KELOMPOK VI
Ketua
Anggota
Manan Setiawan
(F1C1 11 32)
(F1C1 13
(F1C1 14 110)
Nurdila
(F1C1 14
Elvia Anaisha
(F1C1 14
Resky Jamilda
(F1C1 14
(F1C1 14
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau Praktikan,
dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan
lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan
kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya.
Selain itu, peralatan yang ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan
bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi Praktikan yang sedang melakukan
praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan
digunakan.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap
keselamatan dan bahaya kerja dilaboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan
ataupun menderita luka baik yang bersifat luka permanen, luka ringan, maupun
gangguan kesehatan dalam yang dapat menyebabkan penyakit kronis maupun
akut, serta kerusakan terhadap fasilitas fasilitas dan peralatan penunjang
Praktikum yang sangat mahal harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja
di laboratorium sebenarnya dapat dihindari dan diantisipasi jika para Praktikan
mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang aman di laboratorium.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
kesehatan
masyarakat
pekerja
yang
a.
b.
c.
d.
kebisingan.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993,
tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat
dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ;
suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan
tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
Jika mata terkena pecahan kaca, ambil kaca yang menempel pada
mata dengan hati-hati tetapi jika pecahan kaca menancap kuat, jangan
sekali-kali mengambilnya, hanya dokter yang dapat mengambilnya.
Beberapa upaya pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka, adalah:
Gunakan lap pada saat memasukkan pipa kaca/termometer ke dalam
sumbat gabus/karet yang terlebih dahulu sumbatnya dibasahi
Bekerjalah dalam lemari asam jika bekerja dengan zat yang beruap
racun dan pekat
Gunakan tabung reaksi yang tahan panas ketika memanaskan zat.
Gunakan alat-alat pelindung mata dan badan pada saat bekerja
dengan zat yang beracun dan berbahaya.
2. Keracunan
Keracunan dapat terjadi di laboratorium diantaranya disebabkan oleh
masuknya zat kimia ke dalam tubuh lewat saluran pernapasan atau kontak
dengan kulit, dan sangat jarang melalui mulut. Di laboratorium kimia
keracunan ini terjadi biasanya pada saat mencium/membaui zat, atau
mengambil zat yang pekat dan beracun dengan mulut. Kibaskan dengan
menggunakan tangan jika akan mencium zat, dan gunakan alat filler jika
mengambil zat yang pekat dan beracun.
a. Keracunan zat melalui pernapasan
Keracunan di laboratorium kimia sangat mungkin terjadi. Keracunan
akibat zat kimia seperti menghirup gas Cl2, HCl, SO2, formaldehid, NH3.
dan gas lainnya atau debu terjadi melalui saluran pernapasan. Tindakan
pertama yang sebaiknya dilakukan adalah menghindarkan korban dari
lingkungan zat tersebut kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara
segar. Jika korban tidak bernapas, segera berikan pernapasan buatan dengan
cara menekan bagian dada atau pemberian pernapasan dari mulut penolong ke
mulut korban. Tindakan selanjutnya segera hubungi dokter. Ada dua cara
pernapasan buatan, yaitu pernapasan buatan Holger Nielson dan Silbester.
Berikut gambar cara memberikan pernapasan buatan.
b.
dapat
tejadi
pada
saat
Keracunan ini juga terjadi jika ada zat tertelan. Jika ada zat yang
tertelan segera panggil dokter dan informasikan zat yang tertelan oleh
penderita. Jika penderita muntah - muntah, beri minum air hangat agar
muntah terus dan mengencerkan racun dalam perut. Jika korban tidak muntah
masukkan jari ke dalam tenggorokan korban agar muntah. Jika korban
pingsan, tidak diperkenankan pemberian sesuatu lewat mulut. Segera bawa
korban ke dokter/rumah sakit.
Jika zat beracun masuk ke dalam mulut dan tidak sampai tertelan,
beberapa tindakan berikut dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama.
1) Sewaktu kita memanaskan suatu larutan dalam tabung reaksi, arahkan mulut
tabung reaksi tersebut ke arah yang tidak ada orang, dan jangan sekali-kali
menengok dari mulut tabung reaksi.
2) Pada saat mengisi buret, disamping harus menggunakan corong kecil, juga
buret harus diturunkan sehingga mulut buret berada setinggi mata.
3) Jika mengencerkan asam pekat, tuangkan sedikit demi sedikit asam ke
dalam air, jangan sebaliknya dan lakukan dengan hati-hati, jika perlu
gunakan kacamata laboratorium.
4) Asam-asam pekat dinetralkan dengan natrium bikarbonat padat (serbuk),
kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan NaOH harus dinetralkan
dengan NH4Cl serbuk, kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan
sublimat (HgCl2) dinetralkan dengan serbuk belerang kemudian
didiamkan sebentar baru zat-zat tersebut dibuang ke dalam air yang sedang
mengalir. Selama membersihkan jangan lupa menggunakan pelindung
4.
laboratorium. atau pada saat membuang zat kimia sisa pakai. . Mengingat bahwa
pada dasarnya kebanyakan zat kimia dapat menimbulkan bahaya, diperlukan
pemahaman dalam penangannnya agar kecelakaan tidak terjadi. Misalnya
tumpahan raksa.. Raksa adalah zat kimia yang sangat beracun dan dapat
terakumulasi dalam tubuh, walaupun menghirup uapnya dalam konsentrasi rendah
sekalipun. Jika menggunakan raksa dalam percobaan, gunakan alas kaki.
Jika raksa tumpah dari botolnya, segera tutup dengan belerang atau larutan
iodida. Tumpahan yang sudah tertutup dengan belerang, bersihkan dengan lap
basah, buang dan tempatkan ditempat khusus dengan lapnya.
6. Kebakaran
Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di
laboratorium dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah
terbakar atau kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api. Untuk
menghindari hal tersebut lakukan hal berikut.
a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak
b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang mudah terbakar
c. Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api) jauhkan
alat/bahan yang mudah terbakar (misal kertas, alkohol) dan bagi siswa
perempuan yang berambut panjang untuk diikat
dapat juga berasal dari bahan kimia yang bereaksi sambil menghasilkan
oksigen. Oksigen inilah yang nantinya bersenyawa (bereaksi) dengan
bahan bakar, jika suhu mencapai tinggi tertentu. Tanpa oksigen, kebakaran
tidak dapat terjadi.
BAB IV
KESIMPULAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan perlindungan tenaga
kerja dari segala aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang
berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan
kecelakaan dan penserasian peralatan kerja, dan karakteristik pekerja serta orang
yang berada di sekelilingnya. Tujuannya agar tenaga kerja mencapai ketahanan
fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga menciptakan
kesenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.