Anda di halaman 1dari 3

Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang berbeda namun erat kaitannya

antara satu dengan lainnya. Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu perencanaan
menyeluruh yang mencakup kegiatan dan pengalaman yang perlu disediakan yang
memberikan kesempatan secara luas bagi siswa untuk belajar. Dengan kurikulum itu pada
gilirannya tersedia kesempatan dan kemungkinan terselenggaranya proses belajar mengajar.
Dengan kata lain, semua proses belajar mengajar, atau pembelajaran senantiasa berpedoman
pada kurikulum tertentu sesuai dengan tuntutan lembaga pendidikan/ sekolah dan kebutuhan
masyarakat serta factor-faktor lainnya. (Oemar Hamalik,200 : 1)
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 berusaha untuk lebih
menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan
keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan yang didapatkan di bangku
sekolah. Dengan adanya Kurikulum 2013, harapannya peserta didik dapat memiliki
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan meningkat dan berkembang sesuai dengan
jenjang pendidikan yang telah ditempuhnya sehingga akan dapat berpengaruh dan
menentukan kesuksesan dalam kehidupan selanjutnya.
Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar yaitu suatu aktivitas atau proses untuk
memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan
mengukuhkan kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Pembelajaran pada kurikulum
2013 lebih memprioritaskan aspek keterampilan dan sikap dibandingkan pengetahuan.
Pembelajaran yang diharapkan pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang inovatif,
relevan dengan kebutuhan dan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan hal tersebut, pada saat belajar fisika siswa harus secara aktif
mengamati, melakukan percobaan, terlibat diskusi dengan sesama teman atau dengan guru,
atau secara popular sering dikenal dengan hand-on and mind-on activity yang dapat
diartikan bahwa belajar dilakukan melalui aktivitas pengetahuan (knowledge) dan kerja
praktik. Model yang demikian akan lebih menekankan pada model pembelajaran yang
berorientasi pada hakikat sains yaitu sebagai produk, proses, dan alat untuk mengembangkan
sikap ilmiah. Siswa dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran.

Setelah dilakukan observasi di sekolah yang akan dijadikan obyek penelitian dan
berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika di MA Negeri Kediri I, diketahui bahwa
implementasi dari tujuan pembelajaran fisika masih belum optimal dikarenakan sebagian
besar siswa menganggap bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit setelah pelajaran
matematika. Hal tersebut diketahui dari minat dan antusias dari siswa selama guru
menerangkan

siswa

cenderung

memiliki

kegiatan

masing-masing

dan

kurang

memperhatikan guru. Dalam permasalahan ini dapat diketahui bahwa guru dari MA Negeri
Kediri I belum menerapkan pembelajaran inovatif, dimana guru selama ini masih
menggunakan metode ceramah. Keterampilan dan pengetahuan disampaikan oleh guru
dengan cara ceramah cenderung siswa mengalami kesulitan dalam menerima keterampilan
dan pengetahuan. Hal tersebut disebabkan dalam pembelajaran siswa kurang dilatih untuk
melakukan analisis kritis dan sistematis terhadap permasalahan yang ada serta bagaimana
mengarahkan siswa melalui pengembangan berpikir siswa untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada
saat pembelajaran, ternyata ketiga aspek keterampilan berpikir kreatif yaitu fluency,
flexibility, dan originality yang terlihat hanya aspek fluency pada aktivitas murid ketika
bertanya dan menjawab pertanyaan guru, itupun frekuensinya sangat kecil dari semua
jumlah murid dalam satu kelas yang menunjukkan hal tersebut. Dari kenyataan di lapangan
tersebut, kegiatan pembelajaran masih kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikirnya. Permasalahan tersebut perlu diupaya kan, salah satu caranya
adalah dengan melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa, diperlukan suatu pembelajaran yang
dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.
Salah satu model pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah
pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction/ PBI). PBI menurut Ibrahim
dan Nur (2000: 7) memiliki tujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir, pemecahan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa dengan melibatkan
mereka dalam pengalaman nyata, menjadi pembelajar otonom dan mandiri. Dalam
perolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar
bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi
masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi

argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam
pemecahan masalah. Salah satu manfaat model PBI yaitu dapat memberikan kesempatan
pada siswa bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data untuk memecahkan
masalah, sehingga siswa mampu untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis dalam
menemukan alternatif pemecahan masalah. Siswa yang menguasai konsep tidak hanya
mampu menghafal sejumlah konsep yang telah dipelajarinya, tetapi ia mampu
menerapkannya pada aspek lainnya dengan mengembangkan konsep berpikirnya.
Model PBI ini mampu menjadi model standar dari materi alat optik hal tersebut
dapat dilihat dari KI 4 Kompetensi Dasar 4.4. yaitu Menyajikan ide/rancangan sebuah alat
optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa
(Kemdikbud, 2013a: 124-125). Sesuai dengan kompetensi dasar, materi alat optik tidak
hanya diajarkan secara teoritis saja, tetapi penerapan konsep alat optik dalam berbagai
penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi juga harus diajarkan kepada siswa.
Materi listrik dinamis yang erat kaitannya dengan peristiwa sehari-hari, pada umumnya
dalam pembelajaran sudah dilaksanakan kegiatan praktikum, akan tetapi masih
menggunakan panduan praktikum (LKS) yang langkah percobaannya sudah ada. Sehingga
siswa tidak menemukan sendiri (inkuiri) konsep yang dipelajarinya. Hal ini mengisyaratkan
perlunya data empiris untuk memperoleh gambaran penggunaan model PBI dalam upaya
melatihkan keterampilan berpikir kreatif dan ketuntasan hasil belajar siswa. Oleh karena itu,
penulis akan mengadakan penelitian Penerapan Model Problem Based Instruction terhadap
peningkatan berfikir kreatif pada materi Alat Optik di MA Negeri Kediri I.

Anda mungkin juga menyukai