baku WHO-NCHS
Dua pita warna hijau muda diatas pita kuning dibentuk dengan batas atas 85 % 90
% median baku WHO-NCHS
Dua pita warna hijau tua diatasnya dibentuk masing-masing dengan batas atas 95
% 100 %
Dua pita warna hijau muda dan kuning paling atas yang masing-masing pita bernilai
5 % dari baku median adalah daerah dimana anak balita sudah memiliki kelebihan
berat badan
Interpretasi pertumbuhan balita dengan KMS:
Pertumbuhan disebut baik: bila berat badan bulan ini bertambah dibandingkan
berat badan bulan lalu dan grafik berat badan di KMS tetap pada pita warna yang
sama atau berpindah ke pita warna yang lebih atas.
Pertumbuhan tidak baik:
Bila berat badan bulan ini bertambah tetapi grafik di KMS berpindah ke pita yang
lebih rendah
Bila berat badan bulan ini dibandingkan bulan lalu sama nilainya (tetap) atau lebih
rendah (berkurang)
2.2.5Penatalaksanaan
Ada berbagai macam cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk antara lain
(Pudjiadi, 2000):
Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi
lebih banyak, dan sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.
Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energi.
Memperbaiki infrastruktur pemasaran. Infrastruktur pemasaran yang tidak baik
akan berpengaruh negatif terhadap harga maupun kualitas bahan makanan.
Subsidi harga bahan makanan. Intervensi demikian bertujuan untuk membantu
mereka yang sangat terbatas penghasilannya
Pemberian makanan suplementer melalui puskesmas
Memberikan pendidikan gizi
Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan:
Pemeriksaan kesehatan di Puskesmas, Posyandu pada waktu-waktu tertentu
b.Melakukan imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi
Memperbaiki hygieni lingkungan dengan menyediakan air minum, tempat
membuang air besar (WC)
Mendidik masyarakat untuk membuang air besar di tempat yang telah disediakan,
membersihkan badan, memasak air minum, membersihkan rumah
Menganjurkan kepada masyarakat untuk mengunjungi puskesmas secepatnya jika
kesehatan mulai terganggu
Menganjurkan untuk mengikuti program KB (Keluarga Berencana)
Makanan /minuman dengan biologic tinggi gizi kalori / protein. Pemberian secara
bertahap dari bentuk dan jumlah mula mula cair (seperti susu) lunak(bubur) biasa
( nasi lembek).
- Prinsif pemberian nutrisi
1. Porsi kecil,sering,rendah serat, rendah laktosa
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Rencana :
1) Beri asupan makanan/minuman tinggi kalori/protein
2) Timbang berat badan klien tiap hari
3) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat/vitamin/nutrisi
4) Observasi pengawasan pemberian cairan
Kerusakan integritas kulit b.d perubahan nutrisi, dehidrasi
Tujuan: Integritas kulit kembali normal.
Kriteria hasil:
Gatal hilang/berkurang.
Kulit kembali halus, kenyal dan utuh.
Rencana:
Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.
Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan
kulit anak tetap kering.
Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.
3. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan
kebutuhan nutrisi
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah.
Kriteria hasil:
Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan.
Dapat mengulangi isi penyuluhan.
Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah.
Rencana:
Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
Jelaskan tentang:
-
Penyebab penyakit.
Jelaskan tentang:
-
mengandung protein.
Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.
Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari
rumah sakit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MODEL TRANSCULTURAL IN NURSING
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada model transcultural in nursing meliputi :
Faktor Tekhnologi ( Technological Factors )
Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini : ibu klien jarang memeriksakan anaknya, saat
anaknya terdapat tanda dan gejala gizi buruk yang dilakukan terlebih dahulu yaitu
membawa anaknya ke dukun, setelah anaknya sakit parah baru ibunya membawa
anaknya ke PUSKESMAS
Alasan mencari bantuan kesehatan : untuk memperoleh kesembuhan anaknya
Persepsi sehat sakit : Ibu beranggapan bahwa keadaan anaknya yang seperti itu
bukan termasuk penyakit meskipun tanda tanda dan gejala yang ada telah
menunjukkan kalau anaknya mengalami gizi buruk, diantaranya anaknya tidak mau
makan, satu porsi makan tidak habis, terdapat hepatomegali, perut buncit, anak
juga tampak sangat kurus sekali.
Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan : Kalalu anaknya sakit diberi
obat atau ramuan jamu-jamuan seadanya tanpa segera dibawa ke petugas
kesehatan.
Faktor Agama dan Falsafah Hidup ( Religious and Phylosophical Factors )
Agama yang dianut : Islam
Kebiasaan menabung dan jumlahnya dalam sebulan : Faktor Pendidikan ( Educational Factors )
Latar belakang pendidikan klien, meliputi : Belum Bersekolah
Tingkat pendidikan klien :
Tingkat pendidikan keluarga : Sekolah Menengah Pertama
Jenis pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
Kemampuan klien belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehinggatidak terulang kembali : Orang Tua tidak mengizinkan anaknya untuk
bermain hujan-hujan.
Pemeriksaan fisik pada balita gizi buruk
a)
Inspeksi
Do :
-
Anaknya rewel
Perut buncit
Hepatomegali
Ds:
Ibu px mengatakan bahwa sakit anaknya dikarenakan karena kemasukan roh
halus
Do :
-
Do :
-
Anaknya rewel
Perut buncit
Hepatomegali
Ttd
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan input yang kurang
bergizi ditandai dengan
Ds :
-
Do :
-
Anaknya rewel
Perut buncit
Hepatomegali
Kalalu anaknya sakit diberi obat atau ramuan jamu-jamuan seadanya tanpa
segera dibawa ke petugas kesehatan.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan disorientasi sosial yang ditandai
dengan
Ds:
Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa takut kalau didatangi oleh
perawat
Do :
-
BB, TB seimbang
Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,
Philadelphia, JB Lippincot Company
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis and
Application, USA, Appleton & Lange
Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc
Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya, Jakarta, UI Press
Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section One
Understanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing Care
Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing