Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia.


Namun, sumber daya air telah mengalami penurunan. Salah satu
badan air yang merupakan kekayaan sumber daya air adalah waduk
pluit.

Waduk

pluit

merupakan

pembendungan sungai yang

bertujuan

kolam

penyimpan

atau

untuk

menyimpan air

dan

menjadi sumber air baku dengan mengirim bahan air baku dari
instalasi pengolahan air melalui pipa-pipa air untuk masyarakat. Tetapi,
masyarakat sekitar masih menjadikan waduk pluit sebagai tempat
pembuangan limbah, baik padat maupun cair, sebagai hasil dari
kegiatan rumah tangga, industri, perkantoran, perbengkelan, dan
usaha-usaha lainnya. Dengan adanya pembuangan berbagai jenis
limbah dan sampah yang mengandung beraneka ragam jenis bahan
pencemar ke badan-badan perairan, baik yang dapat terurai maupun
yang tidak dapat terurai, akan menyebabkan semakin banyak
komponen-komponen yang terdapat dalam air waduk tersebut. Jika
komponen yang terkandung dalam air waduk tersebut melampaui
ambang batas yang ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka waduk
tersebut dikatakan tercemar, baik secara fisika, kimia, maupun biologi.

Air baku yang diambil dari waduk dan diolah untuk dijadikan air
bersih dalam instalasi pengolahan air belum sepenuhnya memenuhi
kriteria air bersih maka perlu dilakukan pengujian setiap parameternya.
Salah satu parameter kimia kualitas air baku adalah Chemical Oxygen
Demand (COD).

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen


yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang
terkandung dalam air. Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja
diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium

bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat,
sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah terurai
maupun yang komplek dan sulit terurai akan teroksidasi. Dengan
demikian, nilai COD memberikan gambaran besarnya bahan organik
yang sulit terurai yang ada dan jumlah total bahan organik yang ada di
perairan.

Pengujian COD juga menggunakan waktu reaksi dengan


batasan waktu yang ditentukan karena waktu reaksi mempengaruhi
penguraian bahan organik semakin cepat waktu yang digunakan maka
semakin sedikit bahan organik yang terurai sehingga nilai COD nya
kecil.

Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 menetapkan baku mutu


kualitas air tidak hanya COD (parameter kimia) saja namun ada
beberapa parameter lain seperti parameter fisika salah satunya TDS.
TDS adalah parameter yang mengukur banyaknya zat padat terlarut
dalam air baku dengan satuan mg/L. Didalam zat padat terlarut juga
terdapat bahan organik, bahan organik yang terkandung akan
mempengaruhi nilai COD. Semakin tinggi konsentrasi TDS maka
semakin

banyak

bahan

organik

yang

diurai

sehingga

dapat

menghasilkan nilai COD yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas,


rumusan masalah yang dihadapi yaitu:

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi TDS terhadap nilai COD


dalam air baku waduk pluit?
2. Bagaimana pengaruh waktu reaksi terhadap nilai COD dalam air
baku waduk pluit?

1.3 Tujuan PKL

Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui apakah konsentrasi TDS air baku waduk
dan waktu reaksi berpengaruh terhadap nilai COD
Tujuan Umum:
a. Mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga praktis yang
kreatif, terampil dan jujur dalam melaksanakan tugas dan
tanggung-jawabnya.
b. Mengembangkan mental dan budaya kerja di Industri atau
Instansi yang bersangkutan.
c. Dapat menerapkan bidang keilmuan yang didapat di bangku
kuliah kedalam dunia kerja secara nyata.
d. Melakukan observasi dan praktek lapang sehingga dapat
berpikir kritis dan berwawasan luas mengenai aplikasi di
lapangan.
e. Memperoleh pengalaman kerja sebelum terjun langsung
dalam

dunia

kerja

baik

Industri

maupun

Instansi

Pemerintahan.

1.4 Ruang Lingkup PKL

Analisa yang dilakukan di Laboratorium PAM JAYA


sumber sampel berasal dari salah satu Instalasi Pengolahan Air
yang dimiliki oleh PAM JAYA dengan parameter pengujian kimia
yaitu COD, TDS, dan waktu reaksi.

1.5 Manfaat PKL


1.5.1 Bagi Mahasiswa

a.

Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa


perkuliahan.

b.

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan terkait


dunia kerja sebelum terjun langsung dalam dunia kerja baik di
Industri maupun Instansi Pemerintahan.

c.

Melatih mahasiswa untuk bekerja dengan lingkungan Industri


atau Instansi terkait, sekaligus berlatih menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan kerja.

d.

Memperdalam dan meningkatkkan kualitas, keterampilan dan


kreativitas.

e.

Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi situasi


dan kondisi lingkungan kerja.

f.

Mengukur kemampuan mahasiswa dalam bersosialisasi dan


bekerja dalam suatu Industri atau Instansi Pemerintahan.

g.

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman sebagai


generasi terdidik untuk terjun dalam masyarakat terutama di
lingkungan kerja.

1.5.2 Bagi Akademik

a.

Mencetak tenaga kerja yang terampil dan jujur dalam


menjalankan tugas.

b.

Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh


mana kurikulum yang telah diterapkan sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja yang terampil di bidangnya.

c.

Untuk menjalin kerja sama antara AKA Caraka Nusantara


dengan perusahaan tempat mahasiswa melakukan PKL.

1.5.3 Bagi Industri

Industri dapat mengetahui bahwa konsentrasi TDS dan waktu


reaksi berpengaruh terhadap nilai COD yang diuji.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
2.1.1 Definisi Air

Air adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air
menutupi hampir 71% permukaan bumi. Saat ini kualitas air minum di
kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan
penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber
daya

air

sangat

berpengaruh

pada

kualitas

air.

Gubernur

mengeluarkan standar dan syarat yaitu menurut SK. Gub DKI Jakarta
No: 582 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Mutu
Limbah Cair untuk Wilayah DKI Jakarta untuk ketetuan air baku yang
akan diolah sebagai air bersih dan air minum.
Syarat air minum sesuai Permenkes yaitu harus bebas dari
bahan-bahan anorganik dan organik. Dengan kata lain kualitas air
minum harus bebas bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya dan
lain sebagainya. Parameter kualitas air minum yang berhubungan
langsung dengan kesehatan sesuai Permenkes tersebut adalah
berhubungan dengan mikrobiologi, seperti bakteri Echerichia Coli dan
total koliform. Yang berhubungan dengan kimia organik berupa
arsenik, flourida, kromium, kadmium, nitrit, sianida dan selenium.
Sedangkan parameter yang tidak langsung berhubungan dengan
kesehatan, antara lain berupa bau, warna, jumlah zat padat terlarut
(TDS), kekeruhan, rasa, dan suhu. Untuk parameter kimiawi berupa
aluminium, besi, khlorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, sisa
klor, COD dan ammonia.
Air merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan
sumberdaya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan
mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu
5

pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar


peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005).
Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum
sebanyak 2,5 - 3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam
makanan. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap
air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di
permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan
sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air.
Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur sumber daya
air sejak tahun 2004, yakni Undang Undang nomor 7 tahun 2004
tentang Sumber Daya Air (Suripin, 2002).
2.1.2 Jenis-jenis Air
Air Baku
Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses
dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Sekarang apa yang
disebut dengan air baku. Berdasarkan SNI 6773:2008 tentang
Spesifikasi unit paket Instalasi pengolahan air dan SNI 6774:2008
tentang Tata cara perencanaan unit paket instalasi pengolahan air
pada bagian Istilah dan Definisi yang disebut dengan Air Baku adalah :
Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah atau
air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum

sumber air baku bisa berasal dari sungai,

waduk, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan
cara membendung air buangan atau air laut.

Dalam jumlah yang kecil, air bawah tanah, termasuk air yang
dikumpulkan dengan cara rembesan, bisa dipertimbangkan sebagai
sebuah sumber air. Kualitas air bawah tanah secara umum sangat baik
bagi air permukaan (Effendi, 2003).

Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu
sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya
dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit
dilakukan (Effendi, 2003).
Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai
peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan
dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga
(domestik) maupun untuk kepentingan industri. Berikut ini adalah jenisjenis air tanah:
a. Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari
permukaan tanah serta berada di atas berada di ats lapisan
kedap air / impermeable
b. Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta
berada di antara lapisan air

2.1.3 Sifat-Sifat Air


Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O satu
molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara
kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100
kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0C). Zat kimia ini merupakan
suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula,
asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik
(Effendi, 2003).

Tabel 1. Sifat-sifat Air


Nama sistematis Air

Nama alternative

aqua,

dihidrogen

hidrogen hidroksida

Rumus molekul

H2O

Massa molar

18.0153 g/mol

Densitas dan fase

monoksida,

0.998 g/cm (cariran pada 20C)


0.92 g/cm (padatan)

Titik lebur

0C (273.15 K) (32F)

Titik didih

100C (373.15 K) (212F)

Kalor jenis

4184 J/(kgK) (cairan pada 20C)

2.2 COD

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang


diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung
dalam air. Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara
kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada
kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga
segala macam bahan organik, baik yang mudah terurai maupun yang
komplek dan sulit terurai akan teroksidasi. Dengan demikian, nilai COD
memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit terurai yang
ada di perairan dan menggambarkan jumlah total bahan organik yang
ada. COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan
buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi
(Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991).

Jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zatzat organic yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi
K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi
gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion krom. Reaksinya sebagai
berikut: (G. Alaerts dan SS Santika, 1994).
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+

2.3 TDS

TDS (Total Dissolved Solid) adalah jumlah banyaknya zat terlarut


yang terdapat dalam air. TDS terdapat di dalam air sebagai hasil reaksi
dari zat padat, cair, dan gas di dalam air yang dapat berupa senyawa
organik maupun anorganik. TDS tidak diinginkan dalam badan air
karena dapat menimbulkan warna, rasa, dan bau yang tidak sedap,
mempengaruhi kekeruhan air dan mengurangi nilai guna perairan.
Beberapa senyawa kimia pembentuk TDS bersifat racun dan
merupakan senyawa organik bersifat karsinogenik (Fardiaz, 1992).

2.4 Waktu Reaksi

Laju menyatakan seberapa cepat atau seberapa lambat suatu


proses berlangsung. Laju juga menyatakan besarnya perubahan yang
terjadi dalam satu satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa detik,
menit, jam, hari atau tahun.
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi
produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi maka jumlah zat
pereaksi semakin sedikit sedangkan produk semakin banyak. Laju
reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju
terbentuknya produk.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi:
1. Konsentrasi Pereaksi
Konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting dalam laju
reaksi, sebab semakin besar konsentrasi pereaksi, maka tumbukan
yang terjadi semakin banyak, sehingga menyebabkan laju reaksi

10

semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil konsentrasi


pereaksi, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel,
sehingga laju reaksi pun semakin kecil.
2. Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apa
bila suhu pada suatu reaksi yang berlangusng dinaikkan, maka
menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan
yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar.
Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif,
sehingga laju reaksi semakin kecil.
3. Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas.
Kelajuan

dari

Penambahan

pereaksi

seperti

itu

tekanan

dengan

juga

dipengaruhi

memperkecil

tekanan.

volume

akan

memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju


reaksi.
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia
pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh
reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan
sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi
berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih
rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
rendah.

Katalis

mengurangi

energi

berlangsungnya reaksi (Anon, 2015).

yang

dibutuhkan

untuk

11

2.5 Waduk
2.5.1 Definisi Waduk
Waduk menurut

pengertian

umum

adalah

tempat

pada

permukaan tanah yang digunakan untuk menampung air saat terjadi


kelebihan air / musim penghujan sehingga air itu dapat dimanfaatkan
pada musim kering. Sumber air waduk terutama berasal dari aliran
permukaan ditambah dengan air hujan langsung. Waduk dapat
dimanfaatkan antara lain sebagai berikut:

1.

Irigasi

2.

PLTA

3.

Penyediaan Air Baku

Berdasarkan fungsinya, waduk diklasifikasikan menjadi dua


jenis yaitu:

1.

Waduk eka guna (single purpose)


Waduk eka guna adalah waduk yang dioperasikan untuk
memenuhi satu kebutuhan saja, misalnya untuk kebutuhan air
irigasi, air baku atau PLTA. Pengoperasian waduk eka guna
lebih

mudah

dibandingkan

dengan

waduk

multi

guna

dikarenakan tidak adanya konflik kepentingan di dalam. Pada


waduk

eka

guna

pengoperasian

yang

dilakukan

hanya

mempertimbangkan pemenuhan satu kebutuhan.


2.

Waduk multi guna (multi purpose)


Waduk multi guna adalah waduk yang berfungsi untuk
memenuhi

berbagai

kebutuhan,

misalnya

waduk

untuk

memenuhi kebutuhan air, irigasi, air baku dan PLTA. Kombinasi


dari

berbagai

kebutuhan

ini

dimaksudkan

untuk

dapat

mengoptimalkan fungsi waduk dan meningkatkan kelayakan


pembangunan suatu waduk.

12

2.5.2 Waduk Pluit

Waduk pluit merupakan waduk yang digunakan untuk


menyediakan pakan air baku instalasi pengolahan air yang
mengirim air minum melalui pipa-pipa air. Waduk tidak hanya
menahan air sampai tingkat yang dibutuhkan, waduk juga dapat
menjadi bagian pertama dalam proses pengolahan air. Waktu
ketika air ditahan sebelum dikeluarkan dikenal sebagai waktu
retensi.

Ini

merupakan

salah

satu

fitur

desain

yang

memudahkan partikel dan endapan lumpur untuk mengendap


(Anon, 2015).

2.6 Instrumentasi
2.6.1 Spektrofotometer

Spektrofotometer merupakan
mengukur absorbansi dengan

cara

alat

yang

melewatkan

digunakan
cahaya

untuk
dengan

panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang
disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan
sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan
akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Spektrometer

menghasilkan

sinar

dari

spektrum

dengan

panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur


intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang.

Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah


panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini
diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah
optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang
diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang

13

mempunyai

spesifikasi

melewatkan

trayek

panjang

gelombang

tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang


gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek
panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh
dengan

bantuan

alat

pengurai

cahaya

seperti

prisma.

Suatu

spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang


kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau
blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara
sampel dan blanko ataupun pembanding (Besak. W, 2011).

Prinsip
(monokromatik

kerja
maupun

spektrofotometer
campuran) jatuh

adalah
pada

bila

cahaya

suatu

medium

homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian


diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar
dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena
memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel (Besak. W, 2011).
2.6.1.1

Jenis-jenis Spektrofotometer

Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri

ini

merupakan

gabungan

antara

spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber


cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya
satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang
dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UVVis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan
metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga
untuk sample tak berwarna (Besak. W, 2011).

2.6.1.2

Bagian-bagian Spektrofotometer

Didalam sebuah spektrofotometer berdasarkan banyaknya


sumber
cahaya
terbagi
menjadi
single
beam dan double

14

beam spektrofotometer UV-Vis. Namun, Pada Spektrofotometer DR


5000 menggunakan single beam.
Prinsip kerja dari single-beam spektrofotometer UV-Vis diawali
dengan adanya pemisahan berkas cahaya sumber oleh diffraction
grating. Kemudian berkas cahaya tersebut diseleksi oleh kisi agar
didapatkan intensitas tertentu. Kemudian berkas cahaya ini akan
diserap oleh kuvet sampel kemudian dideteksi oleh detektor. Sebelum
dilakukan pengukuran terhadap larutan uji, terlebih dahulu diujikan
kuvet sampel yang berisi pelarut dari larutan uji.

Pada pengujian ini akan didapatkan I0 yang merupakan


intensitas cahaya yang melewati kuvet pelarut. Kemudian dengan
proses yang sama dilakukan pengujian terhadap larutan uji dan akan
didapatkan I yang merupakan intensitas cahaya yang melewati larutan
uji. Kedua proses ini kemudian dibandingkan (Besak W, 2011).
Berikut adalah gambar skematik single beam UV-Vis spektrofotometer:

Gambar 1. Skematik single-beam UV-Vis spektrofotometer

Spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu:

a) Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki
pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi

15

cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan


inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut
terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu
pijar biasa, daerah panjang gelombang (l) adalah 350 2200
nanometer (nm).
b) Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan
cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang
tertentu (monokromatis) yang bebeda (terdispersi).
c) Kuvet
Kuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai
tempat contoh atau cuplikan yang akan dianalisis. Kuvet biasanya
terbuat dari kwars, plexigalass, kaca, plastik dengan bentuk tabung,
persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada pengukuran di daerah
UV dipakai kuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan kuvet dari kaca
tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua
macam kuvet dapat dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak
(visible).
d) Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah
cahaya menjadi sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh
penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau angka digital (Besak.
W, 2011).

2.6.1.3

Hukum Lambert-Beer

a) Hukum Lambert (1760)


Menyelidiki hubungan antara lo dan lt terhadap tebal dan
memberikan suatu hukum yang berbunyi: Bila suatu cahaya
monokromatik melalui suatu media yang transparan maka bertambah
turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan tebal
media (t) (Besak, W., 2011).

16

b) Hukum Beer (1852)


Menyelidiki hubungan antara lo dan lt terhadap kepekatan media
(c) dan memberikan suatu hukum yang berbunyi: Bila suatu cahaya
monokromatik melalui suatu media yang transparan maka bertambah
turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan
kepekatannya (c) (Besak, W., 2011).
c) Gabungan Hukum Lambert-Beer
Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan
cahaya yang hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan
dengan hukum Lambert-Beer, berbunyi: Jumlah radiasi cahaya
tampak (ultraviolet, inframerah, dan sebagainya) yang diserap atau
ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen
dari konsentrasi zat dan tebal larutan (Besak, W., 2011).
Berdasarkan hukum Lambert-beer, rumus yang digunakan untuk
menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan: (Besak, W., 2011).

atau % =

100%

Dan absorbansi dinyatakan dengan rumus:


A = log

Dimana:
lo merupakan intensitas cahaya dating
lt atau l1 adalah intensitas cahaya setelah melewati sampel.
Rumus yang diturunkan dari hukum Beer dapat dituliskan sebagai:
A = a . b . c atau A = . b . c

17

Dimana:
A

= Absorbansi

b atau l = Tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1


cm)
c

= Konsentrasi larutan yang diukur

= Tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang

diukur dalam molar)


a

= Tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur

dalam ppm)

2.6.2 TDS Meter

TDS Meter adalah Alat untuk mengukur partikel padatan terlarut


di air minum yang tidak tampak oleh mata. TDS adalah singkatan dari
Total Dissolved Solids. Setiap air minum selalu mengandung partikel
yang terlarut yang tidak tampak oleh mata, bisa berupa partikel
padatan (seperti kandungan logam misal: Besi, Aluminium, Tembaga,
Mangan dll) maupun partikel non padatan seperti mikro organisme dll.

Larangan penggunaan Alat pengukur TDS:


TDS Meter ini tidak boleh digunakan untuk mengukur cairan sebagai
berikut:
1.

Air

panas

dengan

suhu

melebihi

suhu

kamar

karena

pengukuran menjadi tidak presisi


2.

Air Es / air dingin dengan suhu dibawah suhu kamar karena


pengukuran menjadi tidak presisi

3.

Air Payau atau air laut atau air garam karena pembacaan
menjadi error, untuk pengukuran air laut ada alat khusus
tersendiri

18

4.

Air Accu, alkohol atau spirtus dll

5.

Jenis air atau cairan lainnya yang tidak masuk dalam range
pengukuran dari spesifikasi alat ini

Berikut adalah kegunaan TDS meter:


Cara mengukur kualitas air, cara mengukur kualitas air minum,
cara mengukur kualitas air reserver osmosis (RO), cara mengukur
kualitas air ultraviolet, cara mengukur kualitas air ozon, pengukur
padatan air minum, pengukur padatan terlarut, pengukur kemurnian
air.
Sampai saat ini ada dua metoda yang dapat digunakan untuk
mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua metoda pengukuran
TDS (Total Dissolve Solid) tersebut adalah:
1. Gravimetry
2. Electrical Conductivity
EC (Electrical Conductivity) atau konduktansi adalah ukuran
kemampuan

suatu

bahan

untuk

menghantarkan

arus

listrik.

Konduktansi merupakan kebalikan (invers) dari resistansi (Anon,


2015).
2.6.3 Reaktor COD

Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu


reaksi

berlangsung,

baik

itu reaksi

kimia atau nuklir dan

bukan

secara fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan berubah kebentuk bahan lainnya, perubahannya ada yang terjadi secara spontan
alias

terjadi

dengan

sendirinya

atau

bisa

juga

butuh

bantuan energi seperti panas (contoh energi yang paling umum).


Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kimia, jadi terjadi
perubahan bahan bukan fase misalnya dari air menjadi uap yang
merupakan reaksi fisika.

19

Secara umum seperangkat COD meter dibagi menjadi 3 bagian:

a. Tubetest Heater
Tubetest heater dirancang untuk pemanas / memberikan kondisi
digest dan refluks yang diperlukan untuk uji COD dengan suhu 150oC
di tubetest COD. Tubetest heater terdiri dari ruang kosong dan kering
yang dikontrol secara elektronik memanas aluminium blok tabung
reaksi

dan

memiliki

layar

keselamatan

terpisahkan.

Untuk

penggunaannya kita tinggal mengatur pada layar digital 150 C. Suhu


tidak bisa lebih tinggi lagi karena dapat menyebabkan build-up di
tabung COD.

b. COD tubetest
COD tubetest merupakan tabung khusus yang digunakan untuk
proses refluks tertutup pada sampel yang akan diukur COD nya.
COD tubetest tersedia di pasaran dalam kemampuan yang berbedabeda tergantung pada berbagai uji yang diperlukan:
1. COD/150/M-C (PL 481) untuk sampel 0-150 mg/l O2
2. COD/1500/M-C (PL484) untuk sampel 20-1500 mg/lO2
3. COD/15000/M-C (PL 486) untuk sampel 200-15000 mg/l O2

Reagen uji COD bersifat ringan dan sensitif. Simpan tabung dalam
wadah asli dan kotak harus tertutup saat tidak digunakan. Simpan
dalam lemari es untuk penyimpanan maksimum. Periksa tabung
sebelum digunakan dan jangan digunakan jika terjadi perubahan
warna.

c. COD meter
COD meter merupakan alat ukur yang memiliki prinsip kerja
sama dengan spektrometer UV-Vis namun hanya dapat mengukur
pada dua panjang gelombang saja yaitu 420 dan 620 nm (Anon, 2015).

20

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksidan


Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg
O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa organik dalam contoh uji
dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup menghasilkan Cr(3+).
Dalam hasil ini ion kromium dirubah dari heksavalen (VI) menjadi
trivalen (III). Kedua jenis kromium ini berwarna dan mengabsorbsi
spectrum di daerah visibel. Jumlah oksidan yang dibutuhkan
dinyatakan

dalam

ekuivalen

oksigen

(O2 mg/L)

diukur

secara

spektrofotometri Uv-Vis. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang


gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang

600

nm.

Untuk

pengukuran

nilai

COD

dengan

menggunakan Spektrofotometer tipe DR 5000 dengan panjang


gelombang yang digunakan adalah 620 nm.

3.2 Tempat dan Waktu penelitian


3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai 2 Maret 2015 30 April 2015.

3.2.2

Tempat Penelitian

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium PAM JAYA, Jl.


Pejompongan Raya No.2 Jakarta Pusat.

20

21

3.3 Tabel Jadwal Kegiatan

Tabel 2. Tabel Jadwal Kegiatan PKL


Bulan Ke1

Kegiatan PKL

Minggu Ke1

Pengenalan
Laboratorium
TDS dan Klorida
Nitrit, Florida
Amonium
Analisa pengaruh
konsentrasi TDS
dan waktu reaksi
dengan nilai COD
pada sampel
Zat Organik dan
Mengerjakan
Laporan PKL

22

3.4 Diagram Alir Rancangan Penelitian

Persiapan Pengujian

Sampel Air Baku Waduk Pluit

Reagen

Pengujian Spesifik
Uji Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Nilai COD
Uji Pengaruh Konsentrasi TDS terhadap Nilai COD

Data Hasil Pengujian

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

23

3.5 Alat dan bahan


3.5.1 Alat
a. Reaktor COD
b. TDS Meter
c. Pipet Volume 2mL, 10mL, 25mL, 50mL
d. Labu takar 100mL
e. Bulp
f. Rak Tabung Reaksi
g. Tabung Reaksi
h. Spektrofotometer DR 5000
i.

Botol Semprot

3.5.2 Bahan
a.

Sampel Air Baku waduk Pluit

b.

Aquabidest

c.

Reagen COD

d.

Deionized (demineralized) water

3.6 Prosedur Kerja


3.6.1 Analisa Pengaruh Waktu reaksi terhadap Nilai COD
a. Preparasi Alat
Dihidupkan reaktor COD terlebih dahulu dengan menekan
tombol power, diamkan hingga suhu nya mencapai suhu
maksimal (150-155oC).
Dihidupkan spektrofotometer DR 5000 dengan menekan tombol
power, lalu pilih nomor program 435 untuk COD dengan
panjang gelombang 620 nm.
b. Disiapkan 6 tabung yang telah berisi pereaksi COD lalu letakan
di rak tabung.
c. Dipipet 2 mL sampel air waduk ke dalam 5 tabung dan pipet
2mL demin water sebagai blanko. Kocok hingga homogen.
d. Jika reaktor suhu nya sudah maksimal masukan tabung-tabung
tersebut kedalam lubang-lubang reaktor yang tersedia.

24

e. Untuk waktu blanko gunakan timer yang ada pada alat reaktor
(120 menit), sedangkan pada sampel gunakan italic (per 30
menit).
f. Setelah itu diletakan tabung dalam rak lalu dinginkan tabung
hingga suhu nya turun menjadi suhu ruang.
g. Dilakukan pengukuran nilai COD dengan memasukan tabung
(kuvet) yang berisi blanko kedalam spektrofotometer tekan
ZERO, pada layar akan tampil 0 mg/L COD.
h. Dikeluarkan tabung blanko, masukan tabung yang berisi sampel
kedalam alat, tekan READ maka layar akan menunjukkan hasil
analisa COD dalam mg/L dan catat hasilnya.

3.6.2 Analisa Pengaruh Konsentrasi TDS terhadap Nilai


COD

a. Preparasi Sampel

Disiapkan alat TDS Meter, hidupkan alat dengan menekan


tombol ON.

Kemudian ditekan tombol Cal, setelah alat siap masukan


elektroda kedalam larutan sampel.

Lalu diukur TDS sampai angka pada layar digital stabil

Setelah diketahui konsentrasi TDS, buat pengenceran larutan


dari sampel air waduk dengan nilai TDS 200 ppm menjadi 20
ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dalam 100 mL aquabidest.

Kemudian dihidupkan reaktor COD terlebih dahulu dengan


menekan tombol power, diamkan hingga suhu nya mencapai
suhu maksimal (150-155oC).

Dihidupkan spektrofotometer DR 5000 dengan menekan tombol


power, lalu pilih nomor program 435 untuk COD dengan
panjang gelombang 620 nm.

b. Disiapkan 6 tabung yang telah berisi pereaksi COD, lalu letakan


tabung dalam rak.

25

c. Dipipet 2 mL sampel yang telah diencerkan dan sampel utama


ke dalam tabung, masukan 2 mL deman water ke dalam tabung
sebagai blanko. Kocok semua tabung agar homogen.
d. Jika suhu sudah mencapai panas yang maksimal letakan
tabung dalam lubang-lubang yang ada di reaktor COD. Putar
waktu timer hingga 120 menit.
e. Setelah 120 menit letakan tabung dalam rak lalu dinginkan
tabung hingga suhu nya turun menjadi suhu ruang.
f. Dilakukan pengukuran nilai COD dengan memasukan tabung
(kuvet) yang berisi blanko kedalam spektrofotometer tekan
ZERO, pada layar akan tampil 0 mg/L COD.
g. Dikeluarkan tabung blanko, masukan tabung yang berisi sampel
kedalam alat, tekan READ maka layar akan menunjukkan hasil
analisa COD dalam mg/L dan catat hasilnya.

26

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh konsentrasi TDS terhadap nilai COD


TDS adalah parameter yang mengukur banyak nya zat padat
terlarut dalam air baku dengan satuan mg/L. Didalam zat padat terlarut
juga terdapat bahan organik, bahan organik yang terkandung akan
mempengaruhi nilai COD. Semakin tinggi konsentrasi TDS maka
semakin

banyak

bahan

organik

yang

diurai

sehingga

dapat

menghasilkan nilai COD yang tinggi.

Nilai COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan


untuk mengoksidasi bahan organik secara kimia, baik yang dapat
didegradasi secara biologis (biodegredable) maupun yang sukar
didegradasi

secara

non

biologis

(non

biodegradable)

menjadi

karbondioksida dan air.

Dalam suatu air baku banyak terkandung berbagai macam zat-zat


padat yang sulit terurai dan mudah terurai. Zat-zat itu seperti bahan
organik dan anorganik yang dapat mengurangi oksigen terlarut dalam
air.
Pada analisa pengaruh konsentrasi TDS terhadap nilai COD
dilakukan dengan mengencerkan sampel dengan konsentrasi yang
berbeda-beda, pengukuran ini menggunakan metode kolorimetri
refluks tertutup.

26

27

Tabel 3. Hasil Data Analisa Pengaruh Konsentrasi TDS terhadap


Nilai COD pada Sampel
Konsentrasi
Bulan

No Sampel

TDS (mg/L
atau ppm)

Maret

April

II

Nilai COD
maksimum

Nilai COD

standar

(mg/L)

(mg/L)

20
50
100
150
200
20
50
100
150
200

20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

8
12
18
25
28
3
7
15
23
26

20

20

50
100
150
200

20
20
20
20

7
14
22
25

20
50
100
150
200

20
20
20
20
20

1
5
11
18
20

Dari hasil analisa yang dilakukan pada Air Baku Waduk Pluit
didapat nilai COD pada bulan Maret dan April yang di bandingkan
dengan standar yang telah di tetapkan oleh peraturan SK. Gub DKI
Jakarta Nomor : 582 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air
Sungai/Badan Air Mutu Limbah Cair untuk Wilayah DKI Jakarta,
grafiknya sebagai berikut:

28
30

Nilai COD (mg/L)

25
Nilai COD Pada Sampel 1
Bulan Maret (mg/L)

20

Nilai Standar COD (mg/L)


15
Nilai COD Pada Sampel 1
Bulan April (mg/L)

10

Nilai COD Pada Sampel 2


Bulan April (mg/L)
5

Nilai COD Pada Sampel 2


(H+1) Bulan April (mg/L)

0
0

50

100

150

200

250

Konsentrasi TDS (ppm)

Gambar 3. Grafik Pengaruh Konsentrasi TDS terhadap Nilai COD pada


sampel

Dapat dilihat dari grafik diatas pada konsentrasi TDS 200 dan
150 ppm nilai COD sampel 1 bulan Maret adalah 28 dan 25 mg/L,
sampel 1 bulan April adalah 26 dan 23 mg/L, sampel 2 bulan April
adalah 25 dan 22 mg/L nilai-nilai COD tersebut melebihi nilai
maksimum standar COD yang diperbolehkan SK. Gub DKI Jakarta No:
582 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Mutu Limbah
Cair untuk Wilayah DKI Jakarta yaitu 20 mg/L.

Tabel 4. Hasil Data Analisa Nilai TDS dengan Konsentrasi TDS


Konsentrasi TDS
(ppm)

Nilai TDS Sampel 1


(mg/L)

Nilai TDS Sampel 2


(mg/L)

20

31,8

29,3

50

80,7

67,4

100

112,2

109,1

150

180,4

171,8

200

199,8

196,5

29

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai TDS dari sampel 1 dan 2
dengan konsentrasi TDS yang tidak di encerkan maupun yang di
encerkan pada saat di uji dengan TDS Meter memiliki nilai yang
berbeda. Nilai TDS dengan nomor sampel 1 pada konsentrasi 20 ppm
adalah 31,8 mg/L, konsentrasi 50 ppm adalah 80,7 mg/L, konsentrasi
100 ppm adalah 112,2 mg/L, konsentrasi 150 ppm adalah 180,4 mg/L,
konsentrasi 200 ppm adalah 199,8 mg/L. Nilai TDS dengan nomor
sampel 2 pada konsentrasi 20 ppm adalah 29,3 mg/L, konsentrasi 50
ppm adalah 67,4 mg/L, konsentrasi 100 ppm adalah 109,1 mg/L,
konsentrasi 150 ppm adalah 171,8 mg/L, konsentrasi 200 ppm adalah
196,5 mg/L. Kedua sampel masih berada dibawah batas maksimum
standar yaitu 500 mg/L.

Nilai TDS (mg/L) tidak sesuai dengan konsentrasi TDS (ppm) untuk
sampel 20, 50, 100 dan 150 ppm, terkecuali 200 ppm. Hal ini diduga
disebabkan oleh kesalahan analis pada saat melakukan preparasi
sampel, sehingga membuat nilai TDS melebihi konsentrasi yang
seharusnya.

4.2 Pengaruh waktu reaksi terhadap nilai COD


Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi
produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat
pereaksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak.
Pengujian COD juga menggunakan waktu reaksi dengan batasan
waktu yang ditentukan karena waktu reaksi mempengaruhi penguraian
bahan organik.

30

Tabel 5. Hasil Data Analisa Waktu Reaksi terhadap Nilai COD pada
Sampel

Bulan

No Sampel

Maret
I

April
II

Waktu
Reaksi
(menit)

Nilai COD
maksimum
standar
(mg/L)

Nilai COD
(mg/L)

30
60

20
20

11
14

90

20

17

120

20

20

30

20

60

20

11

90

20

14

120

20

17

30

20

60

20

90

20

120

20

11

30

20

60

20

90

20

120

20

Dari hasil analisa yang dilakukan pada Air Baku Waduk Pluit
didapat nilai COD pada bulan Maret dan April yang di bandingkan
dengan standar yang telah di tetapkan oleh peraturan SK. Gub DKI
Jakarta Nomor: 582 tahun 1995 tentang Baku Mutu Air
Sungai/Badan Air Mutu Limbah Cair untuk Wilayah DKI Jakarta,
grafiknya sebagai berikut:

31

Nilai COD (mg/L)

25
20

Nilai COD Pada Sampel 1


Bulan Maret (mg/L)

15

Nilai Standar COD (mg/L)

10

Nilai COD Pada Sampel 1


Bulan April (mg/L)

Nilai COD Pada Sampel 2


Bulan April (mg/L)

Nilai COD Pada Sampel 2


(H+1) Bulan April (mg/L)
0

50

100

150

Konsentrasi TDS (ppm)

Gambar 2. Grafik Pengaruh Waktu Reaksi terhadap Nilai COD pada


Sampel

Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa nilai COD pada bulan
Maret dan April semuanya masih sesuai dengan nilai maksimum
standar COD yang diperbolehkan menurut SK. Gub DKI Jakarta No:
582 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Mutu Limbah
Cair untuk Wilayah DKI Jakarta yaitu 20 mg/L.

Pada Bulan Maret sampel nomor 1, Nilai COD pada air baku
waduk pluit didapat nilainya yang paling tinggi diantara data yang lain
yaitu 20 mg/L.

32

Bab V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari analisa yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh konsentrasi TDS dan waktu reaksi
dengan

nilai

COD

berbanding

lurus.

Pengaruh

konsentrasi TDS dengan nilai COD yaitu semakin tinggi


konsentrasi TDS maka semakin tinggi nilai COD.
Konsentrasi TDS yang tinggi diduga karena air baku
waduk pluit mengandung banyak zat organik. Semakin
banyak zat organik yang di urai maka nilai COD nya
menjadi tinggi. Pengaruh waktu reaksi dengan nilai COD
yaitu semakin cepat waktu yang digunakan maka
semakin sedikit bahan organik yang terurai sehingga nilai
COD nya semakin kecil.
Nilai COD pada konsentrasi TDS 200 dan 150 ppm di
bulan Maret sampel 1 adalah 28 dan 25 mg/L, bulan April
sampel 1 adalah 26 dan 23 mg/L, bulan April sampel 2
adalah 25 dan 22 mg/L nilai nilai COD tersebut melebihi
standar SK. Gub DKI Jakarta No: 582 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Mutu Limbah
Cair untuk Wilayah DKI Jakarta yaitu 20 mg/L, sehingga
tidak memenuhi syarat.
Nilai TDS sampel nomor 1216 dan 1221 sesuai dengan
syarat SK. Gub DKI Jakarta No: 582 Tahun 1995 tentang
Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Mutu Limbah Cair untuk
Wilayah DKI Jakarta yaitu 500 mg/L.
Nilai COD dengan waktu reaksi 30, 60, 90 dan 120 menit
pada bulan Maret dan April masih memenuhi syarat
sesuai dengan SK. Gub DKI Jakarta No: 582 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Mutu Limbah
Cair untuk Wilayah DKI Jakarta.

32

33

COD dan DO memiliki perbedaan yaitu COD dihasilkan


dari proses kimia sedangkan DO dihasilkan dari proses
fotosintesa

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengujian konsentrasi TDS, menunjukan


bahwa adanya kesalahan yang dilakukan pada saat pengenceran
sehingga

menyebabkan

hasil

pengukuran

nilai

TDS

dengan

konsentrasi menjadi berbeda, agar tidak menghasilkan perbedaan


maka analis harus melihat kebersihan alat gelas yang akan digunakan,
teliti pada saat sampel akan dipipet dan saat sampel akan dilarutkan
dengan aquabidest dalam labu takar agar tidak melebihi batas tera.

34

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G and S.S. Santika. 1994. Metode Penelitian Air. Penerbit


Usaha Nasional Surabaya
https://www.scribd.com/COD. Diakses pada 16 Maret 2015. 11.08 WIB

APHA. 1989. Standard methods for the examination of waters and


wastewater. 17th ed. American Public Health Association, American
Water Works Association, Water Pollution Control Federation.
Washington, D.C. 1467.

Besak, W. 2011. Pengertian Dasar Spektrofotometer visible dan


UV.Jakarta.

Boyd, CE. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Fond, Auburn
University

Agricultural

Experimenta.

Auburn

Alabama.

https://www.scribd.com/doc/249096963/TDS-415-1876903488.
Diakses pada 21 Maret 2015. 12.33 WIB
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Fardiaz,

S.

1992.

Polusi

Air

dan

Udara,

Penerbit

Kanisius,

Yogyakarta.Hal:21- 23, 185

Wikipedia. 2015. Laju Reaksi.


http://id.wikipedia.org/wiki/lajureaksi. Diakses pada 20 April 2015.
00.45 WIB
Wikipedia. 2015. Reaktor COD.
http://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_COD. Diakses pada 16 April 2015.
16.29 WIB
Wikipedia. 2015. TDS Meter.

34

35

http://id.wikipedia.org/wiki/TDSmeter. Diakses pada 26 Maret 2015.


01.20 WIB
Wikipedia. 2015. Waduk Pluit.
http://id.wikipedia.org/wiki/WadukPluit. Diakses pada 24 Maret 2015.
14.50 WIB
Sunaryo, dkk, 2005. Diakses pada 16 Maret 2015. 11.08 WIB

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai