TINJAUAN TEORI
2.1
2.1.1
Konsep Lansia
Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Budi Anna Keliat, 1999 dalam Buku Siti Maryam, dkk, 2008). Lansia
adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan
yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik
maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan
normal,
seperti
rambut
yang
mulai
memutih,
kerut-kerut
ketuaan
di
wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh,
merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus
berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta
perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.Semua hal tersebut menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup. Usia tua
adalah fase akhir dari rentang kehidupan.
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana
di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan
reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia lanjut,
kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap
menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus
diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri
dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan
penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial (BKKBN 1998).
2.1.2 Penggolongan lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan
menjadi 4, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75 90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2.1.3 Ciri-ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,
yaitu:
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada
lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika
memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat
oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise
itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada
mendengarkan pendapat orang lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan
atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Konsep Kehilangan
Kehilangan adalah suatu keadaan Individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
2.2.1
2. Keluarga.
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresikesedihan. Anak terbesar
biasanyamenunjukan
sikapkuat,
tidak
menunjukan
sikap
sedih
secaraterbuka.
3. Faktor Sosial Ekonomi.
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga,
beraati kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara
ekonomi.
4. Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik danemosi. Kultur barat
menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga
hanyadiutarakan pada keluarga, kesedihan tidakditunjukan pada orang
lain.
Kultur
lainmenggagap
bahwa
mengekspresikan
Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Diakui orang lain dan sama-sama dirasakan bahwa hal tersebut merupakan
suatu bentuk kehilangan.contoh kehilangan anggota badan ,kehilangan
suami / istri,kehilangan pekerjaan.
2. Perceived Loss
Dirasakan seseorng,tetapi tidak sama dirasakan orang lain,contoh
kehilangan masa muda,keuangan dan lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Kehilangan yang bias dicegah.contoh orang yang menderita penyakit
terminal
2.2.3
Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang
yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan
mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh
seseorang.
5.
Kehilangan kehidupan/maninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
2.2.4
Menurut hasil dari penelitian Yuliastuti dan Kusumiati (2009) yang berjudul
tinggal sendiri di masa lanjut usia, mengungkapkan ada beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh dengan ditinggal sendiri, yaitu merasakan adanya kebebasan, lebih
mandiri, terpenuhinya perasaan aging in place serta adanya relasi dengan tetangga
yang terjaga dengan baik. Adapun kerugiannya, yaitu kesepian, bermasalah dengan
penghasilan, masalah seksual, masalah kesehatan, ketakutan menjadi korban
kejahatan serta masalah kurangnya dukungan social keluarga.
2.2.5
2.2.6
kehidupan bermakna setelah kematian pasangan berdasarkan teori Viktor Frankl pada
janda lanjut usia, menyatakan bahwa keberhasilan janda lanjut usia dalam mencapai
kehidupan bermakna dikarenakan dapat memenuhi ketiga komponen kehidupan
bermakna yang dinyatakan oleh Frankl, yaitu kebebasan berkehendak, kehendak
hidup bermakna dan makna hidup, serta mampu merealisasikan ketiga nilai yang
menjadi sumber makna hidup yaitu, nilai kreatif, nilai penghayatan dan nilai bersikap.
Alasan yang bisa membuat lansia mencapai kehidupan bermakna yaitu:
1. Masih memikirkan nasib anak-anaknya, sehingga saat ini dia dapat ikhlas
menerima kematian pasangannya dan kembali aktif menjalani kehidupan
2. Masih merasakan kasih sayang dari anak-anaknya, sehingga membuatnya dapat
pasrah atas kematian pasangannya dan masih merasa diberkahi oleh Tuhan.
3. Masih ingin menuntun anak-anaknya menjadi orang yang lebih bertaqwa,
sehingga dalam kesehariannya kini dia aktif mengikuti berbagai kegiatan dan
selalu berusaha melakukan segala sesuatu sendiri. Janda lanjut usia tersebut juga
tetap merasakan kebahagiaan yang merupakan reward dari keberhasilan mencapai
kehidupan bermakna.
2.3
Konsep Kematian
2.3.1
Pengertian Kematian
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir
Penyebab Kematian
Penyakit.
2.3.3
Pengaruh Kematian
1. Pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usia :
2.3.4
tiga aspek yaitu: spiritual, dukungan keluarga, dan pengalaman pribadi. Persiapan
yang dilakukan lansia dalam mempersiapkan diri menghadapi kematian adalah
persiapan spiritual, yakni dengan beribadah kepada Tuhan. Sebagian besar lansia
ingin menghadapi kematian dengan proses yang cepat, khusnul khotimah dan lansia
lainnya pasrah ingin meninggal dalam kondisi apapun. Sebagian besar lansia ingin
menghadapi kematian di PSTW, dirumah, dan lansia lainnya pasrah ingin
menghadapi kematian dimana saja. Lansia juga ingin mendapatkan dukungan
keluarga dalam proses menghadapi kematian, namun terdapat satu orang lansia yang
ingin menghadapi kematian sendirian.
2.3.5
Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan dan ujung
hidungnya
2.3.6
perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World
Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:
2.4
2.4.1
menggairahkan
semangat
hidup
dan
meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya,keluarga,
maupun masyarakat. Upaya promotif ada lansia dengan kehilanga dapat berupa:
1. Penyuluhan
Mengenal kasus gangguan jiwa
Teknik-teknik berkomunikasi
Bimbingan rohani
2. Pembinaan mental dan ceramah keagamaan
3. Rekreasi
4. Kegiatan lansia dimasyarakat atau interaksi dengan tegtangga dan masyarakat,
misalnya dengan memanfaatkan kegiatan posbindu
5. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia dip anti mauoun di masyarakat
luas melalui berbagai macam media.
Adapun upaya yang dilakukan bagi lansia yang mengalami perubahan
psikososial dan kognitif yaitu:
1. Komunikasi terapeutik
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik perawat merasakan dan menghargai
keunikan klien.
2. Sentuhan
Sentuhan adalah indra pertama untuk menjadi berfungsi, sentuhan memberi
pengetahuan tentang orang lain melalui kehidupan. Lansia yang terisolasi,
bergantung, sakit, takut terhadap kematian, harga diri rendah
mempunyai
4. Resosialisasi
Cara ini untuk memperluas jaringan sosial
resiko
yang
membahayakan,
pendekatan
individualistik.
Cara
Upaya Preventif
Upaya preventif yaitu
preventive
dapat
berupa
kegiatan
berikut
ini;
Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yang datang ke
dirinya
sendiri
dengan
bantuan
keluarga