Anda di halaman 1dari 10

Bercocok tanam dengan sistem vertikultur atau teknik budidaya tanaman secara

vertikal merupakan solusi yang tepat bagi mereka yang mempunyai lahan sempit,
karena tanaman akan disusun ke atas secara bertingkat. Biasanya tanaman yang
dibudidayakan berupa sayur mayur dan buah-buahan yang tumbuh dengan cara
merambat seperti semangka dan melon. Karena harus ditumpuk ke atas, maka
diperlukan media tanam berupa pot dari paralon atau polybag. Namun, sebenarnya
media tanam sistem vertikultur tidak terbatas pada paralon dan polybag saja. Masih
banyak benda-benda yang ada di sekitar kita yang dapat dimanfaatkan. Dan berikut
ini adalah contoh media tanam sistem vertikultur selain paralon yang dapat
anda coba.
1. Talang air

2. Bambu

3. Botol Bekas Air Mineral

4. Pohon Pisang

5. MMT Bekas

6. Celana Bekas

7. Plastik Kresek

Memanfaatkan barang-barang bekas yang ada disekitar kita sebagai media


tanaman, selain dapat menghemat pengeluaran, secara tidak langsung juga ikut
menanggulangi sampah.
Lingkungan yang hijau juga dapat membuat suasana menjadi sejuk dan udara jadi
bersih. Setidaknya dengan berkebun dipekarangan rumah, kebutuhan akan sayur
dan buah-buahan keluarga dapat terpenuhi.
Demikian

beberapa contoh

media

tanam

sistem

vertikultur

selain

paralon yang dapat saya sampaikan. Untuk bahan alternatif lain silahkan anda
tentukan sendiri sesuai yang ada di lingkungan anda.

Sistem Tanam Vertikultur bagi


Tanaman Organik
08 Mei 2014 20:40:55Dibaca : 5544

Pada saat ini, lahan di perkotaan sudah mulai terbatas, sehingga masyarakat di
perkotaan mulai kekurangan ruang untuk bersentuhan dengan budidaya pertanian.
Maka dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat, diciptakan
sistem inovasi pertanian baru dengan pola tanam ke atas yaitu vertikultur. Sistem
budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan
yang cocok untuk daerah dengan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin
hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk
20 batang tanaman. Sementara itu, vertikultur organik adalah budidaya tanaman
secara vertikal dengan menggunakan sarana media tanam, pupuk, dan pestisida yang
berasal dari bahan organik non kimiawi. Tanaman organik yang dapat dibudidayakan
dan sesuai dengan sistem vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran dan tanaman
obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif
ringan sehingga tidak akan terlalu membebani media tanam vertikultur pada
pertumbuhan tanaman tersebut.

Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical danculture yang
artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal diruang sempit dengan memanfaatkan
bidang sebagai tempat bercocok tanam, sehingga penanamannya menggunakan sistem
budidaya pertanian secara bertingkat baik indoor maupun outdoor. Tujuan utama
aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin (Agus
Andoko, 2004).
Tidak semua tanaman dapat dibudidayakan dengan prinsip kerja penanaman secara
vertikultur. Menurut Soeparwan Soeleman dan Donor Rahayu, dalam bukunya Halaman
Organik(2013), vertikultur untuk tanaman hias pendekatannya agak berbeda dengan
vertikultur tanaman produktif. Karena tanaman produktif mengutamakan faktor
jangkauan untuk memudahkan proses merawat dan memanen. Jika harus membuat
vertikultur yang tidak terjangkau, area tersebut disarankan untuk kebutuhan tanaman
herbal usia panjang atau tanaman hias. Satu hal penting untuk menentukan lokasi
vertikultur yaitu pilih lokasi yang mendapatkan cahaya matahari yang cukup, khususnya
matahari pada pagi hari. Untuk vertikultur yang dapat dipindah-pindahkan biasanya cara
pemasangannya tidak disandarkan di tembok, tetapi berdiri sendiri(free stand), seperti
penggunaan pipa paralon atau bahan lainnya.
Tujuan dari teknik penanaman secara vertikultur menurut Badan Penyuluhan
Departemen Pertanian (Deptan) Kab.Ponorogo yakni untuk memanfaatkan lahan sempit
yang tidak produktif menjadi lahan sempit yang produktif dengan aplikasi vertikultur,
menghemat pengeluaran dengan cara memiliki tanaman sayuran sendiri, menambah
nilai estetika lahan pekarangan, dan dapat sebagai variasi pelengkap tiang rumah
utama. Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan
dengan kondisi dan keinginan pribadi. Pada umumnya adalah berbentuk persegi
panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan
atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas,
bahkan lembaran karung beras sekalipun, karena salah satu filosofi dari vertikultur
adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita. Persyaratan vertikultur
adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek,
dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur
antara lain selada, kangkung, bayam, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang,
mentimun dan tanaman sayuran lainnya. Untuk tujuan komersial, pengembangan
vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan
sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi,

vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang
sehat dan berkualitas. Namun, terdapat pula tiga aspek yang harus dipersiapkan dalam
budidaya tanaman organik secara vertikultur, yaitu: pembuatan paralon vertikultur,
penyiapan dan penggunaan pupuk organik, serta penanaman dan pemeliharaan. Media
tanam merupakan tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari
media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya.
Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan
sekam. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata.
Tanah memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara
dapat diserap oleh akar tanaman. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam
tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan
menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Campuran media tanam kemudian
dimasukkan ke dalam paralon yang telah dibuat atau bambu hingga penuh.
Sebelumnya wadah tersebut juga harus diberi lubang-lubang kecil pada bagianbagiannya maksimal 10 lubang. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat
digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah.
Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air
mudah mengalir dan akar tanaman tidak kesulitan bernafas, sehingga ruang tidak
terlalu renggang dan ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga
kelembaban. Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertikultur harus berumur
lebih dari satu bulan dan sudah memiliki akar-akar halus. Karena hanya memiliki total
maksimal sebanyak 10 lubang tanam dari sebuah pipa baralon atau bambu, maka
cukup leluasa untuk memilih 10 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di
wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya, ditandai dengan
menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai
menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke
dalam tanah. Setiap jenis bibit dikelompokkan di wadah terpisah. Tanaman juga
memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Selain penyiraman
dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik seperti pupuk kompos dan
pupuk kandang. Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan cara akar yang
dicabut seperti pada tanaman sayuran yakni sawi, bayam, seledri, kemangi, selada,
kangkung dan sebagainya. Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi
sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya
saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen
berulang-ulang. Dari hal-hal tersebut dapat diketahui bahwa tidak selamanya hidup di
perkotaan yang memiliki lahan terbatas, juga dapat membatasi seseorang untuk

mengembangkan minatnya dalam bidang budidaya pertanian khususnya pada tanaman


organik. Dengan adanya inovasi sistem pertanian terbaru seperti sistem tanam
vertikultur ini, siapapun dapat melakukannya tanpa perlu menghabiskan banyak uang,
waktu dan tenaga, dalam pemeliharaan tanaman organik tersebut. Belum lagi, sistem ini
juga dapat menghemat kapasitas persediaan air, karena pemakaian air yang digunakan
hanya sedikit dalam suatu wadah. Oleh Yesica Lenaria Manurung Mahasiswi Program
Keahlian Komunikasi Diploma Institut Pertanian Bogor

Thursday, July 11, 2013

VERTIKULTUR: Alternatif Bertanam di Lahan Sempit

Vertikultur
adalah
sistem
budidaya
pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sistem ini cocok diterapkan di
lahan-lahan sempit atau di pemukiman yang padat penduduknya.

Kelebihan dari sistem pertanian vertikultur adalah : 1) efisiensi penggunaan


lahan karena yang ditanam jumlahnya lebih banyak dibandingkan sistem
konvensional, (2) penghematan pemakaian pupuk dan pestisida, (3)
kemungkinan tumbuhnya rumput dan gulma lebih kecil, (4) dapat dipindahkan
dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu, (5)
mempermudah monitoring/pemeliharaan tanaman.

Jenis tanaman yang dapat ditanam secara vertikultur ini sangat banyak,
biasanya dari komoditas sayuran, tanaman hias ataupun komoditas tanaman
obat. Dari komoditas sayuran antara lain : sawi, kucai, pakcoi, kangkung, bayam,
kemangi, caisim, seledri, selada bokor dan bawang daun. Budidaya tanaman
sayuran secara vertikultur ini dapat dilakukan di pekarangan rumah untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan juga meminimalisirkan
pengeluaran keluarga.

Model budidaya secara vertikultur dapat berupa : Model gantung, Model tempel,
Model Tegak dan Model Rak.

Media Tanam :
1. Media tanam berupa
perbandingan volume 1:1

campuran

pupuk

kandang

dan

tanah

dengan

2. Masukan media tanam ke dalam talang air yang telah disiapkan.

Persemaian dan Penanaman :


1. Untuk tanaman kangkung dan bayam benih bisa langsung ditanam dalam
media tanam talang air tersebut. Untuk tanaman cabai, terong, paprika, sawi
benih harus disemaikan terlebih dahulu. Namun karena talang air berukuran
kecil, jenis tanaman apa yang akan ditanam harus menjadi perhatian. Tanaman
yang bisa ditanam biasanya tanaman daun antara lain bayam, kangkung dan
sawi.

2. Cara persemaiannya adalah benih direndam dalam air hangat ( 50C)


selama 1 (satu) jam. Semaikan benih-benih tersebut ke dalam media tanam
berupa bak plastik atau tray, setelah tanaman mempunyai daun antara 4-5 helai,
bibit bisa dipindahkan langsung ke dalam talang air tersebut.

3. Pemindahan bibit ke media talang air tersebut harus sangat hati-hati,


usahakan tanah masih menempel pada akar tanaman. Lakukan penanaman
pada sore hari atau pada pagi hari dengan membenamkan tanaman sampai
batas leher akar.

Pemeliharaan :

1. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 (dua) kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari
2. Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati
3. Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Dengan mengunakan pupuk cair (NPK) lengkap sebanyak 1 (satu) gram
dicairkan dalam 1 (satu) liter air lalu disemprotkan ke daun tanaman sebanyak
100-250 cc pertanaman atau tergantung umur tanaman dengan interval 1-2
minggu sekali.

b. Dengan menggunakan NPK yang disiramkan pada media tanam bukan pada
tanamannya. Dosis pupuk yang dianjurkan untuk fase pertumbuhan adalah 2
sendok makan NPK/10 liter air (1 ember) atau campuran urea + SP36 + KCl
dengan perbandingan 2:1:1.
4. Pengendalian hama penyakit sebaiknya dilakukan secara konvensional/mekanik
dengan cara mencabut atau menggunting tanaman yang terserang hama
penyakit . Hindari pemakaian pestisida dan bila terpaksa gunakan pestisida yang
selektif dan secara bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai