Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

PENANGANAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

KELOMPOK VI
Ketua

Anggota

Manan Setiawan

(F1C1 11 32)
(F1C1 13

Fitri Handayani Hamid

(F1C1 14 110)

Nurdila

(F1C1 14

Elvia Anaisha

(F1C1 14

Resky Jamilda

(F1C1 14

Maghvira Jihan H.K.

(F1C1 14

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau Praktikan,
dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan
lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan
kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya.
Selain itu, peralatan yang ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan
bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi Praktikan yang sedang melakukan
praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan
digunakan.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan kesadaran terhadap
keselamatan dan bahaya kerja dilaboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan
ataupun menderita luka baik yang bersifat luka permanen, luka ringan, maupun
gangguan kesehatan dalam yang dapat menyebabkan penyakit kronis maupun
akut, serta kerusakan terhadap fasilitas fasilitas dan peralatan penunjang
Praktikum yang sangat mahal harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja
di laboratorium sebenarnya dapat dihindari dan diantisipasi jika para Praktikan
mengetahui dan selalu mengikuti prosedur kerja yang aman di laboratorium.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Keamanan laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya


keselamatan dalam melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan
tujuan melindungi pekerja/praktikan dan orang disekitarnya dari resiko terkena
gangguan kesehatan yang ditimbulkan laboratorium.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
dalam lab bakteriologi ?
2. Bagaimana penyebab kecelakan di laboratorium ?
3. Bagaimana prosedur bekerja yang aman di laboratorium ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja (K3) dalam laboratorium bakteriologi.
2. Untuk mengetahui penyebab kecelakan di laboratorium.
3. Untuk mengetahui prosedur bekerja yang aman di laboratorium.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


1. Pengertian dari Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993


adalah upaya perlindungan untuk tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja
agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan perlindungan tenaga
kerja dari segala aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang
berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan
kecelakaan dan penserasian peralatan kerja, dan karakteristik pekerja serta orang
yang berada di sekelilingnya.
Tujuannya agar tenaga kerja mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan
tingkat kesehatan yang tinggi sehingga menciptakan kesenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Tidak ada sesuatu di tempat kerja yang terjadi
secara kebetulan tetapi karena ada alasan-alasan yang jelas dan dapat diperkirakan
sebelumnya. Pengawasan terhadap alat maupun terhadap pekerja harus dilakukan
secara teratur dan berkesinambungan.
2. Tujuan dari Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Tujuan K3 Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.
463/MEN/1993 :mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat
dan sejahtera, sehingga akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat,
dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan
bebas kecelakaan. Tujuan kesehatan kerja adalah:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental
maupun kesehatan sosial.
b. Mencegah timbulnya gangguan

kesehatan

masyarakat

pekerja

yang

diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.


c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Beberapa pendapat para ahli
tentang tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

a.

Menurut Gary J. Dessler (1993), untuk sedapat mungkin memberikan


jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap pekerja dan untuk
melindungi sumber daya manusia.

b.

Menurut Sumamur (1992), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja


adalah:
Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

c.

Menurut pendapat Sumamur (1992), menyebutkan bahwa dalam aneka


pendekatan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain akan diuraikan
pentingnya perencanaan yang tepat, pakaian kerja yang tepat, penggunaan
alat-alat perlindungan diri, pengaturan warna, tanda-tanda petunjuk, labellabel, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-usaha terhadap

d.

kebisingan.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993,
tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat
dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ;
suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan
tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.

B. Penyebab Kecelakaan Di Laboratorium


Kecelakaan di laboratorium kimia terjadi bukan saja karena kurang
memperhatikan tata tertib bekerja di laboratorium, akan tetapi juga karena
kurangnya pemahaman terhadap cara memperlakukan alat dan bahan kimia yang
hendak dipergunakan. Oleh karena itu pada saat siswa mau melakukan percobaan,
terlebih dahulu guru harus memberikan penjelasan cara menggunakan alat dan
bahannya.
Kecelakaan terjadi pada saat kita tidak siap menghadapinya, menimbulkan
kekagetan yang berakibat pada orang yang gampang panik. Kecelakaan dapat
terjadi dimana saja dan pada pekerjaan apapun. Di laboratorium kimia kecelakaan
lebih sering terjadi disebabkan oleh alat-alat dan bahan/zat kimia. Karena alat-alat
kimia pada umumnya terbuat dari kaca dan bahan/zat kimia yang dipergunakan
pada umumnya berasal dari bahan yang pekat dan mempunyai berbagai sifat
(racun; mudah terbakar, korosif, mudah meledak). Bila hal itu tidak diantisipasi
dengan baik akan mudah terjadinya kecelakaan. Pencegahan kecelakaan lebih
utama daripada merawatnya setelah terjadi kecelakaan.
Laboratorium yang dikelola dengan baik merupakan tempat bekerja yang
aman jika pemakai laboratorium mengikuti aturan dan tata tertib yang berlaku.
Disiplin yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara
keselamatan di laboratorium. Kecelakaan di laboratorium kimia dapat terjadi
karena hal-hal berikut.
1. Kurang pengetahuan dan pemahaman terhadap bahan-bahan, proses, dan alat
yang digunakan.
2. Kurang cukup intruksi atau supervisi oleh guru.
3. Tidak menggunakan alat pelindung atau alat yang tepat.
4. Tidak memperhatikan intruksi atau aturan.
5. Tidak memperhatikan sikap yang baik waktu bekerja di laboratorium.
Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dan ditaati ketika bekerja di
laboratorium sebagai upaya untuk mencegah berbagai kecelakaan di laboratorium
adalah:
1. Mengatur tempat kerja serapih mungkin; hindarkan lorong yang sesak dan
kertas tersebar dimana-mana. Penyimpanan zat, alat besar dan berat serta kotak
obat dan bahan-bahan lain dalam kemasan besar tidak disimpan ditempat yang
tinggi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.

2. Bagi pengguna laboratorium perlu tahu tempat dan cara penggunaan

perlengkapan darurat seperti bahan P3K (Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan), pemadam kebakaran , dan pencuci mata.
3. Menggunakan alat pelindung diri (APD) standar selama melakukan praktik
kimia.
4. Memberi penjelasan dan peringatan terlebih dahulu sebelum percobaan dimulai

dan kemungkinan- kemungkinan bahaya yang dapat terjadi serta cara


menanganinya, berhati-hatilah bekerja agar kecelakaan tidak terjadi.
5. Tersedianya tempat pembuangan khusus untuk cairan, kaca, sobekan
kain/kertas, dan lain sebagainya.
6. Ditekankan agar siswa tetap tenang meskipun terjadi kecelakaan dan segera
melapor jika ia terluka.
7. Bekerja dengan zat-zat beracun dan karsinogen harus selalu dilakukan di dalam
lemari asap.
8. Buat catatan terperinci mengenai suatu kecelakaan yang terjadi di dalam
laboratorium
C. Prosedur Bekerja Yang Aman Di Laboratorium
Berbagai jenis kecelakaan dapat terjadi di laboratorium kimia. Jenis
kecelakaan yang mungkin terjadi di laboratorium kimia adalah sebagai berikut.
1. Luka, disebabkan terkena pecahan kaca dan atau tertusuk oleh benda-benda
tajam lainnya. Luka dapat terjadi pada bagian-bagian tubuh berikut.
a. Luka pada kulit
Di laboratorium, luka pada kulit salah satu penyebabnya adalah pada
saat memasang pipa kaca atau termometer pada sumbat. Untuk menghindari
kecelakaan, basahi terlebih dahulu sumbat karet/gabus dan gunakan lap pada
saat memasangkan pipa kaca/termometer. Berikut cara memasang pipa kaca
atau termometer pada sumbat gabus/karet.

Benda tajam dapat menimbulkan luka kecil disertai dengan sedikit


pendarahan. Luka ini dapat diakibatkan oleh tusukan benda tajam. Tindakan
yang dapat dilakukan adalah membersihkan luka secara hati-hati, jika pada
kulit yang terluka terdapat pecahan kaca, gunakan pinset dan kapas steril
untuk mengambilnya. Kemudian tempelkan plester berobat. Jika luka agak
dalam dan dikhawatirkan terjadi tetanus, penderita hendaknya dibawa ke
dokter.
b. Luka Pada Mata
Luka pada mata dapat terjadi bila terkena percikan asam atau basa,
percikan zat- zat lainnya, dan terkena pecahan kaca. Gunakanlah alat
pelindung ketika bekerja dengan menggunakan zat kimia. Berikut alat-alat
pelindung yang digunakan yaitu sarung tangan, jas laboratorium, dan kaca
mata Google.

c. Luka karena terkena percikan asam


Jika mata terkena percikan asam encer, mata dapat dicuci dengan
air bersih, baik dengan air kran maupun penyemprotan air. Pencucian
mata kira-kira 15 menit secara terus menerus. Jika mata terkena asam
pekat tindakan yang dapat dilakukan sama seperti di atas. Kemudian
mata dicuci dengan larutan Na2CO3 1 %. Jika penderita masih kesakitan
bawa ke dokter.
d. Luka karena terkena percikan basa
Jika mata terkena percikan basa cucilah dengan air sebanyakbanyaknya kemudian bilas dengan larutan asam borat (Boorwater) 1%.
Gunakan gelas pencuci mata.
e. Luka karena benda asing/pecahan kaca

Jika mata terkena pecahan kaca, ambil kaca yang menempel pada
mata dengan hati-hati tetapi jika pecahan kaca menancap kuat, jangan
sekali-kali mengambilnya, hanya dokter yang dapat mengambilnya.
Beberapa upaya pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka, adalah:
Gunakan lap pada saat memasukkan pipa kaca/termometer ke dalam
sumbat gabus/karet yang terlebih dahulu sumbatnya dibasahi
Bekerjalah dalam lemari asam jika bekerja dengan zat yang beruap
racun dan pekat
Gunakan tabung reaksi yang tahan panas ketika memanaskan zat.
Gunakan alat-alat pelindung mata dan badan pada saat bekerja
dengan zat yang beracun dan berbahaya.
2. Keracunan
Keracunan dapat terjadi di laboratorium diantaranya disebabkan oleh
masuknya zat kimia ke dalam tubuh lewat saluran pernapasan atau kontak
dengan kulit, dan sangat jarang melalui mulut. Di laboratorium kimia
keracunan ini terjadi biasanya pada saat mencium/membaui zat, atau
mengambil zat yang pekat dan beracun dengan mulut. Kibaskan dengan
menggunakan tangan jika akan mencium zat, dan gunakan alat filler jika
mengambil zat yang pekat dan beracun.
a. Keracunan zat melalui pernapasan
Keracunan di laboratorium kimia sangat mungkin terjadi. Keracunan
akibat zat kimia seperti menghirup gas Cl2, HCl, SO2, formaldehid, NH3.
dan gas lainnya atau debu terjadi melalui saluran pernapasan. Tindakan
pertama yang sebaiknya dilakukan adalah menghindarkan korban dari
lingkungan zat tersebut kemudian pindahkan korban ke tempat yang berudara
segar. Jika korban tidak bernapas, segera berikan pernapasan buatan dengan
cara menekan bagian dada atau pemberian pernapasan dari mulut penolong ke
mulut korban. Tindakan selanjutnya segera hubungi dokter. Ada dua cara
pernapasan buatan, yaitu pernapasan buatan Holger Nielson dan Silbester.
Berikut gambar cara memberikan pernapasan buatan.

b.

Keracunan zat melalui mulut (tertelan)


Keracunan zat melalui mulut

dapat

tejadi

pada

saat

mengambil/memipet zat dengan menggunakan pipet gondok. Banyak zat


kimia terutama yang beruap/beracun dan konsentrasi pekat hanya boleh
didiambil dengan menggunakan pipet yang dilengkapi dengan pompa yang
disebut pompa Filler dan kaca mata Google.

Keracunan ini juga terjadi jika ada zat tertelan. Jika ada zat yang
tertelan segera panggil dokter dan informasikan zat yang tertelan oleh
penderita. Jika penderita muntah - muntah, beri minum air hangat agar
muntah terus dan mengencerkan racun dalam perut. Jika korban tidak muntah
masukkan jari ke dalam tenggorokan korban agar muntah. Jika korban
pingsan, tidak diperkenankan pemberian sesuatu lewat mulut. Segera bawa
korban ke dokter/rumah sakit.
Jika zat beracun masuk ke dalam mulut dan tidak sampai tertelan,
beberapa tindakan berikut dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama.

Jika mulut terkena asam, kumur-kumur dengan air sebanyak-banyaknya


kemudian penderita diberi minum air kapur atau susu untuk melindungi
saluran pernafasan.
Jika mulut terkena basa kuat, kumur-kumur dengan air sebanyakbanyaknya kemudian minum sebanyak-banyaknya, selanjutnya beri
minum susu atau dua sendok teh asam cuka dalam liter air
Jika mulut terkena zat kimia lain yang beracun, si penderita diberi 2-3
gelas air atau susu.
Beberapa upaya pencegahan agar keracunan tidak terjadi ketika
bekerja di laboratorium kimia.
1) Pipet digunakan untuk mengambil atau memindahkan bahan dengan
jumlah tepat. Bahan-bahan yang tidak boleh dipipet dengan mulut adalah
zat yang bersifat radioaktif, asam kuat dan pekat. Zat-zat tersebut harus
dipipet dengan cara khusus, yaitu dengan menggunakan pompa Filler.
2) Jangan mencoba mencium senyawa-senyawa beracun dan harus
diperhatikan bahwa senyawa-senyawa beracun dapat memasuki tubuh
lewat saluran pernapasan, mulut, kulit, dan luka
3) Jika bekerja dengan senyawa-senyawa beracun hendaknya dilakukan di
lemari uap dan jilka perlu gunakanlah sarung tangan. Apabila lemari uap
tidak berfungsi atau tidak ada, bekerjalah di tempat terbuka atau di luar
4) Pada saat menggunakan asbes harus dijaga agar debu yang keluar jangan
sampai terisap karena dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan paruparu.
3. Percikan zat
Kecelakaan akibat percikan zat yang bersifat korosif seperti asam sulfat
pekat atau asam klorida pekat, natrium hidroksida, banyak maupun sedikit, yang
mengenai badan hendaknya mendapat perhatian yang khusus karena banyak zatzat kima yang dapat merusak kulit maupun pakaian. Percikan zat ini terjadi pada
saat memanaskan zat atau mengamati zat saat dipanaskan.
Pakailah selalu jas laboratorium dan kancingkan semua buah kancing
ketika bekerja di laboratorium untuk mencegah percikan zat mengenai badan.
Gunakanlah pelindung mata atau muka, terutama dalam melakukan percobaaanpercobaan yang memungkinkan timbulnya percikan zat. Upaya pencegahan
percikan zat adalah sebagai berikut.

1) Sewaktu kita memanaskan suatu larutan dalam tabung reaksi, arahkan mulut

tabung reaksi tersebut ke arah yang tidak ada orang, dan jangan sekali-kali
menengok dari mulut tabung reaksi.
2) Pada saat mengisi buret, disamping harus menggunakan corong kecil, juga
buret harus diturunkan sehingga mulut buret berada setinggi mata.
3) Jika mengencerkan asam pekat, tuangkan sedikit demi sedikit asam ke
dalam air, jangan sebaliknya dan lakukan dengan hati-hati, jika perlu
gunakan kacamata laboratorium.
4) Asam-asam pekat dinetralkan dengan natrium bikarbonat padat (serbuk),
kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan NaOH harus dinetralkan
dengan NH4Cl serbuk, kemudian dengan air yang cukup banyak. Larutan
sublimat (HgCl2) dinetralkan dengan serbuk belerang kemudian
didiamkan sebentar baru zat-zat tersebut dibuang ke dalam air yang sedang
mengalir. Selama membersihkan jangan lupa menggunakan pelindung
4.

badan dan mata.


Kecelakaan akibat benda panas (Terbakar)
Tubuh/kulit terbakar dapat disebabkan oleh api, benda panas, atau karena

zat kimia.tertentu. Penyebab luka bakar adalah:


a. Terbakar karena benda panas
Terbakar karena benda panas dapat terjadi akibat kontak dengan
gelas/logam panas. Jika kulit yang terbakar memerah, olesi dengan salep
minyak ikan atau levertran. Jika terbakarnya diakibatkan terkena api dan
penderita merasa nyeri, tindakan yang dapat dilakukan adalah mencelupkan
bagian yang terbakar ke dalam air es secepat mungkin atau kompres agar rasa
nyeri berkurang,. kemudian bawa penderita ke dokter.
b. Terbakar karena zat kimia
Jika kulit terkena zat kimia, misalnya oleh asam pekat, basa pekat, dan
logam alkali sehingga menimbulkan luka dan terasa panas pada kulit. Hal ini
terjadi pada saat menuangkan zat kimia yang pekat dari botolnya. Gunakanlah
alat/pipet jika akan mengambil zat dari botol.
Tindakan yang dapat dilakukan pada saat terbakar adalah sebagai
berikut:
Terbakar karena asam
Asam yang mengenai kulit hendaknya segera dihapus dengan
kapas atau lap halus, kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak-

banyaknya. Selanjutnya cuci dengan larutam 1% Na2CO3, kemudian


cuci lagi dengan air. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
Terbakar akibat basa
Jika kulit terkena basa hendaknya segera dicuci dengan air
sebanyak-banyaknya, kemudian bilas dengan larutan asam asetat 1 %
cuci dengan air, kemudian keringkan dan olesi dengan salep boor.
Terbakar karena terkena percikan natrium/ kalium
Jika kulit terkena logam natrium /kalium, ambil logam yang menempel
tersebut dengan pinset secara hati-hati, kemudian cuci kulit yang terkena
zat tersebut dengan air mengalir selama kira-kira 15-20 menit. Netralkan
dengan larutan asam asetat 1 % kemudian keringkan dan olesi dengan
salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang
5.

telah dibasahi dengan asam pikra.


Kecelakaan akibat tumpahan zat
Tumpahan zat mungkin saja terjadi pada saat melakukan kegiatan di

laboratorium. atau pada saat membuang zat kimia sisa pakai. . Mengingat bahwa
pada dasarnya kebanyakan zat kimia dapat menimbulkan bahaya, diperlukan
pemahaman dalam penangannnya agar kecelakaan tidak terjadi. Misalnya
tumpahan raksa.. Raksa adalah zat kimia yang sangat beracun dan dapat
terakumulasi dalam tubuh, walaupun menghirup uapnya dalam konsentrasi rendah
sekalipun. Jika menggunakan raksa dalam percobaan, gunakan alas kaki.
Jika raksa tumpah dari botolnya, segera tutup dengan belerang atau larutan
iodida. Tumpahan yang sudah tertutup dengan belerang, bersihkan dengan lap
basah, buang dan tempatkan ditempat khusus dengan lapnya.
6. Kebakaran
Di laboratorium sangat mungkin terjadi kebakaran. Kebakaran di
laboratorium dapat disebabkan oleh arus pendek, pemanasan zat yang mudah
terbakar atau kertas yang berserakan di atas meja pada saat ada api. Untuk
menghindari hal tersebut lakukan hal berikut.
a. Hindari penggunaan kabel yang bertumpuk pada satu stop kontak
b. Gunakan penangas bila hendak memanaskan zat kimia yang mudah terbakar
c. Bila hendak bekerja dengan menggunakan pembakaran (api) jauhkan
alat/bahan yang mudah terbakar (misal kertas, alkohol) dan bagi siswa
perempuan yang berambut panjang untuk diikat

d. Gunakan alat pemadam kebakaran jika terjadi kebakaran .


Diitinjau dari aspek kimia, api merupakan proses oksidasi gas yang
berlangsung hebat sambil melepaskan energi yang cukup besar sehingga gas
yang bereaksi tersebut memancarkan cahaya. Api atau kebakaran dapat terjadi
jika tiga faktor berada secara bersamaan pada suatu saat. Ketiga faktor tersebut
adalah:
Bahan bakar, yaitu bahan yang dapat bereaksi hebat dengan oksigen, yang
menimbulkan gejala berupa api. Bahan bakar dapat berupa zat padat, zat
cair, atau gas.
Oksigen, biasanya dari udara ( 1/5 bagian udara adalah oksigen) tetapi

dapat juga berasal dari bahan kimia yang bereaksi sambil menghasilkan
oksigen. Oksigen inilah yang nantinya bersenyawa (bereaksi) dengan
bahan bakar, jika suhu mencapai tinggi tertentu. Tanpa oksigen, kebakaran
tidak dapat terjadi.

BAB IV
KESIMPULAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan perlindungan tenaga
kerja dari segala aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang
berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan
kecelakaan dan penserasian peralatan kerja, dan karakteristik pekerja serta orang
yang berada di sekelilingnya. Tujuannya agar tenaga kerja mencapai ketahanan
fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga menciptakan
kesenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai