Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahahhahahahahahahaha.
Akhirnya saya tertawa lepas sebelum ia menjawab reaksi saya. Sangat lepas melebihi
tawa saya melihat badut-badut letoi di sirkus. Berikut binatang-binatang yang tidak
seharusnya diberangus. Sangat sangat lepas melebihi tawa-tawa dengannya yang sudah
hangus.
Kenapa kamu ketawa, Sayang? Saya kan udah bilang, kalau kamu mau jadikan anak
kita, sekarang saatnya. Saya tidak akan bisa kasih anak ke kamu lagi mengingat umur
saya sudah lima puluh tahun sekarang. Tapi, saya tidak bisa jamin apakah saya bisa
tanggung jawab secara material.
Kupu-kupu melebarkan sayapnya tepat di depan bebungaan di mana kami duduk. Ia pun
melebarkan jangkauan tangannya di mana tangan saya sedang diam merunduk.
Mencoba meredam tawa saya yang sudah terdengar seperti orang mabuk. Tenang
gerakannya sangat saya tahu sebenarnya memendam rasa amuk. Karena itu segera
saya kibaskan tangan itu berpura-pura menghalau nyamuk.
Kamu
Hah?!
Saya memotong kalimatnya. Persis seperti apa yang dilakukan badut-badut ketika
berada di atas arena. Berteriak ketika ada yang mengolok-oloknya. Terjatuh. Mengaduh.
Berlari. Tanpa berani memaki. Menghilang ke balik panggung. Disertai dengan soraksorai dan tawa menggunung.
Sorak-sorai itu yang mengingatkan saya atas kutipan-kutipan yang disebutkan ia dari
nama-nama pemikir. Membuat saya mencibir. Karena ada letupan kembang api di
kepalanya. Dan warna-warni serpihan kembang api itu jatuh ke bahunya. Ia tidak pernah
mengetahuinya. Maka, ia tak merasakannya. Ketika serpihan kembang api itu
melumatnya. Bahkan ketika ia berkata,
Kenapa perlu dipertanyakan, Sayang. Kita sedang berlabuh ke sebuah ketidak-tahuan
yang memabukkan.
Tapi di manakah sekarang ia?
Hah?!
Terkejut saya ketika bahu ditepuk seseorang.
Boleh saya ambil bangku yang tak terpakai?
Hah?!
Saya tidak bisa menentukan. Saya sudah menunggu dua jam dengan perut kram akibat
pengguguran. Namun ia tak juga datang. Tapi apakah saya harus menyerahkan bangku
kosong di sebelah saya ke seseorang? Seseorang yang membutuhkan bangku tambahan
di mejanya karena ia bersama banyak teman tak terkecuali perempuan?