ABSTRAK
Waduk Malahayu di Kabupaten Brebes - Jawa Tengah dengan luas 620 ha mempunyai fungsi
utama sebagai penyedia air baku untuk kebutuhan air minum dan irigasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menduga potensi produksi ikan dan status perikanan di Waduk Malahayu. Penelitian dilakukan
pada bulan Mei, Juli, Agustus, dan Oktober 2010 dengan metode survei berstrata. Potensi produksi
ikan dihitung berdasarkan produktivitas primer fitoplankton dan survey sumberdaya ikan dilakukan
dengan pemasangan jaring insang percobaan serta pengumpulan data hasil tangkapan nelayan oleh
enumerator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan yang tertangkap di Waduk Malahayu adalah
ikan mujair (Oreochromis mossambicus), beunteur (Puntius binotatus), sili (Macrognathus aculeatus),
nila (Oreochromis niloticus), gabus (Channa striata), dan sepat (Trichogaster pectoralis). Rata rata
nilai produktivitas primer kotor Waduk Malahayu adalah 3,3 mgC/m 3/jam dengan rata rata potensi
produksi ikan sebesar 1.337 kg/ha/tahun atau 828 ton/tahun. Jumlah nelayan yang beroperasi di Waduk
Malahayu setiap hari berkisar 27 70 orang dengan tangkapan per satuan usaha adalah 5,8 kg/orang/
hari dengan rata rata produksi mencapai 157,3 ton/tahun sehingga tingkat pemanfaatan sumberdaya
ikannya sekitar 40 % dari total potensi produksi ikan.
KATA KUNCI
:
ABSTRACT:
Malahayu Reservoir in Brebes Regency, Central Java, a total water surface area of 620 ha has main
function as source of drinking water and irrigation. The aim of this study was to estimate the fish potential
yield and state of fisheries of the reservoir. The study was conducted in May, July, August, and
October 2010 using stratified survey method. Fish potential yield was estimated based on
phytoplankton primary productivity and survey of fisheries resources was conducted using
experimental gillnets and fish catch data collected by enumerator. The result showed that fish
species caught were mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus), spotted barb (Puntius
binotatus), lesser spiny eel (Macrognathus aculeatus), nile tilapia (Oreochromis niloticus),
striped snakehead (Channa striata) and snakeskin gourame (Trichogaster pectoralis). Average of
gross primary productivity of the reservoir was 3.3 mg C/ m3/hour with an average fish potential yield
was 1,337 kg/ ha/ year or 828 tons/year. An average of fishermen operated were between 27-70
people per day with an average catch per unit of effort was 5.8 kg/person/day and fish production
reached 157.3 tons/year, so that fish resources exploitation was about 40 % of the total fish
potential yield.
KEYWORDS:
PENDAHULUAN
(BT t BG)
=
keterangan:
GPP
0,375 x1000
= produktivitas
primer kotor (mg
3
C/m /Jam)
= konsentrasi oksigen terlarut dalam
botol terang (mg/L)
= konsentrasi oksigen terlarut dalam
botol gelap (mg/L)
= lamanya waktu inkubasi (jam)
= faktor konversi dari oksigen terlarut
ke karbon
= rasio antara oksigen yang dihasilkan
terhadap karbon yang digunakan
(photosynthetic quotient=1,2)
BT
BG
t
0,37
5
PQ
Pendugaan
potensi
produksi
ikan
menggunakan rumus (Alamazan & Boyd dalam
Boyd, 1990) sebagai berikut:
Y = 166,64 + 354,6Xp 18,06 Xp2
keterangan:
Y
Xp
=
=
Cawiri
Desa Malahayu
DAM
Penanggapan
Karacak
Stasiun
peneliti
an
Gambar 1.
Figure 1.
230
Potensi Produksi Ikan dan Status.. Malahayu, Kabupaten Brebes Jawa Tengah (Warsa A. et al.)
keterangan:
Bi = biomassa species ke i (%)
Ai = kelimpahan species ke i (%)
S = jumlah species
HASIL DAN PEMBAHASAN
Informasi tentang keberadaan fitoplankton akan
memberikan
kontribusi
penting
yang
mengindikasikan
biomassa
energi
yang
tersedia untuk semua sumberdaya hidup
lainnya pada badan air tersebut. Hal ini karena
fitoplankton merupakan dasar dari suatu rantai
makanan dan sumber makanan primer di suatu
sistem akuatik. Kajian potensi produksi ikan
merupakan konsep dasar dalam mendiskripsikan
sumberdaya ikan yang akan diekploitasi (Rahardjo
et al. 2007). Hasil penelitian yang dilakukan di
sembilan waduk yang tersebar di Jawa Barat dan
Jawa Tengah pada tahun 2003 memperlihatkan
bahwa potensi produksi di badan air tersebut
berkisar antara 1.617 - 1.903 kg/ha/tahun
dengan tingkat pemanfaatan sekitar 38 53%
(Kartamihardja et al. 2003). Welcomme, (2001)
menyatakan bahwa umumnya potensi produksi
ikan di perairan waduk adalah 573,1 kg/ha/tahun.
Nilai kecerahan di Waduk Malahayu berkisar
1,5 1,8 m dengan kedalaman eufotik berkisar 3,5
4,2 m. Berdasarkan kedalaman eufotiknya
maka pemasangan botol gelap terang dilakukan
pada kedalaman 0,5; 2,0 dan 4,0 m. Nilai
produktivitas primer kotor dan rata rata potensi
produksi ikan di Waduk Malahayu disajikan pada
Tabel 1. Rata rata potensi produksi ikan Waduk
Malahayu adalah 1.337 kg/ha/tahun atau 828
ton/tahun. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan
dengan potensi produksi ikan di Danau Limboto
yang berkisar 210,5 589,7 kg/ha/ tahun (Warsa
et al. 2009) dan di Waduk Darma, Jawa Barat yang
berkisar 67,6 124,1 kg/ha/bulan atau 811,2
1489,2 kg/ha/tahun (Tjahjo, 2004), namun lebih
rendah jika dibandingkan dengan yang
dikemukakan Kartamihardja et al. (2003). Hal ini
disebabkan di Danau Limboto memiliki kecerahan
yang lebih rendah yaitu 10 90 cm (Krismono et al.
2009) jika dibandingkan dengan Waduk Malahayu
yaitu 29 160 cm (Purnomo, 2010). Potensi
produksi tangkapan ikan pada suatu badan air
dipengaruhi oleh produktivitas primer sedangkan
produktivitas primer sendiri dipengaruhi oleh
intensitas cahaya (Karlsson et al. 2009).
231
Tabel 1.
Table 1.
Kedalaman (m)
Depth (m)
0
2
4
Produktivitas
primer
3
(mgC/m /jam)
Primary productivity
3
(mgC/m /hour)
4,2
3,3
2,4
Produktivitasprimer
2
(gC/m /hari)
Primary productivity
2
(gC/m /day)
4,2
6,6
4,8
Gabus
Sepat 1,13%
Sepat
0,28
0,10%
Gabus
Mujaer
9,02 % Nila
43,06%
39,09%
Mujaer
38,18%
Nila
44,20
%
Sili
0,57
%
Beunte
ur
15,86
%
Beunte
ur 0,91%
7,58%
Gambar 2.
Figure 2.
232
Potensi Produksi Ikan dan Status.. Malahayu, Kabupaten Brebes Jawa Tengah (Warsa A. et al.)
Tabel 2.
Table 2.
Nama lokal
Lokal name
Mujair
Beunteur
Sili
Nila
Gabus
Sepat
Berat
Jumlah
weight
Number
(g)
(individu)
3633,9
152
721,7
56
86,5
4207
138
858,8
9,6
frekuensi
%berat
%jumlah
%frekuensi
IRI (%)
frequency
% weight
% number
%frequency
IRI (%)
38,18
43,06
28,57
42,34
7,58
15,86
9,52
4,07
0,91
0,57
9,52
0,26
44,20
39,09
33,33
50,65
9,02
1,13
14,29
2,65
0,10
0,28
4,76
0,03
10
0
9
0
8
0
7
0
6
0
50
40
30
Biomassa
Jumlah
10
0
Hasil
analisa
menggunakan
kurva
perbandingan biomassa dan jumlah individu
menunjukkan bahwa komunitas ikan di Waduk
Malahayu
berada
dalam
Gambar 3.
Figure 3.
3
4
5
Urutan indeks relatif
penting (Ranking
species)
233
1.50
1.7
5
2.0
0
2.2
5 43,34%
9,35%
Gambar 4.
Figure 4.
3.00
Nila
Mendo
Udang
Keting
Gabus
Mas
Mujaer
Beunteur
Gambar 5.
870
ekor/ha/tahun
(Pushpalatha & Chandrasoma, 2010). CBF
yang
dilakukan
diperairan
waduk
yang
berukuran besar di Cina dapat menghasilkan
produksi ikan sebesar 1.165.075 Mt (De Silva,
2001).
Paray
Figure 5.
Rataan
hasil
tangkapan
ikan (kg)
di Waduk
234
Malahayu
Average of fish catch (kg) in
Malahayu Reservoir
Potensi Produksi Ikan dan Status.. Malahayu, Kabupaten Brebes Jawa Tengah (Warsa A. et al.)
235
236
Potensi Produksi Ikan dan Status.. Malahayu, Kabupaten Brebes Jawa Tengah (Warsa A. et al.)
237
ABSTRAK
Danau Sembuluh (luas 9.612 ha) dan Papudak (luas 247 ha) adalah danau banjiran (flood lake)
yang terletak di bagian tengah DAS Seruyan, Kalimantan Tengah merupakan sentra penangkapan ikan.
Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan struktur komunitas dan besaran stok ikan serta
karakteristik perikanan tangkap di ke dua danau tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode survey,
pengambilan sampel ikan dengan menggunakan gill net percobaan dan pencatatan data hasil
tangkapan ikan harian oleh enumerator. Besaran stok ikan dianalisis menggunakan metode akustik
dengan alat Echo sounder portable EY-60, transducer model ES120-7 dengan frekuensi 120 Khz dan
alat dioperasikan pada pulsa durasi 0,512 ms. Komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Sembuluh
dan Papudak terdiri dari 29 jenis yang didominasi oleh jenis ikan dari famili Cyprinidae. Beberapa jenis
ikan yang populasinya menurun dan jarang tertangkap adalah ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii),
patin (Pangasius spp), bakut (Oxyeleotris marmorata) dan pipih (Notopterus spp). Biomassa stok ikan
berkisar antara 64-1.628 kg/ha dengan rata-rata 461,8 kg/ha atau total biomasa stok ikan 4.552,4 ton.
Hasil tangkapan ikan berkisar antara 10.212 9.649 kg/bl dengan rata-rata 39.608 kg/bl, sedangkan
rata-rata hasil tangkapan udang galah 1.046 kg/bl. Hasil tangkapan ikan dan udang galah berfluktuasi
menurut musim dan fluktuasi permukaan air danau. Produksi ikan di Danau Sembuluh masih dapat
ditingkatkan melalui penebaran ikan asli (restocking) yang populasinya sudah menurun sedangkan
Danau Papudak sangat potensial untuk dijadikan kawasan suaka produksi ikan.
KATA KUNCI
:
ABSTRACT:
Sembuluh (9,612 ha) and Papudak (247 ha) lakes, a type of flood lake located at central part of
Seruyan river basin, is a main fishing area at Central Kalimantan. A study to investigate structure of fish
community, fish biomass and characteristics of fisheries of the both lakes has been conducted. A
survey method, sampling by using experimental gillnet and daily data of fish catches collected by
enumerators were carried out. Fish biomass was analyzed by using hydroaccoustics method with a
portable Echo sounder EY-60, transducer model ES120-7 with the frequency of 120 KHz and its
operated at pulse duration of 0,512 ms. The results showed that structure of fish community of the
Sembuluh and Papudak lakes composed of 29 species which is dominated by species of the cyprinids.
Some degraded and rare species are carp (Leptobarbus hoevenii), catfish (Pangasius spp), sand
goby (Oxyeleotris marmorata) and feather back (Notopterus spp). Fish stock kibiomass ranged
between 64-1,628 kg/ha with an average of 461.8 kg/ha or the total biomass 4,552.4 tones. The
actual fish yield was between 10,212 79,649 kg/month with an average of 39,608 kg/month, while the
actual giant prawn yield was 1,046 kg/ month. The fish and giant prawn yield fluctuated by monsoon
and water surface fluctuation. The fish production of the Sembuluh lake can be increased through
restocking of degraded fish population while the Papudak lake was highly potential and suitable for
conservation area.
KEYWORDS :
structure of fish community, fish biomass, fisheries, flood lakes, Central Kalimantan
PENDAHULUAN
Danau Sembuluh dengan luas 9.612 ha
merupakan danau terbesar yang berada di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Seruyan, Kabupaten Seruyan,
Kalimantan Tengah. DAS Seruyan dikelilingi
oleh
___________________
Korespondensi penulis:
Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur-Jakarta 14430, Telp. (021) 64711940, Fax. (021) 6402640, E-mail: endi_prpt@indo.net.id
239
240
Gambar 1.
Figure 1.
Tabel 1.
Table 1.
No
1.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Nama Ilmiah/
Scientific name
Famili/
Family
Adungan
Hampala macrolepidota
Cyprinidae
+ 2. Jelawat
Leptobarbus hoevenii
Cyprinidae
+ 3. Kepras
Cyclocheilichthys apogon
Cyprinidae
+++ 4. Kelabau
Osteochilus melanopleura
Cyprinidae
++ 5. Bantak
Osteochilus waandersii
Cyprinidae
++ 6. Sanggang
Barbodes schwanenfeldii
Cyprinidae
++ 7. Betutung
Puntioplites wandeersi
Cyprinidae
+++ 8. ParangMacrochirichthys macrochirus
Cyprinidae
++
parang
Benangin
Thynnichthys thynnoides
Cyprinidae
Biis
Thynnichthys polylepis
Cyprinidae
Papunti
Botia macracantha
Cyprinidae
Seluang
Rasbora borneensis
Cyprinidae
Aruan
Channa striata
Channidae
Toman
Channa micropeltes
Channidae
Kerandang
Channa pleurophthalmus
Channidae
Kemacung
Channa melasoma
Channidae
Bakut
Oxyeleotris marmorata
Oxyeleotridae
Baung
Mystus nemurus
Bagridae
Senggiringan
Mystus nigriceps
Bagridae
Biawan
Helestoma temminckii
Anabantidae
Tapah
Wallago leeri
Siluridae
Lais bamban
Kryptopterus apogon
Siluridea
Lais bulu
Kryptopterus lais
Siluridea
Tabiring
Belodontichthys dinema
Siluridea
Lawang
Pangasius nasutus
Pangasidae
Sepatung
Pristolepis fasciatus
Nandidae
Tilan
Mastacembelus erythrotaenia
Mastacembelidae
Baga-baga
Parambasis macrolepis
Chandidae
Baga-baga
Parambasis wolffii
Chandidae
laut
Udang galah
Macrobrachium rosernbergii
Crustacea
Kebiasaan
makan/
Food habit
Kelimpahan
relatif/
Relative
abundance
Karnivora
+
Omnivora
Planktivora
Omnivora
Detritivora
Omnivora
Omnivora
Karnivora
Omnivora
Omnivora
Omnivora
Planktivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Planktivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Karnivora
Detritivora
Karnivora
Karnivora
-
+++
+++
++
+++
++
++
++
++
+
++
++
++
++
++
++
++
++
+++
++
++
++
++
Keterangan/Remarks: + = lebih kecil dari 25% total tangkapan/less than 25% of total catch; ++ = antara 26-50% total tangkapan/
between 26-50% of total catch; +++ = lebih dari 50% total tangkapan/more than 50% of total catch
242
Gambar 2.
Figure 2.
243
90000
50
80000
70000
Series1
60000
Series2
40
30
50000
40000
20
30000
20000
10
10000
0
J
Gambar 4.
2500
1500
Figure 3.
Figure 4.
Gambar 3.
80
70
2000
60
50
40
1000
30
20
500
Total Berat
Berat Individu
0
J
10
0
D
10.0
Gambar 5.
Figure 5.
244
KESIMPULAN
Struktur komunitas ikan di Danau Sembuluh
dan Papudak tersusun atas 29 jenis ikan yang
didominasi oleh jenis-jenis yang termasuk famili
Cyprinidae dan udang galah serta empat jenis ikan
ekonomis penting, yaitu ikan jelawat, bakut, dan
pipih sudah jarang tertangkap sehingga perlu
upaya pelestariannya. Potensi biomasa ikan di
Danau Sembuluh dan Papudak termasuk tinggi
dengan hasil tangkapan aktualnya berfluktuasi
menurut fluktuasi tinggi muka air. Hasil tangkapan
tertinggi terjadi pada waktu permukaan air
rendah dan hasil tangkapan terrendah terjadi pada
waktu
permukaan
air
tinggi.
Pelestarian
sumberdaya ikan dapat dilakukan dengan
menetapkan Danau Papudak dan beberapa
teluk di Danau Sembuluh sebagai kawasan
suaka perikanan.
DAFTAR PUSTAKA
Abell, R., D.J. Allan & B. Lehner. 2007. Unlocking
the potential of protected areas for
freshwaters. Biological Conservation, 134
(2007):4863.
Geist, J. 2011. Integrative freshwater ecology and
biodiversity conservation. Ecological Indicators,
11 (2011): 15071516
Hartoto, D.I., A.S. Sarnita, D.S. Sjafei, A. Satya,
Y. Syawal, Sulastri, M.M. Kamal & Y. Siddik.
2000. Kriteria Evaluasi Suaka Perikanan
Perairan
Darat.
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Limnologi, LIPI.
Hyslop, E.J. 1980. Stomach content analysis: a
review of methods and theirs application.
Journal of Fish Biology, 17: 411-429.
245
2)
ABSTRAK
Sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan target utama pukat cincin dan bagan yang beroperasi di
perairan barat Sumatera. Penelitian pada periode Maret sampai November 2008 di Sibolga bertujuan
untuk memperoleh informasi perkembangan perikanan pelagis kecil di barat Sumatera meliputi
perkembangan jumlah pukat cincin dan bagan, jumlah trip, lama trip, indeks kelimpahan dan panjang
ikan pertama kali tertangkap (l ). Data yang dikumpulkan adalah hasil tangkapan pukat cincin dan
bagan per jenis ikan per trip tahun 2007-2008, jumlah trip, lama trip serta frekuensi panjang ikan
pelagis kecil dominan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan aktivitas penangkapan (jumlah
trip) pukat cincin dari tahun 2002 sampai 2008, sedangkan jumlah trip bagan meningkat sampai
tahun 2007 disusul dengan penurunan tajam pada tahun 2008. Indeks kelimpahan (CPUE) ikan
pelagis dari pukat cincin tahun 2007 dan 2008 berkisar 500-600kg/hari, naik dari tahun 2003 (400-500
kg/hari). Diduga indeks kelimpahan ikan pelagis kecil di perairan barat Sumatera pada tahun 2008
masih tetap karena meluasnya daerah penangkapan. Penurunan CPUE ikan pelagis kecil bagan
perahu dari 590 kg/hari (2007) menjadi 340 kg/hari (2008), diduga merupakan indikasi turunnya
kelimpahan jenis-jenis ikan tersebut di perairan pantai yang relatif sempit. L ikan layang (Decapterus
russelli dan D. macrosoma) dan banyar (Rastrelliger kanagurta) pada tahun 2008 cenderung turun
dibanding tahun 2003-2004, sedangkan nilai L ikan layang biru (D. macarellus) cenderung tetap.
Untuk mempertahankan kelestarian sumber daya ikan pelagis kecil, perlu dilakukan pengelolaan
jumlah kapal pukat cincin dan bagan yang beroperasi di perairan pantai barat Sumatera
KATA KUNCI
:
ABSTRACT :
ikan pelagis kecil, alat tangkap, pukat cincin, bagan, perairan barat Sumatera
The development of small pelagic fishery of purse seiner and boat lift net in the
western Sumatera waters, Sibolga. By Tuti Hariati and Khairul Amri
Small pelagic resources is the main target of both purse seine and boat lift net fisheries operated
in the western Sumatera waters . This research was conducted in the period of March until November
2008. The objective is to obtain some information on development of small pelagic fishery in the
western Sumatera waters including the number of purse seine and boat lift net, number and duration of
trip, index of abundance (CPUE), and fish length of first catch (L ). Data collected consist of number of
purse seine and boat lift net, number of trip catch by species per trip during 2007-2008, and length
frequency distribution of several dominant species. The results indicated decreasing of trip number
during years 2004 to 2008. The CPUE of purse seine in 2007 and 2008 were 500-600 kg/day,
relatively similar with in 2003 (300-400 kg/day). Index of abundance of small pelagic fish caught by
purse seine supposed to be stable by expansion of fishing ground toward off shore. The CPUE of boat
lift net decreased from 590 kg/day (2007) to 340 kg/day (2008), indicated of decreasing small pelagic
fish abundance in the fishing ground of the coastal area. Compared with the length of first catch (L ) of
Decapterus russell, D. macrosoma and Rastrelliger kanagurta in years 2003-2004, L values of those
species in 2008 decreased, while L values of D. macarellus were relatively constant. For maintaining
sustainable of small pelagic fishes resources, management the number of both purse seine and boat
liftnet is needed.
KEYWORD :
small pelagic, purse seine, boat lift net, west Sumatera waters
PENDAHULUAN
Perairan barat Sumatera, bagian dari perairan
timur laut Samudera Hindia (TLSH) merupakan
perairan yang kaya akan sumber daya ikan
pelagis kecil. Berbagai jenis ikan pelagis kecil
hasil tangkapan nelayan yang beroperasi di
perairan ini, umumnya
___________________
Korespondensi
penulis:
247
248
ABSTRAK
Pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa didominasi oleh armada pukat cincin. Pukat
cincin merupakan jenis alat tangkap yang efektif yang dalam kajian stok sumber daya ikan pelagis
sering dijadikan sebagai alat tangkap standard. Oleh karena armada pukat cincin memiliki variasi
karakteristik teknis, maka untuk menghindari bias perlu dilakukan standardisasi upaya. Standardisasi
upaya penangkapan kapal pukat cincin di Laut Jawa periode 2006-2008 dilakukan menggunakan
metode analisis komponen utama dari karakteristik teknis; panjang kapal, lebar kapal, dalam kapal,
tonase, tenaga penggerak, daya lampu, dimensi jaring, kapasitas palka, dan jumlah ABK. Tiga
komponen utama telah dapat menjelaskan lebih dari 60 % total varians yang difungsikan untuk
menghitung fishing power masing-masing kapal. Metode analisis komponen utama menghindarkan
ketergantungan terhadap satu karakter sehingga memungkinkan untuk melakukan penghitungan
nilai fishing power bagi kapal pukat cincin baru yang masuk ke dalam armada pukat cincin.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh fungsi hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) CPUE =
353.4 * 16.95.Ci dan Fishing Power Indeks (FP) = 1 +(16.59) * (353.4)-1. Ci.
KATA KUNCI
:
ABSTRACT :
Exploitation of small pelagic fish resources in Java Sea was dominated by purse seiners fishery.
Purse seine is an effective type of fishing gear, this gear was often used as standard fishing gear for
pelagic fish stock assessment. Since purse seiners has a variety of technical characteristics,
standardization efforts need to be done to avoid the bias during analysis. Catch effort of purse seiners in
Java Sea on the period of 2006-2008 was standardized using principal components analysis method of
the boat characteristics, boat length, boat width, boat depth, gross tonnage, engine propulsion, light
power, net dimensions, fish hold capacity and total number of crews. Three new major components
have explained more than 60% of the total variance which enabled to calculate the fishing power of
each boat. Principal components analysis method was used to avoid dependence on a single
character to allow the calculation of the value of fishing power for new purse seine fleet. Based on the
results obtained by analyzing the function of catch per unit effort formula was CPUE = 353.4 * 16.95.Ci
and Fishing Power Index (FP) = 1 + (16.59) * (353.4) -1. Ci.
KEYWORDS :
PENDAHULUAN
Kajian tentang besaran stok dan distribusi
sumber daya ikan merupakan hal yang sangat
penting
dalam
pengelolaan
sumberdaya
perikanan.
Kajian
stok
meliputi
proses
pengumpulan dan analisis data dan informasi
biologi dan statistik untuk menentukan berbagai
perubahan dalam kelimpahan sejumlah stok ikan
dalam merespon kegiatan penangkapan, dan
sejauh mungkin memprediksi berbagai
kecenderungan mendatang atas kelimpahan stok.
Data statistik tangkapan ikan dari armada kapal
komersial biasanya digunakan sebagai basis
pendugaan stok di berbagai jenis perikanan.
Karena hasil tangkapan adalah fungsi dari upaya
penangkapan dan kelimpahan populasi ikan.
Kecenderungan hasil
___________________
Korespondensi penulis:
Komplek Pelabuan Perikanan Samudera, Jln. Muara Baru Ujung Jakarta-14440
255
256
Karakteristik
GT (Ton)
Panjang (m)
Lebar (m)
Dalam (m)
Dayamesin (pk)
2
Mean
Std. Deviation
Range
113
113
113
113
113
79.96
22.49
6.88
2.22
283.98
12.07
2.99
0.41
0.2
51.42
59
20.68
1.8
1.22
230
113
113
113
113
50.68
31.98
27.35
12.63
5.06
3.04
6.22
2.29
24.6
15
34
11
dimana:
ij adalah eigenvector ke j dari komponen
prinsipal Ci; yang merepresentasikan kontribusi tiap
karakteristik Xj (dengan rata-rata dan nilai variance
Sj 2).
Dari komponen prinsipal Ci yang menjelaskan
total variabilitas dan korelasi dengan CPUE,
untuk
memperoleh
standardisasi
upaya
penangkapan digunakan persamaan:
CPUE = a + a . C i............(2
Gambar 1.
i1
Figure 1.
Gambar
2.
Figure
2.
Dalam satu dekade terakhir, juga telah terjadi
penurunan jumlah armada pukat cincin di
Pekalongan. Pada tahun 2005 terdapat 357 unit,
kemudian menurun menjadi 218 unit pada tahun
2007. Struktur armada pukat cincin sampai
dengan tahun 2008 disajikan pada Gambar 2.
Rentang ukuran kapal pukat cincin di Laut Jawa
adalah 20 -140 GT, persentasi terbesar adalah
kelas 81 120 GT (40%), dan yang terkecil kelas
20 40 GT (1%). Ukuran kapal yang besar
merupakan dampak dari pengembangan armada
pukat cincin yang dimulai pada tahun 80-an.
257
Tabel 2.
Table 2.
1998
821
379
003
514
553
758
535
739
Tabel 3.
Table 3.
Effort
Mean of catch rate
(setting)
(ton/setting)
76 979 53
1.433 1999
63 763 1.205 2000
54 415 1.146 2001
57 941 1.053 2002
57 839 1.167 2003
60 527 0.786 2004
56 912 0.892 2005
71 441 0.763 2006
70 489 0.550 2007
34 400 0.547 2008
25 556 0.528
711
76
62
61
67
47
50
54
38
18817
13502
GT
1.000
Panjang
Kapal
0.470
1.000
Lebar
Kapal
J
Dalam
Kapal
Daya
Mesin
0.304
0.200
0.285 0.002
-0.019
0.141
Lebar Kapal
Dalam Kapal
1.000
0.430
Daya Mesin
0.218 1.000
0.106
Luas Jaring
1.000
Jumlah ABK
Daya Lampu
Kapasitas
Palka
258
Table 4.
Nilai-eigen
dari
komponenkomponen hasil dari analisis
komponen utama dan persentase
total variance yang dijelaskan
oleh masing-masing komponen
utama
Eigen values of components
resulted from PCA and the
percentage of total variance
explained
by
the
principal
component associated with them
Component
Initial
Eigenvalues
% of
Variance
Cumulative
%
3.63
40.30
40.30
1.36
15.10
55.40
0.97
10.74
66.14
0.82
9.16
75.30
0.64
7.06
82.36
0.53
5.85
88.22
0.49
5.46
93.68
0.40
4.44
98.12
3
4
5
6
7
8
9
0.17
Tabel 5.
Table 5.
1.88
100.00
GT (Ton)
0.909
-0.083
0.010
400
Panjang (m)
0.579
-0.452
0.150
200
Lebar (m)
0.434
0.709
0.007
Dalam (m)
0.312
Dayamesin (pk)
-0.212
0.741
0.356
0.713
0.228
-0.127
Jumlah ABK
0.831
-0.092
0.021
0.800
-0.075
-0.212
0.462
-0.121
-0.571
0.703
0.185
-5.00
-20.00
-10.00
Gambar 3.
Figure 3.
-15.00
0.00
5.00
10.00
15.00
Ci
259
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja, S. B. & D. Nugroho. 2004. Pendugaan
hasil tangkapan lestari ikan pelagis di Laut
Jawa dan sekitarnya setelah penggunaan
lampu sorot sebagai taktik penangkapan
pukat cincin. In: Ngurah N. Wiadnyana,
Endang Sriyati & Dian Oktaviani. Prosiding
Hasil-hasil Riset. Pusat Riset Perikanan
Tangkap. Jakarta.
Garcia, S.O., & Victor, M. Gomes, 1992.
Standardization of Fishing Effort Using
Principlal Component Analysis of Vessel
Characteristic. Sci. Mar. 56 (1).
Muhamad, S. & Susilo, 1998. East Java
fishermens attitudes towards new fishing
technologies. In: Roch, J., S. Nurhakim, J.
Widodo & A. Purnomo (eds): Seminar
Sosekima. Proceedings of Socio-economics,
Innovation and Management of the Java Sea
Pelagic Fisheries. Bandungan, 4 7 December
1995. AARD/EEC/ ORSTOM.
Pielou, E.C., 1984. The interpretation of Ecological
Data. A Primer on Clasification and Ordination.
John Wiley & Sons, New York, 263 pp.
Potier, M., P. Petitgas & D. Petit, 1997.
Tentative relation between acoustics and
dynamics. A case study: The purse seine
fishery of the Java Sea. Proseeding of
Acoustics.
Seminar
Akustikan
2.
AARD/EEC/ORSTOM.
Sparre, P., E. Ursin & S.C. Venema. 1989.
Introduction to Tropical Fish Stock Assessment.
FAO Fisheries Technical Paper.
260
Lampiran 1.
Lampiran
1.
Kapal
Nilai Fishing Power Indeks (FPI), upaya penangkapan nominal dan upaya penangapan
terstandard (jumlah hari) kapal pukat cincin di Jawa.
Fishing Poser Index (FP), nominal effort and standardized effort (number of day) of the
java seiners
Ci
FP
Upaya
Sebelum Standarisasi
2006
2007
Upaya
Setelah Standarisasi
2008
2006
2007
2008
-9.511
0.544
203
198
298
110
108
162
-2.852
0.863
276
260
56
238
224
48
-4.617
0.779
308
-0.794
0.962
-7.944
56 0.619
-4.609
2.701
43
107
240
33
83
242
54
233
100
79
206
62
49
128
0.779
259
209
160
202
163
125
1.130
312
225
84
352
254
95
-3.727
0.821
226
289
120
186
237
99
-6.910
0.669
291
192
194
195
128
130
10
-5.831
0.720
113
64
71
81
46
51
11
1.298
1.062
232
269
164
246
286
174
12
1.494
1.072
220
82
77
236
88
13
-2.479
72 0.881
174
102
70
153
90
14
-11.008
80 0.472
110
318
168
52
150
79
15
-5.744
0.724
193
256
88
140
185
64
16
2.376
1.114
241
308
69
268
343
77
17
2.565
1.123
122
276
277
137
310
311
18
-6.409
0.693
180
56
44
125
39
19
0.973
63 1.047
319
84
259
334
88
20
-1.898
0.909
229
182
43
208
165
21
-9.331
47 0.552
257
43
142
22
-6.971
77 0.666
176
79
48
117
53
23
-6.649
72 0.681
103
170
306
70
116
208
24
-2.223
0.893
279
128
114
25
1.214
1.058
180
249 178
136
188
144
26
-1.860
0.911
190 81
276
74
251
10 1.225
9 168
261
206
320
67 0.238
114
82 179
56
43
13
269
190
210
247
27
4.690
28
-15.890
29
-4.560
0.781
306
27 243
30
-0.467
0.978
212
239 187
183
31
-7.728
0.629
213
207 93
55
59
35
32
-3.993
0.809
176
134 107
226
87
183
1.216
157
142 118
291
143
354
191 70
232
51
169
33
4.502
34
-5.681
0.728
35
-3.930
57 0.811
138
41 156
291
127
236
1.046
193
112 211
160
221
167
113
26
90
232
114
184
118
87
60
36
0.968
37
-4.258
0.796
128
202 33
38
-4.290
0.794
148
102 144
39
-3.397
0.837
134
104
72
112
261
40
12.199
1.585
84
83
80
133
132
41
-2.300
0.890
127 43
188
232
38
167
42
-2.004
0.904
206 82
86
110
74
78
43
2.997
1.144
99 244
163
193
279
186
44
2.200
1.106
221 244
163
241
270
180
45
1.793
1.086
266 281
199
122
305
216
46
-0.007
1.000
132 154
144
63
154
144
47
-4.828
0.768
63 278
253
247
214
194
48
-2.637
0.874
190 157
106
47
137
93
49
-2.409
0.884
41 293
376
147
259
333
50
1.119
1.054
130 220
224
211
232
236
51
3.430
1.165
222 288
306
279
335
356
52
1.552
1.074
325 244
221
48
262
237
53
9.513
1.456
52 290
300
180
422
437
54
6.852
1.329
262 174
278
231
369
55
6.916
1.332
0 195
211
10
260
281
56
5.466
1.262
13 288
241
65
364
304
57
0.961
1.046
82 100
67
67
105
70
58
0.925
1.044
70 236
154
114
246
161
59
-2.010
0.904
119 90
247
81
223
60
6.192
1.297
0 79
84
290
102
109
61
1.020
1.049
376 80
88
212
84
92
2.742
62
1.132
222 237
195
268
221
63
11.622
1.557
0 285
256
176
444
399
64
11.996
1.575
274 222
231
157
350
364
65
7.816
1.375
247 213
243
293
334
66
-0.278
0.987
0 146
216
176
144
213
67
-2.409
0.884
174 321
286
57
284
253
68
8.186
1.393
50 284
267
138
396
372
69
-2.786
0.866
192 224
96
193
194
83
70
-8.029
0.615
167 71
90
128
44
55
71
-2.338
0.888
79 309
162
43
274
144
72
-1.716
0.918
38 280
192
244
257
176
73
-0.939
0.955
224 401
220
281
383
210
74
-6.347
0.696
268 118
126
220
82
88
75
-6.347
0.696
153 282
173
196
120
4.700
76
1.225
0 174
88
244
213
108
77
11.492
1.551
299 311
208
290
482
323
78
-6.999
0.664
450 307
230
174
204
153
79
-3.931
0.811
116 86
84
100
70
68
80
-10.255
0.508
81 56
69
28
35
81
8.117
1.389
0 34
154
149
47
214
82
-7.515
0.640
207 89
71
25
57
45
83
2.891
1.139
16 89
347
80
101
395
84
-3.005
0.856
91 105
84
213
90
72
85
-3.879
0.814
182 214
168
146
174
137
86
5.168
1.248
119
34
88
42
110
262
87
-2.887
0.862
63
69
284
54
59
245
88
-3.369
0.838
333
277
224
279
232
89
11.382
1.546
188 146
56
71
226
87
90
5.928
1.284
110 150
182
85
193
234
91
7.506
1.360
109 168
193
108
228
262
92
12.546
1.602
147 58
50
260
93
80
93
11.554
1.554
416 134
310
228
208
482
94
-5.462
0.738
354 54
54
43
40
40
95
11.818
1.567
32 177
185
242
277
290
96
-3.683
0.823
379 314
228
223
259
188
97
-3.640
0.825
184 314
267
289
259
220
98
12.371
1.593
239 272
221
433
352
99
-6.611
0.683
0 294
298
143
201
204
100
12.965
98 122
282
87
198
457
1.622 101
1.718
141 237
248
318
257
268
1.082 102
3.997
344 293
329
256
237
266
0.808 103
0.139
207 188
108
308
189
109
1.007 104
4.916
310 306
298
276
378
368
1.236 105
4.752
341 100
76
180
123
93
1.228 106
-0.702
221 286
266
319
276
257
0.966 107
-0.677
308 143
167
229
138
162
0.968 108
1.332
222 312
241
260
332
256
1.064 109
-9.581
277 57
82
257
31
44
0.540 110
-4.041
139 192
404
128
155
326
0.806 111
1.782
103 204
111
178
221
120
1.085 112
9.143
193 312
185
81
449
266
1.439
113
12.682
1.608
117
87
107
70
140
172
113
263
Pengaruh Episode La Nina dan El Nino yang Didaratkan di Pantai Utara Jawa (Kasim K., et al.)
ABSTRAK
Sumberdaya ikan pelagis di Laut Jawa telah dimanfaatkan secara intensif sejak
dekade tahun 1980-an dan merupakan kegiatan perikanan utama di Indonesia. Beberapa
famili ikan pelagis dominan yang tertangkap diantaranya dari famili Clupeidae,
Carangidae dan Scombridae. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh periode
La Nina dan El Nino terhadap produksi beberapa jenis ikan yang dominan tertangkap di
Pantai Utara Jawa. Penelitian dilakukan selama bulan April sampai dengan
September 2010 dengan mengumpulkan data pendaratan ikan melalui enumerator di
beberapa lokasi pendaratan ikan yakni PPN Pekalongan; PPI Bajomulyo II dan Bajomulyo
I Juwana; serta PPI Rembang. Data Southern Oscilation Indiex (SOI) diperoleh dari
situs resmi Badan Metereologi pemerintah Australia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa puncak produksi ikan layang, banyar dan tongkol yang didaratkan di Pantai
Utara Jawa relatif lebih panjang pada periode La Nina dibandingkan pada periode El
Nino. Rata-rata produksi ikan selar berbeda nyata (P<0,05) antara periode El Nino dan
Periode La Nina sedangkan jenis layang, banyar dan tongkol tidak berbeda nyata
(P>0,05).
KATA KUNCI : La Nina, El Nino, ikan pelagis, produksi, utara Jawa
ABSTRACT:
Pelagic fish resources in the Northern Coast of Java has been exploited since early
1980s as the most intensive fishery in Indonesia. Several families of pelagic fish that
commonly exploited in Java Sea are Clupeidae, Carangidae, and Scombridae. The study
was conducted from March to September 2010 by compiling fish landing data from field
enumerators in the several fish landing locations such as PPN Pekalongan, PPI
bajomulyo I and Bajomulyo II at Juwana, and PPI Rembang. The Current work aims to
determine the production of small pelagic fishery affected by El Nino or La Nina
evidence. Southern Oscillation Index (SOI) parameter was used as an indicator of
climate change parameter. The results show that the peak of season production of
russels scad (Decapterus russelli), indian mackerel (Rastrelliger kanagurta), and frigate
mackerel (Auxis thazard) were more longer during the periode of La Nina than those of
the periode of El Nino. Average production values of yellowstrip trevally (Selaroides
leptolepis) were significantly different during La Nina periodes compared to El Nino
periodes (P<0,05) while russels scad, indian mackerel, and frigate mackerel did not
show significantly different.
KEYWORDS: La Nina; El Nino; small pelagic, production; north coast of Java
PENDAHULUAN
Produksi perikanan pelagis di Indonesia
sebagian besar didaratkan di Pantai Utara Jawa
dan telah dieksploitasi secara intensif pada awal
dekade tahun 1980 an sejak diperkenalkannya
mekanisasi alat-alat penangkapan ikan dan
penggunaan alat tangkap purse
___________________
Korespondensi penulis:
Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur-Jakarta 14430, Telp. (021) 64711940, Fax. (021) 6402640, E-mail: rccf_office@indo.net.id
265
266
(
(SD(P
ddiffav
....................................
1)
dimana:
P
= selisih antara rata-rata satu bulan SLP
Tahiti dan rata-rata SLP Darwin;
P
= rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan
yang dimaksud;
SD
= Standar Deviasi jangka panjang dari
Pdiff di bulan yang dimaksud,
Pengaruh Episode La Nina dan El Nino yang Didaratkan di Pantai Utara Jawa (Kasim K., et al.)
Lokasi Penelitian
Gambar 1.
Figure 1.
Sumber :
267
Tab
el 1.
Tab
el 1.
1,1 Mar
7,8 May
Jun
13,9 Jul
6,8 Aug
4,6 Sep
6,9 Oct
4,2
Nov
-0,1 Dec
7,2
rataan
5,692
1998
-0,4
9,9 10,9
1999
9,1
2000
2001
2002
8,9
2,7 11,9
7,7 6,7
-5,2 0,3
-3,8 -9
-14,5 1,8
9,7 12,5
-23,5
13,1
15,6
22,4 13,3
5,1 -19,2
12,8
8,6
12,9 -28,5
6,2 Apr
1,3
1
9
9
7
8,9
9,4 -24,4
7,7
-1,083
7,950
7,800
El Nino
18,5
16,8 0,5
La Nina
1,3
La Nina
3,6 9,9
L
a
-5,5 14,6
4,8
N
i
n
a
-3,7 9,8
2,1
5,3 11,1
-6,3 -3
-8,9
-14,6 1,4
-7,4 7,2
0,525
La Nina
-6,100
El Nino
-6 -9,1
-7,6
-7,6 -1,9
-10,6
2003
2004
-2
-11,6 -7,4
8,6 -6,8
0,2 -5,5
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
-15,4 -7,4
13,1
,
-12
-14,4 2,9
,
-
-6,9
-15,9
4
0
2,7
-
3,9
-5,1
1,5
10,9
-15,3
5,4
-2,7
-1,4
9,8
0,6
-3
14,4
-2,8 -1,9
-3,7 -3,4
El
-4,3
-7,6 -2,2
-8,9
-3,142
4,817
El Nino
Nino
5 0,9
1
-
-8
-6,9 -1,8
-9,3 9,8
5,5
SOI
: Southern Oscillation Index
Sumber : Australian Government Beareu of Metereology
-3,625
El Nino
-1,925
El Nino
1,450
La Nina
Pengaruh Episode La Nina dan El Nino yang Didaratkan di Pantai Utara Jawa (Kasim K., et al.)
Gambar 2.
Figure 2.
269
Figure 3.
Grafik
produksi
yang
mengindikasikan
pergeseran
musim puncak
penangkapan
ikan Selar (Selaroides leptolepis)
yang terjadi di perairan Laut Jawa
selama periode La Nina dan El
Nino.
Different seasonal catch of
yellowstrip trevally (Selaroides
leptolepis) during El Nino and La
Nina Episodes in the Java Sea.
270
Pengaruh Episode La Nina dan El Nino yang Didaratkan di Pantai Utara Jawa (Kasim K., et al.)
Gambar 4.
Figure 4.
Gambar 5.
Figure 5.
271
272
Hasil Tangkap Sampingan (HTS) pada Perikanan Rawai Tuna di Samudera Pasifik (Widodo, A.A., et al.)
ABSTRAK
Masalah umum yang dihadapi dalam operasi penangkapan ikan terhadap sumberdaya yang
sifatnya multi spesies dan multi-cohort di daerah tropis adalah diperolehnya hasil tangkapan
bukan spesies target yang biasa disebut hasil tangkap samping (HTS) atau by-catch. Saat ini
informasi mengenai HTS pada perikanan rawai tuna di Indonesia yang beroperasi di Samudera
Pasifik masih terbatas. Disisi lain informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam rangka
pelaksanaan pengelelolaan sumberdaya tuna yang memadai. Penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan infomasi tentang HTS pada perikanan rawai tuna di Samudera Pasifik dilakukan
di Bitung bulan Mei sampai Juli 2010. Penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu melalui
pengambilan contoh di pusat pendaratan armada rawai tuna (port sampling) dan observer di
kapal rawai tuna (onboard observer). Port sampling dilakukan setiap hari pada minngu keempat
selama bulan Mei sampai Oktober 2010. Onboard observer dilakukan sebanyak dua trip operasi
penangkapan rawai tuna. Data yang dikumpulkan meliputi aspek operasional rawai tuna, jenis
ikan HTS dan ukuran panjang cagak ikan HTS. Hasil riset menunjukkan bahwa rata-rata laju
pancing HTS selama Mei sampai Oktober 2010 adalah 19,6 kg/100 mata pancing per tawur.
Sebanyak 16 spesies HTS rawai tuna dapat diidentifikasi yang didominasi oleh ikan setuhuk
hitam atau black marlin (Makaira indica). Ukuran low jaw fork length (LJFL) ikan ikan setuhuk
hitam dan ikan meka secara berturut-turut adalah 97-198 cm (modus 141-160 cm), 94-241 cm
(modus 161-180 cm) dan ukuran fork length ikan tikusan adalah 96-190 cm (modus 121-140
cm).
KATA KUNCI
:
ABSTRACT :
The common fishing operation problematic in tropical waters which characterized by multispecies and multi-cohort resource is the numbers of bycatch exploited. Currently, the
information of bycatch in the longline fishery especially operated in the Pacific Ocean is limited.
On the other hand, this information is necessary for the implementation tuna fisheries
management framework. The objective of this research is to collate the information of Pacific
tuna longline bycatch landed in Bitung during the period of May until July 2010. Research
conducted in two ways i.e. through port sampling at the central landing of tuna longline and
observer onboard. Port sampling was conducted in the forth week during May until October
2010, whilst observer onboard was conducted in two trips within that period. Data collected
consists of operational aspects of tuna longliners, species composition of bycatch and its fork
length. Results of this research showed that the average of hook rate during the period of
May-October 2010 was 19.10 kg/100 hooks per set. Sixteen species of tuna longline bycatch
have been identified and showed that black marlin (Makaira indica) was predominant. Size of
Low Jaw Fork Length (LJFL) of black marlin, swordfish and thresher shark were 97-198 cm
(mode 141-160 cm), 94-241 cm (mode 161-180 cm) and 96-190 cm (121-140 cm) respectively.
KEYWORD :
PENDAHULUAN
Asosiasi antar spesies ikan pada area
penangkapan (fishing ground) yang sama
merupakan ciri menonjol sumber daya perikanan di
perairan tropis, seperti yang terjadi di perairan
Indonesia. Pada umumnya berbagai jenis ikan
membentuk kelompok
___________________
Korespondensi penulis:
Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur-Jakarta 14430, Telp. (021) 64711940, Fax. (021) 6402640, E-mail: rccf_office@indo.net.id
273
INDONESIAN
120PACIFIC
123
OCEAN
126
Bitung
NW
ES
120
Gambar 1.
Figure 1.
123
274
126
Hasil Tangkap Sampingan (HTS) pada Perikanan Rawai Tuna di Samudera Pasifik (Widodo, A.A., et al.)
Gambar 2.
Figure 2.
Pengukuran panjang cagak rahang bawah (LJFL) pada ikan paruh panjang dan panjang
cagak (FL) pada ikan cucut.
Lower jaw fork length (LJFL) on billfish and fork length (FL) on shark measurement.
HR
JP
xA
60
...................................(1)
45
30
15
Gambar 3.
Figure 3.
275
Gambar 4.
Figure 4.
276
Hasil Tangkap Sampingan (HTS) pada Perikanan Rawai Tuna di Samudera Pasifik (Widodo, A.A., et al.)
Bulan
(Month)
Laju pancing (hook rate) rawai tuna yang mendarat di PT. Nutrindo F.I. Bitung Mei
sampai Oktober 2010.
Hook rate of tuna the long lines landing in Nutrindo F.I.Co.Ltd, Bitung on May until
October 2010.
Jumlah
Kapal
(Number of
Vessel)
Jumlah
Tawur
(Number of
Setting)
May
36
June
Jumlah Mata
Pancing
(Hook
Number)
43,200
21,794
599
16,545
42,000
4,023
35
17,013
July
August
36
September
71
(Bycatch)
477
43,200
20,225
428
81,300
39,590
826
12,116
9,120
11,600
72
72,100
41,005
719
34
Rata-Rata
37,200
19,300
379
9,787
(Average)
26,488
October
47
53,167
571
5,320
-
Unit
KG (KG)
Ekor (fish)
KG (KG)
Ekor (fish)
KG (KG)
Ekor (fish)
KG (KG)
Ekor (fish)
KG (KG)
Ekor (fish)
KG (KG)
Ekor (fish)
KG (KG)
Ekor (fish)
Laju
Pancing
Tuna
(Tuna
Hook
Rate)
50
Laju
Pancing
HTS
(Bycath
Hook Rate)
38
1
41
10
1
47
28
1
49
11
1
57
16
1
52
14
1
50
1
18
277
Tabel 2.
Table
2.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Laju pancing (hook rate) HTS rawai tuna yang mendarat di PT. Nutrindo F.I. Bitung Mei
sampai Oktober 2010.
Hook rate of bycatch on tuna the long lines landing in Nutrindo F.I.co.Ltd, Bitung on May
until October 2010.
Unit
Meka/Swordfish
Fish
(Xiphias gladius)
0.1343
HR
0.1065 Fish
12
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
58
31
46
28
0.0344
0.000
0.0000
0.0582
19
22
29.7
0.0591
4
0.2014
HR
0.0787 Fish
(Mobula japonica)
16
0.0234
0.0381
1
12
0.0278
HR
0.0301 Fish
49
0.1134
HR
0.0833
9
0.0208
HR
0.0440 Fish
87
0.0023
HR
0.0116 Fish
(Isurus oxyrinchus)
(Alopias superciliosus)
Cucut tikusan/Smalltooth
thresher shark
0.0738
34
Fish
0.0023
HR
0.0023 Fish
0.0023
HR
0.0023
Fish
RataRata
Average
May
(Alopias pelagicus)
11
0.0069
HR
0.0139
26
0.0000
01
0.0097
0.0000
2
0.0388
0.0496
8
0
0.0111
8
0.0111
3.2
0.0057
0.0062
1
0.0014
3
0.0081
0.0134
3.0
3
0.0037
0.0602
HR
0.0509 Fish
0.0069
HR
0.0093 Fish
22
0.0048
04
0.0000
0.0000
0.0065
18
7.7
0.0000
2
4.2 0.0160
0.0062 5
0.0048
(Chelonia midas)
0.0054
0.0000
1
24.7 0.0271
0.0098
01
0.0108
9.5
0.0296
13
0.0151 13
0.0048
1
11
0.0153
28
0.0349
19
0.0000
0.0078 7 11
0.0086
0.0197 22
8
2
0.0000
0
0.0668 18
4.7 0.0221
0 36
0.0000
Fish
3 13
0.0071
0.0000
HR
0.0023
05
27.2
01
0.0221
6
0.0014
1
0.0259 0 6
0.000
0.0083
0.0027
0.000
0.0000
0.0027
12.5
0.0161
2.3
0.0045
0.3
0.0008
278
Hasil Tangkap Sampingan (HTS) pada Perikanan Rawai Tuna di Samudera Pasifik (Widodo, A.A., et al.)
279
Tab
el 3.
Tabl
e 3.
Jenis ikan spesies target (tuna) dan HTS rawai tuna bulan Mei
dan Juni 2010 yang didaratkan di PT. Nutrindo F.I. Target and
bycatch species of tuna long lines landing in Nutrindo
F.I.Co.Ltd on May and June 2010.
NO
Unit (Unit)
Ma
A
Spesies Target
(Tuna)
Madidihang /
Yellowfin tuna
(Thunnus
albacares)
Setu
S
tuna
B
Spesies Nontarget
(HTS)
1
Tuna Mata
(Thunnus
obesus)
June
(M
ak
air
a
in
di
ca
)
g
l
a
d
i
u
s
)
ped
k
M
October
(Istioph
orus sp.)
Setuhuk
5
biru/Blue marlin
(Makaira
nigrican)
6
Layaran
tumbuk/Short bill
spearfish
(Tetrapturus
angustirostri)
g/Stri
September
loren
August
huk
July
Cucut
marli
mako/Shortfi
n mako
(Tetr
aptur
us
auda
x)
(Isurus
oxyrinchus)
8
Cucut
lanyam/Silk
y shark
(Carcharhin
us
falciformis)
s
h
(
X
i
p
h
i
a
s
S
m
s
h
Cucut pahitan/Bigeyed
9
thresher shark
(Alopias superciliosus)
KG (KG)
1532
0
1315
9
1672
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Fish)
349
1008
34140
13700
599
269
18 424
132
6865
5600
395 12
120
110
2408
950
508
3140
0
KG (KG)
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Fish)
437
376
13
7 2098
2016
1310 49
4
0
354
36
655
22 397
169
445 19
647
1290
30
385
4
51
350
44
101
74
171
1
7
1
13 37
2
8
466 1
5 215
110
305
189
0
162
0
890 1
5
819
6
3
KG (KG)
Ekor (Fish)
3
0
5
262
0
171
9
224
2
2
1
124
1
2
8 58
31
46
28
388
5
708
2
0
2
2
2
198
6
110
4 87
16
34
6
2
7
19
63
1
1
1
1
7
1
0
0
0
6
5
4
1
10
11
12
13
14
15
KG (KG)
(Alopias pelagicu)
Ekor (Fish)
Bawal Batu/Casper/Angelfish
KG (KG)
Ekor (Fish)
Lemadang/Common dolphinfish
KG (KG)
(Delphinus delphi)
Ekor (Fish)
Opah/Opah
KG (KG)
(Lampris reguis)
Ekor (Fish)
KG (KG)
(Mobula japonica)
Ekor (Fish)
KG (KG)
(Lepidocybium sp.)
16
1744
118
1006
735
42
26
238 2
22
18
6 446
980
446
905
805 -
3262
84
2
328
190
3
1168
Ekor (Fish)
KG (KG)
Ekor (Turtle)
61
76
40
122
178
288
52
15
154
277
46
0
0
582
1003
706
1
814
123 -
14
17
n=
2
5
2
0
1
5
1
0
5
0
Gambar 5.
Figure 5.
FL (cm)
Gambar 6.
Figure 6.
Gambar 7.
Figure 7.
Ocean
KESIMPU
LAN
1.
R
a
t
a
r
a
t
a
l
a
j
u
p
a
n
c
i
n
g
H
T
S
s
e
l
a
282
Hasil Tangkap Sampingan (HTS) pada Perikanan Rawai Tuna di Samudera Pasifik (Widodo, A.A., et al.)
283
284
Keragaman Genetik Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia. (Nugraha B., et al.)
KATA
KUNCI:
ABSTRACT:
Information of bigeye tuna population condition in Indian Ocean has been not known. This can
be predicted through the approach of using DNA analysis. This study aimes to obtain information on
genetic diversity and population structure of the bigeye tuna from the Indian Ocean south of Java
and Nusa Tenggara, and West Sumatra. Sampling bigeye tuna conducted in March until November
2010 is located in the Indian Ocean south of Java and Nusa Tenggara, and West Sumatra. The
samples (fin) of bigeye tuna was collected by the observers on board tuna longline. Value of
haplotype diversity (genetic) obtained was 0.8267 for the sample group 1 and 0.7766 for sample
group 2 with an average was 0.8017. Genetic distance between sample groups of bigeye tuna in the
Indian Ocean was 0.0038. Dendrogram established based on genetic distance shows that the
group of bigeye tuna observed can be divided into two groups of populations (subpopulations), the
first group consisted of bigeye tuna from the Indian Ocean south of Java and Nusa Tenggara, while
the second group was from the Indian Ocean west of Sumatra.
KEYWORD:
PENDAHULUAN
Keragaman hayati mencakup area yang
meliputi keragaman habitat, komunitas, populasi
sampai dengan spesies. Keragaman genetik
merupakan cerminan keragaman di dalam spesies
yang
secara
umum
disebut
subspesies.
Terminologi sumber daya genetik diartikan
untuk
merefleksikan
adanya keragaman
genetik di dalam satu spesies sampai pada
tingkat DNA (Soewardi, 2007).
___________________
Korespondensi penulis:
Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa-Bali
Jln. Pelabuhan Benoa-Bali
285
WPP 572
LAUT
200 m
JAWA
SA
MUDERA
HINDIAW
PP 573
-5
-10
-15
95
100
105
110
115
120
Longitude
Gambar 1.
Figure 1.
286
125
Keragaman Genetik Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia. (Nugraha B., et al.)
Analisis Sampel
Analisis
sampel
dilakukan
dengan
menggunakan metode Restriction Fragment
Length Polymorphism (RFLP) DNA mitokondria.
Metode RFLP umumnya menggunakan bantuan
enzim restriksi (Sianipar, 2003). Ada beberapa
tahapan dalam melakukan analisis sampel,
yaitu (1) ekstraksi DNA, (2) amplifikasi daerah
mtDNA dengan menggunakan primer Pro-5 (CAC
GAC GTT GTAAAA CGA CCTACC YCY AAC TCC
CAAAGC), dan primer 12SAR (GGA TAA
CAA TTT CAC ACA GGG CAT AGT GGG GTA
TCT AAT CC), (3) restriksi mtDNA dengan
menggunakan enzim-enzim TaqI, Hin6 I, Mbo I
dan Rsa I, dan (4) visualisasi hasil restriksi diamati
dengan UV illuminator dan dicetak gambarnya
dengan polaroid.
H
Fst 1 ( w )
h n (1
X )
i
n 1
i 1
..(3
dimana :
F
= indeks diferensiasi
H = rata-rata perbedaan intra populasi
H = rata-rata perbedaan antar populasi
-
Analisis Data
Perhitungan
dilakukan
dengan
bantuan
perangkat lunak TFPGA (Tools for Population
Genetics Analysis) (Miller, 1997).
HASIL DAN BAHASAN
Amplifikasi dan Pemotongan dengan Enzim
Restriksi
(1
dimana :
h
= keragaman haplotipe
n
= jumlah sampel
X
= frekuensi haplotipe sampel ke-i
-
D ln
{(J xJ )0, }
(2 dimana :
D = jarak genetik
..............................
287
1.500 bp
1.000 bp
500 bp
100 bp
Gambar 2.
Figure 2.
Fragmen tunggal mtDNA hasil amplifikasi PCR ikan tuna mata besar.
Single fragment of mtDNA results of PCR amplification of bigeye
tuna.
Gambar 3.
Figure 3.
Tipe restriksi dengan enzim Taq I: A B C D E F (a), Hin6 I: A (b), Mbo I: A, B (c) dan Rsa
I: A, B, C (d).
Type of restriction with the enzyme Taq I: A B C D E F (a), Hin6 I: A (b), Mbo I: A, B (c)
and Rsa I: A, B, C (d).
288
Keragaman Genetik Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia. (Nugraha B., et al.)
Table 1.
1
3
7
8
10
Tipe komposit
haplotipe
sampel 2
AAAA
0,29 2
0,08
AAAB
0,36 4
0,03
AACA
0,04 6
0,03
AABB
ABAB
0,11 9
0,05
AAAD
Kelompok
0,11 11
0,04 12
Jumlah tipe
komposit haplotipe
Keragaman
AAAE
AAAF
0,8267
0,04
0,7766
289
Table 3.
Table
3.
Kelompok
Sampel 1
Kelompok
Sampel 2
Kelompok
Sampel 2
xxxxxxxxx
0,0038
xxxxxxxxx
Jarak Genetik
Berdasarkan uji perbandingan nilai Fst antar
kelompok sampel dengan menggunakan program
TFPGA tercatat bahwa terdapat perbedaan yang
nyata antara kelompok sampel 1 dengan kelompok
sampel 2. Hasil uji keragaman antara dua
kelompok sampel ikan tuna mata besar
dengan metode jarak berpasangan (Fst)
disajikan pada Tabel 2.
Gambar 4.
Tabel 2.
Table 2.
Kelompok
Kelompok
Uji
berpasangan
(Fst)
antara kelompok sampel ikan
tuna mata besar di Samudera
Hindia.
Fst test between sample groups of
bigeye tuna in Indian Ocean.
Kelompok
Sampel 1
Kelompok
Sampel 2
xxxxxxxxx
0,0212*
xxxxxxxxx
Figure 4.
Dendrogram
hubungan
kekerabatan
(filogeni)
dua
kelompok sampel ikan tuna mata
besar
di
Samudera
Hindia.
Phylogeny dendrogram of two
groups of samples bigeye tuna
in Indian Ocean.
290
Keragaman Genetik Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia. (Nugraha B., et al.)
Struktur Populasi
Dendrogram yang dibentuk berdasarkan jarak
genetik menunjukkan bahwa kelompok sampel
ikan tuna mata besar yang diamati dapat dibagi
menjadi dua kelompok populasi (subpopulasi), yaitu
kelompok
200 m
LAUT JAWA
-5
SAMUDERA HINDIA
-10
-15
95
100
105
110
115
120
125
Longitude
Gambar 5.
Figure 5.
Struktur populasi ikan tuna mata besar di perairan Samudera Hindia berdasarkan jarak
genetik. Population structure of bigeye tuna in Indian Ocean based on genetic distances.
291
Nei,
M.
&
F.
Tajima.
1981.
DNA
Polymorphism
detectable
by
restriction
endonucleases. Genetics 97:145-163.
Nugraha, B. 2009. Studi tentang genetika populasi
ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) hasil
tangkapan tuna longline yang didaratkan di
Benoa. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Nugroho, E., Ferrel D.J., Smith P. & Taniguchi N.
2001. Genetic divergence of Kingfish from
Japan, Australia
and
New
Zealand
Inferred
by
microsatellite
DNA
and
mitochondrial DNA control region markers.
Journal Fisheries Science 67:843-850.
DAFTAR PUSTAKA
Appleyard SA, RD Ward, & PM Grewe. 2002.
Genetic stock structure of bigeye tuna in the
Indian Ocean using mitochondrial DNA and
microsatellites. Journal of Fish Biology 60:767770.
Chiang HC, CC Hsu, GCC Wu, SK Chang, &
HY Yang. 2006. Population structure of bigeye
tuna (Thunnus obesus) in the South China Sea,
Philippine Sea and western Pacific Ocean
inferred from mitochondrial DNA. Fisheries
Research 79:219-225.
Chiang HC, CC Hsu, GCC Wu, SK Chang,
HY Yang. 2008. Population structure of bigeye
tuna (Thunnus obesus) in the Indian Ocean
inferred from mitochondrial DNA. Fisheries
Research 90:305-312.
Leary, R. F., F. W. Allendorf & K. L. Knudsen.
1985. Development instability and high meristic
counts in interspecific hybrid of salmonid fishes.
Evolution 39(6):1318-1326.
Miller, M.P. 1997. Tools for Population
Genetic Analyses (TFPGA} version 1.3.
Department of Biological Sciences-Box 5640.
Northern Arizona University.
Nei, M. 1972. Genetic distance between
populations. American Nature 106:283-292.
Nei, M. 1978. Molecular Evolutionary Genetics.
New York: Columbia University Press.
292
Percobaan Penangkapan Ikan Karang. Modifikasi di Perairan Selayar (Soadiq., S., et al.)
ABSTRAK
Fyke net umumnya dioperasikan di sungai dan danau memerangkap ikan yang tergiring oleh jaring
pemandu disaat ikan berusaha berenang melawan arus. Fyke net yang dioperasikan di terumbu
karang disesuaikan dengan sifat ikan yang secara sukarela masuk kantong fyke net sehingga modifikasi
bagian-bagiannya perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas fyke net
modifikasi untuk menangkap ikan target dan menganalisis hasil tangkapan terkait dengan aspek
keramahan lingkungan. Penelitian dilakukan dengan uji coba penangkapan ikan menggunakan 2 tipe
disain fyke net modifikasi yaitu tipe A (sayap dengan serambi) dan tipe B (sayap tanpa serambi).
Jumlah individu ikan hasil tangkapan total (ekor) berbeda sangat nyata antara fyke net tipe A dan tipe B
(A > 2,96*B). Berat total (gram) ikan hasil tangkapan juga berbeda sangat nyata antara tipe fyke net A
dan tipe B (A > 5,19*B). Jumlah individu hasil tangkapan ikan karang target berbeda sangat nyata antara
fyke net tipe A dan tipe B (A > 15,50*), demikian pula berat ikan karang hasil tangkapan berbeda sangat
nyata antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 10,56*B), akan tetapi hasil tangkapan ikan non-target antara
fyke net tipe A dan B tidak menunjukkan perbedaan. Modifikasi bagian sayap fyke net dengan
menambahkan serambi telah meningkatkan hasil tangkapan secara nyata baik dari segi jumlah (ekor)
maupun berat (gram). Rancangan fyke net sayap dengan serambi telah meningkatkan hasil tangkapan
berdasarkan jumlah individu dan berat ikan karang target namun tidak menunjukkan peningkatan
secara nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan non-target yang merupakan komponen tangkapan
sampingan (by-cacth). Penggunakan fyke net modifikasi efektif menangkap ikan karang target dan
selektif terhadap ikan non-target.
KATA KUNCI
:
ABTRACT :
Fyke net as a passive gear is commonly operated stationary or moved in river, lake and estuarin
waters. Fish to become entrapped by using net leader that guiding fish when swimming againts current
and finally move into bunt end of fyke net. Reef fish have different characteristic on fyke net interaction
which was voluntary trapped on gear, then for this reason the modification of fyke net to catch reef fish is
properly needed. This research is to determine effectiveness of modified fyke net on target catch of reef
fish and to analyze catch of modified fike net in order to achieve friendly environmental level. This
experiment was using two designs of modified fyke net (type-A of chambered wing, type-B of nonchambered wing). Both fyke nets used was simultaneously operated at 25 m distance to sample reef fish
in two locations. The fyke nets fished 24 hours then repeated 7 times for each location. The result
showed that the reef fish as the target catch was dominant in their weight. While, the reef fish as the
non-target catch was dominant in their number. Total catch of fyke net A was significantly higher (2.96
times) than that fyke net B. Moreover, the number of reef fish as the target catch of fyke net A was
significantly higher (15.50 times) than that fyke net B. The weight of reef fish as the target catch of fyke
net A was significantly higher (10.56 times) than fyke net B. But, there was no significantly different
between fyke net A and B on reef fish as non-target catch. Design of modified fyke nets A was effective
to catch reef fish as target catch and selective to catch non-target reef fish.
KEYWORD :
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan
wilayah yang memiliki ciri khas kehidupan pesisir
dengan segenap potensi baharinya seperti
terumbu karang
Korespondensi Penulis :
Jl. Sultan Alauddin 259, Makassar, Sulawesi Selatan
293
294
Percobaan Penangkapan Ikan Karang. Modifikasi di Perairan Selayar (Soadiq., S., et al.)
membutuhkan
tenaga
yang
besar
untuk
mengangkat, menarik dan memindahkan fyke net.
Oleh karena itu, penggunaan material penyusun
fyke net yang terbuat dari bahan yang ringan dan
mengurangi fouling perlu dipertimbangkan.
Dimensi fyke net yang relatif besar dengan
ukuran panjang 9 m, tinggi 1,8 m dan lebar 2 m
membutuhkan
penanganan
khusus
dalam
pengoperasiannya. Fyke net sebelum di-setting
terlebih dahulu ditarik dari pantai menuju ke
fishing
ground.
Demikian
pula
pengoperasian yang dilakukan secara berpindahpindah, fyke net ditarik dengan posisi di bawah
perahu yang menimbulkan gesekan pada air
yang dapat memperlambat laju dan olah-gerak
perahu penarik. Posisi penarikan alat di bawah
perahu memperbesar resiko kapal tersangkut
karena membutuhkan jarak lebih besar terhadap
dasar perairan.
A
Sayap
Gambar 1.
Figure 1.
Ilustrasi (dari atas) fyke net dengan serambi (A), tanpa serambi (B), rigi-rigi (C)
Illustration (top view) of fyke net with chamber (A), without chamber (B), frame
(C)
dipertimbangkan
penelitian
lanjutan
yang
memodifikasi fyke net yang dapat dibongkarpasang (portable). Konstruksi fyke net portable
diharapkan
lebih
mempermudah
dalam
pengoperasian dan dapat menjadi pilihan nelayan
yang masih menggunakan metode penangkapan
ikan yang merusak karang.
Ikan karang yang tertangkap oleh fyke net
modifikasi pada bagian sayap dan mulut kantong
berhubungan dengan sifat ikan karang. Pada
pengoperasian fyke net diduga keberadaan ikan
masuk ke serambi karena mendeteksi keberadaan
alat sebagai tempat berlindung (shelter),
mekanisme ini serupa dengan sifat ikan karang
yang memutuskan untuk masuk ke bubu sebagai
tempat berlindung seperti yang dikemukakan
oleh Furevik (1994).
295
30
25
20
Persentase
15
10
5
0
IndividuBe
rat
Individu
Berat
296
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ikan
ikan nonkarang
target
target
Gambar 3.
Figure 3.
Percobaan Penangkapan Ikan Karang. Modifikasi di Perairan Selayar (Soadiq., S., et al.)
90
80
erat
70
60
50
40
30
90
20
10
80
Individu
Berat
60
50
Gambar 5.
40
30
Figure 5.
20
10
0
Gambar 4.
Figure 4.
adalah
tersebut dengan
297
298
Percobaan Penangkapan Ikan Karang. Modifikasi di Perairan Selayar (Soadiq., S., et al.)
299
300